SISTEM UROGENITALIA
Disusun oleh:
Nama : A. Sri Mutmainna
NIM : 70600119014
Kelompok :4
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum
Patologi Klinik Sistem Urogenitalia ini. Semoga laporan praktikum ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Semoga Laporan Praktikum ini dapat berfungsi sebagai penambah wawasan khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Saya menyadari laporan praktikum ini masih perlu
banyak penyempurnaan. Saya terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar laporan
praktikum ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan praktikum ini,
baik terkait penulisan maupun konten, saya memohon maaf.
Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan
praktikum ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Demikian yang dapat Saya sampaikan. Akhir kata, semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat.
A. Sri Mutmainna
I
DAFTAR ISI
II
TES URINALISIS
I. TES MAKROSKOPIS
A. PRA ANALITIK
1. Persiapan pasien pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus.
2. Persiapan sampel
Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya
bersih dan kering.
Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin.
Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila
terjadi penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin.
Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni
pengumpulan seluruh urin ketika berkemih pada suatu saat.
Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis adalah: urin sewaktu, yaitu urin yang
dikeluarkan pada satu waktu yang tidak secara khusus. Urin pagi, yaitu urin
pertama yang dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur. Urin post prandial,
urin yang pertama kali dikemihkan 1,5-3 jam setelah makan. Urin 3 gelas dan
urin 2 gelas.
3. Prinsip
Tes makroskopis, memperhatikan makroskopis urin secara visual.
4. Alat dan Bahan
Gelas takar
Carik indikator pH
Urinometer
Termometer ruangan
B. ANALITIK
Cara Kerja:
1. Tuangkan sampel urin ke dalam gelas takar dan tentukan volumenya
2. Perhatikan warna urin, catat apakah warna dan baunya normal atau abnormal
3. Cium bau urin, catat apakah baunya normal atau abnormal
4. Perhatikan pula jernih keruhnya urin tersebut
1
5. Celupkan 1 carik indicator pH, baca pH urin
6. Menetapkan berat jenis:
- Tuang sampel urin, yang suhunya sudah sesuai suhu kamar, ke gelas urinometer,
hilangkan busa yang ada dengan memakai kertas saring
- Tempatkan hidrometer ke urin. Hidrometer harus terapung bebas dan tidak boleh
menyentuh dinding tabung/gelas (bila perlu putarlah hidrometer agar terapung di
tengah-tengah)
- Bacalah pada dasar meniscus (hindari paralax), laporkan BJ yang anda baca
- Perlu memperhatikan koreksi pembacaan dengan memperhatikan suhu kamar:
Suhu Tera (pada alat hidrometer) : 15°C
Suhu Ruangan : 32°C
BJ yang dibaca : 1,015 (misalnya)
Setiap kenaikan 3°C di atas suhu tera, tambahkan nilai 0,001 pada bacaan BJ.
Jadi, BJ = (32-15)/3 x 0,001 + 1,015
C. PASCA ANALITIK
NILAI RUJUKAN GAMBAR
2
3. Kekeruhan : jernih atau sedikit
keruh berwarna kuning
4. Volume : 800-1300 ml
5. pH : 5-8
6. BJ : 1,003-1,029
3
II. TES MIKROSKOPIS
1. Tujuan
Tujuan Menemukan adanya unsur -unsur organik dan anorganik dalam urine secara
mikroskopis
2. Metode pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang dilakukan adalah secara mikroskopik
3. Prinsip pemeriksaan
Prinsip Pemeriksaan urine mengandung elemen - elemen sisa hasil metabolisme didalam
tubuh, elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan secara bersama -sama urine
tetapi ada pula dikeluarkan pada keadaan tertentu. Elemen - elemen tersebut dapat
dipisahkan dari urine dengan jalan dicentrifuge. Elemen akan mengendap dan endapan
dilihat dibawah mikroskop
PEMERIKSAAN
A. PRA ANALITIK
1. Persiapan pasien
Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan sampel
Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya
bersih dan kering
Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin
Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila
terjadi penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin
Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni
pengumpulan seluruh urin ketika berkemih pada suatu saat
Sampel urin yang dipakai untuk tes mikroskopis sebaiknya urin pagi karena
kepekatannya tinggi.
3. Alat dan bahan
Tabung sentrifus
Alat sentrifus
Corong
Kaca objek dan dekglas
Pipet Pasteur
4
Mikroskop
B. ANALITIK
Cara kerja:
1. Siapkan 10-15 ml sampel urin dalam tabung sentrifus selama 5 menit pada kecepatan
2000 rpm
2. Buang lapisan supernatannya, sisakan kurang lebih 1 ml urin dalam tabung sentrifus
3. Sentakkan dinding tabung dengan jari untuk mencampurkan sisa urin dengan endapan
(sedimen)
4. Ambil suspensi endapan dengan pipet tetes, tempatkan 1 tetes di atas kaca obyek
kemudian ditutup dengan kaca penutup
5. Periksalah di mikroskop:
Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan
lensa obyektif 10X dan 40x. lensa objektif 10x digunakan untuk melihat torak, Kristal,
epitel dan elemen lain. Lensa objektif 40x digunakan untuk melihat eritrosit dan
leukosit.
D. PASCA ANALITIK
Nilai rujukan
1. Eritrosit : < 2 / LPB
2. Leukosit : <5/LPB
3. Epitel : epitel gepeng
4. Torak : negative/hialin
5. Kristal : negative
6. Mikroorganisme : bakter <2 /LPB
5
III. TES PROTEIN
A. PRA ANALITIK
1. Persiapan pasien
Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan sampel
Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya
bersih dan kering
Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin
Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila
terjadi penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin
Cara pengumpulan sampel yang sering digunakan adalah urin sewaktu, yakni
pengumpulan seluruh urin ketika berkemih pada suatu saat
3. Prinsip
Urin direaksikan dengan asam sulfosalisilat atau asam asetat, kadar protein urin
berdasarkan kekeruhan yang terjadi.
4. Alat dan bahan
Tabung reaksi + rak
Asam Sulfosalisilat 20%
Asam Asetat 10%
Pembakar (Bunsen/spiritus)
B. ANALITIK
1. Reaksi dengan Asam Sulfosalisilat 20%
Siapkan 2 tabung reaksi, tandailah dengan nomor 1 dan 2. Tabung nomor 2
dipakai sebagai pembanding
6
Tambahkan ke tabung nomor 1, 2 ml asam sulfosalisilat 20%, kocok isi tabung
Perhatikan ada tidaknya kekeruhan pada tabung nomor 1, bandingkan dengan
tabung nomor 2.
2. Reaksi dengan Asam Asetat 10% dan pemanasan
Tuang urin yang jernih ke tabung reaksi sampai kira-kira 2/3 penuh
Panaskan bagian atas tabung selama kurang lebih 2 menit dan timbul kekeruhan.
Bagian bawah tabung dipakai sebagai pembanding (kontrol). Kekeruhan yang
timbul dapat disebabkan oleh protein, fosfat atau karbonat
Tambahkan 2-5 tetes asam asetat 10% untuk melarutkan fosfat dan karbonat
Panaskan lagi bagian atas tabung, kekeruhan yang timbul adalah presipitasi
protein
Penilaian dilakukan seperti pada percobaan dengan asam sulfosalisil 20%
C. PASCA ANALITIK
Interpretasi:
1. NEG : Tidak ada kekeruhan
2. ± : Kekeruhan sangat halus, terlihat bila diberikan latar belakang hitam (protein < 0,01
gr%)
3. 1+ : Ada kekeruhan tapi tidak tampak berbutir-butir (protein 0,01-0,05 gr%)
4. 2+ : Ada kekeruhan dan tampak berbutir-butir (protein 0,05-0,2 gr%)
5. 3+ : Amat keruh dengan gumpalan berkeping-keping (protein 0,2-0,5 gr%)
6. 4+ : Kekeruhan tebal dan bergumpal-gumpal (protein >0,5 gr%)
7
Asam Sulfosalisilat :
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan dengan hasil lab menunjukkan terdapat perubahan
warna pada sediaan asam sulfosalisilat 20% + urin menjadi ada kekeruhan tapi tidak
tampak berbutir-butir (gambar tengah). Jika dibandingkan dengan larutan control (gambar
kiri). Berdasarkan interpretasi hasil dari penuntun yaitu didapatkan 1+ yaitu menandakan
terdapat (protein 0,01-0,05 gr%) pada sediaan.
Asam Asetat :
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan dengan hasil lab menunjukkan terdapat perubahan
warna pada sediaan asam asetat 10% + urin menjadi Amat keruh dengan gumpalan
berkeping-keping (gambar kanan). Jika dibandingkan dengan larutan control (gambar
kiri). Berdasarkan interpretasi hasil dari penuntun yaitu didapatkan 1+ yaitu menandakan
terdapat (protein 0,2-0,5 gr%) pada sediaan.
8
Larutan Benedict
Pembakar Bunsen
Sampel Urin
B. ANALITIK
Cara Kerja :
1. Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 5-8 tetes sampel urine ke dalam tabung reaksi
3. Didihkan di atas nyala api bunsen selama 2 menit
4. Perhatikan adanya perubahan warna setelah isi tabung dikocok
C. PASCA ANALITIK
Interpretasi:
1. NEG : Cairan tetap biru, jernih, bisa agak hijau, atau sedikit keruh
2. 1+ : Hijau kekuningan (glukosa 0,5-1,0 gr%)
3. 2+ : Kuning kehijauan (glukosa 1,0-1,5 gr%)
4. 3+ : Kuning (glukosa 1,5-2,5 gr%)
5. 4+ : Jingga/merah (glukosa 2,5-4,0 gr%)
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil lab yaitu terdapat perubahan warna
pada sediaan larutan benedict + urin menjadi berwarna hijau kekuningan ( gambar kanan ) yang
9
jelas, jika dibandingkan dengan larutan kontrol (gambar kiri). Berdasarkan interpretasi hasil
pemeriksaan yaitu didapatkan interpretasi 1+ yang menandakan terdapat kadar glukosa pada
urin sekitar 0,5-1,0 gr%.
V. TES BILIRUBIN
A. PRA ANALITIK
1. Persiapan pasien
Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus
2. Persiapan sampel
Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi. Wadah penampung hendaknya
bersih dan kering
Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin
- Nama : Yudi
- Usia : 14 tahun
- Jenis kelamin : laki- laki
- Alamat : Karang asem
- Penggunaan pengawet : Tidak ada
Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila
terjadi penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin
Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urin sewaktu.
3. Prinsip
Urin direaksikan dengan reagen Fouchet, timbulnya warna hijau atau biru-hijau
menunjukkan adanya bilirubin
4. Alat dan Bahan
Nama Alat Gambar
10
Corong
Kertas Saring
Reagen Fouchert
11
Urin
Pipet Tetes
B. ANALITIK
Cara Kerja:
1. Campurkan 5 ml urin dan 5 ml BaCl2 dalam tabung reaksi, kocok isitabung
2. Saring dengan kertas saring untuk memisahkan presipitatnya
3. Bentangkan kertas saring yang mengandung presipitat ini di atas kertas saring yang
lain kemudian biarkan mongering
4. Tambahkan satu tetes reagen Fouchet ke atas presipitat, perhatikan perubahan warna
C. PASCA ANALITIK
1. Positif: timbul warna hijau atau biru-hijau
2. Negatif : tidak timbul warna hijau atau biru-hijau
12
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Interpretasi : positif, karena terlihatnya warna hijau pada kertas saring sesaat setelah
di teteskan reagen fouchet. Artinya urin pasien mengandung bilirubin. Adanya gangguan
hati seperti: hepatitis, sirosis, maupun kanker hati.
13