Buku panduan skill lab neurologi ini berisi 5 (lima) keterampilan utama, yaitu :
1. Pengkajian Sistem Perkemihan (normal & abnormal)
2. Keterampilan Irigasi Kandung Kemih
3. Ketrampilan Pemasangan Kondom Kateter dan Perawatan Kateter Suprapubik
4. Ketrampilan Perawatan Selang Nefrostomi
5. Ketrampilan Kegel Exercise & Bladder Training
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
penyusunan buku penuntun ini,
Selama Pelatihan
1. Datang 15 menit sebelum CSL dimulai
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah
ditentukan.
3. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap kegiatan
CSL.
4. Memakai atribut / nama yang ditempelkan pada jas laboratorium. Jilbab
dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium
5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan
6. Bagi kegiatan yang menggunakan model memperlakukan model tersebut seperti
manusia atau bagian tubuh manusia.
7. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap
alat / bahan yang ada pada ruang CSL.
8. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat dan bahan
yang telah digunakan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian Sistem Urinari
2. Mahasiswa mampu melakukan ketrampilan pemasangan kondom kateter
3. Mahasiswa mampu melakukan ketrampilan irigasi kandung kemih
4. Mahasiswa mampu melakukan ketrampilan perawatan nefrostomi
5. Mahasiswa mampu melakukan ketrampilan pengambilan sampel urine pada
pemeriksaan urinalisa
6. Mahasiswa mampu melakukan ketrampilan Latihan Kegel’s Exercise dan Bladder
Training
7. Mahasiswa mampu melakukan persiapan CAPD dan Hemodialisa
1. Pengertian
Alat drainase urine eksternal yang mudah digunakan dan aman untuk mengalirkan
urine pada klien
2. Tujuan
a. Mengumpulkan urine dan mengontrol urine inkontinen
Page30
b. Klien dapat melakukan aktifitas fisik tanpa harus merasa malu karena adanya
kebocoran urine (ngompol)
c. Mencegah iritasi pada kulit akibat urine inkontinen.
3. Persiapan
Persiapan pasien
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang
akan dilaksanakan.
d. Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
e. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak
mengancam.
f. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
g. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
h. Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek
selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
i. Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
Persiapan alat
a. Selaput kondom kateter
b. Strip elastic
c. Kantung penampung urine dengan selang drainase
d. Baskom dengan air hangat dan sabun
e. Handuk dan waslap
f. Selimut mandi
g. Sarung tangan
h. Gunting
4. Prosedur
a. Cuci tangan
Page30
A. Pengertian
Irigasi kateter adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan kateter
urine menetap dengan larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus,
atau sedimen dapat terkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung
kemih serta menyebabkan urine tetap berada di tempatnya. Ada dua metode tambahan
untuk irigasi kateter, yaitu :
Page30
1. Irigasi kandung kemih secara tertutup. Sistem ini memungkinkan seringnya irigasi
kontinu tanpa gangguan pada sistem kateter steril. Sistem ini paling sering
digunakan pada kalien yang menjalani bedah genitourinaria dan yang kateternya
berisiko mengalami penyumbatan oleh fragmen lendir dan bekuan darah.
Dokter dapat memprogramkan irigasi kandung kemih untuk klien yang mengalami
infeksi kandung kemih, yang larutannya terdiri dari antiseptik atau antibiotik untuk
membersihkan kandung kemih atau mengobati infeksi lokal. Kdua irigasi tersebut
menerapkan teknik asepsis steril (Potter & Perry, 2005).
Dengan demikian Irigasi kandung kemih adalah proses pencucian kandung kemih
dengan aliran cairan yang telah di programkan oleh dokter.
B. Tujuan
C. Prinsip
1. Menjaga privacy klien
2. Prosedur steril
D. Alat
E. Langkah
c) Tutup klem slang dan gantung kantung larutan pada tiang penggantung IV
d) Buka klem dan alirkan larutan melalui slang, pertahan kan ujung slang steril; tutup
klem
e) Putar “of” bagian irigasi kateter lumen tripel atau hubungkan konektor-Y steril
kateter lumen ganda, kemudian hubungkan ke slang irigasi
f) Yakinkah kantung drainase dan slang dengan aman dihubungkan ke bagian drainase
konektor-Y tripel ke kateter lumen ganda.
Page30
g) Klem slang pada sistem drainase untuk aliran intermetin, buka klem pada slang
irigasi, dan alirkan sejumlah cairan yang diprogrmkan masuk ke kandung kemih
(100 ml adalah normal untuk orang dewasa). Tutup klem slang irigasi, kemudian
buka klem slang drainase.
h) Untuk irigasi kontinu, hitung kecepatan tetesan tetesan dan atur klem pada slang
irigasi secara tepat; yakinkah klem pada slang drainase pada kantung drainas
i) Buang alat yang terkontaminasi, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan.
j) Catat jumlah larutan yang digunakan sebagai iringan, jumlah kembali seperti yang
didrainase, serta konsistensi drainase pada catatan perawat dan lembaran asupan dan
haluaran. Laporkan oklusi kateter, perdarahan tiba-tiba, infeksi, atau peningkatan
nyeri pada dokter.
e. Kateter tiga saluran atau konektor-Y memberikan cara untuk larutan irigasi
masuk ke kandung kemih. Sistem harus tetap steril.
f. Meyakinkan bahwa urine dan larutan irigasi akan mengalir dari kandung kemih
1. Respon
a. Klien mengeluh nyeri atau spasme kandung kemih karena irigan terlalu dingin
b. Ada darah atau bekuan darah dalam slang irigasi
2. Tindakan
Page30
PERAWATAN NEFROSTOMI
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
1. Membantu kenyamanan pasien pasca operasi
2. Mencegah infeksi
3. Mendeteksi dini adanya, hematuri, pola haluaran urin tidak normal, karakteristik
urin tidak normal, jumlah urin dan konsistensi urin tidak normal pula
C. Pengertian
D. Indikasi
1. Obstruksi Haluaran Urin
2. Batu Saluran Kemih
3. Hidronefrosis
E. Kontraindikasi
1. Kanker Ginjal
2. Gagal Ginjal Akut/Kronik
Kegiatan
No Jenis Kegiatan Keterangan
Ya Tidak
1. Persiapan Alat dan Bahan
a. Alat
1) Pinset Anatomis (1)
2) Pinset Sirurgis (2)
3) Gunting Verban/Hecting (1)
4) Gunting Plester ( 1)
5) Kom Besar/ Kecil (1)
6) Perlak (1)
7) Pial Ginjal (1)
8) Bak Steril (1)
Page30
9) Korentang (1)
No Jenis Kegiatan Kegiatan Keterangan
Ya Tidak
2. Persipan Bahan
a. Bahan
1) Kassa Hass Besar dan Kecil
2) Nacl 0,9 %
3) Kalmicetin/ Sufratool
4) Alkohol 70 %
5) Plester Hipavix/ Hansaplas
6) Kapas Lidi
7) Kantong Plastik
8) Sarung Tangan, steril dan bersih
3. Persiapan Pasien
a. Fisik
b. Psikologis
4. Jelaskan prosedur kepada pasien
5. Siapkan peralatan yang diperlukan
6. Ambil kantong plastik dan buat lipatan diatasnya,
letakkan pada tempat yang terjangkau
7. Jaga privasi pasien, seperti tutup bidai dan anggota
badan yang sensitive
8. Pasang perlak pada bagian terbawah dari kateter nefros
yang terpasang
9. Cuci tangan
10. Siapakan cairan fisiologis (Nacl 0,9 %) dalam wadah
Kom besar maupun Kom kecil
11. Siapkan kain Hass besar dan Hass kecil steril yang
akan digunakan
12. Siapkan pinset, gunting verban dan gunting hekting
S dalam Bak steril
13. Siapkan point 10 dan 11 dalam Bak steril
14. Gunakan sarung tangan bersih (diposibel) dan lakukan
pelepasan plester
15. Lepaskan plester mulai dari salah satu ujung plester,
tarik perlahan sejajar dengan bentuk plester yang
terpasang
16. Jika plester sulit di lepaskan, basahi plester dengan
kapas lidi yang telah dibubuhi alkohol/larutan fisiologis
17. Angkat kain Hass satu persatu, dengan menggunakan
Pinset Sirurgis.
18. Pinset diambil dalam wadah steril dengan
A menggunakan Korentang yang telah disediakan
19. Jika kain Hass sulit dilepaskan basahi hass dengan
Page30
Penelitian ini mengenai latihan kegel’s exercise yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
berkemih pada pasien pasca TURP.
Latihan kegel’s exercise dianjurkan pada pasien yang mengalami masalah urodinamik
khususnya pada pasien pasca operasi prostate. Sesuai literature yang diperoleh ;
Paterson, Pinnock & Marshall VR (1997) menjelaskan dribbling setelah berkemih pada pria
merupakan hal yang sangat memalukan. Khususnya pada pasien yang telah menjalani
operasi TURP. Kegel’s exercise/latihan otot dasar pelvik dini pasca TURP dapat
memperbaiki fungsi tersebut.
Paterson, Pinnock & Marshall VR (1997) dan Chang, et.al. (1998) menjelaskan pemberian
latihan otot dasar pelvik dapat memperbaiki urodinamik pada kasus inkontinen urin
khususnya dalam mengatasi dribbling.
Pengertian
Adalah suatu latihan yang dilakukan dengan cara menguatkan otot dasar pelvic
dengan mengencangkan dan mengendurkan otot tersebut.
Tujuan
a. Untuk merelaksasikan otot
b. Untuk memulihkan keluhan dribbling
Indikasi
a. Pada pasien pasca TURP dengan keluhan dribbling
b. Pada pasien dengan inkontinensi urin
Page30
Persiapan Alat
Tempat tidur, kursi
Persiapan Pasien
a. Ciptakan lingkungan/ruangan yang aman dan nyaman
b. Pasien diberitaukan tujuan dan latihan kegel’s exercise
c. Mengatur posisi kenyamanan pasien
Persiapan Lingkungan
a. Mencuci tangan
b. Menjelaskan tujuan latihan kegel’s exercise
c. Memposisikan pasien pada posisi yang nyaman dengan memperhitungkan kodisi
pasien saat itu.
Pendekatan yang dilakukan untuk melatih dan mempraktikkan Kegel’s Exercise adalah
sebagai berikut :
1. Metode latihan otot dasar pelvik paling baik dilatih pertama kali pada saat berkemih.
Pada saat pasien mulai berkemih kemudian pasien diminta untuk melakukan kontraksi
pada otot dasar pelvik/sekitar organ pelvik dengan tujuan memperlambat atau
menghentikan laju aliran urin. Namun pada pasien pasca prostatektomi atau reseksi
prostat dianjurkan melakukan latihan saat kandung kemih dalam keadaan kosong. Pada
pria dalam memastikan otot dasar pelvik berkontraksi, dapat dideteksi dengan
memasukkan ujung jari kedalam anus, jari akan tercengkram kuat oleh sfingter anal dan
saat juga itu juga otot – otot pelvik berkontraksi dengan benar. Atau mempersepsikan
pasien dalam melakukan latihan sama dengan persepsi perawat sebagai pemberi latihan.
2. Alternatif pendekatan untuk memisahkan otot dasar pelvik dapat digunakan dengan cara
kontraksi kegel’s/latihan otot dasar pelvik dengan merasakan penggunaan rektum ketika
menakaan dan mengangkat otot rektum yang digunakan untuk mengeluarkan
flatus/angin.
Page30
3. Membayangkan diri sedang menahan buang gas atau menahan BAB dan memutuskan
secara spontan aliran urin adalah cara yang tepat untuk melakukan latihan ini.
4. Pasien dapat meletakkan tangannya pada abdomen, paha dan bokong untuk meyakinkan
bahwa tidak ada gerakan pada area tersebut ketika melakukan latihan.
6. Pasien secara perlahan melakukan kontraksi dan mengangkat otot dasar pelvik dan
ditahan selama 7 detik, kemudian kendurkan secara perlahan selama 7 detik. Lakukan
pengulangan latihan 10 kali per sesi, dengan frekuensi 3 kali sehari pada minggu 1
7. Pada minggu ke 2 dan ke 3 dalam melakukan kontraksi dan mengangkat otot dasar
pelvik dan ditahan selama 10 detik, kemudian kendurkan secara perlahan selama 10
detik. Lakukan pengulangan latihan 10 kali per sesi, dengan frekuensi 3 kali sehari
8. Pada minggu terakhir dalam melakukan kontraksi dan mengangkat otot dasar pelvik
dan ditahan selama 10 detik, kemudian kendurkan secara perlahan selama 10 detik.
Lakukan pengulangan latihan 15 kali per sesi, dengan frekuensi 3 kali sehari
diinginkan.
d. Dibutuhkan beberapa bulan latihan sebelum terlihat adanya perbaikan secara
signifikant yang dirasakan pasien (Setyawati, 2008).
2. Beberapa latihan yang dapat digunakan untuk melatih kontraksi otot dasar pelvik antara
lain :
a. Saat posisi berdiri
Berdiri dengan kedua kaki, kemudian cobalah untuk melakukan kontraksi pada otot
dasar pelvik seperti saat responden mencoba untuk menahan buang angin. Tahan
kontraksi ini sesuai dengan kemampuan tanpa menahan nafas dan tanpa
mengencangkan otot – otot buttocks
b. Saat posisi duduk
Duduklah dikursi dengan posisi kedua lutut terpisah. Kemudian cobalah untuk
melakukan kontraksi pada otot dasar pelvik seperti saat responden mencoba untuk
menahan buang angin. Tahan kontraksi ini sesuai dengan kemampuan tanpa
menahan nafas dan tanpa mengencangkan otot – otot buttocks
c. Saat posisi berbaring
Posisikan tubuh tidur terlentang dengan kedua lutut di tekuk tanpa saling
berdekatan. Kemudian cobalah untuk melakukan kontraksi pada otot dasar pelvik
seperti saat responden mencoba untuk menahan buang angin. Tahan kontraksi ini
sesuai dengan kemampuan tanpa menahan nafas dan tanpa mengencangkan otot –
otot buttocks
d. Saat berjalan.
Responden dianjurkan mengkontraksikan otot dasar pelvik dengan menarik secara
lembut otot dasar pelvik saat berjalan.
e. Setelah berkemih.
Responden dinjurkan mengkontraksikan otot dasar pelvik seperti saat responden
mencoba untuk menahan buang angin. setelah berkemih. Otot dasar pelvik akan
terasa bergerak, bokong dan otot paha tidak bergerak. Kulit sekitar anus
berkontraksi dan seolah – olah anus “masuk” ke dalam.
Page30
Gambar . Posisi Baring Saat Melakukan Latihan Kegel’s Exercise
Page30
PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN
Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh perawat untuk
mendapatkan data subjektif dan objektif yang dilakukan secara sistematis.
Proses pengkajian meliputi tiga fase, yaitu wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi.
Adapun ketiga fase tersebut adalah sebagai berikut :
A. Wawancara
Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala yang kompleks dan tampak
di seluruh tubuh. Riwayat sakit harus mencakup informasi berikut yang
berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.
1. Keluhan utama pasien atau alasan utama mengapa ia datang ke rumah sakit.
2. Adanya rasa nyeri: kaji lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan urinasi;
faktor-faktor yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya.
3. Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan,
perubahan nafsu makan, sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan
penglihatan kabur.
4. Pola eliminasi
a. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
b. Kaji perubahan warna urin.
Page30
Page30
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M, & Hawks, J.H. (2009). Medical-Surgical Nursing, Clinical Management for
Positive Outcomes. volume 1, 7th edition. St. Louis: Elsevier Inc.
Chang, L.,P., Tsai, H.,L., Huang, T.,S., Wang, M.,T., Hsieh, L.,M., Tsui, H.,K., (1998). The
early effect of pelvic floor muscle exercise after transurethral
prostatectomy. J.Urology Volume 160, Issue 2, Pages 402-405 ¶
1(http://www.jurology.com/article/S0022-5347(01)62908-2/abstract
diakses pada tanggal 11 April 2009 pkl.14.50 WIB).
Darmojo, B., (2009). Buku ajar Boedhi – Darmojo “ Geriatri, ilmu kesehatan usia lanjut”.
hal 226 – 242 dan hal 495 – 505. Jakarta ; Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Hoeman, P., S., (2002). Rehabilitation nursing ; Process, application & outcomes. (3 th ed).
St.Louis, Missouri : Mosby, Inc.
Lewis, Sharon, M., Heitkemper, Margaret, M., & Direksen, Shannon. (2000). Medical
surgical nursing : Assessment and management of clinical problem.
Fifth ed. CV. Mosby. St.Louis
Potter, P. A., dan Perry, A. G. (2005). Fundamentals of Nursing: Concept, Process, and
Practice. Edisi 4. (Terj. Yasmin Asih, et al). Jakarta: Penerbit Buku
EGC.
Purnomo. B. Basuki (2003). Dasar – dasar urologi. Edisi ke – 2. Penerbit sangung seto.
Jakarta
Prince & Wilson (2006). Patofisiologi “Konsep klinis proses – proses penyakit” Buku 2.
Edisi 4. Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta
Silbernagl Stefan & Lang Florian, (2007). Teks & Atlas berwarna patofisiologi. Penerbit
buku kedokteran. EGC. Jakarta
Tibek, S., Klarskov, P., Hansen, L.,B., Thomsen, H., Andresen, H., Jensen, S.,C., Olsen,
N.,M., (2007). Pelvic floor muscle training before transuretharal
resection of the prostate: A randomized, controlled, blinded study.
Scandinavia journal of urology and nephrology. Vol 41 issue 4
Page30
september 2007
(http://www.informaworld.com/smpp/title~content=t71369221 ,
diakses 16 Februari, 2009).
Smeltzer, S.C., &Bare, B.G. (2008). Textbook of Medical-Surgical Nursing. volume 2, 10th
edition. Phillipine: Lippincott Wlliams&Wilkins.
Smelzer & Bare (2006). Buku ajar “ Keperawatan medikal bedah brunner & Suddarth”.
Edisi 8. vol 1. Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta
Tanagho A. Emil & McAninch. W. Jack. (2000). “A lange medical book. Smith’s. General
urology. Fiftennth edition. The McGraw – Hill companies, New York.
Page30