Anda di halaman 1dari 27

“KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TENTANG PENGAMBILAN SPESIMEN URIN

FECES”

Untuk melengkapi tugas

“KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK KEBIDANAN”

Di Susun oleh:

1. Ni Kadek Cahyaningsih 151191002


2. Reni Angelina 151191008
3. Dian Cahya Putri 151191010

S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan bahasan “Kebutuhan Dasar Manusia
Tentang Spesimen Urin, Darah< dan Feces” ini untuk melengkapi tugas Keterampilan Dasar
Praktek Kebidanan. Makalah ini disusun dari penyeleksian beberapa sumber yang ada.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan.

ii
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................i

Kata Pengantar.............................................................................ii

Daftar Isi ....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................2
1.3 Tujuan............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kebutuhan Dasar Manusia Tenatang Pengambilan

Spesimen Urin, dan feses.................................................3

2.1.2 Urin......................................................................3

2.1.2 Feces..................................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................22

3.2 Saran....................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekarang ini, banyak penyakit yang bertambah dan merajalela dalam kehidupan
masyarakat. Akan tetapi, penyakit infeksi tetap menjadi primadona penyakit yang paling
sering menyerang manusia.

Penyakit infeksi yang ditimbul sering diakibatkan mikroorganisme yang bersifat


patogen. Dalam pemeriksaan penyakit infeksi, biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan
anamnesa guna menemukan etiologi penyakit. Cara lain dalam menegakkan diagnosa
guna menemukan mikroorganisme apa yang menjadi penyebab suatu penyakit adalah
dengan cara pemeriksaan spesimen.

Oleh karena itu, bagi orang yang berprofesi dalam bidang kesehatan, misalnya
bidan, harus mengetahui dan memahami betul cara pengelolaan spesimen yang
berhubungan dalam praktik kebidanan. Yang harus diperhatikan dalam hal pengelolaan
spesimen adalah: Cara Pengambilan/Penyimpanan/Pengiriman spesimen. Adapun tujuan
dari pemahaman cara pengelolaan spesimen tersebut adalah agar spesimen dapat
memberikan hasil yang akurat dalam pemeriksaan secara makroskopis/mikroskopis dan
spesimen tidak rusak dalam rentang waktu pengiriman ke laboratorium. Salah satu hal
paling penting yang mendasari cara pengelolaan spesimen yaitu harus diperhatikan tujuan
pengambilan spesimen. Spesimen diambil apakah untuk pemeriksaan
mikrobiologi/patologi klinik/patologi anatomi/parasitologi. Hal ini harus diperhatikan
sebab prosedur pengelolaan spesimen pada setiap bidang pastilah berbeda. Dalam
makalah ini dipaparkan mulai dari cara pengambilan, penyimpanan. Dimana, pada
makalah ini ditekankan pada cara pengelolaan spesimen feses, darah, cairan pervagina,
dan secret.

1
1.2 Rumusan Masalah

Apa saja kebutuhan dasar manusia tentang pengambilan specimen urin dan feses?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui apa saja kebutuhan dasar manusia tentang pengambilan specimen
urin dan feses!

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.1 PENGAMBILAN SAMPEL FESES

A. Pengertian
Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces
sebagai bahan pemeriksaan , yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur : jenis
makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya.
B. Tujuan 
Mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan feses rutin Pemeriksaan dengan menggunakan spesimen feses bertujuan
untuk mendeteksi adanya kuman, seperti kelompok salmonela, sigela, sherichia coil,
stafilokokus, dan lain-lain.

C. Indikasi Pemeriksaan

 Adanya diare dan konstipasi                         


 Adanya ikterus
 Adanya gangguan pencernaan                       
 Adanya lendir dalam tinja
 Kecurigaan penyakit gastrointestinal            
  Adanya darah dalam tinja

D. Syarat pengumpulan feces


 Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak
dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
 Pasien dilarang menelan  Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum
pemeriksaan.
 Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
 Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
 Pasien konstipasi

3
E. Waktu 
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.

F. Alat-alat

1.Sarung tangan
2 Spatel steril
3 Hand scoon bersih
4 Vasseline
5 Lidi kapas steril
6 Pot tinja
7 Bengkok
8. Perlak pengalas
9.Tissue
10.Tempat bahan pemeriksaan
11.Sampiran

G. Cara kerja
Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
1.  Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
2.  Menyiapkan alat yang diperlukan
3.  Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
4.  Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5.  Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah
specimen kemudian tutup dan bungkus
6. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing  dan adanya parasit
pada sampel
7. Buang alat dengan benar
8. Cuci tangan
9.  Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
10.  Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi
sendiri:

4
1.Mendekatkan alat
2.Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
3.Mencuci tangan
4.Memasang perlak pengalas dan sampiran
5.Melepas pakaian bawah pasien
6.Mengatur posisi dorsal recumbent
7.Memakan hand scoon
8.Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas
kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
9.Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam
tempatnya.
10.Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
11.Melepas hand scoon
12.Merapikan pasien
13.  Mencuci tangan

Prosedur pengambilan feses pada bayi :

1.Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang
akan dilakukan pada bayinya

2.Menyiapkan alat yang diperlukan


3.Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak
dengan urine
4.Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5.Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah
specimen kemudian tutup dan bungkus
6.Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit
pada sampel
7.Buang alat dengan benar
8. Cuci tangan
9.Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
10.Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

H.Jenis Pemeriksaan Feses

5
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang
memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya
bagian yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsur-
unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi
tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.

1. Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri


atas : 
  -  Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang:
konsistensi, warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir
menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena
amuba atau bakteri shigella.
-  Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop:
leukosit, eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya
amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba
tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien
dari infeksi parasit tersebut.
- Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya  Darah Samar,
Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam feses / tinja

2. Pemeriksaan feces kultur merupakan pemeriksaan feces melalui biakan

Tujuan : mendapatkan spesimen tinja/feses yang memenuhi


persyaratan untuk  pemeriksaan feses rutin 
Waktu : pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal
dan sebaiknya sebelum pemberian anti biotik.
Alat-alat : -lidi kapas steril 
                 -pot tinja
Cara kerja :
 Penderita diharuskan buang air kecil terlebih dahulu karena tinja tidak boleh
boleh tercemar urine
 intruksikan pada penderita untuk buang air besar langsung kedalam pot tinja
( kira kira 5gram )
 tutup pot dengan rapat

6
 Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis spesimen 

I. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan feses :


Umumnya dilakukan di rumah/laboratorium (Bila di rumah, feses sebaiknya
dibawa ke laboratorium, kurang dari 1 jam)

J. Hal – hal yang perlu diperhatikan


1. Penyimpanan
 Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
 Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun
Pepton water
 Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu
4°C

2. Pengiriman

 Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang


 Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada
media Tetra Thionate Broth
3. Mengumpulkan spesimen feses
Alat :
 Pispot yang bersih
 Sarung tangan
 Wadah spesimen dari plastik berlebel dengan penutup, hapusan steril
pada tabung untuk kultur feses
 Dua spatel
 Tissue
 Slip permintaan dari laoratorium yang terisi lenkap
 Penyegar udara
4. Pemeriksaan feses untuk darah samar
Alat:
 Pispot yang bersih
 Sarung tangan
 Dua spatel
7
 Tissue
5. Persiapan perawat sebelum pemeriksaan  :
 Kumpulkan peralatan yang di perlukan
 Pasang tanda di kamar mandi klien bila diperlukan spesimen feses
sesuai waktu
6. Pelaksanaan
 Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal
tersebut harus dilakukan dan apakah klien dapat bekerjasama.
 Berikan informasi dan interupsi kepada klien yang dapet berjalan
7. Tujuan pengambilan spesimen feses dan bagaimana klien dapat mebantu
mengumpulkannya
 Defekasi pada pispot yang bersih
 Jangan sampai spesimen terkontaminasi dengan urin atau darah
menstruasi. Jika memungkinkan klien berkrmih dulu sebelum
mengumpulkan spesimen
 Jangan membuang tisu ke dalam pispot defekasi karena kandungan
kertas dapat mempengaruhian alisis laboratorium
 Beritahu perawat secepat mungkin setelah defekasi terutama
setelah mendapatkan spesimen dan segera dikirim ke laboratorium
 Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lainnya
yang sesuai. Ketika mengambil sampel feses yaitu saat membawa
pispot klien, saat memindahkan sampel feses ke wadah spesimen,
saat membuang sisa pada pispot, perawat melakukan teknik aseptik
dengan cermat.
 Berikan privasi klien
 Bantu klien yang memerlukan bantuan
 Bantu klien memakai pispot yang diletakkan di atas kursi di
samping tempat tidur atau di bawah dudukan toilet di kamar mandi
 Setelah klien defekasi tutup pispot bertujuan untuk mengurangi
rasa bau dan malu pada klien
 Pasang sarung tangan untuk menghindari kontaminasi pada tangan
dan bersihkan klien sesuai dengan kebutuhan. Inspeksi sekitar anus

8
untuk memeriksa adanya iritasi bila klien sering defekasi dan
fesesnya cair.
 Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah feses
 Gunakan satu atau dua spatel untuk memindahkan sejumlah atau
semua feses ke dalam wadah spesimen, hati-hati agar tidak
mengontaminasi bagian luar wadah. Jumlah desse yang dikirim
bergantung pada tujuan pengumpulan spesimen feses. Biasanya
pemeriksaan cukup membutuhkan 2 ,5 cm feses yang berbentuk
atau 15-30 ml fese cair. Untuk beberapa spesime waktu,seluruh
feses yang keluar mungkin perlu di kirimkan, mukius atau darah
yang terlihat harus disertakan pada sampel.
 Untuk kultur, masukkan swab steril kedalam spesimen. Letakkan
swab kedalam tabung periksa steril dengan menggunakan teknik
steril.
 Bungkus spatel yang telah digunakan dengan tissue sebelum
membuangnya kedalam wadah pembuangan. Tindakan ini
membantu mencegah penyebaran mikroorganisme melui kontak
dengan benda lain
 Tutup wadah segera setelah spesimen berada di dalam wadah
 Pastikan klien dalam keadaan nyaman
 Kosongkan dan bersihkan pispot dan letakkan kembali ke
tempatnya
 Lepaskan sarung tangan
 Gunakan penyegar udara untuk mrenghilangkan bau kecuali
dikontra indikasikan untuk klien (misalmnya semprotan yang
meningkatkan dispenia)
 Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium
 Pastikan informasi yang benar terdapat pada slip permintaan
laboratorium dan pada label yang melekat di wadah specimen
 Atur spesimen agar di bawa ke laboratorium untuk kultur atau
pemeriksaan parasit perlu segera dikirim. Bila tidak
memungkinkan ikuti petunjuk pada wadah spesimen. Pada
beberapa institusi pendinginan di indikasikan karena perubahan

9
bakteriologis terjadi pada spesimen feses dalam suhu ruangan.
Jangan pernah meletakkan spesimen dalam tempat pendingin yang
berisi makanan dan obat-obatan untuk mencegah kontaminasi 

2.1.2 SPESIMEN PENGAMBILAN URINE

A. Pengertian Pengambilan Sempel Urine

Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk


pmemeriksaan labolatorium. 

B. Tujuan pengambilan sempel urine

1. Untuk mengetahui adanya kelainan urine secara langsung. Urine akan


diambil sebagai spesimen atau sampel laboratorium apabila diperlukan.
Beberapa kasus yang memerlukan sampel urine adalah diabetes,
proteinuria, dan adanya gangguan ginjal.  

2. Untuk membantu penegakan dini diagnosa awal. Urine terdiri dari air


dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal
dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa,
diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang
tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa
yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis.
Urea yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik
untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos. 

C. Jenis – Jenis pengambilan Urine

1.Urin sewaktu

Spesimen urin yang paling sering diambil karena pengambilannya


mudah dan tidak membutuhkan persiapan. Urin sewaktu digunakan sebagai
10
uji skrining untuk deteksi kelainan ginjal. Perlu diperhatikan riwayat diit atau
aktivitas fisik sebelumnya.

2.Urin pagi

Spesimen urin yang paling ideal untuk uji skrining, karena urinnya
yang lebih pekat dapat mendeteksi bahan kimia dan sedimen yang tidak
ditemukan pada urin sewaktu. Spesimen diambil pada urin pertama setelah
bangun tidur, dan segera dikirim ke laboratorium kurang dari 2 jam.

3.Urin 24 jam

Spesimen urin yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, dimulai dan


diakhiri dengan kandung kemih yang kosong. Urin ini merupakan spesimen
yang paling ideal untuk menghitung klirens kreatinin, tapi memiliki
kelemahan dalam pengumpulannya yang merepotkan pasien terutama pada
pasien rawat jalan.

4.Urin puasa (pagi kedua)

Spesimen yang diambil setelah pasien puasa pada urin yang kedua
setelah urin pagi, sehingga urin tidak mengandung bahan sisa metabolit
makanan terakhir sebelum puasa. Spesimen ini digunakan untuk skrining dan
monitoring diabetes.

5. Urin 2 jam setelah makan

Spesimen diambil 2 jam setelah makan (setelah sebelumnya puasa)


untuk melihat adanya glukosuria pada monitoring pasien diabetes. Hasilnya
dibandingkan dengan urin puasa dan pemeriksaan glukosa darah.

6. Urin dari kateter

Spesimen urin diambil menggunakan kateter. Biasanya digunakan


pada pasien yang tidak bisa kencing atau pada pemeriksaan kultur urin. Jika
urinalisis dan kultur urin diperiksa bersama, maka spesimen untuk kultur
harus diambil terlebih dahulu untuk mencegah kontaminasi.

7. Urin porsi tengah

11
Cara pengambilan urin yang lebih aman dan tidak traumatik dibandingkan
dengan kateter. Pengambilan dengan porsi tengah sebaiknya digunakan untuk
setiap pemeriksaan urin rutin dan kultur bakteri, karena kontaminasi sel epitel
dan bakteri lebih sedikit. Genetalia eksterna dibersihkan sebelum dilakukan
pengambilan, urin yang pertama kali keluar dibuang, urin bagian tengah
ditampung pada pot urin, dan selanjutnya urin terakhir dibuang. Pengambilan
spesimen urin porsi tengah (diambil dari Laboratory procedures for medical
office personnel)

8. Urin suprapubik

Pengambilan spesimen urin menggunakan jarum yang ditusukkan dari


abdomen menembus kandung kemih. Spesimen ini digunakan untuk kultur
urin dan pemeriksaan sitologi.

9. Urin pediatrik

Pengambilan spesimen urin pada anak-anak merupakan pengambilan


urin yang paling sulit. Ada beberapa cara salah satunya menggunakan kantong
plastik khusus dengan perekat hipoalergenik. Spesimen steril bisa didapatkan
menggunakan kateter atau aspirasi suprapubik.

D. Indikasi tes urine

Tes urine dianjurkan dilakukan untuk beberapa tujuan berikut ini:

1. Untuk pemeriksaan kesehatan rutin

Tes urine umumnya dilakukan setiap 1 tahun sekali untuk memantau


kondisi kesehatan seseorang, terlebih bagi seseorang yang memiliki
riwayat penyakit ginjal, hipertensi, dan liver.

2. Mendiagnosis suatu penyakit

Beberapa penyakit seperti batu ginjal, diabetes, kerusakan


ginjal, infeksi saluran kemih, penyakit liver, kerusakan otot atau
kondisi lainnya juga dapat diketahui melalui tes urine.

3. Memantau perkembangan suatu penyakit

12
Tes urine dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu
penyakit bertambah parah atau tidak. Misalnya untuk memantau
perkembangan diabetes.

4. Mendeteksi penggunaan obat-obatan 

Tes urine juga dapat digunakan untuk mendeteksi penggunaan obat-


obatan atau bahan kimia pada seseorang. Misalnya penggunaan obat-
obatan kokain, ganja, methamphetamine, opium, barbiturate, dan
lainnya.

5. Mengetahui kehamilan

Kehamilan dapat dideteksi melalui urine, yaitu dengan


menggunakan test pack. Tes kehamilan menggunakan test pack dapat
dilakukan di rumah dengan mudah. Caranya sangat mudah yaitu
dengan mengumpulkan urine Anda, lalu meletakkan test pack pada
urine tersebut. 

E.Macam-macam Pemeriksaan Sampel Urine

Bahan urine untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil


pagi hari. Bahan urine dapat diambil dengan cara punksi suprapubik
(suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream
urine). Bahan urine yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah
yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril. 

1. PunksiSuprapubik.  
Pengambilan urine dengan punksi suprapubik dilakukan
pengambilan urine langsung dari kandung kemih melalui kulit dan
dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada
punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada
daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis
baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh
pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.  

2. KateterBahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit
yang steril.
13
Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter
yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Tempat
penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter
yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin
yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urine yang
diperoleh dari punksi suprapubik.

3. Urine PorsiTengah .

Urine porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis


merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak
menimbulkan ketidak nyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko
kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh
menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat
mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negative. 

F. Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita: : 

 Siapkanbeberapapotongankasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan


muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong
kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam
keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan
daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum
pembersihandaerah vagina selesai

 Dengan 2 jaripisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan


potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan
ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah. 

 Bilasdaerahtersebutdari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang


dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan
kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra.
Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan
potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat
sampah. 

 Dengantetapmemisahkankedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa


mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin
14
selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah
wadah terisi. 

 Setelahselesai, tutupkembali wadah urine dengan rapat dan bersihkan dinding


luar wadah dari urine yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada
wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium. 

G. Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria: 

 Siapkanbeberapapotongankasa steril untuk membersihkan daerah penis dan


muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong
kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan
air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering.
Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut.
Siapkan pula wadah steril dan jangan buka
tutupnyasebelumpembersihanselesai.

 Tarik prepusiumkebelakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung


penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai
ketempat sampah.

 Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi
sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang
kering. Buang kasa yang telah dipakai kedalam tempat sampah.

 Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang


beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar
berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi seperti gasampai setengahnya.

 Setelah selesai, tutup kembali wadah urine dengan rapat dan bersihkan
dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita
pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium. 

H. Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey) 

Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri


dari urin empat porsi yaitu: 

 Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra. 

15
 Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi
buli-buli. 

 Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat. 

 Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat. 

I. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter


penting ISK yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi
warna, berat jenis dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin
tetap dilakukan. 

J. Pemeriksaan Dipstik 

Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif


pemeriksaan leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui
leukosituri, dipstik akan bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang
terdapat dalam granul primer netrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri,
dipstik akan bereaksi dengan nitrit (yang merupakan hasil perubahan nitrat
oleh enzym nitrate reductase pada bakteri). Penentuan nitrit sering
memberikan hasil false-negative karena tidak semua bakteri patogen memiliki
kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun akibat obat
diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan
spesifisitas 70 – 98%. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari
80% dan negative predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan
ini tidak lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urine dan
kultur urine. Pemeriksaan dipstik digunakan pada kasus skrining follow up.
Apabila kedua hasil menunjukkan hasil negatif, maka urine tidak perlu
dilakukan kultur. 

K. Pemeriksaan Mikroskopik Urine 

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah


leukosit dan bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna
adalah &; 10 / lapang pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang
bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur. Pemeriksaan

16
langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa.
Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu
dilakukan pemeriksaan kultur. 

L. Pemeriksaan Kultur Urine

Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari


kultur urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah
koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa
bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh
koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh
kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara
uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml urin,
kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan
biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan
pemberian antibiotika sebelumnya.1,5 Perlu diperhatikan pula banyaknya
jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka
kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi

J. Prosedur Pengumpulan Sampel Urine 

Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali


dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen,
penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.
Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana
aliran pertama urine dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam
wadah yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine
habis. Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba
dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine. Sebelum dan sesudah
pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai bersih
dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. Pasien
juga perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang
sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung
spesimen. Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain
(mis. keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu

17
mengenai cara pengumpulan sampel urin, mereka harus mencuci tangannya
sebelum dan sesudah pengumpulan sampel, menampung urine midstream
dengan baik. Untuk pasien anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimaotivasi
untuk mengeluarkan urine. Pada pasien bayi dipasang kantung penampung
urine pada genitalia. Pada kondisi tertentu, urine kateter juga dapat digunakan.
Dalam keadaan khusus, misalnya pasien dalam keadaan koma atau pasien
gelisah, diperlukan kateterisasi kandung kemih melalui uretra. Prosedur ini
menyebabkan 1 - 2 % risiko infeksi dan menimbulkan trauma uretra dan
kandung kemih. Untuk menampung urine dari kateter, lakukan desinfeksi
pada bagian selang kateter dengan menggunakan alkohol 70%. Aspirasi urine
dengan menggunakan spuit sebanyak 10 – 12 ml. Masukkan urine ke dalam
wadah dan tutup rapat. Segera kirim sampel urine ke laboratorium. Untuk
mendapatkan informasi mengenai kadar analit dalam urine biasanya
diperlukan sampel urine 24 jam. 

Cara pengumpulan urine 24 jam adalah : 

1. Pada hari pengumpulan, pasien harus membuang urine pagi


pertama. Catat tanggal dan waktunya. Semua urine yang dikeluarkan
pada periode selanjutnya ditampung. 

2. Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus


dikosongkan terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air seni
dan kontaminasi feses pada sampel urin wanita. 

3. Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada


wadah, pengumpulan urine dihentikan. Spesimen urine sebaiknya
didinginkan selama periode pengumpulan. 

Cara pengambilan sampel urine clean-catch pada pasien wanita : 

1. Pasienharusmencucitangannya dengan memakai sabun lalu


mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. 

2. Tanggalkanpakaiandalam, lebarkan labia dengan satu tangan 

3. Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah


dari depan ke belakang 
18
4. Bilasdengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang lain. 

5. Selama proses iniberlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari


tangan jangan menyentuh daerah yang telah dibersihkan. 

6. Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine


selanjutnya ditampung dalam wadah steril yang telah disediakan.
Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan
agar urine tidak membasahi bagian luar wadah. 

7. Wadahditutuprapatdan segera dikirim ke laboratorium. 

Cara pengambilan urine clean-catch pada pasien pria : 

1. Pasienharusmencucitangannya dengan memakai sabun lalu


mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue. 

2. Jikatidakdisunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan urine, aliran


urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya ditampung
dalam wadah steril yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai
sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine tidak membasahi
bagian luar wadah. 

3. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim kelaboratorium.Aspirasi jarum


suprapubik transabdominal kandung kemih merupakan cara
mendapatkan sampel urine yang paling murni. Pengumpulan urine
aspirasi suprapubik harus dilakukan pada kandung kemih yang penuh. 

 Lakukandesinfeksikulit di daerah suprapubik dengan Povidone


iodine 10% kemudian bersihkan sisa Povidone iodine dengan
alkohol 70% 
 Aspirasi urine tepat di titik suprapubik dengan menggunakan
spuit 
 Diambil urine sebanyak ± 20 ml dengan cara aseptik/suci hama
(dilakukan oleh petugas yang berkompenten) 
 Masukkan urine kedalam wadah yang steril dan tutup rapat. 
 Segeradikirimkelaboratorium. 

19
K. Persiapan alat

 Formulir khusus untuk pemeriksaan urine

 Wadah urine dengan tutupnya

 Hand scoon

 Kertas etiket

 Bengkok

 Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium

L.  Prosedur tindakan

 Mencuci tangan

 Mengisi formulir

 Memberi etiket pada wadah

 Memakai hand scoon

 Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian


ditutup rapat.

 Menyesuaikan data formulir dengan data pada tiket

 Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi

 Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.

 Membereskan dan merapikan alat

 Melepas hand scoon

 Mencuci tangan

M. Hal Yang Perlu Di Perhatikan

Yang harus diperhatikan dalam hal pengelolaan spesimen adalah: Cara


Pengambilan/Penyimpanan/Pengiriman specimen . Adapun tujuan dari
pemahaman cara pengelolaan spesimen tersebut adalah agar spesimen dapat
memberikan hasil yang akurat dalam pemeriksaan secara
makroskopis/mikroskopis dan spesimen tidak rusak dalam rentang waktu
20
pengiriman ke laboratorium. Urin merupakan media pertumbuhan yang baik
untuk bakteri, baik bakteri patogen maupun bakteri kontaminan, sehingga
dibutuhkan penanganan dan pengolahan spesimen urin yang benar. Beberapa
dari pemeriksaan kultur dengan spesimen urin yang tertunda menunjukkan
adanya peningkatan jumlah total koloni (colony forming unit) per mL sampai
1.105 CFU/mL, sehingga menyebabkan hasil positif palsu. Berdasarkan hasil
penelitian Krihariyani (2010); Delanghe and Speeckaert (2014), yang saat ini
direkomendasikan bahwa spesimen urin harus segera diperiksa kurang dari
dua jam setelah diperoleh dari tubuh pasien kecuali spesimen telah
didinginkan dalam kulkas atau disimpan dengan penambahan bahan pengawet
asam borat. Jumlah bakteri pada spesimen urin yang disimpan di kulkas (4°C)
tetap konstan selama dua puluh empat jam (Bailey & Scott's, 2007; Garcia,
2010; CLSI, 2015).

Peralatan yang digunakan sebagai tempat untuk penjagaan suhu dan


penyimpanan adalah sebagai berikut(Bailey & Scott's, 2007; Garcia, 2010;
Kemenkes RI, 2014):

a. Refrigerator.

Digunakan untuk menyimpan spesimen urin tertunda dan selanjutnya


dikirim ke laboratorium dalam waktu ≥ 24 jam. Fungsi utama refrigerator
adalah untuk menghambat atau memperlambat pertumbuhan bakteri sehingga
media, obat, spesimen dan bahan lainnya memiliki daya pakai yang lebih
lama. Spesimen urin tidak direkomendasikan disimpan dalam freezer karena
tidak semua bakteri dapat bertahan dalam temperatur beku.

b. Boric Acid Sodium Format/Boric Acid Glyserol.

Spesimen urin tertunda lebih dari 24 jam harus disimpan ke dalam


tabung yang sudah dipreservasi dengan Boric Acid Sodium Format/Boric
Acid Glycerol (volume urin 3 mL).

c. Coolbox.

Pengiriman spesimen dilakukan menggunakan coolbox kecuali jika


waktu perjalanan yang dibutuhkan kurang dari 2 jam.

 
21
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Simpulan yang dapat kami simpulkan adalah Pengambilan spesimen atau


bahan pemeriksaan merupakan langkah awal yang sangat menentukan hasil
pemeriksaan dalam rangka memperoleh jawaban yang menentukan penyebab infeksi.
Hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologik sangat ditentukan oleh cara
pengambilan, saat pengambilan dan seleksi spesimen. Pengambilan spesimen
dilakukan dengan standar prosedur yang ada. Menyediakan dan mengirim bahan
pemeriksaan laboratarium sesuai dengan tindakan pemeriksaan yang akan dilakukan
terhadap pasien atau klien yang bersangkutan. Bahan pemeriksaan dapat segera
dikirimkan ke laboratarium untuk diperiksa. Sehingga hasilnya secepatnya dapat
digunakan untuk menentukan dan mengetahui perkembangan penyakit pasien atau
klien bersangkutan.

3.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah sebagai tenaga kesehatan yang
profesional dituntut mampu untuk mengerjakan segala sesuatunya dengan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, kita harus selalu mengupdate ilmu dalam segala hal
terutama dalam hal kebidanan

22
DAFTAR PUSTAKA

Ghadira,Saufa.2018.PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH VENA &


ARTERI,URIN, FESES DAN SPUTUM.
https://seputarkuliahkesehatan.blogspot.com/2018/03/makalah-pengambilan-
spesimen-darah-vena.html?m=1 ( diakses 30 september 2020)

Augustavania, Aviolist. 2015.PENGAMBILAN SEMPEL FESES.


https://www.scribd.com/document/256424363/PENGAMBILAN-SAMPEL-FESES
( diakses 7 oktober 2020)

https://www.scribd.com/doc/294395493/Makalah-Pengambilan-Spesimen-KDK-BU-
Della

file:///C:/Users/Acer/Downloads/urin.pdf

file:///C:/Users/Acer/Downloads/fases.pdf

Miss,R. 2016. Persiapan dan Pengambilan Spesimen .


https://rutheworld.wordpress.com/2016/04/02/persiapan-dan-pengambilan-
spesimen/. ( diakses 30 september 2020)

23
24

Anda mungkin juga menyukai