Anda di halaman 1dari 22

SAMPEL

PEMERIKSAAN
BIOLOGI MOLEKULER
(SERUM, LCS, URIN)
ANGGOTA KELOMPOK

1. Dhea Elvara Putri 2113353003


2. Eldest Saputra 2113353007
3. Khoyrotunnisa 2113353010
4. Laura Lidiah Wati 2113353011
5. Muhammad Dani Pratama 2113353013
6. Tiara Febiola 2113353017
7. Novita Arisanti 2113353022
8. Made Kinta Yuliana 2113353033
9. Annisa Revalina Claresta 2113353047
10. Davina Olivia Az-zahra 2113353027
11. Intan Dwi Clara 2113353039
12. Annisa Ulul Afivah 2113353048
Pemeriksaan Biologi Molekuler
Pemeriksaan biologi molekuler adalah teknik atau metode yang digunakan untuk menganalisis
dan mendeteksi informasi genetik pada tingkat molekuler. Beberapa teknik yang umum digunakan dalam
pemeriksaan biologi molekuler meliputi: PCR (Polymerase Chain Reaction): metode ini memungkinkan
amplifikasi atau penggandaan fragmen DNA target secara khusus. PCR digunakan untuk mendeteksi dan
mengamplifikasi DNA atau RNA target, seperti deteksi infeksi, identifikasi patogen, analisis forensik, atau
diagnosis penyakit genetik.

Pemeriksaan biologi molekuler menggunakan berbagai jenis sampel untuk analisis. Beberapa
sampel yang digunakan dalam pemeriksaan biologi molekuler adalah serum, LCS, dan urin. Beberapa
sampel tersebut harus diambil dan ditangani serta disimpan dengan baik untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan yang baik.
SPESIMEN SERUM
Serum merupakan bagian yang ada di dalam darah serta
memiliki komposisi pembuatnya sama dengan pembuat plasma darah.
Namun serum darah ini tidak termasuk memiliki fungsi dalam
membekukan darah. Hal ini membuat serum tidak menggumpal
seperti plasma darah. Jika ingin melihat keberadaan dari serum darah
ini bisa dilakukan dengan cara membekukan semua agen yang ada di
dalam darah kemudian agen tersebut dilakukan pemutaran progesif
atau juga bisa dilakukan dengan cara mengambil sampel darah dan
bagian darah yang menggumpal diambil. Bagian yang tidak diambil
itulah yang dinamakan sebagai serum darah. Zat yang ada di dalam
serum darah mencakup elekrolit termasuk protein. Hal ini disebabkan
protein tidak bisa menggumpalkan darah.
CARA PENGAMBILAN SAMPEL

1. Pengambilan darah dilakukan pada vena median cubiti yang sebelumnya


dibersihkan menggunakan kapas alkohol 70%, dan ditunggu sampai kering.
2. Pada lengan atas dipasang torniquet dan pasien diminta untuk mengepalkan
jarinya untuk dilakukan pembendungan sehingga vena terlihat jelas.
3. Kemudian vena ditusuk dengan jarum spuit, dan darah dihisap sesuai
dengan volume yang dibutuhkan, pasien diminta untuk membuka kepalan
jari dan torniquet pada lengan dilepas.
4. Diletakkan kapas kering diatas jarum spuit lalu jarum spuit ditarik
perlahan-lahan. Darah yang sudah didapat dipindahkan ke dalam tabung
melalui dinding tabung dan diberi identitas.
5. Darah dikeluarkan dari spuit setelah jarum pada spuit telah di lepas terlebih dahulu
kemudian dimasukkan kedalam tabung dan diberi identitas.

6. Diamkan pada suhu ruang selama 30 – 60 menit.

7. dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selamat 10 menit.

8. Cairan jernih (serum) dipisahkan dari bekuan darah lalu tabung diberi identitas.
PENANGANAN SAMPEL
Sel-sel dan faktor pembekuan harus dikeluarkan dari sampel darah dengan
memberikan waktu yang cukup agar bekuan dapat terbentuk. Sebagian besar produsen
sistem pengumpulan sampel serum merekomendasikan waktu 30-60 menit pada suhu kamar
agar gumpalan dapat terbentuk dan lebih lama lagi jika subjek mengonsumsi antikoagulan
apa pun saat pengambilan sampel.

Pemilihan tabung pengumpul diserahkan kepada kebijaksanaan individu selama


tabung tersebut tanpa bahan tambahan dan dirancang untuk isolasi serum oleh produsen. Hal
ini sesuai dengan praktik standar dalam diagnostik klinis. Sampel serum yang didiamkan
kurang dari 30 menit kemungkinan besar akan mempertahankan elemen seluler dan
kontaminan lain yang berdampak pada analisis di masa mendatang. Sampel yang disimpan
lebih dari 60 menit kemungkinan besar akan mengalami lisis sel dalam bekuan darah,
melepaskan komponen seluler yang biasanya tidak ditemukan dalam sampel serum.
PENYIMPANAN SAMPEL

Jika sampel yang kita simpan adalah darah, serum atau plasma, penyimpanan
pada suhu ruang hanya bertahan selama 1-2 hari. Penyimpanan pada lemari beku suhu
4C, hanya bertahan hingga 7 hari. Penyimpanan untuk 1 bulan, sampel dapat
dibekukan pada suhu -20C. Penyimpanan terbaik adalah pada suhu -80C, sampel
dapat bertahan lebih dari 5 tahun. Umumnya, penyimpanan lama, akan menurunkan
kemurnian dari DNA genom.

Bahan sampel terutama dalam bentuk cairan, harap disimpan dalam bentuk
alikuot atau ditaruh di lebih dari 1 tabung. Hal ini bertujuan mencegah kerusakan
bahan sampel akibat proses cair-beku-cair ("thawing") saat melakukan isolasi genom
DNA.
SPESIMEN LCS

Cairan serebrospinal atau zalir serebrospinal adalah sejenis cairan tubuh


yang menempati ruang sub-arachnoid dan sistem ventrikular yang menyelimuti
otak dan sumsum tulang belakang. CSF merupakan larutan yang menyangga
sistem saraf pusat dan diproduksi di bagian choroid plexus otak.

Cairan serebrospinal aktif dari epitel . LCS dibentuk dari kombinasi filtrasi
kapiler dan sekresi hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi
konsenuasi Na , K , bikarbonat , Cairan , glukosa yang lebih kecil dan
konsentrasi Mg dan klorida yang lebih tinggi. Ph LCS lebih rendah dari darah.
PENGAMBILAN SAMPEL
1. Kumpulkan baki pungsi lumbal yang steril , larutan antiseptik ( misalkan povidon iodine),
anastesi lokal ( misalkan lidokain ) , sarung tangan steril dan perekat.
2. Minta pasien melakukan posisi " janin " , yaitu berbaring menyamping punggung
membungkuk , dagu menempel ke dada , dan lutut didekatkan ke perut . Pasien juga bisa
duduk dengan tubuh bersandar ke depan atau memeluk bantal.

3. Berikan nomor pada ketiga tabung uji dengan nomor 1 , 2 , 3 .


PENGAMBILAN SAMPEL
4. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan larutan Povidon
iodin di ikuti larutan alkohol 70 % dan tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal di
biarkan terbuka .Tusukkan bevel steril beserta stylet - nya ( khusus untuk pungsi lumbal ) di antara
vertebra lumbalis III dan IV atau vertebra lumbalis IV dan V , sedalam 4-5 cm . selanjutnya , cabut
stylet dan biarkan cairan mengalir ke luar melalui bevel.

5. Dipantau tekanan cairan spinal dengan menggnakan manometer yang dipasang pada jarum . Petugas
harus mengambil 9-12 ml total cairan spinal . Masukkan 3 ml dalam tabung nomor 1 , 3 ml dalam
tabung nomor 2 , dan 3 ml dalam tabung nomor 3. Tabung pertama mungkin terkontaminasi ( dengan
darah yang berasal dari pungsi spinal ) , dan tidak boleh digunakan untuk mengukur hitung sel , kultur
atau kandungan proteinnya

6. Mengumpulkan spesimen berdasarkan urutan numerik tabung uji . Jangan mengacak nomornya
Tabung uji pertama mungkin berisi sel darah merah karena injeksi jarum . Untuk uji kultur , dapat
digunakan tabung uji kedua atau ketiga . Untuk hitung sel dan protein , gunakan tabung uji ketiga .
Beri identitas pasien ditabung uji dan segera bawa ke laboratorium untuk diperiksa
PENANGANAN SAMPEL
Untuk cairan otak setelah diambil dan ditampung dalam tabung yang telah disiapkan, pada
masing – masing tabung dicantumkan tanggal dan jam saat pengambilan cairan.

Hal ini sangat penting karena analisis cairan otak harus dilakukan segera setelah bahan
diambil. Keterlambatan dalam pengiriman bahan pemeriksaan ke laboratorium akan
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Sebagai contoh, kadar glukosa akan menurun secara signifikan
setelah 1 jam pengambilan, serta kadar protein akan meningkat akibat destruksi sel. Oleh sebab
itu cairan otak sebaiknya dikirim ke laboratorium segera setelah dilakukan pengambilan. Apabila
cairan tidak dapat segera diperiksa, harus disimpan pada suhu 40C
PENYIMPANAN SAMPEL

1. Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau


spesimen akan dikirim ke laboratorium lain
2. Memberi bahan pengawet pada spesimen ( Natriumcitrat 20 % )
3. Sebelum spesimen dikirim simpanlah CSF di dalam inkubator pada
37 ° C dan jangan menyimpannya di dalam kulkas.
SPESIMEN URIN
Urin merupakan suatu cairan esensial dari hasil
metabolisme nitrogen dan sulfur, garam garam anorganik dan
pigmen pigmen. Biasanya berwarna agak kekuning-kuningan.
Secara umum ekskresi urin bertujuan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang sudah disaring oleh
ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.

Urine normal terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak,


kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam-
garam terutama garam dapur dan zat- zat yang berlebihan dalam
darah misalnya vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan
pembentuk urine tersebut berasal dari darah atau cairan
interstisial.
PENGAMBILAN SAMPEL
A. WANITA

1. Beri penjelasan kepada pasien cara penampungan urine yang benar.


2. Menyarankan kepada pasien untuk mencuci tangan lalu keringkan.
3. Bersihkan labia dan vulva menggunakan tissue dari arah depan ke belakang.
4. Selama proses ini berlangsung labia harus terbuka lebar dan jari tangan jangan
menyentuh daerah yang sudah bersih.
5. Keluarkan urine, aliran urine pertama dibuang, aliran urine selanjutnya
ditampung dalam tabung urine yang tersedia, hindari urine mengenai lapisan tepi luar
tabung.

6. Persilahkan pasien untuk menunggu hasil atau melanjutkan pemeriksaan selanjutnya


PENGAMBILAN SAMPEL
B. LAKI-LAKI

1. Beri penjelasan kepada pasien cara penampungan urine yang benar.


2. Menyarankan kepada pasien untuk mencuci tangan lalu keringkan.
3. Apabila belum dilakukan circumsisi/ sunat tarik kulit preputium kebelakang.
4. Keluarkan urine, aliran urine pertama dibuang, aliran urine selanjutnya
ditampung dalam tabung urine yang tersedia, hindari urine mengenai lapisan
tepi luar tabung.
5. Wadah ditutup rapat setelah didapatkan sampel urine yang diinginkan dan
segera diserahkan ke petugas laboratorium.
PENGAMBILAN SAMPEL
C. BAYI & ANAK-ANAK

1. Pasien sebelumya diberi minum untuk memudahkan buang air kecil.


2. Bersihkan alat genital seperti yang telah diterangkan di atas.Anak duduk
dipangkuan orang tua atau perawat.
3. Pengaruhi anak untuk mengeluarkan urine, tampung urine dalam wadah atau
kantung plastic steril/ bersih.
4. Pada bayi dipasang kantung penampungan urine atau kantung plastik bersih
pada alat genital lalu urine masukkan kewadah yang disediakan.
5. Sampel segera laboratorium. Diserahkan kepada petugas
PENGAMBILAN SAMPEL
D. PADA PASIEN DENGAN KATETER

1. Lakukan desinfeksi dengan alkohol swab pada selang kateter yang terbuat
dari karet, jangan terbuat dari plastik.
2. Aspirasi urine dengan memakai spuit steril sebanyak ±10 ml.
3. Masukkan kedalam wadah yang disediakan dan tutup rapat.
4. Sampel segera diserahkan kepetugas laboratorium.
PENANGANAN SAMPEL
Penanganan spesimen meliputi prosedur penampungan urine
dalam wadah spesimen, pemberian identitas spesimen, pengiriman
atau penyimpanan spesimen. Penanganan yang tidak tepat dapat
menyebabkan hasil pemeriksaan yang keliru. Metode yang paling
rutin digunakan untuk penyimpanan spesimen urine adalah
pendinginan 2-8°C yang dapat mengurangi pertumbuhan dan
metabolisme bakteri. Perlu diperhatikan bahwa pendinginan dapat
meningkatkan berat jenis bila diukur dengan urinometer.
Pendinginan juga akan mengakibatkan pengendapan fosfat amorf.
PENYIMPANAN SAMPEL

Pada sampel urin hal yang perlu diperhatikan adalah penyimpanan sampel urin
pada waktu pengiriman hingga sampai diterima di laboratorium. Degradasi
metamfetamin dapat dicegah dengan penambahan NaN3 sebagai bahan pengawet
sehingga urin dapat disimpan pada suhu penyimpanan 25oC.

Sampel urin juga dapat disimpan pada suhu 4oC tanpa penambahan apapun,
menunjukkan hasil tidak adanya degradasi metamfetamin secara signifikan ditandai
dengan kadar metamfetamin yang tidak mengalami penurunan yang drastis.
DAFTAR PUSTAKA
● Adhiyanto, Chris., dkk. 2020. Pengenalan Dasar Teknik Biomolekuler. Yogyakarta : Deepublish Publisher.
● J Proteom Res. 2009. Prosedur Operasi Standar Pengumpulan Serum dan Plasma: Pernyataan Konsensus
Jaringan Penelitian Deteksi Dini Kelompok Kerja Integrasi Prosedur Operasi Standar. Jurnal Pubmed Central,
113-117.
● Mukharomah, L., & Apriani, A. (2022). PERBEDAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DARAH HEMOLISIS DAN NON
HEMOLISIS. Jurnal Medical Laboratory, 1(1), 1-5..
● Ananda, H.D., & Nuralang. 2022. Bundelan Praktikum Biomolekuler dan Sel. Jambi : Laboratorium Bioteknologi dan
Rekayasa Universitas Jambi.
● Raihand, Muhammad. 2021. “Analisis Cairan Otak Fix”,
https://id.scribd.com/presentation/496368271/analisis-cairan-otak-Fix, diakses pada 07 Januari 2024 pukul 19.00.
● RSUD M. NATSIR. 2019. SPO Prosedur Pengambilan Spesimen Urine. Sumatera Barat : RSUD M.NATSIR.
● Yulianti, Y., Bandu, N., & Thahir, S. (2018). Perbandingan Hasil Pemeriksaan Glukosa Urin Segar dan Urin Tunda
Dua Jam pada Penderita Diabetes Melitus Metode Carik Celup. Jurnal Media Laboran, 8(1), 29-32.
Terima Kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, and
includes icons by Flaticon, infographics & images by Freepik and
content by Eliana Delacour

Anda mungkin juga menyukai