posisi duduk
2.1.3
Kelinci
bagian telinga sepanjang 2-3 mm pada vena latelaris maupun arteri latelaris.
Dalam tehnik ini, darah relatif mudah diperoleh dalam jumlah banyak, namun
pendarahan yang terjadi kadang sukar untuk dihentikan terutama bila yang
disayat adalah bagian arteri latelaris.
Ungu
diperhatikan
Domba/Kambing
: No. 14-16
Sapi/kerbau
: No. 14-18
Kelinci
: No. 21-25
Ayam
: No. 21
3. Splluit
4. Cooler Box
5. Kapas,alcohol,betadine
Cara kerja :
1. Siapkan ternak yang akan diambil darahnya dalam posisi berbaring/berdiri
2. Pada Ternak besar yang diambil darahnya, pegang pada bagian kepala ke satu sisi
untuk mempermudah menemukan pembeluh darah vena. dapat juga dilakukan
pengambilan darah pada pembuluh darah dibagian ekor.
3.
Operator menggunakan ibu jari untuk menekan vena di pangkal leher sehingga vena
akan menggembung/ mengempis akan tampak jelas ( bagian yang akan diambil
darahnya )
4. Bersihkan daerah sekitar yang akan diambil darahnya, olesi dengan kapas beralkohol.
Tusukkan jarum di bagian vena jugularis kemudian tampung darah sesuai dengan
kebutuhan dan sesuai aturan pada alat yang digunakan.
5. Setelah diambil darah, pada bagian yang luka di olesi alcohol dan diberi betadine
untuk menghindari infeksi.
6. Pengambilan darah dapat juga digunakan dengan splluit.
7. Pada ternak kelinci pengambilan darah dilakukan pada bagian telinga dan pada ayam
pengmbilan darah dilakukan pada bagian sayap
III. DARAH
3.1. Rupa Darah Makroskopik dan Mikroskopik Sebelum dan Sesudah Hemolisis
Darah dalam keadaan utuh, tidak tembus cahaya, hal ini disebabkan oleh sifat
optik eritrosit yang terdapat dalam darah. Darah tidak tembus cahaya karena adanya
sifat catlak (pernis). Darah akan menjadi tembus cahaya, bilamana se-sel darah tersebut
berada
dalam
larutan
yang
berkonsentrasi
rendah
(tekanan
osmotiknya
rendah/hipotonis), sehingga sel mengembang atau sel darah pecah (terjadi peristiwa
pelepasan hemoglobin = proses hemolisa).
Larutan NaCl pekat (3%) akan menyebabkan sel-sel darah merah mengkerut,
daya penutup darah akan bertambah sehingga darah masih tetap tidak tembus cahaya.
Cara kerja :
Langkah pertama
1. Sediakan 3 buah tabung reaksi A, B, dan C
2. Tuangkan 5 tetes darah yang telah dibebaskan dari fibrin
3. - Tabung A ditambahkan 2 cc aquades
- Tabung B ditambahkan 2 cc larutan NaCl pekat (3%)
- Tabung C biarkan seperti semula
4. Tuangkan beberapa tetes dari setiap tabung A, B, C pada gelas objek
5. Perhatikan pada cahaya tembus dengan dasar putih yang ada hurufnya apakah huruf
terbaca atau tidak (tinjauan makroskopis)
6. Kemudian buat gambar tinjauan mikroskopiknya dari setiap objek A, B, dan C
Langkah kedua
1. Pada tabung A tambahkan 2 cc larutan NaCl (3%)
2. Pada tabung B tambahkan 2 cc aquades
3. a. Perhatikan kedua larutan tersebut, samakah sifat tembus cahayanya?
(ingat dalam volume yang sama antara aquades dan NaCl)
b. Periksa keadaan tersebut di atas dengan jalan membuat preparat mikroskopik dari
kedua tabung tersebut. Berubahkah darah itu secara mikroskopik dan
makroskopik? Terangkan sejauh pengetahuan saudara!
c. Gambaran tinjauan mikroskopiknya
A(A + 5cc NaCl 3%)
B(B + 5cc air)
Langkah ketiga
1.
2.
Tambahkan 5 cc larutan Ureum (1,8 % dalam air yang tekanan osmotiknya sama
dengan tekanan osmotik larutan NaCl 0,9 %).
3.
3.2
Pipet 1 ml atau 2 ml
Larutan NaCl 3%
Aquadest
Cara kerja :
1. Sediakan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering
2. Buat larutan NaCl 0% (aquadest), 0,5%, 0,9% , 1%, dan 3%.
3. Isilah tiap-tiap tabung dengan larutan NaCl sebanyak 2 cc
4. Teteskan 5 tetes darah yang tersedia ke dalam tiap tabung. Campurkanlah secara
hati-hati. Biarkan selama 30 menit.
5. Lihat dalam tabung yang mana mulai terlihat lapisan bening di lapisan atas.
6. Teteskan pada gelas objek (lakukan dari setiap tabung) lihat di bawah mikroskop.
Gambar dan beri penjelasan bila ada perubahan yang saudara lihat!
3.3
.............. (detik)
b.
.............. (detik)
c.
.............. (detik)
3. ............... (detik)
Bila viscosimeter air = 1, maka viskosimeter darah = .............. harap
diperhatikan selama melakukan tidak boleh ada gelembung udara dalam
viskosimeter.
3.4. Penentuan Kadar Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin merupakan pigmen dari eritrosit yang sangat kompleks.
Sebenarnya hemoglobin merupakan persenyawaan antara protein, globin, dan zat warna
(heme). Keistimewaan dari hemoglobin adalah dapat mengikat O2 dan CO2.
Darah dengan larutan Hcl 0.1 N akan membentuk hematin yang berwarna
coklat. Warna disamakan dengan warna standar sahli dengan menambahkan
aquadestilata sebagai pengencer.
Penetapan kadar hemoglobin digunakan untuk mendiagnosa anemia dan Mean
Corpuscular Hemoglobin. Penetapan kadar Hb dapat dilakukan antara lain dengan
metode :
1. Hematin asam dengan Hemometer Sahli
2. Talquist
3. Cyanomethemoglobin
2.
Teteskan darah pada kertas isap yang telah tersedia, kemudian keringkan.
3.
4.
atau eritrosit diukur dan dinyatakan sebagai % volume dari keseluruhan darah.
Hematokrit adalah suatu cara yang teliti untuk diagnosa anemia.
Cara kerja
1. Masukkan darah ke dalam kapiler hematokrit yang sudah mengandung anti
koagulan (mikro kapiler warna merah). Tutuplah salah satu kapiler dengan
kristoseal
2. Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut dipusing menggunakan
centrifuge 3000 rpm selama 15 menit.
3. Setelah disentrifuge darah akan terpisah antara sel-sel darah dan plasmanya,
bacalah volume sel-sel darah yang sudah terpisah dalam kapiler dengan alat
pembaca mikrokapiler (micro capillary reader) Hitunglah nilai hematokrit
Nilai hematokrit =
3. Catat waktu pada saat terjadi benang fibirin. Waktu antara penggisapan darah ke
dalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah waktu pembekuan.
3.8. Menghitung Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah)
Menghitung jumlah sel-sel darah menggunakan 1 set alat yang disebut
Haemocytometer
Prinsip perhitungan ini adalah : pewarnaan darah dengan suatu pengencer
kuhsus yaitu larutan Hayem yang bersifat isotonis dan berfungsi sebagai pewarna
eritrosit. Darah yang telah diencerkan di alam pipet haemocytometer tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam kamar hitung dan dihitung di dalam mikroskop.
Larutan hayem terdiri dari :
Merkuri chlorida
0,5 gr
Natrium sulfat
5 gr
Natrium chlorida
1 gr
Aquadest
200 ml
2. Mikroskop
3. Darah domba, sapi, ayam atau manusia
4. Kertas hisap dan kapas
5. Desinfektan (alcohol 70%)
Cara kerja :
1. Ambil darah dengan cara menusuk bagian yang dipilih (darah juga dapat diambil dari
ujung manusia), dapat juga dari sayap ayam, telinga kelinci, telinga domba dll).
Jangan lupa memakai desinfekan untuk membersihkan bagian yang akan diambil
darahnya.
2. Isaplah darah yang keluar dari luka, dengan pipet haemocytometer yang berbatu
merah sampai tanda 1. Usahakan bekerja cepat jangan sampai darah membeku di
dalam pipet.
3. Encerkan darah dalam pipet dengan menghisap larutan hayem sampai tanda 101,
dengan demikian darah tersebut telah diencerkan sebanyak 100 kali.
4. Kocoklah pipet tersebut secara horizontal (lihat yang dicontohkan asisten). Hal ini
untuk mencegah tercampurnya larutan hayem dalam kapiler.
5. Biarkan larutan darah dalam larutan hayem ini selama 15 menit
6. Buanglah beberapa tetes larutan dari dalam pipet
7. Masukkan sampel darah ke dalam kamar hitung kemudian tutup dengan gelas penutup
8. Lihat di bawah mikroskop, hitunglah butir-butir eritrosit yang berada di dalam kotakkotak kecil. Untuk menghitung jumlah eritrosit hitunglah sebanyak 40 kotak.
Cara menghitung eritrosit dalam kamar hitung :
Hitunglah seluruh eritrosit yang ada di dalam kotak, untuk eritrosit yang
menempel pada garais batas, pilihlah dua garis batas. Seperti contoh di bawah ini
Gambar
B
A
Keterangan :
Jumlah eritrosit di kotak 1 adalah 4 butir (A dan B dihitung)
Jumlah eritrosit di kotak 2 adalah 2 butir (D dihitung)
Jumlah eritrosit di kotak 3 adalah 2 butir (C dihitung)
Jumlah eritrosit di kotak 4 adalah 1 butir
Perhitungan :
Kotak kecil mempunyai ukuran lebar 1/20 mm, panjang 1/20 mm dan tinggi 1/10 mm,
maka volume kotak kecil 1/4000 mm
Volume 40 kotak kecil = 40 x 1/4000 mm = 1/100 mm.
Bila didapatkan x butir dalam 40 kotak dengan pengenceran darah 100 kali, maka dapat
dihitung jumlah eritrosit dalam 1 mm darah.
Jumlah sel darah merah dalam 1 mm = 100 x 100 x X butir = 10.000 X butir
3.9. Menghitung JUMLAH LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)
Pada prinsipnya sama dengan cara menghitung eritrosit, hanya pipet yang digunakan
adalah pipet berbatu putih dan larutan yang digunakan adalah larutan TURK.
Larutan TURK terdiri dari :
2 ml
Gentian violet 1% aq
1 ml
Aquadest
100 ml
Cara kerja
1. Darah dihisap sampai tanda 1, kemudian diencerkan dengan larutan TURK sampai
tanda 11. Ini berarti pengenceran 10 kali. Lakukan pengocokan (sama seperti pada
eritrosit)
2. Setelah dihomogenkan dengan memutar seperti angka delapan dan dibiarkan 15
menit, kemudian teteskan ke dalam kamar hitung
3. Hitung menggunakan mikroskop, butir-butir darah putih yang terdapat di dalam
kotak-kotak besar, sebanyak 25 kotak.
Catatan : lihat catatan cara menghitung eritrosit.
Perhitungan :
Volume kotak besar
Volume 25 kotak
= 25 x 1/250 mm = 1/10 mm