iopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe
KUMPULAN
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz
CATATAN
xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
KULIAH
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
HEMATOLOGI
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
Januari 2011
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
Edited by Lestari Ekowati, dr
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl
ANTIKOAGULAN
SODIUM CITRATE
• Konsentrasi : 1,09 M (3,2%, 3,8%)
• Dosis : LED westergren : 4 volume darah : 1 volume Na citrate
Faal hemostasis : 9 volume darah : 1 volume Na citrate
• Cara kerja : mengikat Ca2+
• Koreksi citrate pada penderita dengan PCV tinggi
Rumus koreksi citrate : volume plasma Px x 0,5
Volume plasma N
Contoh : PCV Px 80%, PCV N 40%, jumlah darah + antikoagulan = 5 ml
Citrate = 100-80 x 0,5 = 0,17
100-40
Darah = 5 - 0,17 = 4,83
• Jika PCV tinggi, plasma sedikit, maka antikoagulan yang dibutuhkan juga sedikit
OXALATE
• Macamnya : Na, K, NH3, Li
• Cara kerja : membentuk kompleks yang tidak larut dengan ion Ca
• Dosis : 1-2 mg/ml darah
Cara :
1. Tusuk kulit (kapiler) : untuk volume darah < 0,5 ml
2. Vena : v. mediana cubiti, v. basilica.
Pendekatan :
• Teliti pemeriksaan yang diminta, tentukan volume darah yang akan diambil dan macam
sampel darah yang diperlukan.
Contoh : untuk DL diperlukan darah EDTA 2ml
untuk FH diperlukan darah sitras 4,5 ml
untuk Kimia Klinik diperlukan darah (plain) 3 ml
• Persiapan pasien : perlu puasa atau tidak? Berapa lama? Obat yang perlu dihindari?
• Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan. Terutama pada pasien anak, perlu
kesabaran. Sampel maksimal yang boleh diambil pada pasien anak adalah 0,7 ml/kgBB
atau maksimal 3% dari Total Blood Volume.
• Beri pasien posisi yang paling menyenangkan, kalau perlu berbaring, harus ada tempat
tidur.
TUSUK KULIT
DARAH VENA
Lokasi : vena superficial, cukup besar, fiksasi baik (v.mediana cubiti, dorsum manus)
Bahan/Alat :
1. Semprit dan jarum steril (no 18-21)
2. Kapas alcohol 70%
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 4
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
3. Tourniquette
4. Penampung : tabung/botol (plain, anticoagulated)
Prosedur :
1. Periksa formulir permintaan, lakukan persiapan sesuai permintaan klinisi (penderita,
alat, penampung, antikoagulansia)
2. Beri label semua botol/tabung
3. Tentukan lokasi penusukan, periksa
4. Kalau perlu lakukan bendungan di proksimal lokasi vena, jangan terlalu lama (< 1 menit)
5. Lepas bendungan dan lakukan desinfeksi lokasi dengan kapas alcohol 70% secara
sirkular dari pusat keluar
6. Sesaat sebelum penusukan, pasang kembali bendungan
7. Fiksasi vena dengan ibu jari tangan kiri pada bagian distal lokasi
8. Penusukan : arah jarum sejajar arah vena dan sedater mungkin (sudut 20-30o), lubang
jarum menghadap ke atas
9. Bila arah tepat, akan tampak darah memasuki pangkal jarum
10. Hisap pelan-pelan sampai tercapai umlah yang diperlukan
11. Lepas bendungan, tekan tempat penusukan dengan kapas steril, cabut jarum pelan-
pelan dan angkat lengan lebih tinggi dari dada
12. Lepaskan jarum dari semprit, tambung darah dalam penampung (alirkan darah pelan-
pelan melalui tepi bagian dalam penampung)
13. Untuk botol EDTA/tabung antikoagulan goyangkan pelan-pelan darah di dalamnya agr
tercampur rata dengan antikoagulan.
14. Perhatikan : penampung sudah harus berlabel lengkap
DARAH LENGKAP
Darah lengkap dalam pemeriksaan hematologi rutin sederhana adalah sekelompok parameter
yang terdiri dari :
1. Hb
2. WBC
3. Hitung jenis lekosit
4. LED
Darah lengkap (CBC=Complete Blood Count) adalah semua parameter hematologi yang
dikeluarkan oleh alat otomatis hematologi analyzer.
Molekul Hb terbentuk dari Heme dan Globin. Heme terbentuk dari Fe dan
Protoporphyrin di Mitokondria. Globin tersusun dari Asam Amino dalam Ribosom. Pada orang
normal, globin terdiri dari 1 pasang rantai α dan 1 pasang rantai non α, yaitu β, δ, atau γ.
Komposisis Hb dewasa adalah Hb A (α2β2), Hb F (α2γ2) dan Hb A2 (α2δ2).
Fe diangkut oleh transferin dalam bentuk ion fero (+2) ke dalam sel darah merah
(normoblas). Tiap molekul transferin dapat mengikat 2 atom Fe. Transferin menempel pada sel
darah merah, kemudian Fe masuk melalui membran sel. Sebagian besar Fe digunakan untuk
sintesis Heme, dan sisanya disimpan dalam sitoplasma sel darah merah dalam bentuk agregat
Pengukuran kadar Hb dengan fotometer berdasarkan intensitas warna setelah sel darah merah
dilisiskan, sehingga semua jenis pigmen Hb abnormal ikut terhitung. Pada metode cyanmetHb,
semua jenis Hb terukur kecuali SulfHb.
Di daerah dataran tinggi, udara lebih sedikit mengandung O2 sehingga tubuh mengalami
keadaan lebih Hipoksia, sehingga merangsang eritropoitin yang selanjutnya meningkatkan
eritropoisis sehingga jumlah eritrosit dan kadar Hb lebih tinggi.
7. Infeksi kronis
• Selama proses fagositosis oleh sel fagosit akan dilepaskan Lactoferin
• Lactoferin bersifat sebagai ‘transferin like binding protein’ dan mempunyai reseptor
spesifik pada makrofag.
• Lactoferin akan mengambil Fe dari transferin yang beredar atau kompetitif inhibitor
dengan transferin sewaktu mengambil Fe dari makrofag, shg Fe tidak dapat
digunakan untuk membentuk heme.
8. Leukemia
• Terjadi penekanan eritropoiesis
9. Fisiologis
• Terjadi pada kehamilan dimana cairan tubuh relatif lebih banyak sehingga SDM
dan Hb turun.
PEMERIKSAAN KADAR HB
Ada 4 cara pemeriksaan kadar HB, yaitu :
1. Gasometri : berdasarkan kemampuan mengikat O2/CO
2. Kimia : berdasarkan kandungan Fe (merupakan metode rujukan)
3. Gravimetric : berdasarkan berat jenis
4. Kolorimetri : berdasarkan warna
Prinsip :
• Darah + lar. Asam lemah (HCl 0,1N)
• Hb diubah oleh HCl menjadi Asam Hematin
• Setelah asam hematin terbentuk (10menit) diencerkan dengan aquades sampai
warnanya sama dengan warna standar
• Dibaca secara visual pada skala di tabung Sahli
Alat yang diperlukan : Hemoglobinometer Sahli-Adam terdiri dari:
• Gelas berwarna coklat (standar-warna)
• Tabung Sahli berskala (dlm g% atau g/dl)
• Pipet Sahli dgn volume 20 cmm
• Pengaduk dari gelas
• Pipet pasteur
Keuntungan : cepat, sederhana, tidak mahal,
Kerugian : kurang teliti, faktor kesalahan relatif besar (5-10%)
Prosedur :
• Tabung Sahli diisi HCl 0,1 N sampai tanda 2 g%
• Darah-EDTA dihisap ke dalam pipet Sahli sampai tanda 20 cmm
• Bagian luar pipet dibersihkan dari sisa darah dengan kapas/kertas tissue kering (hati-
hati!)
CARA SIANMETHEMOGLOBIN
Keuntungan : cepat, teliti dan dapat mengukur semua bentuk Hb kecuali SulfHb.
Kerugian : lar. Drabkins mengandung Cyanida yang bersifat racun.
Alat : 1. Spektrofotometer
2. tabung 13 x 100 mm
3. pipet sahli
Reagen : lar. Drabkins : sodium bicarbonate (NaHCO3) 1 g
Potassium ferricyanide (K3Fe(CN)6) 0,2 g
Potassium cyanide (KCN) 0,05 g
Aquades ad 1000 mL
Larutan ini harus disimpan dalam botol berwarna coklat pada suhu kamar, stabil selama 1
bulan.
Hb(Oksi-Hb), MetHb(Hi) dan HbCO (CarboxyHb) dirubah menjadi sianmetHb (HiCN), tetapi
SHb (Sulf-Hb) tidak.
Larutan Drabkin’s orisinil reaksinya lambat dan cenderung mengendapkan protein plasma;
sehingga dilakukan modifikasi antara lain dengan menambahkan dihydrogen phosphate
Cara kerja :
• 5 ml lar Drabkins dimasukkan dalam tabung 1 dan 2 dg volume sama
• Ditambahkan 2 µl darah kapiler atau vena (EDTA) dalam tabung 2 (sebelumnya pipet
bagian luar harus dibersihkan dahulu dari darah yang menempel). Bilas 3-5 kali dengan
lar. Drabkins dalam tabung tsb
• Darah dicampur dengan baik. Dan dibiarkan pada suhu kamar selama 10 menit agar
terbentuk CyanmetHb maksimal
• Campuran dipindahkan ke dalam kuvet dan dibaca dengan spektrofotometer pada ƛ 540
nm. Tabung ke-2 digunakan sebagai blanko.
• Hasil bacaan berupa absorben dan dirubah menjadi g/dl dengan cara :
Absorben darah yang diukur x kadar Hb standar
Absorben Hb standar
Dengan kertas grafik semologaritme catat Hb dalam g/dL pada absis dan Optical Density (OD)
pada ordinat sehingga didapat kurva garis lurus
Dengan mengunakan kurva Hb standar ini akan mempermudah dan mempercepat perhitungan
kadar Hb.
Jumlah sel darah merah bervariasi. Pada saat lahir jumlah sel darah merah paling tinggi
kemudian berangsur-angsur menurun. Pada wanita nilainya sedikit lebih rendah daripada laki-
laki. Di dataran tinggi nilainya lebih tinggi daripada di dataran rendah.
Metode Pemeriksaan :
1. Cara langsung (Direct) :
a. Manual menggunakan mikroskop sinar dan kamar hitung.
b. Mesin hitung sel elktronik (=blood cell counters)
2. Cara tidak langsung (Indirect)
a. Dengan evaluasi hapusan darah tepi
Prinsip : darah diencerkan serta dicat dengan larutan tertentu, kemudian sel-selnya dihitung
dalam kamar hitung di bawah mikroskop.
Alat-alat :
1. Mikroskop
2. Kamar hitung
3. Pipet pengencer Thoma
4. Larutan pengencer Hayem
Reagensia : Hayem
Dengan larutan Hayem sel lekosit masih terlihat, tapi karena ukurannya lebih besar dan
jumlahnya relative sedikit mudah dibedakan dengan eritrosit
Larutan Hayem terdiri dari :
- HgCl2 0.25 g
- NaCl 0.50 g
- Na2SO4 2.50 g
- Aquadest ad 100 mL
Cara :
1. Hisap darah kapiler atau darah-EDTA dengan pipet Thoma sampai tanda 0,5 dan
diencerkan dengan Hayem sampai tanda 101 (Pengenceran 200 x). Kocok tegak lurus
sumbu pipet.
2. Bersihkan kamar hitung dan beri tutup cover-glass diatas kotak hitung
3. Buang + 4 tetes larutan darah-Hayem dari pipet, kemudian isikan larutan darah-Hayem
berikutnya ke dalam kamar-hitung melalui tepi cover-glass
4. Diamkan 3 menit agar sel darah merah mengendap.
5. Lihat di bawah mikroskop. Pembesaran 10 kali untuk melihat kamar hitung, pembesaran
45 kali untuk penghitungan sel pada 5 kotak R.
6. Perbedaan tiap kotak tidak boleh lebih dari 20 sel
7. Jumlah eritrosit =
jumlah eritrosit pada 5 kotak x pengenceran
volume 5 kotak
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 15
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
= E x 200
5x 0,2 x 0,2 x 0,1 mm3
Sebab Kesalahan :
1. alat dan reagen tidak sempurna
(macam kamar hitung, ujung pipet tidak utuh, larutan hayem kotor)
2. kesalahan teknik
3. lelah/factor petugas
4. bias.
Catatan :
• mengencerkan darah sebaiknya dg pipet mikro dengan pengenceran akurat pada
anemia dilusi dikurangi (<200 x) dan pada polisitemia dilusi ditingkatkan (>200 x)
• kamar-hitung, cover-glass harus bersih dan kering
• beda jumlah eritrosit antara 1 kotak dengan kotak lainnya < 20 sel
• angka kesalaha : 11 – 30 %
PCV/HCT adalah penentuan proporsi PRC (Packed Red cells) terhadap total volume
darah setelah pemusingan.
Prinsip : darah-EDTA dimasukkan dalam tabung, disentrifus sehingga sel darah merah
dimampatkan, dibaca tinggi kolom sel darah merah, dinyatakan dalam persentase volume sel
darah merah terhadap volume sel darah seluruhnya.
Nilai hematokrit sebanding/sesuai dengan nilai kadar Hb dan jumlah sel darah merah
plasma
Parameter Anemia :
• Jumlah eritrosit
• Kadar Hb
• Hematokrit
Nilai normal Hct tergantung :
o Usia
o Jenis kelamin
o Geografis, Hct di dataran tinggi > pesisir
Metode pemeriksaan :
1. Metode makrohematokrit (Wintrobe)
2. Metode mikro (Microhematocrit)
WINTROBE MICROHEMATOCRIT
Tabung 10 cm x 2,5 mm Kapiler 75 x 1 mm
Sampel Darah-EDTAn1 ml Darah-EDTA (tabung plain)
Darah-Heparin Darah lgs (tabung heparinized)
Sentrifus 2000 g/30 menit 12.000 g/3-5 menit
Normal L : 40-54% L : 40-54%
P : 37-47% P : 37-47%
Alat :
- Tabung Wintrobe
- Semprit untuk memasukkan
darah ke dalam taabung
Wintrobe
CARA MENGERJAKAN :
- Darah-EDTA dihisap dengan semprit
- Darah dimasukkan ke dalam tabung
Wintrobe
- Lakukan terus sampai darah mencapai
tanda 10 bagian atas
- Tabung Wintrobe berisi darah tersebut, di
sentrifus 3000 rpm selama 30 menit
- Baca hasilnya dalam %
Cara Mikrohematokrit :
Peralatan :
• Tabung kapiler (plain atau heparinized)
Utk sampel darah-EDTA pakai pipeT kapiler ‘plain’,
untuk darah kapiler pakai pipet kapiler heparinized .
• Microhematocrit centrifuge ( kecepatan 11.500 – 15.000 rpm).
• Microhematocrit reader
• Malam (wax) untuk penyumbat kapiler
Faktor kesalahan :
• Ekses antikoagulan → eritrosit mengkerut → PCV ↓
• Sampel darah kurang homogeny (pengocokan kurang)
• Kecepatan dan lama pemusingan tidak tepat
• Trapped plasma (1-3%) →↑ pada sferositosis, anemia makrositik, talasemia, anemia
hipokromik
Trapped plasma tidak perlu dikoreksi kecuali bila PCV diperlukan untuk menghitung
blood volume, yaitu : bila PCV < 50% → kurangi 2%
Bila PCV > 50% → pusingkan lagi 5 menit, kurangi 3%
Catatan :
Metode reference : membandingkan kadar Hb pada whole blood dan PRC (Packed Red Cells)
Kadar Hb whole blood dibaca dengan mikroskop
Kadar Hb PRC
Metode Mikrohematokrit hanya merupakan metode pengganti.
Indeks SDM digunakan untuk menentukan ukuran dan kadar Hb dalam eritrosit.
Dikalkulasi menggunakan RBC, Hb dan PCV.
Termasuk Indeks sel Darah Merah :
1. MCV (Mean Cell Volume)
2. MCH (Mean Cell Hemoglobin)
3. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Cencentration)
2. MCH
Menunjukkan kandungan Hb rata-rata dalam 1 eritrosit
MCH = Hb (g/dL) / Σ Eri (juta/cmm) x 10 (dalam satuan pg)
Nilai normal : dewasa 27 – 32 pg
Anak 3 bln – 2 tahun 24 – 30 pg
3. MCHC
MCHC menunjukkan kadar Hb rata-rata dalam 1 eritrosit
MCHC = Hb (g/dL) / PCV (%) x 100% (satuan dalam % atau g/dL)
Nilai normal : Dewasa dan anak 30 – 35 g/dL
Bayi 27.3 – 32.7 g/dL
Hipokrom = MCHC < normal
Normokrom = MCHC normal
Catatan :
Ada hubungan yang baik antara Kadar Hb, jumlah eritrosit, dan PCV
Bila Hb/jumlah eritrosit/PCV < Normal dapat dikatakan adanya gejala Anemia
Bila Indeks Eritrosit dapat dihitung dapat ditentukan jenis anemianya
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 20
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
LAJU ENDAP DARAH (LED)
Metode pemeriksaan :
1. Metode westergren
2. Metode wintrobe
Westergren Wintrobe
(metode rujukan)
Tabung 300 x 2,5 mm 120 mm x 2,5 mm
Skala 0-200 mm 1-10 cm
Volume darah 2 ml 1 ml
Prinsip Darah diencerkan : Darah EDTA tanpa
4 drh-EDTA : 1 NaCl 0,9% diencerkan
4 drh : 1 Na Sitrat
3,2% atau 3,8%
Normal I : 0-15 mm/jam
II : 0-20 mm/jam I : 0-10 mm/jam
Teknik Isi pipet dengan larutan darah II : 0-20 mm/jam
sampai tanda ‘0’ Masukkan darah hati-hati ke
Letakkan tegak lurus pada rak dalam tabung sampai batas
(suhu kamar) atas, letakkan tegak lurus
Baca hasil tepat 1 jam pada rak (suhu kamar)
Baca hasil tepat 1 jam
2. METODE WINTROBE
Bahan : darah-EDTA
Prosedur : masukkan darah-EDTA ke tabung Wintrobe dengan pipet Wintrobe (pelan-
elan diisi mulai dasar tabung sampai tanda ‘0’ diatas) tempatkan tegak lurus pada rak
Wintrobe baca setelah 1 jam.
Nilai Normal : 10 mm/jam
a. Pembentukan rouleaux
Makin besar massa sel darah merah yang terbentuk setelah terjadi rouleaux, makin
cepat pengendapannya sebab makin besar pula gaya gravitasinya.
b. Bentuk sel darah merah
Sel sferis atau seperti bulan sabit mempersulit pembentukan rouleaux, sehingga LED
akan menurun. Penurunan LED juga dapat disebabkan oleh permukaan sel yang relative
lebih luas disbanding berat sel
c. Aglutinasi sel darah merah
Faktor teknis
LED meningkat dapat terjadi karena tabung diletakkan miring sehingga mempercepat
proses pengendapan dan dapat menyebabkan kesalahan (pembentukan rouleaux belum
sempurna). Tabung yang panjang dan diameter yang besar juga menyebabkan peningkatan
LED.
LED menurun dapat disebabkan karena : diameter tabung lebih kecil, darah tidak segera
diperiksa (lebih dari 2 jam), antikoagulan yang digunakan berlebihan sehingga terjadi
degenerasi sel darah merah dan mengkerut, sebagian darah beku, darah disimpan sehingga
bentuknya lebih sferis dan lebih sulit membentuk rouleaux.
Catatan :
• Tabung Wintrobe harus bersih
• Darah-antikoagulan harus tercampur baik
• Darah tidak boleh lisis
• Posisi tabung benar-benar tegak lurus
• Jangan ada gelembung udara
• Kerjakan prosedur < 2 jam setelah pengambilan darah
Retikulosit merupakan sel eritrosit muda yang tidak berinti dan mengandung 2 atau
lebih partikel dari material berwarna biru yang identik dengan RNA dan sisa ribosom
Tahap-tahap maturasi eritrosit terdiri dari :
1. pronormoblas
2. basofilik normoblas : sitoplasma kebiruan karena banyak mengandung ribosom
3. polikromatofilik normoblas : sitoplasma kemerahan karena sudah mulai terbentuk Hb.
4. otokromik normoblas : inti piknotik, sudah menepi.
5. retikulosit : inti sudah keluar tapi masih ada sisa-sisa RNA
Retikulosit yang keluar dari sutul akan mengalami maturasi menjadi eritrosit dalam
waktu 24 jam (1 hari). Dalam sirkulasi, eritrosit berumur 120 hari, kemudian difagositosis oleh
makrofag di RES. Jumlah normal retikulosit : 0,8-1,5%. Jika terjadi anemia, demand perifer
meningkat, produksi sutul akan dipacu (asal bahan-bahannya terpenuhi) sehingga retikulosit
yang imatur juga dilepas ke sirkulasi. Pada anemia perlu dilakukan pemeriksaan retikulosit
untuk mengetahui respon dari sutul.
Hitung retikulosit yang tepat mencerminkan aktivitas eritropoisis.
PEMERIKSAAN RETIKULOSIT
Cara pemeriksaan :
1. manual
2. otomatis
Jika menghitung retikulosit dilakukan dengan alat otomatis (mis : SYSMEX), maka tidak perlu
dilakukan koreksi karena penghitungan dilakukan dengan metode fluoresensi dari RNA. Pada
alat ini, maturasi retikulosit terlihat sebagai :
• high fluorescence
• middle fluorescence
• low fluorescence
Pada saat terjadi peningkatan aktivitas eritropoietik dalam sutul, akan dilepaskan
retikulosit (shift cells) ke sirkulasi sehingga masa maturasi retikulosit dalam sutul akan
memendek. Dengan metode manual, sulit untuk membedakan umur retikulosit berdasarkan
kandungan RNAnya. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan koreksi untuk lebih mendekatkan
hasil hitung retikulosit dengan kenyataan, yaitu dengan Indeks Retikulosit / corrected
reticulocyte dan Indeks produksi/maturasi retikulosit.
% HCT CF
40-45 1
35-39 1,5
25-34 2
15-24 2,5
<15 3
Jika RPI < 2 : respon sutul inadekuat
RPI > 2 : respon sutul adekuat
Karena retikulosit mempunyai ukuran yang lebih besar dari eritrosit normal, maka pada
retikulositosis MCV akan meningkat. Retikulosit akan meningkat di sirkulasi dalam waktu 48-96
jam jika ada stimulasi sutul.
Keadaan yang menyebabkan stimulasi sutul sehingga retikulosit meningkat adalah :
1. perdarahan akut
2. anemia hemolitik
3. respon terhadap terapi Fe, folat, B12
Metode :
1. Fluoresensi : menggunakan Thiazole Orange, Auramine O
2. Absorbans : menggunakan Okazine 750, New Methylene Blue
semuanya merupakan pewarna yang dapat bereaksi dengan RNA retikulosit.
Dengan dasar fluoresensi, retikulosit imatur menunjukkan fluoresensi yang paling tinggi. Area
retikulosit dapat dibagi menjadi 3 sektor berdasarkan intensitas fluoresensi dan menunjukkan
rasio hitung retikulosit di setiap seksi terhadap jumlah retikulosit total :
1. Low Fluorescence Ratio (LFR) : area retikulosit dengan intensitas fluoresensi terendah.
LFR = (jumlah retikulosit area LFR/total retikulosit) x 100
2. Middle Fluorescence Ratio (MFR) : area retikulosit dengan intensitas fluoresensi sedang.
MFR = (jumlah retikulosit area MFR/total retikulosit) x 100
3. High Fluorescence Ratio (HFR) : area retikulosit dengan intensitas fluoresensi tinggi.
HFR = (jumlah retikulosit area HFR/total retikulosit) x 100
HITUNG LEKOSIT
Hitung lekosit harus dikoreksi bila dijumpai banyak normoblast dalam darah tepi.
Kalkulasi :
misalnya jumlah lekosit dalam 4 kotak W = N
volume 4 kotak W = 4 x 1 x 1 x 0.1 mm3 = 0.4 mm3.
Jumlah lekosit/mm3 = 1/0.4 x dilusi x N = 2.5 x.20 x N = 50 N
LEKOSIT :
• Dapat dilakukan hitung jenis lekosit
• Perhatikan adanya lekosit imatur (mieloblas, promielosit, metamielosit, limfoblas,
monoblas) → shift to the left, leukemoid reaction
• Perhatikan segmen netrofil, laporkan bila dijumpai hipersegmentasi (> 6) → shift to the
right atau hiposegmentasi pada anomali Pseudo Pelger Huet = gangguan segmentasi
lekosit, defisiensi B12
• Perhatikan benda inklusi/bentukan dalam lekosit :
Toxic granule : granula kasar, gelap, sering dijumpai pada infeksi bakteri yang berat
karena peningkatan aktifitas fosfatase alkali dari granula primer.
Vakuolisasi Netrofil : lubang pada sitoplasma akibat degenerasi karena aktivitas
fagositosis, sering dijumpai pada infeksi bakteri yang berat/septicemia bersama granula
toksik, menunjukkan tanda-tanda degenerasi netrofil.
Dohle bodies : inklusi oval kebiruan, tunggal atau banyak, berasal dari RNA, sering
didapatkan pada infeksi berat, terapi dengan kemoterapi atau adanya perubahan toksik,
juga pada kelainan lekosit congenital (Anomali May-Heggline, Sindroma Chediak-
Higoshi)
Auer Rod : batang, merah, merupakan agregat dari lisosom, dijumpai tunggal/multiple
pada sitoplasma sel blas dari deret myeloid (AML, AMoL)
Anomali Pelger-Huet : kegagalan inti netrofil bersegmentasi. Inti bersegmen < 2 dengan
kkromatin inti padat. Kelainan herediter, kecuali pada leukemia sering dijumpai Pseudo
Pelger-Huet
Smudge dan Basket-cell : hasil disintergrasi inti lekosit yang rusak, sering pada limfosit
yang fragil (leukemia limfositik)
• Limfosit : atipikal, inti tidak bulat (seperti monosit=monositoid) atau sel plasma
(plasmasitoid)
• Shift to the left : bila didapatkan peningkatan stab tanpa lekositosis, menunjukkan
mobilisasi sel netrofil muda yang meningkat akibat infeksi bakteri
• Shift to the right : hipersegmentasi netrofil (5 sel dengan 5 segmen atau 1 sel dengan 6
segmen atau rata-rata segmen 100 lekosit > 3,4)
Bila dijumpai normoblas dalam jumlah cukup banyak (>10%), maka perlu dilakukan koreksi
terhadap hitung lekosit, karena inti normoblast akan ikut terhitung sebagai lekosit.
Cara : hitung jumlah normoblas dalam 100 lekosit
TROMBOSIT :
• Kesan jumlah : FN 18 : jumlah trombosit pada 18 lp (x 1000)
Normal : 10-22/lp
FN 22 : jumlah trombosit pada 11 lp (x 1000)
Normal : 13-36/lp
FN < 18 : jumlah trombosit 4-10 plp
• Morfologi : Giant platelet (trombosit seukuran eritrosit) menunjukkan turn over
trombosit meningkat (pada perdarahan)
• Megakariosit Dwart (cacat) : esensial trombositopenia, merupakan megakariosit yang
lepas ke perifer.
• Platelet satelitism : trombosit yang mengelilingi netrofil, penyebabnya tidak diketahui
dengan pasti, diperkirakan ok terbentuk antibodi terhadap kompleks Gp IIb/IIIa
PENGECATAN WRIGHT
Pada PNH terjadi hemolisis intravascular akibat meningkatnya kepekaan eritrosit terhadap
komplemen. Tanda hemolisis intravascular lainnya adalah : peningkatan Hb plasma,
haptoglobin yang rendah dan hemoglobinuria, namun tanda ini tidak spesifik untuk PNH.
Untuk menegakkan diagnosis PNH digunakan metode yang bias menunjukkan terjadinya
hemolisis bila komplemen teraktivasi/sensitivitas komplemen meningkat.
Aktivasi komplemen ada 3 jalur :
1. Jalur klasik
2. Jalur alternative
3. Jalur lectin
Jalur alternative dapat teraktivasi oleh acidified-serum (HAM-test).
Acid Ham Test digunakan untuk mendeteksi PNH (Paroksismal Nokturnal Hemoglobinuria).
PNH terjadi karena peningkatan sensitivitas eritrosit terhadap komplemen. Ada kelainan
molekuler pada membran eritrosit. Protein-protein yang melekat pada membran berkurang,
terutama Glukosil-fosfatidil-inositol. Komplemen terikat pada eritrosit sehingga terjadi lisis.
Hemolisis terjadi apabila ada aktivasi komplemen atau ertrosit mengabsorpsi komplemen.
Kelainan membran eritrosit pada PNH tidak terjadi pada semua eritrosit, ada yang normal,
ada yang kelainannya ringan, ada yang berat, sehingga PNH dapat digolongkan menjadi :
• tipe 1 : paling ringan
• tipe 2 : kepekaan RBC 3-5x tipe I
• tipe 3 : kepekaan RBC 10x tipe I
bersifat acquired, tapi bersifat klonal = kelainan terjadi pada stadium sel yang masih pluripoten,
terjadi gangguan sintesis protein-protein tertentu pada membran sel, misalnya : Ach-esterase
atau alkali phosphatase (neutrofil).
Kelainan tidak hanya terjadi pada eritrosit, tapi juga pada lekosit dan trombosit. CD 59 pada
eritrosit dan CD 58 pada lekosit dipakai untuk mendeteksi adanya kelainan enzimatik. Keduanya
bisa dikerjakan dengan flowcytometri.
Kelainan lain yang bukan PNH dengan hasil HAM test positif :
• HEMPAS (Hereditary Erythroid Multinuclearity associated with Possitive Acidified Serum
test)
• Untuk membedakan keduanya dipakai SUCROSE WATER TEST
KONTROL :
• NEGATIF : kondisi semirip mungkin tapi tidak terjadi hemolisis, eritrosit normal,
digunakan serum penderita tanpa acid.
• POSITIF : digunakan sel PNH (sulit), sehingga dicari bahan yang mengandung L-sistein
(homosistein) yang dapat meningkatkan sensitivitas eritrosit terhadap komplemen =
PNH like cell.
KUANTITASI :
• Harus memakai standar
• Blanko : serum normal atau serum + asam, dibaca pada λ 540 nm.
• Standar : eritrosit yang lisis total (dengan aqua atau ammonia).
Hemostasis merupakan proses yang sangat kompleks. Pada kenyataannya Hemostasis tidak
hanya menghentikan/mencegah perdarahantetapi juga adanya proses keseimbangan untuk
mempertahankan supaya darah tetap cair melalui proses fibrinolisis.
Hemostasis merupakan mekanisme fisiologis tubuh untuk :
• Menghentikan perdarahan (spontan atau traumatis).
• Mempertahankan “fluiditas” darah dalam pembuluh darah.
FAKTOR KOAGULASI
Dalam keadaan normal, Faktor koagulasi berada dalam keadaan in-aktif, disebut sebagai
ZYMOGEN. Jika ada rangsangan, maka zymogen akan berubah sebagai bentukan enzim dan
berperan dalam system CASCADE.
SISTEM KOAGULASI
PERSENTUHAN DENGAN
PERMUKAAN ASING
↓
XII → XII a VII
HMWK
XI → XI a ca++ Thromboplastin
jaringan
IX → IX a VII a
VIII
ca++
PF3
X Xa
V
ca++
PF3 XIII
Prothrombin → Thrombin → ↓
XIII a
↓
Fibrinogen Fibrin
↓
Fibrin Stabil
PERAN KALIKREIN
XII VII
KALIKREIN
XII a VII a
PREKALIKREIN
Fibrinogen
Trombin
Fibrin Polimer
XIII XIII a
Insoluble Fibrin
Proses yang terjadi setelah mengalami luka :
1. Reaksi pembuluh darah (vasokonstriksi)
2. Pembentukan sumbat platelet
3. Proses pembekuan darah
4. Fibrinolisis
FUNGSI TROMBIN :
1. Mengaktifkan jalur intrinsik melalui aktivasi faktor V dan VIII
2. Merangsang trombosit/platelet untuk mengsekresi ADP sehingga terjadi agregasi
trobosit.
3. Merubah plasminogen menjadi plasmin yang akan menyebabkan terjadinya proses
fibrinolisis.
FUNGSI FIBRINOLISIS :
1. Pembatasan pembentukan fibrin pada daerah luka.
2. Penghancuran fibrin dalam sumbat hemostasis.
ENDOTEL / JARINGAN
PLASMINOGEN AKTIVATOR
(GLYCOPROTEIN)
ANTIPLASMIN
(α2 ANTIPLASMIN)
↓
PLASMINOGEN →PLASMIN → PLASMIN IN AKTIF
↓
FIBRIN → BAHAN2 YANG SOLUBLE / FDP
↓
RES
Plasmin akan memecah Fibrin, Fibrinogen, Faktor V dan VIII. Fibrin/Fibrinogen akan
dipecah menjadi FDP (Fibrin/Fibrinogen Degradation Products) atau FSP (Fibrin/Fibrinogen Split
Products).
Selanjutnya FDP/FSP akan :
• Menghambat agregasi trombosit
• Menghambat kerja thrombin pada fibrinogen
• Menghambat polimerisasi fibrin
PLASMINOGEN AKTIFATOR :
1. INTRINSIK :
terdapat dalam darah yaitu F.XIIa, Kalikrein
2. EKSTRINSIK :
terdapat pada endotel pembuluh darah & berbagai jaringan disebut : tissue plasminogen
aktivator (t-PA)
PEMERIKSAAN FISIK :
1. Bentuk perdarahan
2. Tanda-tanda gagal hati
3. Tanda-tanda gagal ginjal
4. Pembesaran limpa (splenomegali)
5. Pembesaran kelenjar
PRINSIP :
Terjadi pembekuan o.k.adanya perubahan langsung dari Fibrinogen menjadi Fibrin
dengan pemberian langsung Trombin pada plasma
TT Memanjang pada :
• Hipofibrinogemia (<100 mg/dl)
• Fungsi fibrinogen terganggu
• Adanya inhibitor thrombin : Heparin, FDP
TT memenjang normal pada bayi baru lahir dan Multiple Myeloma
Reagen tromboplastin mempunyai sensitivitas yang berbeda-beda, untuk itu oleh ICSH
(International Committee for Standarization in Hematology) melakukan standarisasi terhadap
reagen tromboplastin yang hasilnya disebut dengan ISI (International Sensitivity Index).
Pada monitoring pemakaian antikoagulan, nilai PPT diseragamkan dengan menggunakan
INR (International Normalize Ratio)
Rumus INR : (PPT Px/mean PPT control)ISI
PPT
APTT
CONTOH :
PCV Normal : 40 %, Na-sitrat : Darah = 1 : 9 (0,5 ml : 4,5 ml)
Plasma Volume Normal : 100 – 40 = 60
Bila PCV 55 %, Plasma Volume Penderita : 100 – 55 = 45
Na-sitrat utk penderita ?
Rumus : 45 x 0,5
__________ = 0,375 ml
60
Jadi jumlah Na-sitrat = 0,375 ml
Jumlah darah : 5 ml – 0,375 ml = 4,625 ml
HARGA NORMAL :
TT : 15 – 20 detik
APTT : 30 – 45 detik
PPT : 11 – 13 detik
Tiap Laboratorium punya harga normal berlainan, tergantung pada macam reagensia yang
dipakai. Karena itu selalu memakai plasma kontrol.
PEMERIKSAAN KHUSUS :
• ASSAY/AKTIVITAS FAKTOR PEMBEKUAN
• TES FUNGSI TROMBOSIT
• TES PENENTUAN KADAR :
- AT – III
- PAI
- PROTEIN - C, PROTEIN - S
- AKTIVATOR PLASMINOGEN dll.
Perdarahan trombosis
SEBAB TERJADINYA KOAGULASI YANG ABNORMAL :
1. Kelainan vaskuler
2. Kelainan trombosit
3. Kelainan hemostasis / koagulasi
4. Kombinasi 1-2-3
5. Kelainan fibrinolisis
KELAINAN VASKULER
TANDA2 :
• Mudah terjadi memar = petechiae, echymosis, purpura
• Perdarahan spontan dari pembuluh darah kecil, perdarahan mukosa
PENYEBAB :
• Kelainan pemb.darah
• Kelainan jar.ikat peri vaskuler
KELAINAN VASKULER :
1. HEREDITER :
Hereditary hemorrhagic teleangiectasia
2. ACQUIRED :
- Simple easy bruising
- Senile Purpura
- Infeksi/Vaskulitis
- Obat2-an
- Henoch Schonlein Syndrome
- Scurvy
1. Allupurinol
2. Methyldopa
3. Chloramphenicol
4. Quinidine
5. Quinine
6. Corticosteroid
7. Digoxin
8. Estrogen
9. Indomethacin
10. Isoniazid
11. Sulfonamide dll
FAKTOR VIII :
* MOLEKUL YANG KOMPLEKS
* TERDIRI DARI :
- Faktor VIII : C = Faktor VIII procoagulant
- Faktor VIII : R.Ag = Faktor VIII Related Antigen
- Faktor VIII : VWF = Faktor VIII von Willebrand factor
Hemophilia merupakan penyakit herediter yang disebabkan karena kelainan gen F VIII
(Hemofilia A) atau F IX (Hemofilia B). F VIII dalam darah akan berikatan dengan molekul yang
lebih besar, yaitu F Von Willebrand. Bagian F VIII yang berperan pada proses pembekuan adalah
VIII C. pada Hemofili F VIII c, baik fungsi maupun kadarnya, menurun, sedangkan pada Von
Willebrand disease F VIII Ag kadarnya menurun. FVW merupakan ko-faktor yang esensial untuk
adesi trombosit yang normal.
TES SUBSTITUSI
PRINSIP :
• Memeriksa APTT plasma penderita setelah ditambahkan dengan adsorbed plasma dan
memeriksa APTT plasma penderita setelah ditambahkan dengan aged serum untuk
mendeteksi adanya defisiensi faktor koagulan.
• Adsorbed plasma mengandung : F V, VIII, XI, XII
• Aged plasma mengandung : F VII, IX, X, XI, XII
APTT dan PTT dengan perdarahan dapat terjadi karena defisiensi/ggn F VIIIC, FVW, F IX, FXI
Defisiensi F XII, Prekalikrein, HMWK pada umumnya tidak menyebabkan perdarahan.
Pemeriksaan lanjutan bila APTT abnormal memanjang karena defisiensi F VIIIC :
1. Mixing test
2. Test diferensial APTT
3. Assay F VIIIC berdasarkan atas aktivitasnya :
a. One-stage assay
b. Two-stage assay
c. Chromogenic substrat assay
Penyakit yang diturunkan secara X-linked recessive. Terjadi karena defisiensi Faktor VIII-
C Sintesa molekul abnormal, sehingga aktivitas F.VIII untuk pembekuan terganggu.
Berat ringan penyakit tergantung kadar Faktor VIII dalam plasma.
Manifes pada laki-laki, wanita sebagai carrier.
TERAPI HEMOFILIA – A :
1. Menghindari trauma
2. Mengatasi perdarahan
3. Substitusi dengan :
* Fresh Frozen Plasma
* Cryoprecipitate/ Factor VIII Concentrate
* Defisiensi Faktor IX
* Gejala klinik sama dengan Hemofilia-A
* Sex linked inheritance
PEMERIKSAAN LABORATORIUM HEMOFILIA - B
1. APTT meningkat
2. Clotting Time meningkat
3. Kelainan pada Assay Faktor IX
TERAPI HEMOFILIA-B
1. Factor IX Concentrate
2. Plasma Simpan ( F.IX cukup stabil dalam penyimpanan )
HEMOFILIA – C
• Defisiensi Faktor XI
• Autosomal resessif
• Banyak pd orang Yahudi
• Frekwensi laki-laki = wanita
• Gejala ringan, manifes saat cabut gigi atau pembedahan
Laboratorium : APTT memanjang
Defisiensi Faktor XI
Klasifikasi :
1. Tipe 1 : kelainan kuantitative
2. Tipe 3 : kelainan kuantitative
3. Tipe 2 : kelainan kulitative, dibagi lagi menjadi 4 subtipe : 2A, 2B, 2M, 2N
Terapi utama : Desmopresin (1-amino-8-D-arginin vasopressin = DDAVP) atau Cryo yang banyak
mengandung kompleks F VIII-VWF.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Masa perdarahan memanjang
2. Adesi trombosit terganggu
3. Agregasi trombosit terhadap Ristocetin menurun
4. APTT memanjang/normal
DEFISIENSI VIT K :
1. Diet <
2. Biliary Atresia
3. Diare kronis
4. Sindroma malabsorbsi
5. Pemberian Broadspectrum Antibiotika
6. Hemorhagic disease of the newborn
7. Ibu menyusui dengan obat antikonvulsan
8. Pemberian dosis tinggi Tetracyclin, Sulfonamide,Aspirin, Carbenecillian dosis tinggi &
lama
I. HEREDITER
1. Defisiensi alfa-2 Antiplasmin
2. Defisiensi PAI
3. Ekses Plasminogen Aktifator
II. ACQUIRED
Pada kasus-2 dimana proses fibrinolisis lebih besar daripada proses koagulasi (misal pada
kasus DIC)
FIBRINOLISIS PATOLOGIS :
PLASMIN akan memecah : Fibrinogen, F.V & VIII sehingga terjadi defisiensi.
Pemeriksaan Lab : FDP >>
D-Dimer (-)
D-Dimer merupakan suatu protein dalam sirkulasi yang dihasilkan dari proses
pemecahan bekuan darah fibrin (fibrin blood clot). D-Dimer dihasilkan secara alamiah sebagai
suatu penyembuhan luka.
Bila D-Dimer negative, maka dapat dipastikan bukan DIC.
Peningkatan D-Dimer terjadi pada :
- DIC
- DVT
- Emboli pulmonal
- Pembedahan
- Kanker
- Sirosis
D-Dimer N : < 200 ng/ml (metode aglutinasi latex)
N : < 0,5 ug/ml
Plasmin memecah fibrin, fibrinogen menjadi FDP. D-Dimer adalah fragmen terkecil hasil
pemecahan fibrin dengan waktu paruh cukup panjang (8 jam). Fragmen D-Dimer ini tidak
terbentuk pada degradasi fibrinogen atau non-cross-linked fibrin, oleh karena itu D-Dimer
spesifik untuk hasil lisis dari bekuan fibrin.
Pada FDP yang akan terukur adalah hasil pemecahan fibrinogen dan fibrin, sedangkan
pada D-Dimer yang terukur hanya pemecahan fibrin saja. FDP terbentuk baik dalam keadaan
fibrinolisis sekunder maupun fibrinolisis primer.
Kelebihan uji D-Dimer dibandinga FDP :
1. Menggunakan antibody spesifik monoclonal (3B6/22) yang spesifik untuk D-Dimer, tidak
ada reaksi silang dengan fibrinogen
2. Dapat menggunakan sampel darah dengan antikoagulan apapun, termasuk EDTA,
heparin, sitrat
3. Sensitive pada kasus tromboemboli
4. D-Dimer negative dapat dipastikan bukan DIC
Metode pemeriksaan D-Dimer :
1. Aglutinasi lateks
2. ELISA
Aglutinasi lateks mempunyai keterbatasan ;
• Lateks harus dipipet diatas slide segera sebelum digunakan, untuk mencegah
pengeringan
• Tes harus dibaca setelah tepat 3 menit
• Jika memungkinkan sampel darah plasma lebih dipilih daripada serum, karena pada
serum, sebagian D-Dimer terperangkap pada bekuan sehingga menghasilkan hasik
rendah palsu
• Belum dapat menghitung pengaruh adanya factor rematoid yang akan memebrikan hasil
positif palsu.
Pada DIC system koagulasi teraktivasi yang menyebabkan terjadinya konsumsi faktor
koagulasi dan trombosit sehingga banyak fibrin yang dideposit pada sejumlah pembuluh darah
kecil. System fibrinolitik juga teraktivasi menghasilkan FDP dari pemecahan fibrin. Jika sintesis
faktor koagulasi kurang dari kecepatan pembentukan fibrin, maka factor koagulasi akan
menurun, PPT dan APTT memanjang.
TERAPI D.I.C.
1. Pengobatan faktor penyebab D.I.C.
2. Suportif :
- Platelet concentrate
- Fresh frozen plasma
- Cryoprecipitate
- Fresh blood
3. Menghambat proses koagulasi intravaskuler dengan Antikoagulansia :
HEPARIN (Sebagai kofaktor Antitrombin-3: memecah trombin, VIIa, IXa, Xa, XIa, dan
XIIa)
KELAINAN FIBRINOLISIS :
1. Kerusakan jaringan luas akibat trauma, plasminogen aktivator banyak.
2. Neoplasma
3. Luka bakar yg luas
4. Operasi besar : plasmin meningkat
5. Penyakit hepar kronis : plasminogen aktivator tetap aktif (gangguan eliminasi)
plasmin ↑
6. Karsinoma
7. Transplantasi yang aktivator tinggi, kemudian mengalami rejeksi sehingga plasminogen
aktivator turun → plasmin turun
8. Obesitas→plasminogen activator ↓ → plasmin ↓
1 s/d 5 : plasminogen activator banyak dilepas plasmin ↑ bleeding,
6 s/d 8 : trombosis plasminogen activator tetep aktif (gangguan eliminasi) plasmin ↑
1. Obstruksi saluran empedu, menyebabkan kegagalan absorbsi vit.K sintesis faktor II,
VII, IX dan X ↓
2. Pada kerusakan hepatoseluler yg.berat faktor V ↓, fibrinogen ↓ (produksi ↓ ) dan
plasminogen aktivator ↑ (hepar tidak dapat mengeliminasi)
3. O.k. adanya hipertensi portal timbul pembesaran lien + hipersplenisme
trombositopeni (+).
4. Terjadinya dysfibrinogenemia (+)
(fungsi fibrinogen abnormal)
↓
Resultante dari 1 s.d 4 Kelainan Koagulasi (+)
↓
PERDARAHAN
HIPERKOAGULABILITAS BAWAAN
o.k. defisiensi / struktur abnormal dari :
1. Protein S
2. Protein C
3. Anti-trombin 3
4. Plasminogen
5. Plasminogen aktivator
HIPERKOAGULABILITAS YANG DIDAPAT
Sebagai akibat sekunder dari keadaan2 :
1. Keganasan
2. Pasca operasi2 tertentu
3. Sindroma nefrotik
4. Kehamilan
5. Terapi hormonal
6. Adanya lupus antikoagulansia
7. D.I.C.
8. Arterio sklerosis/kelainan kardiovaskuler
9. Katub jantung/vaskuler buatan
10. Kelainan mieloproliferatif
11. Obesitas
12. Diabetes Mellitus dll.
TROMBO EMBOLI :
3. INFEKSI :
1. Bakteria (terutama gram negatif)
2. Endotoksin merusak endotel
4. IMUNOLOGIS :
Adanya circulating immune complex
PENGOBATAN THROMBOSIS :
1. Antikoagulansia menghambat pembentukan fibrin
2. Obat antiplatelet menghambat adesi dan agregasi
3. Obat fibrinolitik / thrombolitik menghancurkan fibrin
OBAT ANTIKOAGULANSIA :
1. HEPARIN
2. ANTAGONIS VIT. K :
Derivat Coumarin
Derivat Inanedione
OBAT ANTIPLATELET :
I. ASPIRIN :
- Agregasi platelet ↓
- Release reaction ↓
II. DIPYRIDAMOLE :
- Platelet adesi ↓
III. PG12 (Prostacyclin) :
- Agregasi platelet ↓
IV. SULPHIN PYRAZONE :
- Agregasi platelet↓
TROMBOPLASTIN :
- Dapat dibuat dari beberapa sumber bahan : jaringan kelinci, jaringan sapi
- Metode tehnik pembuatannya bervariatif
Misal :
INR : 2 – 3 (low intensity) : untuk deep venous thrombosis dan emboli paru
INR : 3–4,5 (high intensity) : untuk mechanical heart valve dan recurrent thrombosis
PEMBULUH DARAH
Faktor Fisik & Biokimiawi pembuluh darah NORMAL SIRKULASI
I. Faktor Fisik :
vaso konstriksi diatur otot
vaso dilatasi polos tunica
perubahan permeabilitas media
NO :
Dihasilkan oleh sel endotel dari L-arginin oleh enzim NO sintase.
Fungsi Fisiologis :
- neurotransmisi sistem syaraf sentral & perifer
- pertahanan imunitas thdp infeksi mikro organisme
- modulasi irama vaskuler
PRODUKSI NO :
- Dipengaruhi “shear stress” peredaran drh
- Distimulasi aktivitas fisik
- Estradiol
- Asetil kholin
- ADP
- Bradikinin
NO :
1.Menghambat adesi trombosit pd endotel & agregasi trombosit
2.adesi monosit pada endotel
3.ekspresi MCP-1 (monocyte chemotactic protein - 1
4.induksi VCAM (molekul adesi sel vaskuler) oleh sitokin dan LDL teroksidasi
5.menghambat migrasi & proliferasi sel otot polos
6.permiabilitas endotel & irama vaskuler mengurangi masuknya lipoprotein
dan monosit kedalam dinding arteri dalam dinding arteri
STRUKTUR TROMBOSIT
• Berbentuk discoid
• Diameter : 2-4 µm, volume 5-12 fl
• Fragmen dari sitoplasma megakaryocyte tidak punya inti
• pada membran trombosit juga terdapat fosfolipid yang berperan pada proses aktivasi
prokoagulan (PF3) dan proses metabolisme asam arakidonat
• didalam trombosit terdapat granula :
- alfa-granule : PF4, β-trombomodulin, fibrinogen, fVW
- “ dense bodies” : ADP, serotonin, Ca, ATP, nor epinefrin
-lisosom : enzim hidrolitik
lepas bila trombosit mengalami rangsangan (aktivasi)
Sifat penting : Mampu adakan adesi terhadap permukaan asing dan agregasi terhadap platelet-
platelet yang lain bila ada rangsangan spesifik.
Daya hidup platelet 3 – 10 hari
Platelet selalu adakan orientasi bentuk dalam aliran darah dan bergerak berotasi sekitar
axisnya.
Dalam keadaan inaktif : Pada saat bersinggungan dengan darah / sel-sel darah lain, tak
terdapat interaksi.
Dalam keadaan aktif : Platelet akan mengalami viscous metamorphosis membentuk
Pseudopodia
bentuk jonjot2
melekat pada tiap permukaan asing (endotel, platelet2 lain, sel2 tumor, bakteria, virus dll)
- PGI 2 = Prostasiklin
- PGE 2 = Prostaglandin E-2
- GF2a = Prostaglandin F-2 a
- TXA-2 = Tromboksan A-2 (labil)
- TXB-2 = Tromboksan B-2 (stabil)
AKTIVASI TROMBOSIT :
PERUBAHAN BENTUK
PROSES ADESI
PROSES AGREGASI
PROSES SEKRESI
PROSES ADESI
Proses dimana terjadi perlekatan trombosit pada permukaan asing → jaringan ikat sub-
endotel
Melibatkan Glikoprotein Ib
Melibatkan Faktor von Willebrand
PROSES AGREGASI
Proses dimana terjadi ikatan trombosit-trombosit
Ikatan antara agonis → reseptor
Pelepasan ADP dari dense granula memaparkan reseptor GpIIb/IIIa
Fibrinogen → berikatan dengan GpIIb – IIIa → AGREGASI PRIMER
Perlu ion kalsium
Perlu ATP untuk energi → dari glikolisis (terutama) dan fosforilasi oksidatif
Agregasi primer tidak diikuti rangsangan selanjutnya → reversibel
Rangkaian reaksi → asam arasidonik jalur prostaglandin Tx A2 yang dihasilkan
memperkuat agregasi → agregasi sekunder disertai sekresi bahan-bahan dari granula-
granula → ADP, serotonin, Ca++ → memperkuat agregasi selanjutnya.
PERAN KLINIK
• adhesi dan agregasi trombosit berperan dalam penghentian primer terhadap
pendarahan disebut “ PRIMARY HEMOSTASIS “
• kelainan jumlah (atau) dan atau kelainan fungsi (adhesi dan atau agregasi)
dapat menyebabkan pendarahan, misalnya : epistaksis, menoragia, pendarahan gusi
• pada defisiensi yang berat : pendarahan spontan
misalnya : pada CNS, GI tract, UG tract
bisa juga terjadi pada gangguan koagulasi
• trombopenia berat : petechiae, vaskulopati, purpura
• trombositosis disertai gangguan fungsi : petechiae, purpura
• hemartrosis terjadi pada gangguan koagulasi
KELAINAN/GANGGUAN TROMBOSIT
GANGGUAN JUMLAH
1. TROMBOSITOSIS
- trombositosis primer (Trombositosis esensial)
- trombositosis sekunder (Trombositosis reaktif)
2. TROMBOSITOPENIA
- penurunan produksi
- peningkatan destruksi
- gangguan distribusi
GANGGUAN FUNGSI
1. gangguan adesi
a. von Willebrand disease
b. Bernard Soulier Syndrome
2. gangguan agregasi
a. Trombastenia
b. Gangguan ginjal
c. Kelainan myeloproliferatif
d. Obat-obatan
DESTRUKSI TROMBOSIT
IMUNOLOGIS
Trombositopenia imun primer
ITP = Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura
= Immune Thrombocytopenic
Purpura
TROMBOSITOPENIA IMUN SEKUNDER
Infeksi HIV (Human Imunodeficiency Virus) 25% penderita AIDS →
trombositopenia imun
Infeksi virus lain : mononucleosus infectiosa, parotitis
Kelainan limfoproliferatif : CLL (Chronic Lymphocytic Leukemia), Hodgkin’s
Lymphoma
SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
Pasca Transfusi : Post Transfusion Purpura
KELAINAN FUNGSI TROMBOSIT :
Herediter :
Trombasthenia (Glanzmann’s disease)
Kegagalan platelet agregasi primer
Bernard Soulier Syndrome
Kegagalan adesi
Von Willebrand disease
Kelainan adesi / agregasi
Acquired
Aspirin terapi
Kelainan release reaksi dan agregasi
Waldenstrom’s disease / multiple myeloma
Uremia
Penyakit hepar
Kriteria diagnosis :
• tidak ada bukti penyebab trombositosis reaktif
• jumlah trombosit > 600.000/ml pada 2 x pemeriksaan
• splenomegali (50-65% kasus)
• Hb, PCV, massa eritrosit normal
• cadangan besi dalam Su-tul cukup
• Philadelphia Khromosom +
• fibrosis Su-tul + /minimal
Hematologi :
- jumlah trombosit > 600.000/ml ( sering > 1 juta/uL) pada 2 x pemeriksaan
- Hb, PCV, massa eritrosit normal
- lekositosis > 10.000 /mL (25-40%)
- gangguan agregasi trombosit dengan agonis : adrenalin, ADP, trombin.
- su-tul hiperseluler : Megakaryosit meningkat
Fibrosis minimal / +
Kimia Klinik :
- pseudo hiperkalemia
- pseudo hiperkalsemia
- pseudo hipoksemia
- hiperurisemia
- LDH ↑
OBAT-OBAT TROMBOSITOPENIA
1. Depresi / Penekanan selektif pada megakariosit
2. Proses Imunologis
DEPRESI PADA MEGAKARIOSIT
Kloramfenikol
Obat-obat anti-inflamasi non steroid
Sitostatika
Thiazide
TROMBOSITOPENIA
• SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS & LYMPHOMA
- mekanisme : imunologis
- respons tehadap: - splenektomi (+)
- steroid (+)
seperti pada I T P
• Infeksi HIV
respons (+) thd :
TROMBOSITOPENIA ALKOHOLIK
. jumlah trombosit bisa 10.000–20.000/ml
. mekanisme :
- supresi produksi trombosit
- umur trombosit memendek
. megakaryosit dalam sutul (+)
. jumlah trombosit kembali normal 5 – 10 hari setelah alkohol dihentikan
TROMBOSITOPENIA juga bisa terjadi PADA
- Pendarahan massif
- transfusi darah simpan
TROMBOSITOPENIA PADA TOKSEMIA
. 15 – 20 % TOXAEMIA GRAVIDARUM
. sering disertai dengan
- anemia hemolitik mikroangiopatik
- peningkatan enzim-enzim hati
TROMBOSITOPENIA HERIDITER
1. Wiskott-Aldrich syndrome
- trombositopenia berat
- ukuran trombosit kecil-kecil
- respon baik terhadap splenektomi
- sifat x-Linked resesif
2. Bernard-Soulier syndrome
- autosomal resesif
- “giant” trombosyte (+)
- defisiensi GP Ib → gangguan fungsi
3. May-Hegglin anomaly
- autosomal dominant
- giant thrombocyte (+)
- dohle bodies (+)
Agregation Release
Disorder Bl. Tm.
Clot Retr.
Adh. ADP RISTC of ADP
v.W. disease
i > ↓ N i /N N
Glanzmann’s
(-) > (-) (-) N N
Storage
disease N > N > N i
JUMLAH TROMBOSIT
N/↑ ↓
Tes Rumpel-Leede
(Tes Tourniquet = tes resistensi kapiler )
• Digunakan utk mengetahui kelainan
-vaskuler (resistensi kapiler)
-trombosit (terutama jumlahnya)
• Pada trombositopenia tes ini sering positif
• Tes ini bisa positif walaupun BT-nya normal
MASA PERDARAHAN
(BLEEDING TIME)
Metode Metode
DUKE IVY / TEMPLATE
Teknik Duke :
• Desinfeksi cuping telinga (lobulus auricularis) dengan alkohol 70% (bebaskan cuping dari
perhiasan, rambut)
• Tegangkan cuping, tusuk dengan lancet steril tegak lurus pada tepi bawah cuping .
• Bila darah mulai tampak, jalankan stopwatch atau catat waktunya
• Tiap 30 detik selanjutnya, hisap tetesan darah dengan kertas saring (jangan menyentuh
kulit) sampai tak ada lagi bercak darah pd kertas saring .
• Catat waktu berhentinya perdarahan sebagai Masa Perdarahan (atau lebih praktis
dengan menghitung jumlah bercak darah pada kertas saring dan mengalikannya dengan
30 detik)
• Catatan :
hati-2 pd trombositopenia (< 50 x 109/L) perdarahan pd Bleeding Time sukar berhenti
.
Pada BT yg ↑ lanjutkan dgn pemeriksaan Agregasi Trombosit .
CARA IVY
Pasang tensimeter pada lengan atas dipertahankan 40 mmHg
Disinfeksi bag. Volar lengan bawah
Tusukkan lancet sedalam +/- 3 mm
Bila tampak darah keluar → stopwatch ditekan
hisap tetesan darah dengan kertas saring tiap 30 detik
Hentikan stopwatch, pada waktu darah berhenti menetes
Harga Normal : 2 – 6 menit
• Tujuan :
mengukur kemampuan bekuan darah untuk melakukan retraksi (mengkerut)
lepas dari dinding tabung dan
menghasilkan serum.
• Normal :
2 jam setelah membeku → retraksi sebagian
Setelah 24 jam → retraksi lengkap
• Retraksi bekuan sangat dipengaruhi jumlah & fungsi trombosit
Modifikasi McFarlane :
• Ambil 5 ml darah vena (catat waktu saat darah tampak pada pangkal jarum),
• masukkan dalam tabung-sentrifus berskala dan tempatkan kawat-berkait didalamnya
• Inkubasi dalam waterbath 370C sampai 1 jam setelah membeku sempurna
• tarik kawat dari tabung hingga seluruh bekuan terangkat keluar .
• Biarkan beberapa saat sampai tidak ada lagi serum menetes dari bekuan .
• Ukur volume serum dibandingkan terhadap volume darah semula (5 ml) nyatakan
dalam %
• % retraksi bekuan = (volume serum : 5) x 100%
• Normal : % retraksi bekuan = 48 – 64% / jam 1
Guna TAT : untuk mengetahui kelainan fungsi trombosit, baik yang diturunkan maupun yang
didapat.
67 % trombosit ada dalam sirkulasi
35 % di dalam lien
Jumlah trombosit normal : 150.000 – 400.000 /mm3
Prinsip : penambahan bahan aggregator (kolagen, thrombin, ADP, epinefrin, asam arakidonat,
ristocetin) pada suspensi plasma kaya trombosit/PRP (platelet rich plasma) akan menimbulkan
gumpalan trombosit sehingga plasma lebih jernih dan transmisi cahaya makin banyak.
Fenomena ini dapat diamati secara fotometrik (spektrofotometer)
Bahan Agregator yang sering dipakai : kolagen, epinefrin/adrenalin, ADP, asam arakidonat,
ristocetin
Persiapan penderita : tidak minum aspirin/obat2 yang mempengaruhi trombosit selama 7-10
hari sebelum pemeriksaan.
Sampling :
• Darah vena dengan semprit plastic dan jarum 19 G sebanyak 9 ml dimasukkan ke dalam
tabung sentrifus polypropylene/plastik atau tabung gelas yang sudah dilapisi silicon
berskala (10 ml) yang mengandung 1 ml Na Citrate (3,8% trisodium citrate penta
hydrate)
• Tutup tabung dengan pafafin dan campur dengan membolak-balik dengan hati-hati
Pembuatan :
PRP : sentrifus 1000 rpm (10-15 menit) pada suhu kamar 20-22oC, pipet plasma dan gunakan
dalam waktu < 3 jam.
PPP : sentrifus sisa darah pada 3000 rpm selama 20 menit
Prosedur :
1. Siapkan bahan aggregator
2. Hidupkan agregometer 30 menit sebelum pemeriksaan untuk menghangatkan heating
block sampai 37oC dan atur kecepatan pengaduk pada 900 rpm
3. Kalibrasi alat dengan PRP dan PPP dengan volume masing-masing 0,4 ml untuk
mendapatkan gambaran agregasi minimal dan maksimal 10%-90%. Sebelum dikalibrasi,
PRP dan PPP diinkubasi 37oC selama 1 menit, lalu masukkan magnetic stirrer
kedalamnya.
4. Tambahkan 0,04 ml bahan aggregator ke kuvet PRP, rekam respon trombosit selama 3
menit
5. Ulangi prosedur di atas untuk bahan aggregator lain. Bila reaksi pelepasan tidak terjadi,
naikkan konsentrasi aggregator sampai didapakan respon yang diharapkan.
KLASIFIKASI ANEMIA :
I. Berdasarkan proses/mekanismenya :
- Anemia krn gangguan produksi → pada SIH disum.tulang → produksi sel drh
terganggu ( anemia/lekopenia / trombositopenia = pansitopenia) pd An.Aplastik atau
krn hambatan produksi eritropoitin dari ginjal (anemia karena gagal ginjal kronik)
-Anemia krn destruksi eritrosit (hemolisis) ↑ :
pada anemia hemolitik .
-Anemia krn hilangnya darah : anemia pada perdarahan akut/kronik .
Anemia Hipokromik-Mikrositik
- Semua keadaan yg menurunkan sintesis Hb memberikan gambaran hipokromik-
mikrositik .
- Anemia Kurang Besi (AKB) adalah penyebab tersering dari kasus-2 anemia dan Anemia
Hipokromik-Mikrositik → harus diperhatikan juga kausa2 lainnya (DD) sebelum
menegakkan diagnosis AKB
Cad.Fe SI Morfologi
Normal + + Norm-Norm
Def.Prelaten ↓ + Norm-Norm
Def.Laten ↓↓/- ↓ Norm-Norm
Hipo-Norm
AKB - ↓↓ Hipo-Mikro
Ke-3 regulator tsb diatur oleh IRE-BP (Fe-Responsive Elements Binding Protein)
Transferrin
Transferrin-jenuh-Fe → Transferrin- Receptor (TrfR) pd membran sel
Transferrin-Receptor (TrfR)
Afinitas TrfR thdp transferrin tergantung kandungan Fe dan pH .
Pd pH 7.4 dan juml.Fe cukup → TrfR punya afinitas tertinggi thdp Transferrin-
diferric dibandingkan dgn thdp Transferrin-monoferric atau apoTransferrin .
ANEMIA SIDEROBLASTIK
Klasifikasi An.Sideroblastik :
1. Herediter : X-linked, defek enzim jalur sintesis heme, pada orang muda, anemia
dimorfik, splenomegali , basophilic stippling, normoblast (+)
Absorpsi Fe ↑ → Saturasi Transferrin dan Ferritin ↑
2. Dapatan (Acquired) :
- Primer : mutasi klonal stem cell (MDS = MyeloDysplastic Syndromes , RARS) → pada
orang tua. Anemia normokromik-makrositik. Sum.Tulang : hyperplasia eritroid dgn
gambaran displastik atau megaloblastik
- ringed sideroblast pada sel prekursor .
ANEMIA MAKROSITIK
Makrosit = eritrosit dgn MCV > normal. Makrosit/mikrosit tergantung dari balans antara
maturasi inti & sitoplasma.
Pembelahan inti berhenti bila produksi Hb intrasel mencapai nilai tertentu
Bila maturasi inti terlambat (defek sintesis DNA) atau maturasi sitoplasma ↑ (ke↑
aktivitas EPO)→ kadar kritis Hb tercapai lbh cepat → Makrosit
Assay Vit.B12
Defisiensi Normal
Pos Neg ↑ ↓
Tes Schilling
An.Pernisiosa
Defis.Vit.B12 ↑ N
Asai Antibodi :
IF bisa terganggu krn adanya Oto-Ab thdp IF atau thdp Sel Parietal ; kedua Ab
ini dpt dideteksi di serum , IF-Ab dgn ELISA dan Parietal Cell-Ab dgn Indirect
Immunofluorescence
Diagnosis An.Megaloblastik :
Screening :
- CBC , Hitung Lobus Netrofil
- Bilirubin serum Indirek , LDH (lactate
dehydrogenase)
Spesifik :
- Analisis Sumsum Tulang
- Asai Folat & Vit.B12
- Analisis cairan lambung
- Tes Schilling
- Asai Antibodi
ANEMIA HEMOLITIK
INTRINSIK EKSTRINSIK
Defek pada membrane eritrosit Adanya antibody terhadap antigen
Defek pada hemoglobin eritrosit
Defek pada enzim eritrosit
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 107
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Umur eritrosit normal = 110-120 hari → destruksi oleh makrofag di sum.tulang & lien .
Bila umur eri memendek → produksi eritropoitin dipacu (kompensasi) → kadar Hb
dipertahankan → anemia (–) .
Bila destruksi akut atau kronis dgn umur eritrosit yg sangat memendek → kompensasi (–
) → anemia .
SFEROSITOSIS HEREDITER
Defisiensi rantai-α → gangguan sejak janin krn sintesis HbF sudah terganggu .
Defek 1-2 Gen-α = α-trait (klinis baik)
Defek 3 Gen-α = HbH disease (klinis ringan, Hb 10-11 g/dl) → ekses rantai-β → terbentuk
tetramer-β4 (HbH) yg membentuk inklusi dlm eritrosit → tampak dgn pengecatan BCB .
Gb. Inklusi HbH (β4) pada HbH Disease tampak dgn pengecatan BCB (bedakan dengan
retikulosit)
Defek 4 Gen-α (HbBarts’hydrops fetalis) → klinis berat, bayi lahir-mati dgn hydrops
karena hipoksia berat .
HbBarts = tetramer γ4, karena ekses rantai-γ yg tak mampu membentuk HbF .
Inklusi HbBarts dan HbH mengendap dlm eritrosit → menempel pada membran eritrosit
→ destruksi di RES/lien → hemolisis .
Defek 4 Gen-α (HbBarts’hydrops fetalis) → klinis berat, bayi lahir-mati dgn hydrops
karena hipoksia berat .
HbBarts = tetramer γ4, karena ekses rantai-γ yg tak mampu membentuk HbF .
Inklusi HbBarts dan HbH mengendap dlm eritrosit → menempel pada membran eritrosit
→ destruksi di RES/lien → hemolisis .
3. Penentuan HbA2 untuk diagnosis Talasemia-β trait dgn metode anion-exchange resin
column chromatography. Dgn cara ELP-Hb dan kromatografi , adanya HbC, HbE dan
HbO dapat mengganggu karena terletak pada band yg sama dgn HbA2 .
4. Penentuan HbF (Denaturasi Alkali) : HbF lebih tahan terhadap denaturasi oleh lar.alkali
kuat daripada HbA . Hemolisat + NaOH → denaturasi Hb-2 selain HbF → reaksi distop
dgn ammonium sulfat jenuh → pH↓ dan hancuran Hb mengendap → filtrat yg
mengandung HbF dibaca pada spektrofotometer sbg % total Hb . HbF dpt diukur dgn RID
atau ELISA atau Tes Elusi-Asam dari Kleihauer
5. Penentuan Benda Inklusi HbH :
- dilakukan dengan pengecatan Brilliant Cresyl Blue (BCB)
- Inklusi HbH tampak sebagai granula bulat biru-kehijauan merata dalam
eritrosit (bandingkan dgn retikulosit yg berupa benang2 / filamen2)
- Pada HbH disease : inklusi HbH +++
- Pada Talasemia-α-trait : inklusi HbH + pada 1: 10000 eritrosit .
Merupakan kelainan metabolic SDM yang paling sering dijumpai (>400 juta pasien di
seluruh dunia). Sebagian besar kasus asimptomatik. Baru terjadi hemolisis jika terpapar bahan
oksidan/penyakit tertentu.
Yaitu hemolisis yang terjadi karena melekatnya antibodi pada membran eritrosit .
Kecepatan & tempat terjadinya hemolisis tergantung IgG atau IgM, dan kemampuannya
mengikat komplemen .
Suhu optimal pengikatan Ab :
370C – Warm-IgG-Type
<300C – Cold-IgG-Type
Sel+IgG → destruksi oleh lien
Sel+IgM → memicu aktivasi kaskade komplemen → hemolisis intravaskular
Destruksi imun sering menyebabkan kerusakan minimal membran → perubahan bentuk
menjadi sferosit .
Tipe Penisilin : obat sebagai hapten berikatan dengan eritrosit → antigenik → terbentuk
Antibodi terhadap Obat-Eritrosit.
Tipe Fenasetin/Quinidin: Obat (hapten) berikatan dengan protein → Antibodi berikatan
dengan Obat-protein → aktivasi komplemen → lisis eritrosit.
Tipe Aldomet : Obat merubah struktur membran eritrosit→ asing → Otoantibodi
Anemia berat & fatal krn pe↓ produksi eri/leko/trombo (pansitopenia) akibat gangguan
pada SIH (krn radiasi, bhn kimia, obat, atau genetik)
Bahan2 penyebab aplasia / hipoplasia sum.tulang : radiasi ion, benzen, sitostatika (6-
MP, busulfan), arsen, kloramfenikol, antikonvulsi (fenitoin), analgetik enilbutason), DDT,
dll.
I. Leukemia akut
II. Gangguan mieloproliferatif
III. Gangguan limpoproliferatif
IV. Plasma cell dyscrasias
LEKEMIA
Leukemia merupakan penyakit ganas jaringan hemopoisis dengan ciri utama adanya
hambatan maturasi sel darah diikuti peningkatan proliferasi yang berlangsung terus menerus
tanpa kendali.
Akibat proliferasi yang terus menerus tanpa kendali :
1. Terjadi kenaikan jumlah satu atau beberapa jenis sel darah dalam :
- su-tul
- sirkulasi darah
- jaringan tubuh
2. Hambatan pembentukan sel darah lain
3. Gangguan metabolisme
4. Gangguan imunitas
ETIOLOGI
• Mutasi DNA gen sel akibat :
- Pemaparan karsinogen
- Virus onkogen
- Radiasi
- Mutasi gen spontan / idiopatik
KLASIFIKASI LEKEMIA
Atas dasar gejala klinik dan jenis sel yang terlibat :
I. LEKEMIA AKUT
1.Lekemia mieloid akut (Lekemia non-limfoblastik akut)
2.Lekemia limfoblastik akut
II. LEKEMIA KRONIK
1.Lekemia granulosit (mielosit) khronik
2.Lekemia limfosit kronik
III. LEKEMIA JENIS LAIN
Kecuali jenis lekemia seperti tersebut di atas ada beberapa penyakit ganas dalam sistem limfoid
yang didiagnosis dalam laboratorium hematologi, yaitu :
I. Meloma multipel
II. Penyakit Waldenstrom
III. Gamopati Monoklon
LEKEMIA AKUT
Semua lekemia akut menunjukkan gejala klinik yang hampir sama, yaitu :
1. Penderita berumur muda atau anak-anak
2. Tampak sakit parah
3. Suhu badan naik
4. Ada tanda-tanda infeksi
5. Perdarahan karena trombopenia
6. Nyeri pada tulang-tulang
7. Pucat lesu karena anemia
Gambaran laboratorium juga menunjukkan kesamaan, kecuali jenis sel lekemianya :
1. Laju endap darah tinggi
2. Kadar hemoglobin turun
3. Jumlah lekosit tinggi
4. Jumlah eritrosit dan trombosit turun
5. Jumlah retikulosit tetap atau turun
6. Hitung diferensial menunjukkan banyak sel muda atau blast
7. Waktu pendarahan panjang
Kecuali jenis lekemia seperti tersebut di atas ada beberapa penyakit ganas dalam sistem limfoid
yang didiagnosis dalam laboratorium hematologi, yaitu :
I. Meloma multipel
II. Penyakit Waldenstrom
III. Gamopati Monoklon
llineage Antigen
Lymphoid TdT
Monocytic CD14,CD11b
Erythroid Glycophorin A
AML-MO :
• Leukemia mielositik akut dengan diferensiasi minimal
• CD 13 dan atau CD 33 > 3%
AML-M1 :
• Sel lekemianya terdiri atas mieloblas dengan diferensiasi minimal, tanpa maturasi
• Pada hapusan darah tampak sel dengan :
o Inti besar, kromatin halus
o Nucleolus satu atau lebih
o Sitoplasma sedikit, warna biru, granula (–)
o Pewarnaan peroksidase (+)
LEKEMIA MELOBLAS AKUT, hapusan darah dengan infiltrasi sel lekemia (meloblas).
Perhatikan ciri-ciri meloblas yang tampak : sitoplasma berwarna biru tanpa granula, kromatin yang halus
serta nukleolus yang tampak dengan jelas. Pada gambar juga tampak sel lekemia berbentuk Pelger Huet
semu (tengah atas dan kanan bawah). Perhatikan kromatinnya yang kasar dan warna sitoplasmanya
yang merah muda dengan sedikit granula.
AML-M2 :
• Sel leukemia terdiri atas :
o Mieloblas dengan diferensiasi yang jelas
o Disertai sel-sel yang lebih matur : promielosit, mielosit, metamielosit, dst
o Sering ditemukan segmen dengan bentuk Pseudo-Pelger-Huet
o Dapat ditemukan Auer-rod
LEKEMIA MELOMONOSIT Akut dengan dua populasi sel lekemia, meloblas dan monosit. Kedua jenis sel
lekemia dapat dibedakan dengan jelas, jika hapusan darah diwarnai dengan pewarnaan peroksidase,
seperti gambar ini. Meloblas memberi reaksi positif kuat dan tampak berwarna coklat kehijauan,
sedangkan monosit tidak bereaksi dan tampak sebgai lazimnya pada pewarnaan Ramonowsky.
Perbandingan meloblas dengan monosit berbeda pada tiap penderita dan mungkin berbeda pada satu
penderita dalam waktu berbeda.
LEKEMIA MONOSIT AKUT, sel lekemia mencapai tahap maturasi sampai monosit. Ciri khas
monosit jelas tampak pada gambar. Pada reaksi peroksidase ini jelas tampak semua sel adalah
peroksidase negatif, keucali satu (kanan bawah) yang positif lemah; sel ini mungkin monoblas
atau promonosit yang kadang-kadang bereaksi positif lemah. Pada penderita LMoA sering
terjadi pembengkakan dan perdarahan gusi, karena infiltrasi dari sel lekemia yang sudah matur
(monosit).
LEKEMIA LIMFOBLAS AKUT, sel lekemia terdiri dari limfoblas dengan ciri:
- sitoplasma tampak samar-samar,
samar, karena sel hampir terisi penuh oleh inti; intinya jarang mengandung
nukleolus dan jika ada, tampak samar
samar-samar
samar (berbeda dengan nukleolus pada meloblas);
-pada
pada pewarnaan PAS tampak butir-butir
butir butir coklat dalam sitoplasmanya yang terdiri dari glikogen (gambar
tengah);
-pada
pada reaksi peroksidase hasilny
hasilnya negatif (gambar kanan);
-sel
sel dibawah adalah netrofil yang bereaksi positif.
LEKEMIA KRONIK
A. Lekemia Granulosit Kronik
B. Lekemia Limfosit Kronik
Sel lekemi terdiri atas granulosit dari yang termuda (mieloblas) sampai segmen.
semua tahapan maturasi granulosit (+)
Pada awal fase khronik jml sel blast<5%
Jml trombosit, basofil dan eosinofil meningkat
Hb turun sedikit.
Su-tul hiperseluler, mieloblas <5%
Alkali fosfatase lekosit menurun
Fase kronis :
Darah tepi ( DT ) :
neutrofilia : jumlah leukosit bervariasi : 20.000 – 500.000 / cmm dijumpai semua
stadium maturasi di darah tepi mulai dari mieloblas sampai segmen , sebagian besar
stadium matur
mieloblas tidak lebih dari 3%
Basofilia
Trombositosis : lebih dari setengah kasus di atas 1.000.000/cmm , jarang kurang dari
100.000 / cmm
Anemia normokrom normositer
Sutul :
Mieloblas biasanya tidak lebih dari 5%
Jumlah basofil dan eosinofil meningkat
Sitokimia : alkali fosfatase menurun
Fase accelerated :
Darah tepi :
Basofil meningkat lebih dari 20%
mieloblas > 15%
mieloblas + promielosit > 30%
trombositopenia
Sutul :
Mieloblas > 10%
Basofil dan eosinofil > 10%
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 135
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Fase blas/blastic crisis
• Darah tepi : mielob las > 30%
• Sutul : mieloblas > 30%
• Jumlah sel mature turun
• Jumlah eosinofil dan basofil naik
• Jumlah trombosit turun
• Kadar Hb turun
• Penderita tampak sakit parah
CIRI-CIRI :
1. Terjadi pada usia lanjut
2. Perjalanan penyakit perlahan progresif
3. Sering (30%) tanpa gejala/keluhan spesifik
4. Dapat berubah menjadi lekemi akut
5. Terdapat organomegali
6. Jumlah lekosit
ekosit sangat tinggi (hiperlekositosis)
7. Hb sedikit turun, kecuali stadium akhir
LEKEMIA GRANULOSIT KRONIK, sel lekemia terdiri dari deret netrofil dengan berbagai tahap
maturasi. Pada beberapa kasus sel lekemia juga meliputi deret basofil dan eosinofil
(bercampur);
kadang-kadang
kadang basofil dan eosinofil yang dominan dan disebut lekemia basofil/eosinofil kronik.
Pada gambar tampak satu meloblas dan satu netrofil berinti dua; sel ini adalah sel lekemia yang
mengalami maturasi (menjadi segmen), tet tetapi
api mengalami mitosis yang tidak sempurna ketika
masih dalam tahap yang lebih muda. Hal ini sering didapatkan pada lekemia.
LEKEMIA LIMFOSIT KRONIK, sel lekemia terdiri dari limfosit B, kecuali pada beberapa
pulau di Jepang, kebanyakan limfosit T. Sel lekemia mudah pecah dan dalam hapusan darah tampak
seperti bercak, disebut sel penyet (smudge cell).
Ada kalanya sel penyet demikian banyaknya, sehingga mendominasi pandangan.
Lekemia limfosit kronik sering sukar dibedakan dengan limfoma yang menyebar
kedalam aliran darah (keutuhan jaringan limfoid sudah terganggu).
PENYAKIT MYELOPROLIFERATIVE
• Gangguan proliferasi primer sel2 progenitor hemopoitik
• Meliputi :
- tipe kronik: - polisitemia vera
- trombositemia esensial
- mielofibrosis idiopatik
- lekemia kronik granulositik
- sindroma mielodisplastik (MDS)
- tipe akut : - lekemia akut non limfoid (ANLL)
POLISITEMIA (ERITROSITOSIS)
II. Sekunder
A. Fisiologis (Oksigenasi Jaringan )
B. Non-fisiologis (Oksigenasi Jaringan N)
III. Eritrositosis Relatif
Gambaran klinis :
• Keluhan : gatal, sakit kepala, lemah, BB turun, fatique
• Thrombosis : infark jantung, thrombosis vena retina, trombophlebitis, iskemia serebral
• Perdarahan : gusi, menoragi, hempotisis, perdarahan gastrointestinal
• Splenomegali 75%
• Hepatomegali 40-50%
• Hipertensi 50% karena viskositas darah ↑ sehingga aliran darah ↓ dan resistensi perifer
↑
PATOFISIOLOGI :
Panhiperplasia terjadi karena gangguan proliferasi clonal stem cell. Etiologi pasti belum
diketahui. Beberapa mekanisme yang memungkinkan terjadinya PV :
Pada umumnya :
pria wanita
Hb > 17,5 g /dl > 15,5 g /dl
Eritrosit > 6 juta / cmm > 5,5 juta / cmm
Hct. > 55% > 47%
Peningkatan :
Hb, PCV , viskositas ⇒ stasis ⇒ tromboemboli
tegangan vaskular
asam urat
alkali fosfatase
kemampuan mengikat vit. B12
kadar eritropoitin dan saturasi oksigen normal
ERITROSITOSIS SEKUNDER
• Merupakan respons terhadap keadaan lain yang bersifat :
- fisiologis : akibat oksigenasi jaringan yang rendah
- non fisiologis : tanpa penurunan oksigenasi jaringan
• Ada 3 kelompok :
1. Polisitemia karena penigkatan eritropoietin sebagai respon fisiologis yang normal
pada saat hipoksia jaringan
2. Polisitemia karena penigkatan eritropoietin non fisiologis
3. Polisitemia familial yang dihubungkan dengan afinitas oksigen yang tinggi pada Hb
varian.
ERITROSITOSIS RELATIF
Disebabkan karena dehidrasi, hemokonsentrasi, misalnya :
• Sindroma Gaisbock
• Stress erythrocytosis
• Pseudo erythrocytosis
- Massa eritrosit tinggi normal
- Volume plasma rendah
PV PS PR
Ukuran lien Splenomegali Normal Normal
Red cell volume Laki2 : > 32 ml/ug Meningkat Normal
Wanita : > 36
WBC ml/ug Normal Normal
Platelet Meningkat Normal Normal
Serum cobalamin Meningkat Normal Normal
SO2 arteri Meningkat Rendah Normal
Sutul Normal Eritroid Normal
Cadangan besi Panhiperplasia hyperplasia Normal
Sitogenetik Menurun Normal Normal
Abnormal Normal
Primer :
• Idiopatik (agnogenic myeloid metaplasia)
Sekunder :
• Penyakit mieloproliperatif lain
• lekemia sel berambut (hairy cell leukemia)
• Metastasis Ca ke su-tul
• Paparan benzene
• tb milier
• penyakit granulomatous
• Penyakit paratiroid
• Penyakit Paget
Hairy Cell Leukemia merupakan gangguan sel limfosit B kronis yang ditandai dengan adanya
:
• Pansitopenia
• Splenomegali massif
• HDT : limfosit dengan sitoplasma biru muda, kadang-kadang bervakuola dan
mempunyai rambut
• Inti sel dapat bulat melekuk atau melipat
Diagnosis dipastikan dengan pewarnaan sitokimia TRAP (Tartrate Resistance Acid Phosphatase)
LIMFOMA MALIGNA
Plasma dan lymphocyte cell dyscrasia termasuk sejumlah gangguan yang ditandai oleh 2
sifat dasar yaitu proliferasi tak terkendali atau akumulasi sel yang dalam keadaan
normal terlibat dalam pembentukan 147omponen
Sintesis dan sekresi gamma globulin componen ( M component ) dan atau bagiannya
MIELOMA
Myeloma merupakan keganasan dari sel Plasmosit yang ditandai oleh proliferasi
plasmosit dalam sutul dan terdapat protein monoclonal dan kelainan tulang (nyeri tulang,
osteolitik, osteoporosis, fraktur patologis). 90% kasus terjadi pada usia > 40 tahun.
Keganasan plasmosit meliputi :
1. Multiple Mieloma (MM)
2. Indolent MM (IMM)
3. Smoldering MM (SMM)
4. Monoclonal Gammopathy of Undetermined Significant (MGUS)
MONOKLONAL GAMMOPATHY
I.Malignant monoclonal gammopathy
A. Multiple mieloma (IgG,IgA,IgD,IgE….)
1.overt MM
2.smoldering MM
3.plasma cell leukemia
4.nonsecretory myeloma
5.osteosclerotic myeloma
B. Plasmacytoma
1.solitary plasmacytoma of bone
2.extramedullary plasmacytoma
C. Malignant lymphoproliferative disease
1.Waldenstrom macroglobulinemia
2.Malignant lymphoma
D. Heavy chain disease
E. Amyloidosis
II.Monoclonal gammopathy of undetermined significance (MGUS)
MELOMA MULTIPEL, sel meloma umumnya besar sekali, karena sarat dengan imunoglobulin
(dibandingkan besarnya dengan netrofil disampingnya). Pada sel meloma, sifat umum plasmosit
masih jelas tampak: letak inti menepi, sitoplasmanya disekitar inti lebih bening, dalam
sitoplasmanya sering tampak vakuol.
Sel meloma terutama terdapat dalam sumsum tulang, jarang sekali dalam darah.
Sel meloma dapat dibagi menjadi dua fraksi: fraksi yang aktif membentuk imunoglobulin
(seperti pada gambar) dan fraksi yang aktif berproliberasi. Fraksi ini morfologinya seperti
limfosit, sukar dibedakan dengan limfosit normal dan jumlahnya sedikit sekali, hanya beberapa
persen.
Kriteria mayor :
Plasmasitoma ( biopsi jaringan )
Plasmasitosis ≥ 30% di sutul
Puncak globulin monoklonal pada elektroforesis serum : Ig G > 3,5 g% atau IgA > 2 g% ,
sekresi light chain di urine
Kriteria minor :
Plasmasitosis di sutul : 10 – 30 %
Gamopati monoklonal IgG < 3,5 g% atau IgA > 2 g%
Proses osteolitik
Ig normal ↓ : IgM < 50 mg% , IgA < 100 mg% , IgG < 600 mg%
Diagnosis positif bila salah satu di bawah ini terpenuhi
⇒ 1 + B , 1+C , 1+D atau
⇒ 2 +B, 2+C, 2+D atau
⇒ A+B+C atau A+B+D
STAGE I :
• Protein M : Ig G < 5 g/dl, Ig A < 3 g/dl, Bence Jones < 4 g/24 jam
• Kelainan tulang (-) atau terdapat kelainan tulang sioliter
• Hb > 10 g/dl, Ca ≤ 12 mg/dl
STAGE II :
• Protein M : Ig G > 7 g/dl, Ig A > 5 g/dl, Bence Jones 12 g/24 jam
• Kelainan tulang lanjut atau lesi tulang multiple
• Hb < 8,5 g/dl, Ca > 12 mg/dl
MM SMM MGUS
• Kelainan litik tulang ≤ 3 • Tidak ada lesi pada • Litik tulang (-)
tulang tanpa fraktur tulang • Protein M :
kompresi • Sel plasma sutul Ig G < 3,5 g/dl
• Protein M : Ig G < 7 10-30% Ig A < 2 g/dl
g/dl Bence Jones<1g/24
Ig A < 5 g/dl jam
• Tidak ada keluhan • Sel plasma sutul < 10%
klinis • Tidak ada gejala klinis
• Hb > 10 g/dl seperti mieloma
• Ca < 12 mg/dl
• SC < 3 mg/dl
• Infeksi (-)
MDS adalah keganasan heterogen stem cell yang ditandai oleh kegagalan proliferasi dan
maturasi dari system hamatopoietik sehingga menghasilkan gambaran dysplastik dan adanya
eritropoisis yang tidak efektif (anemia, lekopenia, trombositopenia).
Menurut FAB pada keadaan ini didapatkan dysplasia dengan jumlah blas < 30%
Gambaran umum:
• kelainan klonal sel induk hemopoitik dapatan
• sitopenia perifer + hiperseluler sutul
• hemopoisis inefektif
• dpt menjadi lekemia akut
dulu dsbt sindroma pre-lekemia.
Gambaran Laboratorium :
• anemia dg MCV normal /meningkat disertai makro-ovalosit
• jml retikulosit menurun.
• jml lekosit normal dg netropenia
• morfologi netrofil abnormal: hipogranuler, atau hiposegmentasi (pseudo Pelger-Huet)
• mieloblas,promielosit dpt dijumpai di perifer
• jml trombo normal / menurun
• sebagian trombo hipogranuler.
Klasifikasi MDS
SUTUL :
1. Hiperseluler
2. Adanya makromegakariosit-mononuklear megakariosit, merupakan tanda adanya
dysplasia
3. Perubahan megaloblastik
4. Jumlah blas meningkat >5%
5. Jumlah ring sideroblas meningkat >15%
su-tul hiperseluler:
-hiperplasia eritropoitik + maturasi abn: megaloblastik,inti ganda.
-sideroblas (+)
-seri mieloid “bergeser kekiri”,sel blast
DIAGNOSIS MDS
A. Dis-eritropoisis:
.su-tul:-hiper/hipoplasia eritrositik
-gangguan maturasi
-maturasi megaloblastoid
-lobulasi inti,inti ganda
-ringed sideroblast (+)
.darah perifer:
-makrosit-oval,hipokromik-mikrosit
-poikilosit,akantosit,siderosit
B. Disgranulopoisis:
.su-tul:-hipo/hiperplasia granulositik
-jml monosit meningkat
-hiposegmentasi inti
(pseudo-Pelger-Huet)
-hipersegmentasi inti,
inti bntk cincin(doughnut-shaped)
-hipogranulasi
.darah perifer :
-netropenia/netrofilia
-monositosis
-hipo/hipersegmentasi inti
-hipogranulasi netrofil,eosinofil
C. Dismegakaryopoisis :
.su-tul :
-hipo/hiperplasia megakaryosit
-megakaryosit mono/bi-lobus
-mikro-megakaryosit (+)
.darah perifer:
-trombositopenia/trombositosis
-”giant thrombocyte” (+)
MPO :
terletak di granula azurofilik dan netrofil monosit dan di granula spesifik eosinofil
Deret bergranulosit (+), positif lemah pada myeloblas
Monosit positif lemah
Prekursor Limfosit, eritrosit : (-).
Untuk membedakan AML dan ALL
SBB:
mengecat dinding granul ( pararel dengan MPO)
Mieloblas (+) : lebih kuat dp MPO
Monosit (+)
Normoblas, limfoblas (ALL) : (-).
Untuk membedakan AML dan ALL
Granular ALL : positif lemah
NSE: di monosit
Substrat : alpha naphthyl butyrate (ANB) dan
alpha naphthyl acetate (ANA)
Reaksi di monosit : granular atau diffus tgt prosedur pengecatan
Monosit NSE dihambat NaF
Pengecatan ANA juga bereaksi dengan megakarioblas : gambaran granular kasar
dengan pengecatan ANB negatif
APL , 25% (+) dengan NSE.
Limfoblas dapat NSE (+) dengan hambatan NaF berfariasi
Lokasi :
• Sternum
• Spina iliaca posterior superior (SIPS)
Sediaan hapus yang terbaik adalah sediaan segar tanpa menggunakan antikoagulan dan harus
diwarnai dengan pewarnaan Romanowsky dalam waktu 1 jam setelah pengambilan.
DRY TAP : suatu keadaan / pada beberapa kasus sumsum tulang tidak dapat diaspirasi (dry tap),
sehingga perlu dibuat hapusan dari bahan yang ada pada ujung jarum. Sering terjadi pada
pasien dengan anemia aplastik, hiposeluler.