Anda di halaman 1dari 161

Qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyu

iopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe
KUMPULAN
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz
CATATAN
xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
KULIAH
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
HEMATOLOGI
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
Januari 2011
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
Edited by Lestari Ekowati, dr
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop
asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl
ANTIKOAGULAN

Ada beberapa jenis antikoagulan, yaitu :


1. EDTA
2. Sitrat
3. Oxalate
4. Heparin
5. NaF

EDTA = Ethylene Diamine Tetraacetic acid


• Macam :
sodium EDTA (Na2EDTA)
potassium EDTA (K2EDTA dan K3EDTA)
Lithium EDTA
• Bersifat hiperosmoler : menarik air keluar sel
• KEDTA lebih mudah larut daripada NaEDTA
• Cara kerja : sebagai ‘Chelating agent’, mengikat Ca2+
• Dosis : 1 mg EDTA/ 1 ml darah, jika > 2mg/ml darah dapat menyebabkan HCT dan LED
rendah karena eritrosit mengkerut.
• Penyiapan : buat lar EDTA 10% dalam aquades, bagi dalam botol-botol @ 20 µl ~ 2 mg
EDTA, keringkan (1 botol untuk 2 ml darah)
• Di lab. PK tersedia EDTA 4%

SODIUM CITRATE
• Konsentrasi : 1,09 M (3,2%, 3,8%)
• Dosis : LED westergren : 4 volume darah : 1 volume Na citrate
Faal hemostasis : 9 volume darah : 1 volume Na citrate
• Cara kerja : mengikat Ca2+
• Koreksi citrate pada penderita dengan PCV tinggi
Rumus koreksi citrate : volume plasma Px x 0,5
Volume plasma N
Contoh : PCV Px 80%, PCV N 40%, jumlah darah + antikoagulan = 5 ml
Citrate = 100-80 x 0,5 = 0,17
100-40
Darah = 5 - 0,17 = 4,83
• Jika PCV tinggi, plasma sedikit, maka antikoagulan yang dibutuhkan juga sedikit

OXALATE
• Macamnya : Na, K, NH3, Li
• Cara kerja : membentuk kompleks yang tidak larut dengan ion Ca
• Dosis : 1-2 mg/ml darah

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 2


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
HEPARIN
• Macamnya : Na, Li, K
• Cara kerja : anti thrombin
• Dosis : 0,2 mg/ml darah atau 10-20 IU/ml darah
• Dipakai untuk : OFT (osmotic fragility test), BGA (blood gas analysis), mikrohematokrit
• Kurang baik untuk HDT karena latar belakangnya berwarna biru
NaF
• Preservative pemeriksaan gula darah (2jpp)
• Efek antikoagulan lemah
• Dosis : 2 mg/ml darah

Pengaruh penyimpanan darah-EDTA pada morfologi sel


< 1 jam ~ darah segar
> 3 jam netrofil : inti tercat lebih homogen, lobus terpisah dan ada vacuole pada
sitoplasma
< 6 jam eritrosit : perubahan sedikit
> 6 jam eritrosit : krenasi, sferis, MCV ↑, LED ↓, OFT ↑

Fluoride, citrate, oxalate : menyebabkan shift air dari eritrosit ke plasma.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 3


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
SAMPLING

Cara :
1. Tusuk kulit (kapiler) : untuk volume darah < 0,5 ml
2. Vena : v. mediana cubiti, v. basilica.

Pendekatan :
• Teliti pemeriksaan yang diminta, tentukan volume darah yang akan diambil dan macam
sampel darah yang diperlukan.
Contoh : untuk DL diperlukan darah EDTA 2ml
untuk FH diperlukan darah sitras 4,5 ml
untuk Kimia Klinik diperlukan darah (plain) 3 ml
• Persiapan pasien : perlu puasa atau tidak? Berapa lama? Obat yang perlu dihindari?
• Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan. Terutama pada pasien anak, perlu
kesabaran. Sampel maksimal yang boleh diambil pada pasien anak adalah 0,7 ml/kgBB
atau maksimal 3% dari Total Blood Volume.
• Beri pasien posisi yang paling menyenangkan, kalau perlu berbaring, harus ada tempat
tidur.

TUSUK KULIT

Lokasi : - Ujung jari 3-4 tangan


- Cuping telinga
- Tumit dan ibu jari kaki (pada bayi)
Bahan dan Alat : - lancet steril (auto-click)
- Kapas alcohol 70%
- Botol/tempat penampung
Prosedur :
 Desinfeksi alcohol 70%
 Fiksasi
 Penusukan : cepat, tepat, kuat, tegak lurus
 Tetesan pertama dihapus
 Jangan dipijat-pijat

DARAH VENA

Lokasi : vena superficial, cukup besar, fiksasi baik (v.mediana cubiti, dorsum manus)

Bahan/Alat :
1. Semprit dan jarum steril (no 18-21)
2. Kapas alcohol 70%
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 4
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
3. Tourniquette
4. Penampung : tabung/botol (plain, anticoagulated)

Prosedur :
1. Periksa formulir permintaan, lakukan persiapan sesuai permintaan klinisi (penderita,
alat, penampung, antikoagulansia)
2. Beri label semua botol/tabung
3. Tentukan lokasi penusukan, periksa
4. Kalau perlu lakukan bendungan di proksimal lokasi vena, jangan terlalu lama (< 1 menit)
5. Lepas bendungan dan lakukan desinfeksi lokasi dengan kapas alcohol 70% secara
sirkular dari pusat keluar
6. Sesaat sebelum penusukan, pasang kembali bendungan
7. Fiksasi vena dengan ibu jari tangan kiri pada bagian distal lokasi
8. Penusukan : arah jarum sejajar arah vena dan sedater mungkin (sudut 20-30o), lubang
jarum menghadap ke atas
9. Bila arah tepat, akan tampak darah memasuki pangkal jarum
10. Hisap pelan-pelan sampai tercapai umlah yang diperlukan
11. Lepas bendungan, tekan tempat penusukan dengan kapas steril, cabut jarum pelan-
pelan dan angkat lengan lebih tinggi dari dada
12. Lepaskan jarum dari semprit, tambung darah dalam penampung (alirkan darah pelan-
pelan melalui tepi bagian dalam penampung)
13. Untuk botol EDTA/tabung antikoagulan goyangkan pelan-pelan darah di dalamnya agr
tercampur rata dengan antikoagulan.
14. Perhatikan : penampung sudah harus berlabel lengkap

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 5


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HEMATOLOGI RUTIN
SEDERHANA

= pemeriksaan laboratorium hematologi yang paling sering dilakukan.


Dapat dikerjakan dengan cara manual atau dengan alat hitung sel darah otomatis.
Beberapa cara manual masih menjadi metode acuan.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM HEMATOLOGI RUTIN :


1. Hemoglobin (g% atau g/dL atau g/L)
2. Hematokrit(HCT)/Packed Cell Volume(PCV) (% atau L/L)
3. Hitung eritrosit/RBC (…/cmm atau …/µL atau …x1012/L)
4. Index eritrosit :
• Mean Cell (Corpuscular) Volume/MCV (fL)
• Mean Cell (Corpuscular) hemoglobin/MCH (pg)
• Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration/MCHC (% atau g/dL)
5. Hitung Retikulosit (%)
6. Laju Endap Darah/LED (mm/jam)
7. Hitung Lekosit/WBC (…/cmm atau …x109/L atau …/µL)
8. Diff. count
9. Evaluasi Hapusan Darah Tepi/HDT

DARAH LENGKAP
Darah lengkap dalam pemeriksaan hematologi rutin sederhana adalah sekelompok parameter
yang terdiri dari :
1. Hb
2. WBC
3. Hitung jenis lekosit
4. LED
Darah lengkap (CBC=Complete Blood Count) adalah semua parameter hematologi yang
dikeluarkan oleh alat otomatis hematologi analyzer.

Arti Pemeriksaan Darah Lengkap


• Membantu menentukan diagnosis suatu penyakit
• Memberi informasi adanya proses patologis dalam darah/tubuh
• Alat monitor kemajuan penderita atau mengetahui efek/hasil suatu pengobatan

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 6


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
HEMOGLOBIN

Molekul Hb terbentuk dari Heme dan Globin. Heme terbentuk dari Fe dan
Protoporphyrin di Mitokondria. Globin tersusun dari Asam Amino dalam Ribosom. Pada orang
normal, globin terdiri dari 1 pasang rantai α dan 1 pasang rantai non α, yaitu β, δ, atau γ.
Komposisis Hb dewasa adalah Hb A (α2β2), Hb F (α2γ2) dan Hb A2 (α2δ2).
Fe diangkut oleh transferin dalam bentuk ion fero (+2) ke dalam sel darah merah
(normoblas). Tiap molekul transferin dapat mengikat 2 atom Fe. Transferin menempel pada sel
darah merah, kemudian Fe masuk melalui membran sel. Sebagian besar Fe digunakan untuk
sintesis Heme, dan sisanya disimpan dalam sitoplasma sel darah merah dalam bentuk agregat

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 7


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Feritin (tampak pada pengecatan dengan Prusian Blue). Sintesis Hb 65% terjadi pada stadium
normoblas dan 35% sisanya pada stadium retikulosit.
Hb berfungsi sebagai transport O2, membawa O2 dari paru-paru ke jaringan. Pelepasan
O2 ke jaringan ini tergantung pada kuatnya ikatan antara Hb dan O2.

Faktor- faktor yang mempengaruhi ikatan Hb dan O2 :


• Kadar 2,3-DPG yang tinggi menyebabkan daya ikat Hb-O2 rendah, sehingga O2 mudah
dilepaskan. Pada anemia, 2,3-DPG meningkat.
2,3-DPG rendah pada darah simpan, sehingga Hb sulit melepaskan O2.
• Kadar ion H+ yang tinggi menyebabkan daya ikat rendah.
• Kadar CO2 yang tinggi menyebabkan daya ikat rendah.
Hb dapat berubah menjadi pigmen Hb yang abnormal sehingga tidak mampu lagi sebagai
pengangkut O2, dan bila keadaan ini berat, penderita akan mengalami Hipoksia atau Sianosis.

Termasuk pigmen Hb abnormal adalah :


1. Carboxyhemoglobin.
Terbentuk dari reaksi antara Hb dengan CO. daya ikat Hb terhadap CO lebih besar
daripada terhadap O2. Pembentukan CO-Hb ini reversible dan dapat dijumpai pada
perokok. Kadar CO-Hb pada darah perokok 2-10%.
2. Methemoglobin.
Hb mengalami oksidasi sehingga ion Fero (+2) berubah menjadi Feri (+3) yang tidak
dapat mengikat O2. Met-Hb ini reversible, kadar dalam darah 1-2%.
3. Sulfhemoglobin.
Normal tidak ada dalam darah. Bersifat irreversible dan tetap berada dalam sel darah
merah selama sel tersebut masih hidup. Terbentuk karena pengaruh obat atau bahan
kimia, misalnya sulfonamide atau amin aromatik.

Pengukuran kadar Hb dengan fotometer berdasarkan intensitas warna setelah sel darah merah
dilisiskan, sehingga semua jenis pigmen Hb abnormal ikut terhitung. Pada metode cyanmetHb,
semua jenis Hb terukur kecuali SulfHb.

Kadar Hb normal bervariasi, tergantung pada :


1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Geografis (tinggi rendahnya daerah)

Di daerah dataran tinggi, udara lebih sedikit mengandung O2 sehingga tubuh mengalami
keadaan lebih Hipoksia, sehingga merangsang eritropoitin yang selanjutnya meningkatkan
eritropoisis sehingga jumlah eritrosit dan kadar Hb lebih tinggi.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 8


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Kadar Hb menurun (ANEMIA) dapat dijumpai pada :
1. Thalassemia :
• gangguan produksi rantai globin secara kuantitatif dimana jumlah salah satu jenis
rantai globin menurun.
2. Hemoglobinopati
• gangguan kualitas rantai globin (terjadi perubahan struktur rantai globin akibat
penggantian salah satu asam amino dengan asam amino lain)
3. AKB = Anemia Kurang Besi
• Salah satu unsur untuk membentuk Hb yaitu Fe menurun
4. Perdarahan Akut
• Penurunan kadar Hb terutama disebabkan oleh faktor hilangnya SDM
5. Perdarahan Kronis
• Penurunan kadar Hb terutama karena kurangnya Fe
6. Anemia Sideroblastik
• Gangguan sintesis heme terutama disebabkan oleh cacat enzim bawaan akibat
mutasi gen yang berkaitan dengan satu atau lebih enzim untuk sintesis heme
sehingga Fe tidak dapat dipakai untuk membentuk heme. Akibatnya Fe menumpuk
di sutul dan mengendap dalam sel normoblas sebagai cincin (ring sideroblas)

7. Infeksi kronis
• Selama proses fagositosis oleh sel fagosit akan dilepaskan Lactoferin
• Lactoferin bersifat sebagai ‘transferin like binding protein’ dan mempunyai reseptor
spesifik pada makrofag.
• Lactoferin akan mengambil Fe dari transferin yang beredar atau kompetitif inhibitor
dengan transferin sewaktu mengambil Fe dari makrofag, shg Fe tidak dapat
digunakan untuk membentuk heme.
8. Leukemia
• Terjadi penekanan eritropoiesis
9. Fisiologis
• Terjadi pada kehamilan dimana cairan tubuh relatif lebih banyak sehingga SDM
dan Hb turun.

Kadar Hb meningkat pada :


1. Polisitemia : jumlah SDM meningkat
2. Dehidrasi : jumlah SDM dan Hb meningkat karena jumlah cairan turun.

PEMERIKSAAN KADAR HB
Ada 4 cara pemeriksaan kadar HB, yaitu :
1. Gasometri : berdasarkan kemampuan mengikat O2/CO
2. Kimia : berdasarkan kandungan Fe (merupakan metode rujukan)
3. Gravimetric : berdasarkan berat jenis
4. Kolorimetri : berdasarkan warna

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 9


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
KOLORIMETRI
1. Direct Matching : dipadankan secara visual dengan warna standar.
Cara Talquist (10-100%). Kesulitan : tebal tetesan tidak dapat dikontrol.
2. Hematin Asam :
Cara SAHLI (g/dl atau %). Kelemahan : HbCO, Hi, S-Hb tidak terukur.
3. Hematin Alkali :
Hb + NaOH menjadi Alkali Hematin, absorbans diukur pada λ 540 nm. Bisa mengukur
HbCO, Hi, S-Hb.
4. Cyanmethemoglobin :
Hb + K3Fe(CN)6 menjadi Met-Hb + KCN menjadi Cyanmet-Hb.
Karakteristik lar. Drabkins :
• Jernih (kuning pucat)
• pH 7,0-7,4
• absorbansnya nol pada λ 540 nm pada blanko air
keuntungan : semua Hb kecuali S-Hb dapat terkur
kerugian : hiperproteinemia, lekositosis, hiperlipemia, eritrosit yang gagal lisis dapat
mempengaruhi turbiditas sahingga False High.

CARA HEMATIN ASAM (SAHLI)

Prinsip :
• Darah + lar. Asam lemah (HCl 0,1N)
• Hb diubah oleh HCl menjadi Asam Hematin
• Setelah asam hematin terbentuk (10menit) diencerkan dengan aquades sampai
warnanya sama dengan warna standar
• Dibaca secara visual pada skala di tabung Sahli
Alat yang diperlukan : Hemoglobinometer Sahli-Adam terdiri dari:
• Gelas berwarna coklat (standar-warna)
• Tabung Sahli berskala (dlm g% atau g/dl)
• Pipet Sahli dgn volume 20 cmm
• Pengaduk dari gelas
• Pipet pasteur
Keuntungan : cepat, sederhana, tidak mahal,
Kerugian : kurang teliti, faktor kesalahan relatif besar (5-10%)

Prosedur :
• Tabung Sahli diisi HCl 0,1 N sampai tanda 2 g%
• Darah-EDTA dihisap ke dalam pipet Sahli sampai tanda 20 cmm
• Bagian luar pipet dibersihkan dari sisa darah dengan kapas/kertas tissue kering (hati-
hati!)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 10


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
• Darah ditiup dari pipet Sahli ke dalam tabung Sahli, kemudian dicampur sampai rata
(larutan HCl dihisap dan ditium beberapa kali).
• Ditunggu 10 menit sampai terbentuk lengkap Hematin Asam (minimal 95%).
• Larutan hematin asam diencerkan dengan aquades sampai warnanya sama dengan
warna standar pada kotak Sahli.
• Dibaca tepi atas meniscus (g% atau g/dL)).
Catatan :
• ada Hb yang tidak bisa berubah menjadi Hematin Asam yaitu Hb F (bersifat resisten
terhadap asam dan basa). Sifat ini dipakai untuk membedakan antara darah ibu dan
darah neonatus, yaitu dengan APT tes. Darah ditambah alkali/asam, darah ibu akan
berubah menjadi gelap, sedangkan darah neonatus akan tetap terang.
• Pemeriksaan Hb pada Leukemia perlu perlakuan khusus. Lekosit yang sangat banyak
harus disingkirkan terlebih dahulu dengan cara ditambah lar. Drabkins dahulu agar
lekosit lisis semua, kemudian desentrifus.
• Jika sampelnya Lipemia, sentrifus dilakukan sebelum ditambah lar. Drabkins, kemudian
plasma yang keruh dibuang, diganti dengan PZ atau air dengan volume yang sama
• Warna standar Hbmeter Sahli dapat berubah. Jika sudah lama digunakan, warna standar
dapat berubah menjadi lebih pucat karena pengaruh sinar matahari. Oleh karena itu
sebelum dipakai harus dikalibrasi dulu dengan metode Cyanmet Hb sebagai acuan dan
dibuat faktor koreksi.
Perhatikan….
• Warna standar kotak-Sahli dapat berubah  perlu di kalibrasi dengan metode
SianmetHb sebagai acuan  hitung factor koreksi dan cantumkan pada kotak-Sahli.
• Lakukan kalibrasi setiap kali diduga warna standar telah berubah atau hasil pembacaan
cara Sahli meragukan.

Cara Menentukan Faktor Koreksi :


• Periksa minimal 10 sampel darah dengan cara Sahli dan SianmetHb (alat sudah
dikaliberasi)
• Hitung rata-rata nilai Hb-Sahli (misalnya : X g/dL), dan rata-rata nilai Hb-Sianmet
(misalnya : Y g/dL)
• Nilai yang dianggap benar (nilai Hb-Sianmet = Y) = factor koreksi (F) X Nilai Hb-Sahli (=X)

Y=F x X 
F= Y
X

Sumber kesalahan (5-10 %) :


Faktor alat :
• Volume pipet kurang tepat
• Warna kaca standar sudah berubah
• Kadar HCl kurang tepat (harus sering dicek)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 11


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Faktor manusia :
• Pengambilan darah kurang baik
• Penglihatan pemeriksa tidak normal/sudah lelah
• Bias, intensitas sinar/penerangan

CARA SIANMETHEMOGLOBIN

Merupakan cara acuan untuk kadar Hb, banyak dipakai di laboratorium.


Prinsip :
• Darah ditambah larutan Drabkins (potassium ferrocyanida=K3Fe(CN)6
• Larutan Drabkins mengoksidasi Hemoglobin(Fe2+) mjd Methemoglobin (Fe3+)
• Methemoglobin diubah oleh Potassium Cyanida (KCN) dalam larutan Drabkins menjadi
Cyanmethemoglobin
• Perubahan warna diperiksa dengan spektrofotometer (ƛ 540 nm) dan dibandingkan
dengan larutan Hb standar.

Keuntungan : cepat, teliti dan dapat mengukur semua bentuk Hb kecuali SulfHb.
Kerugian : lar. Drabkins mengandung Cyanida yang bersifat racun.

Alat : 1. Spektrofotometer
2. tabung 13 x 100 mm
3. pipet sahli
Reagen : lar. Drabkins : sodium bicarbonate (NaHCO3) 1 g
Potassium ferricyanide (K3Fe(CN)6) 0,2 g
Potassium cyanide (KCN) 0,05 g
Aquades ad 1000 mL
Larutan ini harus disimpan dalam botol berwarna coklat pada suhu kamar, stabil selama 1
bulan.
 Hb(Oksi-Hb), MetHb(Hi) dan HbCO (CarboxyHb) dirubah menjadi sianmetHb (HiCN), tetapi
SHb (Sulf-Hb) tidak.
 Larutan Drabkin’s orisinil reaksinya lambat dan cenderung mengendapkan protein plasma;
sehingga dilakukan modifikasi antara lain dengan menambahkan dihydrogen phosphate

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 12


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
untuk menurunkan pH dan mempercepat reaksi (pH 7-7,4) dan reaksi lebih cepat (<5
menit).
 Modifikasi lainnya : ditambah dengan detergent non ionik (Sterox-SE Nonidet P40, Saponic-
218, Triton-X-100) untuk lebih melisiskan eritrosit lebih cepat sehingga mengurangi
turbiditas/kekeruhan akibat presipitasi lipoprotein
 HbCO menyerap > banyak sinar daripada HiCN pada 540 nm  bila belum cukup waktu
untuk merubah HbCO menjadi HiCN, akan terjadi kadar Hb yang tinggi palsu.
 Hasil tinggi palsu juga terjadi pada sampel yang keruh, misalnya karena lekositosis,
hiperlipidemia, proteinemia, atau bila eritrosis tidak lisis sempurna.

Cara kerja :
• 5 ml lar Drabkins dimasukkan dalam tabung 1 dan 2 dg volume sama
• Ditambahkan 2 µl darah kapiler atau vena (EDTA) dalam tabung 2 (sebelumnya pipet
bagian luar harus dibersihkan dahulu dari darah yang menempel). Bilas 3-5 kali dengan
lar. Drabkins dalam tabung tsb
• Darah dicampur dengan baik. Dan dibiarkan pada suhu kamar selama 10 menit agar
terbentuk CyanmetHb maksimal
• Campuran dipindahkan ke dalam kuvet dan dibaca dengan spektrofotometer pada ƛ 540
nm. Tabung ke-2 digunakan sebagai blanko.
• Hasil bacaan berupa absorben dan dirubah menjadi g/dl dengan cara :
Absorben darah yang diukur x kadar Hb standar
Absorben Hb standar

CARA MEMBUAT KURVA HB STANDAR


Dengan menggunakan lar. Standar CyanmetHb dibuat tabel dengan pengenceran sbb :

Tabung Reagen cyanmethHb Lar standar Kadar Hb


1 0 ml 5 ml 100% dari nilai Hb standar
2 1 ml 4 ml 80% dari nilai Hb standar
3 2 ml 3 ml 60% dari nilai Hb standar
4 3 ml 2 ml 40% dari nilai Hb standar

Dengan kertas grafik semologaritme catat Hb dalam g/dL pada absis dan Optical Density (OD)
pada ordinat sehingga didapat kurva garis lurus
Dengan mengunakan kurva Hb standar ini akan mempermudah dan mempercepat perhitungan
kadar Hb.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 13


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
ELEKTROFORESIS HEMOGLOBIN

Elektroforesis adalah teknik pemisahan dan pengukuran bahan makromolekul (protein,


enzim, lipoprotein, hemoglobin, dll)
PRINSIP : partikel bermuatan dalam media penyangga akan bermigrasi melalui elektroda
dengan muatan yang berlawanan. Partikel bermuatan positif (kation) akan bergerak kearah
elektroda yang bermuatan negatif (katoda), sedangkan partikel yang bermuatan negatif (anion)
akan bergerak kearah elektroda yang bermuatan positif (anoda).
Molekul organic (misalnya protein) banyak yang bersifat amfoter (bias bermuatan positif
atau negatif). Positif bila pH larutan lebih rendah dari titik isoelektrik, dan negatif bila lebih dari
titik isoelektrik.
Kecepatan migrasi fraksi2 protein tergantung pada :
- Muatan
- Ukuran molekul
- Media penyangga
- Kekuatan medan listrik
- Elektroendosmosis
- Kekuatan ion buffer
- Suhu

PENGHITUNGAN SEL DARAH MERAH

Jumlah sel darah merah bervariasi. Pada saat lahir jumlah sel darah merah paling tinggi
kemudian berangsur-angsur menurun. Pada wanita nilainya sedikit lebih rendah daripada laki-
laki. Di dataran tinggi nilainya lebih tinggi daripada di dataran rendah.

Jumlah sel darah merah menurun pada :


1. Penurunan produksi karena :
a. Penurunan jumlah sel induk
b. Kekurangan bahanyang diperlukan untuk eritopoisis
c. Kerusakan sutul
2. Penghancuran sel darah merah meningkat, pada :
a. Gangguan sintesis Hb
b. Gangguan sintesis enzim
c. Gangguan membran sel
d. Penghancuran sel darah merah melalui proses imunologis
3. Kehilangan darah karena perdarahan.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 14


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Jumlah sel darah merah meningkat pada :
1. Polisitemia vera
2. Polisitemia absolute sekunder
3. Polisitemia relatif, misalnya pada dehidrasi.

Metode Pemeriksaan :
1. Cara langsung (Direct) :
a. Manual menggunakan mikroskop sinar dan kamar hitung.
b. Mesin hitung sel elktronik (=blood cell counters)
2. Cara tidak langsung (Indirect)
a. Dengan evaluasi hapusan darah tepi

CARA MANUAL dengan KAMAR HITUNG

Prinsip : darah diencerkan serta dicat dengan larutan tertentu, kemudian sel-selnya dihitung
dalam kamar hitung di bawah mikroskop.
Alat-alat :
1. Mikroskop
2. Kamar hitung
3. Pipet pengencer Thoma
4. Larutan pengencer Hayem
Reagensia : Hayem
Dengan larutan Hayem  sel lekosit masih terlihat, tapi karena ukurannya lebih besar dan
jumlahnya relative sedikit  mudah dibedakan dengan eritrosit
Larutan Hayem terdiri dari :
- HgCl2 0.25 g
- NaCl 0.50 g
- Na2SO4 2.50 g
- Aquadest ad 100 mL
Cara :
1. Hisap darah kapiler atau darah-EDTA dengan pipet Thoma sampai tanda 0,5 dan
diencerkan dengan Hayem sampai tanda 101 (Pengenceran 200 x). Kocok tegak lurus
sumbu pipet.
2. Bersihkan kamar hitung dan beri tutup cover-glass diatas kotak hitung
3. Buang + 4 tetes larutan darah-Hayem dari pipet, kemudian isikan larutan darah-Hayem
berikutnya ke dalam kamar-hitung melalui tepi cover-glass
4. Diamkan 3 menit agar sel darah merah mengendap.
5. Lihat di bawah mikroskop. Pembesaran 10 kali untuk melihat kamar hitung, pembesaran
45 kali untuk penghitungan sel pada 5 kotak R.
6. Perbedaan tiap kotak tidak boleh lebih dari 20 sel
7. Jumlah eritrosit =
jumlah eritrosit pada 5 kotak x pengenceran
volume 5 kotak
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 15
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
= E x 200
5x 0,2 x 0,2 x 0,1 mm3

= E x 200 / 0,02 mm3 = 10.000 E /mm3

Sebab Kesalahan :
1. alat dan reagen tidak sempurna
(macam kamar hitung, ujung pipet tidak utuh, larutan hayem kotor)
2. kesalahan teknik
3. lelah/factor petugas
4. bias.

Catatan :
• mengencerkan darah sebaiknya dg pipet mikro dengan pengenceran akurat  pada
anemia dilusi dikurangi (<200 x) dan pada polisitemia dilusi ditingkatkan (>200 x)
• kamar-hitung, cover-glass harus bersih dan kering
• beda jumlah eritrosit antara 1 kotak dengan kotak lainnya < 20 sel
• angka kesalaha : 11 – 30 %

Nilai normal jumlah eritrosit:


 ♂ dewasa = 4.3 – 5.9 juta/cmm (x 1012/l)
 ♀ dewasa = 3.9 – 4.8 juta/cmm (x 1012/l)
 Bayi (talipusat) = 5.0 – 7.0 x 1012/l
 Anak (3 bulan) = 3.2 – 4.8 x 1012/l
 Anak (1 tahun) = 3.6 – 5.2 x 1012/l
 Anak 3 - 6 thn = 4.1 – 5.5 x 1012/l
 Anak 10-12 thn = 4.0 – 5.4 x 1012/l

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 16


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PCV (PACKED CELL VOLUME) / HCT (HEMATOKRIT)

PCV/HCT adalah penentuan proporsi PRC (Packed Red cells) terhadap total volume
darah setelah pemusingan.

Prinsip : darah-EDTA dimasukkan dalam tabung, disentrifus sehingga sel darah merah
dimampatkan, dibaca tinggi kolom sel darah merah, dinyatakan dalam persentase volume sel
darah merah terhadap volume sel darah seluruhnya.
 Nilai hematokrit sebanding/sesuai dengan nilai kadar Hb dan jumlah sel darah merah

plasma

a buffy coat Hct (PCV) = b/a x 100 %


sel darah merah
b

Parameter Anemia :
• Jumlah eritrosit
• Kadar Hb
• Hematokrit
 Nilai normal Hct tergantung :
o Usia
o Jenis kelamin
o Geografis, Hct di dataran tinggi > pesisir

Harga Normal Hematokrit :


Saat lahir 50 – 62 %
Usia 1 tahun 31 – 39 %
Dewasa ♀ 36 – 46 % (PK : 35 – 45%)
Dewasa ♂ 42 – 52 % (PK : 40 – 50 %)

Metode pemeriksaan :
1. Metode makrohematokrit (Wintrobe)
2. Metode mikro (Microhematocrit)
WINTROBE MICROHEMATOCRIT
Tabung 10 cm x 2,5 mm Kapiler 75 x 1 mm
Sampel Darah-EDTAn1 ml Darah-EDTA (tabung plain)
Darah-Heparin Darah lgs (tabung heparinized)
Sentrifus 2000 g/30 menit 12.000 g/3-5 menit
Normal L : 40-54% L : 40-54%
P : 37-47% P : 37-47%

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 17


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Cara Makrohematokrit (Wintrobe)
• Menggunakan tabung Wintrobe
• Tabung ini punya dua skala :
o Skala dengan 0 diatas dan 10 dibawah  untuk penentuan LED
o Skala dengan 0 dibawah dan 10 diatas  untuk penentuan hematokrit

Alat :
- Tabung Wintrobe
- Semprit untuk memasukkan
darah ke dalam taabung
Wintrobe

CARA MENGERJAKAN :
- Darah-EDTA dihisap dengan semprit
- Darah dimasukkan ke dalam tabung
Wintrobe
- Lakukan terus sampai darah mencapai
tanda 10 bagian atas
- Tabung Wintrobe berisi darah tersebut, di
sentrifus 3000 rpm selama 30 menit
- Baca hasilnya dalam %

Cara Mikrohematokrit :
Peralatan :
• Tabung kapiler (plain atau heparinized)
 Utk sampel darah-EDTA pakai pipeT kapiler ‘plain’,
 untuk darah kapiler pakai pipet kapiler heparinized .
• Microhematocrit centrifuge ( kecepatan 11.500 – 15.000 rpm).
• Microhematocrit reader
• Malam (wax) untuk penyumbat kapiler

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 18


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Prosedur Pemeriksaan Mikrohematokrit :
• Pipet kapiler diisi dengan darah-EDTA atau darah tusuk kulit
• Ujung bawah pipet disumbat dengan malam (wax)
• Kapiler diletakkan pada parit dari microhematocrite-centrifuge dengan posisi ujng
tertutup disebelah luar.
• Pusingkan selama 5 menit
• Baca tinggi kolom eritrosit dengan microhematocrite-reader

Faktor kesalahan :
• Ekses antikoagulan → eritrosit mengkerut → PCV ↓
• Sampel darah kurang homogeny (pengocokan kurang)
• Kecepatan dan lama pemusingan tidak tepat
• Trapped plasma (1-3%) →↑ pada sferositosis, anemia makrositik, talasemia, anemia
hipokromik
Trapped plasma tidak perlu dikoreksi kecuali bila PCV diperlukan untuk menghitung
blood volume, yaitu : bila PCV < 50% → kurangi 2%
Bila PCV > 50% → pusingkan lagi 5 menit, kurangi 3%

HCT meningkat pada :


1. Peningkatan jumlah sel darah merah (Polisitemia Vera dan sekunder)
2. Volume plasma menurun (dehidrasi, combustion)
3. Makrositosis

HCT menurun pada :


1. Jumlah sel darah merah menurun/produksi eritrosit turun
2. Mikrositosis
3. Dilusi (karena cairan infus)

Catatan :
Metode reference : membandingkan kadar Hb pada whole blood dan PRC (Packed Red Cells)
Kadar Hb whole blood dibaca dengan mikroskop
Kadar Hb PRC
Metode Mikrohematokrit hanya merupakan metode pengganti.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 19


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Sampel darah arteri boleh dipakai untuk pemeriksaan PCV asal jangan ekses heparin (dilusi
dengan heparin.
MCV darah arteri dan vena tidak sama, lebih besar di vena karena di vena eritrosit berisi Hb-
deoxygenated (HbCO2). Oleh karena itu PCV darah vena lebih tinggi daripada PCV darah arteri
(2-5%)

INDEKS SEL DARAH MERAH

Indeks SDM digunakan untuk menentukan ukuran dan kadar Hb dalam eritrosit.
Dikalkulasi menggunakan RBC, Hb dan PCV.
Termasuk Indeks sel Darah Merah :
1. MCV (Mean Cell Volume)
2. MCH (Mean Cell Hemoglobin)
3. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Cencentration)

1. MCV = PCV/Σ Eri (juta/cmm) x 10 (fL)


Nilai normal :
Dewasa 76 – 96 fL
Neonates 120 fL
Bayi, 3 bulan – 1 tahun 95 fL
Anak, 3 > 6 tahun 76 – 92 fL
Normositik = MCV normal
Mikrositik = MCV < normal
Makrositik = MCV > normal

2. MCH
 Menunjukkan kandungan Hb rata-rata dalam 1 eritrosit
 MCH = Hb (g/dL) / Σ Eri (juta/cmm) x 10 (dalam satuan pg)
 Nilai normal : dewasa  27 – 32 pg
Anak 3 bln – 2 tahun  24 – 30 pg

3. MCHC
 MCHC menunjukkan kadar Hb rata-rata dalam 1 eritrosit
 MCHC = Hb (g/dL) / PCV (%) x 100% (satuan dalam % atau g/dL)
 Nilai normal : Dewasa dan anak  30 – 35 g/dL
Bayi  27.3 – 32.7 g/dL
Hipokrom = MCHC < normal
Normokrom = MCHC normal
Catatan :
 Ada hubungan yang baik antara Kadar Hb, jumlah eritrosit, dan PCV
 Bila Hb/jumlah eritrosit/PCV < Normal dapat dikatakan adanya gejala Anemia
 Bila Indeks Eritrosit dapat dihitung  dapat ditentukan jenis anemianya
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 20
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
LAJU ENDAP DARAH (LED)

= kecepatan mengendapnya eritrosit dalam darah dengan antikoagulan.


Tujuan : mengukur kecepatan pengendapan eritrosit dari plasmanya (satuan : mm/jam).
Biasanya dipakai untuk skrining adanya inflamasi. Tujuan utamanya adalah untuk mendeteksi
percepatan pembentukan Rouleaux.
Pengganti LED untuk deteksi adanya inflamasi : CRP (C-reactive protein)

Metode pemeriksaan :
1. Metode westergren
2. Metode wintrobe

Westergren Wintrobe
(metode rujukan)
Tabung 300 x 2,5 mm 120 mm x 2,5 mm
Skala 0-200 mm 1-10 cm
Volume darah 2 ml 1 ml
Prinsip Darah diencerkan : Darah EDTA tanpa
4 drh-EDTA : 1 NaCl 0,9% diencerkan
4 drh : 1 Na Sitrat
3,2% atau 3,8%
Normal I : 0-15 mm/jam
II : 0-20 mm/jam I : 0-10 mm/jam
Teknik Isi pipet dengan larutan darah II : 0-20 mm/jam
sampai tanda ‘0’ Masukkan darah hati-hati ke
Letakkan tegak lurus pada rak dalam tabung sampai batas
(suhu kamar) atas, letakkan tegak lurus
Baca hasil tepat 1 jam pada rak (suhu kamar)
Baca hasil tepat 1 jam

PROSEDUR PEMERIKSAAN LED


1. METODE WESTERGREN
Bahan : darah-EDTA : larutan garam faali (perbandingan 4 : 1)
Darah vena : Natrium sitrat 3.8 % (perbandingan 4 : 1)
Cara Pemeriksaan :
a. Dengan pipet Westergren, salin dihisap sampai angka 150  dimasukkan
kedalam botol kosong
b. Dengan pipet Westergren, darah dihisap sampai angka 0  dimasukkan ke
dalam botol diatas
c. Campuran dikocok
d. Campuran tersebut dihisap dengan tabung Westergren sampai tanda ‘0’
e. Tabung ditegakkan pada raknya

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 21


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
f. Didiamkan selama 1 jam (timer dipasang)
g. Hasil dibaca dalam mm/jam
Nilai Normal :
♂ - 2 – 13 mm/jam
♀ - 2 – 20 mm/jam

2. METODE WINTROBE
Bahan : darah-EDTA
Prosedur : masukkan darah-EDTA ke tabung Wintrobe dengan pipet Wintrobe (pelan-
elan diisi mulai dasar tabung sampai tanda ‘0’ diatas)  tempatkan tegak lurus pada rak
Wintrobe  baca setelah 1 jam.
Nilai Normal : 10 mm/jam

Tahap sedimentasi darah :


1. Tahap pembentukan rouleaux
2. Tahap sedimentasi cepat : terjadi dalam 1 jam pertama
3. Tahap sedimentasi lambat (pemampatan) : pada jam berikutnya

LED dipengaruhi oleh 3 faktor :


1. Faktor sel darah merah
2. Faktor komposisi plasma
3. Faktor teknis

Faktor sel adarah merah :

a. Pembentukan rouleaux
Makin besar massa sel darah merah yang terbentuk setelah terjadi rouleaux, makin
cepat pengendapannya sebab makin besar pula gaya gravitasinya.
b. Bentuk sel darah merah
Sel sferis atau seperti bulan sabit mempersulit pembentukan rouleaux, sehingga LED
akan menurun. Penurunan LED juga dapat disebabkan oleh permukaan sel yang relative
lebih luas disbanding berat sel
c. Aglutinasi sel darah merah

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 22


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Aglutinasi yang terjadi akibat perubahan permukaan sel darah merah dapat
menyebabkan LED meningkat.
d. Ukuran sel darah merah
Makrosit lebih cepat mengendap sehingga LED meningkat
e. Kadar sel darah merah
Pada anemia (jumlah eritrosit yang rendah), mempercepat pengendapan sel  LED
meningkat

Faktor komposisi plasma


Pembentukan rouleaux atau agregat dapat dipercepat oleh adanya peningkatan kadar
makromolekul dalam plasma. Peningkatan kadar globulin dan fibrinogen dapat mengurangi
gaya saling tolak menolak antar sel darah merah sehingga lebih mudah membentuk rouleaux →
LED meningkat. Albumin dapat meningkatkan viskositas plasma dan dapat menetralkan gaya
tarik ke bawah sehingga LED lebih rendah. Pada penyakit infeksi, kadar globulin dan fibrinogen
meninggkat sehingga LED meningkat.

Faktor teknis
LED meningkat dapat terjadi karena tabung diletakkan miring sehingga mempercepat
proses pengendapan dan dapat menyebabkan kesalahan (pembentukan rouleaux belum
sempurna). Tabung yang panjang dan diameter yang besar juga menyebabkan peningkatan
LED.
LED menurun dapat disebabkan karena : diameter tabung lebih kecil, darah tidak segera
diperiksa (lebih dari 2 jam), antikoagulan yang digunakan berlebihan sehingga terjadi
degenerasi sel darah merah dan mengkerut, sebagian darah beku, darah disimpan sehingga
bentuknya lebih sferis dan lebih sulit membentuk rouleaux.

LED meningkat pada :


• Infeksi
• Keganasan
• Anemia
• Mulpitle myeloma
• Keradangan
• Keracunan lgam
• Leukemia

Catatan :
• Tabung Wintrobe harus bersih
• Darah-antikoagulan harus tercampur baik
• Darah tidak boleh lisis
• Posisi tabung benar-benar tegak lurus
• Jangan ada gelembung udara
• Kerjakan prosedur < 2 jam setelah pengambilan darah

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 23


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
RETIKULOSIT

Retikulosit merupakan sel eritrosit muda yang tidak berinti dan mengandung 2 atau
lebih partikel dari material berwarna biru yang identik dengan RNA dan sisa ribosom
Tahap-tahap maturasi eritrosit terdiri dari :
1. pronormoblas
2. basofilik normoblas : sitoplasma kebiruan karena banyak mengandung ribosom
3. polikromatofilik normoblas : sitoplasma kemerahan karena sudah mulai terbentuk Hb.
4. otokromik normoblas : inti piknotik, sudah menepi.
5. retikulosit : inti sudah keluar tapi masih ada sisa-sisa RNA
Retikulosit yang keluar dari sutul akan mengalami maturasi menjadi eritrosit dalam
waktu 24 jam (1 hari). Dalam sirkulasi, eritrosit berumur 120 hari, kemudian difagositosis oleh
makrofag di RES. Jumlah normal retikulosit : 0,8-1,5%. Jika terjadi anemia, demand perifer
meningkat, produksi sutul akan dipacu (asal bahan-bahannya terpenuhi) sehingga retikulosit
yang imatur juga dilepas ke sirkulasi. Pada anemia perlu dilakukan pemeriksaan retikulosit
untuk mengetahui respon dari sutul.
Hitung retikulosit yang tepat  mencerminkan aktivitas eritropoisis.

Gambar Tahap Maturasi Retikulosit menurut Heilmeyer

PEMERIKSAAN RETIKULOSIT

Pemeriksaan retikulosit berguna untuk mengetahui kemampuan sumsum tulang dalam


memproduksi sel darah merah yang matur pada pasien anemia.
Untuk melihat RNA pada retiklosit, eritrosit harus dicat pada saat masih hidup (belum
difiksasi  = supravital). Pewarnaan yang dipakai adalah NMB (new methylen blue) atau BCB
(brilliant cresyl blue). Sisa ribosom dan RNA akan bereaksi dg cat BCB atau NMB mementuk
presipitat granul/filament berwarna hijau-biru.
Karena lebih muda  ukuran > eritrosit
Penentuan retikulosit secara biookimiawi dengan mengukur kandungan RNA nya lebih
masuk akal daripada pemeriksaan morfologiya.
Retikulosit = SDM tanpa inti dengan RNA 7-17 % dari RNA total normoblast

Cara pemeriksaan :
1. manual
2. otomatis

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 24


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
MANUAL

Cara : darah : pewarna = 1 : 1


Inkubasi selama 15 menit
Dibuat hapusan
Sediaan basah : teteskan 1 tetes lar. Darah-BCB diatas gelas objek dan tutup dengan cover-
glass, tepi cover-glass beri vasein agar sediaan tidak kering.
Sediaan kering : buat hapusan dari lar. Darah-BCB
Teknik : menghitung retkulosit diantara 1000 eritrosit  nyatakan dalam %/%0
Misalnya ditemukan 5 retikulosit diantara 1000 eritrosit, berarti
5/1000 x 100 % = 0,5 %
Untuk penderita anemia, jumlah retikulosit perlu dikoreksi karena :
• pada anemia, retikulosit prematur dapat dikeluarkan dan masuk ke dalam sirkulasi
darah
• dalam keadaan normal, retikulosit hanya beredar 1 hari sebelum menjadi matur
• pada keadaan tertentu, retikulosit ada dalam sirkulasi dalam waktu beberapa hari
(multiple day), sehingga perlu dilakukan koreksi terhadap jumlah retikulosit
• pada orang normal, 1000 eritrosit bisa diperoleh pada ± 8 lapangan pandang, sedangkan
pada anemia, 1000 eritrosit bisa diperoleh pada ± 12 lapangan pandang.
Hati-hati dalam menilai retikulosit :
• granula lekosit tercat dengan BCB
• jangan tersisa endapan cat  endapan cat diatas eritrosit dianggap retikulosit.
Angka kesalahan : > 25 %
Normal di sirkulasi perifer :
• 61% retik yg beredar adalah Grup-IV
• 32% retik yg beredar adalah Grup-III
• 7% retik yg beredar adalah Grup-II
• 0.1% retik yg beredar adalah Grup-I
Jumlah retikulosit normal:
o Lebih tinggi pada wanita daripada pria
o Lebih tinggi pada neonates (setelah 1 minggu akan turun ke level orang dewasa)
o Lebih tinggi pada orang yang hidup di dataran tinggi (ketinggian > 1800 m)

Koreksi : Hct penderita x jumlah retikulosit terhitung dalam %


Hct normal

Jika menghitung retikulosit dilakukan dengan alat otomatis (mis : SYSMEX), maka tidak perlu
dilakukan koreksi karena penghitungan dilakukan dengan metode fluoresensi dari RNA. Pada
alat ini, maturasi retikulosit terlihat sebagai :
• high fluorescence
• middle fluorescence
• low fluorescence

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 25


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
table: Jumlah eritrosit dihitung dan presisi retikulosit
Hitung retik(%) CV 2% CV 5%
1 27,700 4,500
3 11,100 1,350
5 7,750 1,100
10 5,000 900
20 4,000 650
30 3,500 550
40 3,000 500

RPI (RETIKULOSIT PRODUCTION INDEX)

Pada saat terjadi peningkatan aktivitas eritropoietik dalam sutul, akan dilepaskan
retikulosit (shift cells) ke sirkulasi sehingga masa maturasi retikulosit dalam sutul akan
memendek. Dengan metode manual, sulit untuk membedakan umur retikulosit berdasarkan
kandungan RNAnya. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan koreksi untuk lebih mendekatkan
hasil hitung retikulosit dengan kenyataan, yaitu dengan Indeks Retikulosit / corrected
reticulocyte dan Indeks produksi/maturasi retikulosit.

RPI = retikulosit (I) corrected


Correction factor (CF)

% HCT CF
40-45 1
35-39 1,5
25-34 2
15-24 2,5
<15 3
Jika RPI < 2 : respon sutul inadekuat
RPI > 2 : respon sutul adekuat

Karena retikulosit mempunyai ukuran yang lebih besar dari eritrosit normal, maka pada
retikulositosis MCV akan meningkat. Retikulosit akan meningkat di sirkulasi dalam waktu 48-96
jam jika ada stimulasi sutul.
Keadaan yang menyebabkan stimulasi sutul sehingga retikulosit meningkat adalah :
1. perdarahan akut
2. anemia hemolitik
3. respon terhadap terapi Fe, folat, B12

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 26


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
OTOMATISASI RETIKULOSIT

Metode :
1. Fluoresensi : menggunakan Thiazole Orange, Auramine O
2. Absorbans : menggunakan Okazine 750, New Methylene Blue
semuanya merupakan pewarna yang dapat bereaksi dengan RNA retikulosit.

Dengan dasar fluoresensi, retikulosit imatur menunjukkan fluoresensi yang paling tinggi. Area
retikulosit dapat dibagi menjadi 3 sektor berdasarkan intensitas fluoresensi dan menunjukkan
rasio hitung retikulosit di setiap seksi terhadap jumlah retikulosit total :
1. Low Fluorescence Ratio (LFR) : area retikulosit dengan intensitas fluoresensi terendah.
LFR = (jumlah retikulosit area LFR/total retikulosit) x 100
2. Middle Fluorescence Ratio (MFR) : area retikulosit dengan intensitas fluoresensi sedang.
MFR = (jumlah retikulosit area MFR/total retikulosit) x 100
3. High Fluorescence Ratio (HFR) : area retikulosit dengan intensitas fluoresensi tinggi.
HFR = (jumlah retikulosit area HFR/total retikulosit) x 100

Helmeyer membagi morfologi retikulosit dalam 4 tahapan :


0. : ortokromik normoblas
IV. : 60% dari retikulosit yang ada di darah tepi
LFR dalam darah tepi meliputi retikulosit tahap Helmeyer III dan IV.

Faktor yang mempengaruhi hitung retikulosit :


1. Faktor Fisiologis : berhubungan dengan variasi dari produksi retikulosit/variasi diurnal)
2. Metode laboratorium/jumlah eritrosit yang diamati : variasi antar pengamat terutama
dalam mendefinisikan retikulosit.

HITUNG LEKOSIT

Hitung lekosit dilakukan dengan dua cara :


1. Cara manual (kamar hitung = hemositometer)
perlu pipet, kamar hitung, larutan pengencer (Turk, asam asetat 3 %) dan mikkroskop
2. Alat hitung otomatis (metode elektronik)

Hitung lekosit harus dikoreksi bila dijumpai banyak normoblast dalam darah tepi.

Kalkulasi :
misalnya jumlah lekosit dalam 4 kotak W = N
volume 4 kotak W = 4 x 1 x 1 x 0.1 mm3 = 0.4 mm3.
Jumlah lekosit/mm3 = 1/0.4 x dilusi x N = 2.5 x.20 x N = 50 N

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 27


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Catatan :
• Pengenceran lekosit sebaiknya menggunakan pipet mikro (lebih akurat)
• Beda jumlah lekosit antara 1 kotak dengan kotak lainnya < 12 sel
• Pengenceran diatur tergantung jumlah lekosit
• Consensus sel yang dihitung/tidak dihitung
• Angka kesalahan : 15 %

Nilai normal Jumlah Lekosit :


• ♂, dewasa : 4.0 – 11.0 x 109/l (di P.K 4.7 – 10.3 x 109/l)
• ♀, dewasa : 4.3 – 11.3 x 109/l (di P.K)
• Neonatus : 10 - 26 x 109/l
Bayi, 1 thn : 6 - 18 x 109/l
Anak,4-7 thn : 5 - 15 x 109/l
Anak,8-12 thn : 4.5 – 13.5 x 109/l

HAPUSAN DARAH TEPI

Sediaan HDT dibuat ketika :


• curiga ada kelainan darah
• ada kelainan salah satu koponen darah

Dapat dilakukan dalam 2 cara :


1. dengan cover glass
2. dengan gelas objek (cara slide)  paling banyak dilakukan

Evaluasi HDT dilakukan secara bertahap :


1. pemeriksaan dengan pembesaran kecil (obyektif 10x) :
a. penilaian mutu hapusan darah:
- lapisan darah cukup tipis, eritrosit dan lekosit saling terpisah
- jangan ada endapan cat
- sel tercat dengan baik
- lekosit tidak menggerombol di bagian ekor
b. penaksiran jumlah, kesan hitung jenis lekosit, ada atau tidak sel abnormal
- perkiraan jumlah lekosit dilakukan pada counting area, tergantung dari jenis
mikroskop yang dipakai (ukuran FN=Field Numbernya) :
FN 18 : jumlah lekosit 15-35/lap pandang berarti normal atau rata-rata jumlah
lekosit/ lap pandang x 300
FN 22 : jumlah lekosit 22-50/lap.pandang berarti normal atau rata-rata jumlah
lekosit/lap.pandang x 200
- kesan hitung jenis dapat dilakukan dengan mengamati beberapa lapangan pandang
hapusan.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 28


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
2. pemeriksaan dengan obyektif 100x dan minyak imersi, dilihat :
ERITROSIT :
• Ukuran: bandingkan ukuran eritrosit dengan inti limfosit kecil, laporkan : normositik,
mikrositik, makrositik atau anisositosis (gambaran eritrosit dengan berbagai ukuran)
Normositer = + seukuran inti limfosit kecil
Mikrositer = bila < inti limfosit kecil
Makrositer = bila > inti limfosit kecil
• Warna : bandingkan diameter central pallor dengan diameter eritrosit, laporkan
normokromik, hipokromik atau anisokromia/double population (gambaran eritrosit
dengan berbagai warna/kepucatan).
Normal eritrosit berwarna jingga (warna jingga ∞ kandungan Hb dalam eritrosit)
Normokrom = central palor (CP) + 1/3 garis tengah eritrosit
Hipokrom = bila CP > ½ garis tengah.
• Bentuk :
Normal : bulat, bikonkaf (bagian tepi lebih tebal daripada bagian tengah)  bagian
tengah lebih sedikit Hb  tercat lebih pucat.
Morfologi abnormal :
- Anisositosis : ukuran eritrosit bervariasi
- Poikilositosis : bentuk eritrosit bervariasi
- Hipokrom
- Sferosit : eritrosit berbentuk bola  lebih kecil dan tercat lebih gelap daripada
eritrosit normal
- Ovalosit
- Stomatosit = eritrosit dengan CP berbentuk celah karena bentuk eritrosit seperti
mangkuk
- sel target = codocyte, dibagian tengah CP didapatkan bagian yang tercat gelap
- tear drop cells = dacryocyte, eritrosit berbentuk tetesan air
- fragmentosit = schistocyte, yaitu fragmen pecahan eritrosit (pada proses hemolisis)
- helmet cell
- bite cell
- echinosit (krenasi)
- akantosit = eritrosit dengan taju-taju yang runcing dan tidak beraturan panjangnya
- stomatosis
- Leptosit = Planocyte, eritrosit dengan CP yang luas (hamper sama dengan diameter
eritrosit)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 29


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Benda asing/benda inklusi dalam eritrosit :
- Normoblas - Heinz bodies : tampak dg
- howell joly bodies terdapat pengecatan supravital, partikel
pada anemia megaloblastik, presipitat Hb dg lokasi dekat
yaitu sisa inti dan tepi merman eritrosit, tanda
Pappenheimer bodies/granula kerusakan oksidatif eritrosit,
siderotik yang mengandung tdp pada hemoglobinopati,
besi (tercat dg pengecatan defisiensi G6PD
besi/siderosit) - granula siderotik
- basophilic stippling : bintik2 (pappenheimer bodies) : sickle
inklusi basofilik hasil agregat cell anemia, talasemia
dari ribosom, menyolok pada - parasit (plasmodium) : malaria
lead poisoning (keracunan
timah), talasemia
- cabot ring : inklusi berbentuk
benang dengan formasi cincin
(angka 8), ungu kemerahan
yang diduga merupakan sisa
mikrotubuli yang membentuk
spindle pda proses mitosis,
terdapat pada anemia
megaloblastik, talasemia

• Distribusi : rouleaux, autoaglutinasi


Formasi Rouleaux = tumpukan eritrosit seperti tumpukan uang logam (stack, stalk of
coins)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 30


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Pada evaluasi HDT, perubahan morfologi eritrosit harus dicatat, kecuali krenasi (yaitu
eritrosit yang mengkerut akibat kesalahan teknis).
Bentuk Abnormal harus dinyatakan berat/derajatnya (“beberapa”, “ringan”, “berat” atau
dalam positif 1 sampai positif 4.
Misalnya :
 Untuk sferosit
Positif 1 (+) : 0 – 5 sferosit plp
Positif 2 (++) : 6 – 10 sferosit plp
Positif 3 (+++) : 11 – 20 sferosit plp
Positif 4 (++++) : > 20 sferosit plp
 Untuk adanya Howell-Jolly bodies :
Pos-1 (+) : 0-1/lp
Pos-2 (++) : 1-2/lp
Pos-3 (+++) : 3-4/lp
Pos-4 (++++) : ≥5/lp
 Untuk Anisositosis, dihitung juml.eritrosit yg bervariasi :
Pos-1 (+) : juml.sel 15-20%
Pos-2 (++) : juml.sel 20-25%
Pos-3 (+++) : juml.sel >50%

LEKOSIT :
• Dapat dilakukan hitung jenis lekosit
• Perhatikan adanya lekosit imatur (mieloblas, promielosit, metamielosit, limfoblas,
monoblas) → shift to the left, leukemoid reaction
• Perhatikan segmen netrofil, laporkan bila dijumpai hipersegmentasi (> 6) → shift to the
right atau hiposegmentasi pada anomali Pseudo Pelger Huet = gangguan segmentasi
lekosit, defisiensi B12
• Perhatikan benda inklusi/bentukan dalam lekosit :
Toxic granule : granula kasar, gelap, sering dijumpai pada infeksi bakteri yang berat
karena peningkatan aktifitas fosfatase alkali dari granula primer.
Vakuolisasi Netrofil : lubang pada sitoplasma akibat degenerasi karena aktivitas
fagositosis, sering dijumpai pada infeksi bakteri yang berat/septicemia bersama granula
toksik, menunjukkan tanda-tanda degenerasi netrofil.
Dohle bodies : inklusi oval kebiruan, tunggal atau banyak, berasal dari RNA, sering
didapatkan pada infeksi berat, terapi dengan kemoterapi atau adanya perubahan toksik,
juga pada kelainan lekosit congenital (Anomali May-Heggline, Sindroma Chediak-
Higoshi)
Auer Rod : batang, merah, merupakan agregat dari lisosom, dijumpai tunggal/multiple
pada sitoplasma sel blas dari deret myeloid (AML, AMoL)
Anomali Pelger-Huet : kegagalan inti netrofil bersegmentasi. Inti bersegmen < 2 dengan
kkromatin inti padat. Kelainan herediter, kecuali pada leukemia sering dijumpai Pseudo
Pelger-Huet
Smudge dan Basket-cell : hasil disintergrasi inti lekosit yang rusak, sering pada limfosit
yang fragil (leukemia limfositik)
• Limfosit : atipikal, inti tidak bulat (seperti monosit=monositoid) atau sel plasma
(plasmasitoid)
• Shift to the left : bila didapatkan peningkatan stab tanpa lekositosis, menunjukkan
mobilisasi sel netrofil muda yang meningkat akibat infeksi bakteri
• Shift to the right : hipersegmentasi netrofil (5 sel dengan 5 segmen atau 1 sel dengan 6
segmen atau rata-rata segmen 100 lekosit > 3,4)

Bila dijumpai normoblas dalam jumlah cukup banyak (>10%), maka perlu dilakukan koreksi
terhadap hitung lekosit, karena inti normoblast akan ikut terhitung sebagai lekosit.
Cara : hitung jumlah normoblas dalam 100 lekosit

Corrected leucocytes = 100 x jumlah lekosit


100 + normoblas

TROMBOSIT :
• Kesan jumlah : FN 18 : jumlah trombosit pada 18 lp (x 1000)
Normal : 10-22/lp
FN 22 : jumlah trombosit pada 11 lp (x 1000)
Normal : 13-36/lp
FN < 18 : jumlah trombosit 4-10 plp
• Morfologi : Giant platelet (trombosit seukuran eritrosit) menunjukkan turn over
trombosit meningkat (pada perdarahan)
• Megakariosit Dwart (cacat) : esensial trombositopenia, merupakan megakariosit yang
lepas ke perifer.
• Platelet satelitism : trombosit yang mengelilingi netrofil, penyebabnya tidak diketahui
dengan pasti, diperkirakan ok terbentuk antibodi terhadap kompleks Gp IIb/IIIa

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 32


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PENGECATAN GIEMSA

Cara membuat stok cat giemsa :


- 1 g Giemsa dalam labu 200-250 ml
- Tambahkan 100 ml methanol
- Panaskan 50oC selama 15 menit, lalu saring
Cara membuat larutan kerja :
- Encerkan stok cat giemsa dengan 4-5 volume buffer
Prosedur pengecatan :
- Buat hapusan darah pada object glass, biarkan sampai kering benar
- Fiksasi dengan methanol selama 1-2 menit (lebih baik jika ditunggu sampai kering)
- Tuang larutan kerja cat giemsa, biarkan selama 20-30 menit
- Cucu dengan air mengalir
- Keringkan dengan dimiringkan pada satu sisi di atas kertas tissue.

PENGECATAN WRIGHT

Cara pembuatan larutan wright :


- 0,1 g bubuk wright digerus dalam mortar dan dilarutkan dalam metil alcohol sedikit
demi sedikit sampai total larutan = 60 ml
- Simpan dalam botol berwarna dalam keadaan tertutup rapat
- Kocok larutan tersebut setiap hari selama 10 hari
- Setelah 10 hari, larutan siap dipakai. (setelah dipakai botol harus tertutup rapat).
Prosedur pengecatan :
- Buat hapusan darah, tunggu sampai kering benar
- Teteskan ± 20 tetes larutan wright (atau sampai menutupi seluruh permukaan
hapusan) dan biarkan 3-5 menit
- Teteskan buffer penyangga pH 6,4 sama banyak dengan larutan wright, tiup-tiup
sampai timbul warna metalik, biarkan selama 20-30 menit.
- Bilas dengan air dalam posisi horizontal perlahan-lahan.
- Keringkan dengan dimiringkan pada satu sisi di atas kertas tissue.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 33


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PNH
(PAROXISMAL NOCTURNAL HEMOGLOBINURIA)

Pada PNH terjadi hemolisis intravascular akibat meningkatnya kepekaan eritrosit terhadap
komplemen. Tanda hemolisis intravascular lainnya adalah : peningkatan Hb plasma,
haptoglobin yang rendah dan hemoglobinuria, namun tanda ini tidak spesifik untuk PNH.
Untuk menegakkan diagnosis PNH digunakan metode yang bias menunjukkan terjadinya
hemolisis bila komplemen teraktivasi/sensitivitas komplemen meningkat.
Aktivasi komplemen ada 3 jalur :
1. Jalur klasik
2. Jalur alternative
3. Jalur lectin
Jalur alternative dapat teraktivasi oleh acidified-serum (HAM-test).

ACID HAM TEST

Acid Ham Test digunakan untuk mendeteksi PNH (Paroksismal Nokturnal Hemoglobinuria).
PNH terjadi karena peningkatan sensitivitas eritrosit terhadap komplemen. Ada kelainan
molekuler pada membran eritrosit. Protein-protein yang melekat pada membran berkurang,
terutama Glukosil-fosfatidil-inositol. Komplemen terikat pada eritrosit sehingga terjadi lisis.
Hemolisis terjadi apabila ada aktivasi komplemen atau ertrosit mengabsorpsi komplemen.

Aktivasi komplemen dapat melalui :


1. jalur klasik : sucrose water test
2. jalur alternatif : acid ham test, pengasaman serum, bisa ular.

Kelainan membran eritrosit pada PNH tidak terjadi pada semua eritrosit, ada yang normal,
ada yang kelainannya ringan, ada yang berat, sehingga PNH dapat digolongkan menjadi :
• tipe 1 : paling ringan
• tipe 2 : kepekaan RBC 3-5x tipe I
• tipe 3 : kepekaan RBC 10x tipe I
bersifat acquired, tapi bersifat klonal = kelainan terjadi pada stadium sel yang masih pluripoten,
terjadi gangguan sintesis protein-protein tertentu pada membran sel, misalnya : Ach-esterase
atau alkali phosphatase (neutrofil).
Kelainan tidak hanya terjadi pada eritrosit, tapi juga pada lekosit dan trombosit. CD 59 pada
eritrosit dan CD 58 pada lekosit dipakai untuk mendeteksi adanya kelainan enzimatik. Keduanya
bisa dikerjakan dengan flowcytometri.

Prinsip Acid HAM test :


Eritrosit penderita yang mempunyai sensitivitas tinggi terhadap komplemen diinkubasi dengan
serumnya sendiri atau dengan serum orang lain, diberi suasana asam (pH 6,5-7), maka akan
terjadi lisis. (pada eritrosit normal tidak akan lisis).

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 34


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Bagaimana cara membuktikan bahwa hemolisis terjadi karena aktivasi komplemen?
• Dilakukan inaktivasi terhadap komplemen dengan cara dipanaskan pada suhu 56OC
selama 10-30 menit

Apa beda serum sendiri dengan serum orang lain?


• Serum orang lain dipilih yang golongan darahnya sama atau golongan darah AB yang
tidak mempunyai isoaglutinin (namun hal ini tidak menjamin tidak akan timbul
hemolisis).
• Hemolisis in vivo : serum sendiri-eritrosit sendiri.
• Bila menggunakan serum orang lain yang normal dengan golongan darah yang sama,
kemungkinan timulnya hemolisis lebih besar (lebih sensitif) terutama pada pasien yang
mengalami hemolisis ringan.
• Jika hemolisis yang terjadi ringan, lebih baik memakai serum orang lain, bukan serum
sendiri.

Kelainan lain yang bukan PNH dengan hasil HAM test positif :
• HEMPAS (Hereditary Erythroid Multinuclearity associated with Possitive Acidified Serum
test)
• Untuk membedakan keduanya dipakai SUCROSE WATER TEST

Bahan yang dipakai :

• eritrosit pasien, sebaiknya diperoleh dengan antikoagulan, defibrinated blood, serum.


• Defibrinasi dilakukan dengan menggunakan batang kaca, tapi sulit karena manual, atau
dengan glass beat menggunakan rotator sehingga lebih continue. Darak diaduk-aduk
dengan batang kaca hingga tidak bersuara, fibrin akan menempel pada batang kaca,
sehingga cairan yang tersisa adalah serum, masih mengandung eritrosit tapi sudah tidak
punya fibrinogen.
• Defibrinated blood dapat disimpan dalam suhu 4oC selama 2-3 minggu dalam acidic
acid, dextrose atau larutan alcidifier, harus steril.
• Lebih diutamakan sampel dari proses defibrinasi daripada koagulasi, karena pada proses
koagulasi, PNH tipe 2 dan 3 sudah terjadi proses hemolisis. Hal ini karena pada proses
koagulasi akan terbentuk thrombin yang dapat mengaktivasi komplemen dan mudah
diserap oleh eritrosit, sehingga terjadi lisis.

KONTROL :
• NEGATIF : kondisi semirip mungkin tapi tidak terjadi hemolisis, eritrosit normal,
digunakan serum penderita tanpa acid.
• POSITIF : digunakan sel PNH (sulit), sehingga dicari bahan yang mengandung L-sistein
(homosistein) yang dapat meningkatkan sensitivitas eritrosit terhadap komplemen =
PNH like cell.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 35


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
HASIL :
• False (+) : pada HEM PAST. Bila dengan serum sendiri tidak lisis tapi dengan serum orang
lain lisis, kemungkinan HEM PAST. Dilakukan konfirmasi dengan sucrose water test, Hasil
(-). Lisis pada HEM PAST disebabkan adanya antibody dalam tubuh serum Normal yang
mampu mengikat komplemen (anti HEMPAST=IgM antibody anti HEMPAST).
• False (+) tetap ada, contoh : bila ada proses imun hemolitik, dilakukan tes lain yaitu DAT
(Direct Aminoglobulin Test = Coomb Test). Bila hasil (+), maka diagnosis PNH diragukan.
• False (-) : pada transfuse atau jika sel PNH hanya sedikit. Teknik : eritrosit diambil,
disentrifus dengan kecepatan rendah atau dibiarkan mengendap, kemudian diambil
bagian atas dekat buffy coat (untuk mendapatkan sel-sel yang berukuran besar). Dasar
pemikiran : sel PNH lebih banyak di retikulosit daripada eritrosit matur sebab dalam
perjalanannya sel PNH sudah lisis, sehingga yang tinggal hanya yang normal saja.
• Acid Ham Test (+) kuat, padahal invivo ringan (timbul false high). Hal ini terjadi pada
keadaan non PNH, yaitu pada HEM PAST (Hereditary Erithroid Multinuclearly Associated
with a Positive Serum Test). Dapat dilakukan konfirmasi dengan Sucrose Water Test (
negatif pada HEM PAST).
• MODIFIKASI : ditambah MgCl untuk meningkatkan aktivasi komplemen. Bila hasil (-)
maka diagnosis PNH bisa disingkirkan.
• CONFIRMATION TEST : dengan flowcytometry, pemeriksaan CD-59. Dasar : kelainan ini
kekurangan CD-59 (MIRC=Membrane Inhibitory of Reactive Lysis), yaitu suatu protein
pada eritrosit normal yang mempunyai kemampuan untuk mencegah lisis bila eritrosit
berikatan dengan komplemen. Pada HEM PAST CD-55 dan CD-59 nya normal.
• Satu-satunya kelainan selain PNH yang Acid Ham tes-nya (+) adalah HEM PAST, namun
kelainan ini jarang. HEM PAST (+) bila serum yang dipakai serum orang lain ± 30% bisa
lisis dengan eritrosit PNH.

KUANTITASI :
• Harus memakai standar
• Blanko : serum normal atau serum + asam, dibaca pada λ 540 nm.
• Standar : eritrosit yang lisis total (dengan aqua atau ammonia).

SUCROSE WATER TEST


• Lebih sederhana, menggunakan larutan sucrose isotonik/isoosmol 92,4 g/dl).
• Eritrosit yang dimasukkan sudah dicuci (washed red cells), diinkubasi/disentrifus untuk
melihat hemolisis, kemudian dibaca dengan fotometer.
• Prinsip : Sucrose bersifat LISS (low ionic strength solution), sehingga memudahkan
eritrosit mengikat komplemen.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 36


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
HEMOSTASIS

Hemostasis adalah proses fisiologis untuk menghentikan atau mencegah suatu


perdarahan. Istilah Hemostasis sering disamakan dengan Koagulasi yaitu suatu proses
pembekuan darah atau proses menghentikan perdarahan pada suatu perlukaan dan mencegah
perdarahan pada pembuluh darah yang intak.
Fungsi Mekanisme Hemostasis :
• Mencegah keluarnya darah dari pembuluh darah yang utuh.
• Menghentikan perdarahan dari pembuluh darah yang terluka.

Hemostasis merupakan proses yang sangat kompleks. Pada kenyataannya Hemostasis tidak
hanya menghentikan/mencegah perdarahantetapi juga adanya proses keseimbangan untuk
mempertahankan supaya darah tetap cair melalui proses fibrinolisis.
Hemostasis merupakan mekanisme fisiologis tubuh untuk :
• Menghentikan perdarahan (spontan atau traumatis).
• Mempertahankan “fluiditas” darah dalam pembuluh darah.

Dikenal adanya istilah TRITUNGGAL HEMOSTASIS yaitu :


1. Pembuluh darah
2. Trombosit
3. Faktor koagulasi

FAKTOR KOAGULASI
Dalam keadaan normal, Faktor koagulasi berada dalam keadaan in-aktif, disebut sebagai
ZYMOGEN. Jika ada rangsangan, maka zymogen akan berubah sebagai bentukan enzim dan
berperan dalam system CASCADE.

Factor Koagulasi terdiri dari :


I. Fibrinogen XI. Plasma Thromboplastin
II. Prothrombin Antecedent (PTA)
III. Tissue thromboplastin XII. Contact Factor
IV. Calcium XIII. Fibrin Stabilizing Factor
V. Proaccelerin Prekalikrein (Fletcher Factor)
VI. - High Molecular Weight Kinin
VII. Proconvertin (HMWK)
VIII. Anti Hemophillic Factor Protein S
IX. Chrismast Factor Protein C
X. Stuart Factor Protein Z

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 37


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
CASCADE THEORY :
Mac Farlane (1964)
WATERFALL THEORY :
Davie & Ratnoff (1964)

FAKTOR SOURCE PATHWAY


I Liver Intrinsic and extrinsic
II Liver (Vit. K dependent) Intrinsic and extrinsic
III Present in most tissues Extrinsic
IV Dietary intake and parathyroid Intrinsic and extrinsic
secretion
V Liver Intrinsic and extrinsic
VII Liver (Vit. K dependent) Extrinsic
VIII Reticuloendothelial system Intrinsic
IX Liver (Vit. K dependent) Intrinsic
X Liver (Vit. K dependent) Intrinsic
XI Intrinsic
XII Intrinsic
XIII Intrinsic and extrinsic

FAKTOR KONSENTRASI DALAM ml PLASMA


I 2 – 4 mg
II 100 – 200 µg
III 0
IV -
V 10 – 50 µg
VII 0.5 – 2 µg
VIII (AHF) 0.1 – 0.2 µg
Von Willbrand 10 µg
IX 3 – 4 µg
X 8 – 10 µg
XI 5 – 7 µg
XII 30 – 40 µg
XIII 10 – 20 µg

SISTEM KOAGULASI

Terdiri dari 2 jalur, yaitu :


1. Jalur INTRINSIK : diaktivasi oleh faktor kontak (adanya persentuhan darah dengan
benda asing akibat kerusakan endotel pembuluh darah).
2. Jalur EKSTRINSIK : diaktivasi oleh adanya thromboplastin jaringan.
MEKANISME KOAGULASI

SISTEM INTRINSIK SISTEM EKSTRINSIK

PERSENTUHAN DENGAN
PERMUKAAN ASING

XII → XII a VII
HMWK
XI → XI a ca++ Thromboplastin
jaringan
IX → IX a VII a
VIII
ca++
PF3
X Xa
V
ca++
PF3 XIII
Prothrombin → Thrombin → ↓
XIII a

Fibrinogen Fibrin

Fibrin Stabil

Penyebab kerusakan endotel :


1. Shock
2. Anoksia
3. Heatstroke
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 39
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
4. Infeksi : virus, bakteri (endotoksin)
5. Antigen-Antibodi kompleks
6. Aneurisma, Hemangioma, dll

Penyebab keluarnya thromboplastin jaringan  aktivasi f VII :


1. Kelainan Obstetri : kerusakan plasenta, emboli cairan ketuban, IUFD
2. Neoplasma/Keganasan
3. Kasus-kasus Hemolitik : malaria, reaksi transfusi, autoimun hemolisis.
4. Trauma, luka bakar, operasi.
5. Emboli lemak.

PERAN KALIKREIN

XII VII

KALIKREIN

XII a VII a

PREKALIKREIN

PROSES PEMBENTUKAN FIBRIN YANG STABIL

Fibrinogen

Trombin

Fibrin Monomer + Fibrinopeptides A,B

Fibrin Polimer

XIII XIII a

Insoluble Fibrin
Proses yang terjadi setelah mengalami luka :
1. Reaksi pembuluh darah (vasokonstriksi)
2. Pembentukan sumbat platelet
3. Proses pembekuan darah
4. Fibrinolisis

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 40


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
INTERAKSI JALUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
1. Kedua sistem diperlukan dalam proses hemostasis (aktivasi jalur intrinsik relatif lebih
lambat karena lebih panjang, sedangkan aktivasi jalur ekstrinsik berlangsung lebih cepat
karena jalurnya lebih pendek).
2. Aktivasi jalur intrinsik terjadi bila darah bersentuhan dengan kolagen (jaringan sub
endotel) dan aktivasi jalur ekstrinsik terjadi bila darah bersentuhan dengan ekstrak
cairan jaringan (tissue thromboplastin).
3. Trombin yang dihasilkan oleh jalur ekstrinsik akan lebih memacu aktivasi jalur intrinsik
melalui aktivasi thrombin pada faktor V dan VIII (FAKTOR LABIL).
4. Trombin yang dihasilkan juga merangsang agregasi trombosit.
5. Faktor VII yang teraktivasi oleh tromboplastin jaringan juga ikut mengaktivasi faktor IX.

FUNGSI TROMBIN :
1. Mengaktifkan jalur intrinsik melalui aktivasi faktor V dan VIII
2. Merangsang trombosit/platelet untuk mengsekresi ADP sehingga terjadi agregasi
trobosit.
3. Merubah plasminogen menjadi plasmin yang akan menyebabkan terjadinya proses
fibrinolisis.

FUNGSI FIBRINOLISIS :
1. Pembatasan pembentukan fibrin pada daerah luka.
2. Penghancuran fibrin dalam sumbat hemostasis.

KOMPONEN SISTEM FIBRNOLISIS :


1. Plasmin.
2. Aktivator Plasminogen.
3. Inhibitor Plasmin / Anti Plasmin.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 41


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PROSES FIBRINOLISIS FISIOLOGIS

ENDOTEL / JARINGAN

PLASMINOGEN AKTIVATOR
(GLYCOPROTEIN)

ANTIPLASMIN
(α2 ANTIPLASMIN)

PLASMINOGEN →PLASMIN → PLASMIN IN AKTIF

FIBRIN → BAHAN2 YANG SOLUBLE / FDP

RES

PLASMINOGEN yang tidak aktif berubah menjadi PLASMIN karena adanya :


1. Plasminogen Aktivator
2. Faktor XII aktif
3. Thrombin
4. Kalikrein

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 42


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PLASMINOGEN ANTI PLASMIN
AKTIVATOR
(Plasminogen Aktivator
Inhibitor)

PLASMINOGEN → PLASMIN → PLASMIN → RES


INAKTIF

FIBRIN FIBRIN ( FDP )FRAGMENTS OR SPLIT PRODUCTS



SMALLER FRAGMENTS

RES

PERISTIWA TERJADINYA FIBRINOLISIS


• Saat terbentuk bekuan fibrin, 20-30 % plasminogen plasma terperangkap didalamnya.
• Aktivator-aktivator yang berada dalam plasma, jaringan, dll, akan diserap/larut ke
dalam bekuan, kemudian akan mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin.
• Reaksi diatas terjadi lokal di dalam bekuan, bila aktivasi terjadi di sirkulasi, akan
dinetralisir oleh inhibitor-inhibitor dalam plasma.
• Fibrinolisis fisiologis diselesaikan lokal tanpa ada produk fibrinolitik di sirkulasi.

Plasmin akan memecah Fibrin, Fibrinogen, Faktor V dan VIII. Fibrin/Fibrinogen akan
dipecah menjadi FDP (Fibrin/Fibrinogen Degradation Products) atau FSP (Fibrin/Fibrinogen Split
Products).
Selanjutnya FDP/FSP akan :
• Menghambat agregasi trombosit
• Menghambat kerja thrombin pada fibrinogen
• Menghambat polimerisasi fibrin

FDP mempunyai sifat :


• Anti thrombin
• Menghambat polimerisasi fibrin
• Menghambat fungsi trombosit

PLASMINOGEN AKTIFATOR :
1. INTRINSIK :
terdapat dalam darah yaitu F.XIIa, Kalikrein
2. EKSTRINSIK :
terdapat pada endotel pembuluh darah & berbagai jaringan disebut : tissue plasminogen
aktivator (t-PA)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 43


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
3. EKSOGEN :
* Urokinase (dibentuk ginjal)
* Streptokinase (produk kuman Streptokokus Beta Hemolitikus).

Plasminogen Activator Inhibitor ( PAI)


(International Committee on Thrombosis and Hemostasis)
1. PAI – 1 : disintesis oleh sel endotel pembuluh darah, sel otot polos, fibroblas paru, alfa
granula trombosit.
2. PAI – 2 : disintesis oleh plasenta, granulosit, monosit, makrofag.
3. PAI – 3 : dalam air seni.
4. Protease Nexin – 1 : ditemukan dalam fibroblas, sel otot jantung & epitel ginjal .

PERANAN PEMBULUH DARAH PADA PROSES HEMOSTASIS :


1. Mempertahankan darah tetap cair
2. Sel endotel mempertahankan aliran darah tetap stabil
3. Sel endotel menghasilkan bahan :
a. Prostasiklin  menghambat aktivitas platelet & merangsang vasodilatasi
b. ATP, ADP
c. Protein C  Plasma Regulator untuk koagulasi
d. Anti Trombin III
e. Plasminogen Aktivator
4. Tissue Thromboplastin/Tromboplastin jaringan dikeluarkan oleh jaringan pembuluh
darah bila ada trauma  merangsang sistim Ekstrinsik
5. Kolagen yang akan terpapar bila ada luka  merangsang sistim Intrinsik
6. Peranan pembuluh darah dalam vasodilatasi & vasokonstriksi.

PENGATURAN SISTEM KOAGULASI

I. Zat yang terdapat dalam tubuh :


1. Anti-trombin-3 : meng-inaktifasi trombin, VIIa, IXa, Xa, XIa,XIIa, Plasmin,
Kalikrein
2. Protein-C : memecah faktor Va dan VIIIa
3. Alfa 2 makroglobulin : enzim proteolitik memecah Trombin & Kalikrein
4. C-1 Inhibitor : menginaktifasi XIa, XIIa, Kalikrein
5. Alfa-1-Antitripsin : menginaktifasi trombin, XIa, Kalikrein & HMWK
II. ALIRAN DARAH :
Menghilangkan/mengencerkan faktor pembekuan aktif dari tempat luka. Sel RES di hati
membersihkan Fibrin & tromplastin jaringan, Hepatosit akan menghilangkan VIIa, IXa dan Xa.
III. Produk dari proses Fibrinolisis
1. PLASMIN : memecah Fibrin, Fibrinogen, Faktor V dan VIII.
2. FDP (fibrin degradation product) : merupakan competitive inhibitor terhadap Trombin dan
Fibrin Polimer

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 44


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
IV. Inhibitor Plasmin/Anti Plasmin
1. Alfa-2–Plasmin inhibitor/Alfa-2–Anti Plasmin
2. Alfa-2-Makroglobulin
3. Alfa-1-Antitripsin
4. Anti Trombin-3 (AT-III)

KERUSAKAN JARINGAN /PEMBULUH DARAH :

Reaksi pembuluh darah

Vasokonstriksi Rangsangan terhadap :


1. Platelet :
a. Adesi, Agregasi
b. Platelet growth factor
c. Platelet faktor-3
2. Sistema koagulasi
3. Sistema Fibrinolisis
Plasminogen aktivator dikeluarkan
dari sel endotel

PEMERIKSAAN FAAL HEMOSTASIS

INDIKASI PEMERIKSAAN FAAL HEMOSTASIS :


1. Penderita akan dilakukan tindakan pembedahan dengan :
• riwayat penderita/keluarga mencurigakan adanya perdarahan abnormal
• sifat penyakit
• jenis pembedahan
2. Untuk menegakkan diagnosis pada penderita dengan kelainan pembekuan darah
3. Pengawasan laboratorium pada penderita dengan pengobatan antikoagulansia
- Coumarin / Indanedione, Heparin
4. Pengawasan lab. pada penderita yang mendapatkan pengobatan substitusi dengan
komponen darah.

PEMERIKSAAN KELAINAN FAAL HEMOSTASIS :


1. Anamnesa riwayat penyakit
2. Pemeriksaan fisik
3. Tes penyaring
4. Tes khusus

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 45


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
KELAINAN PERDARAHAN :
1. Ptechiae
2. Purpura
3. Ecchymosis
4. Hematoma
5. Hemarthrosis
6. Hematuria
7. Hematemesis
8. Melena
9. Epistaxis
10. Hemoptoe

ANAMNESIS : ( perlu ketelitian )


1. JENIS PERDARAHAN
• Ptechiae, Purpura, Ecchymosa, Epistaxis, Hematemesis, Melena, Hemarthrosis,
dll
2. LOKASI PERDARAHAN :
• Pada satu tempat / menyeluruh ?
3. POLA PERDARAHAN
• Spontan / setelah perlukaan
• Sering / jarang
• Waktu singkat / sepanjang hidup
• Berat / ringan
4. RIWAYAT PERDARAHAN PADA KELUARGA
5. PENGOBATAN SEBELUMNYA :
• Aspirin, Coumarin, Pasca transfusi, obat-obatan Carcinoma, Persantin.
6. PENYAKIT TERTENTU :
• Uremia, Penyakit hati, Infeksi, Kanker

PEMERIKSAAN FISIK :
1. Bentuk perdarahan
2. Tanda-tanda gagal hati
3. Tanda-tanda gagal ginjal
4. Pembesaran limpa (splenomegali)
5. Pembesaran kelenjar

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 46


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
1. Pemeriksaan penyaring
2. Pemeriksaan laboratorium lanjutan / khusus

TES2 PENYARING HEMOSTASIS:


1. Tes penyaring untuk kelainan vaskuler dan trombosit
2. Tes penyaring untuk kelainan koagulasi & fibrinolisis

UJI SARING KELAINAN VASKULER ATAU TROMBOSIT:


1. Masa Perdarahan
2. Tes Rumpel Leede / Tourniquet
3. Hitung Trombosit
4. Tes Retraksi bekuan

PEMERIKSAAN MASA PERDARAHAN:


1. Cara DUKE
2. Cara IVY

MASA PERDARAHAN MENURUT DUKE :


1. Cuping telinga  desinfeksi alkohol 70%  tusuk dengan lancet steril.
2. Waktu tampak darah mulai keluar  jalankan stopwatch
3. Tetesan darah  hisap dengan kertas saring tiap 0,5 menit
4. Masa Perdarahan :
Waktu mulai tampak darah keluar sampai berhenti menetes.
5. Harga normal :1 – 3 menit

BLEEDING TIME / MASA PERDARAHAN MENINGKAT :


1. Kelainan konstriksi pembuluh darah
2. Trombositopenia
3. Gangguan adesi Trombosit
4. Gangguan pelepasan ADP oleh Trombosit
5. Gangguan agregasi Trombosit
6. Gangguan PF-3
TES RESISTENSI KAPILER/TES RUMPEL-LEEDE/TES TOURNIQUETTE
• Lengan atas  Tensimeter (tekanan antara systole-diastole) 5 menit
• Lengan bawah bagian volair  petechiae  diameter 5 cm
• Normal : < 5 petechiae (dalam 5-10 menit)

TES PENYARING UNTUK KELAINAN KOAGULASI :


1. Clotting Time / Coagulation Time / Waktu Pembekuan
2. TT (Thrombin Time)
3. PPT (Plasma Prothrombine Time)
4. KPTT / APTT (Activated Partial Thromboplastin Time)

Pemeriksaan FAAL HEMOSTASIS


Syarat Pemeriksaan FH:
1. penderita :
• bebas dari obat tertentu
• diketahui jenis obat yang dikonsumsi
2. sampel :
• Pengambilan darah vena harus secara clean venipuncture (bebas dari
tromboplastin jaringan, dilakukan dengan cara memakai 2 semprit)
• Perfusi jaringan tempat pengambilan darah, baik
• tidak hemolisis
3. antikoagulan :
• Memakai antikoagulansia Na-sitras 3,8 % (perbandingan antikoagulansia : darah
= 1 : 9, harus tepat)
4. alat :
• Semperit & tempat penampungan kering, bersih dan bebas detergent
• Permukaan halus, rata → prevent contact activation

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 48


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
5. bahan :
• platelet poor plasma (pusingkan 2500 rpm selama 10 menit utk mendapatkan
platelet poor plasma)
• Suhu pemeriksaan : 37oC.

Rumus konversi dari g ke rpm :

RCF (g) = 118 x 10-7 x r x N-2


r = jari-jari/radius sentrifus, N=rpm
PEMERIKSAAN :

VASKULER TROMBOSIT KOAGULASI PLASMIN


RL RL CT (I) Euglobulin lysis test
BT BT PT (E) FDP
CR APTT (I) D-Dimer
Tes adesi TT
TAT SPT (I)
€ trombosit PRT (I)
PF3

CLOTTING TIME (Cara Lee & White) MASA PEMBEKUAN


(lihat berkas petunjuk praktikum)

CLOTTING TIME ABNORMAL ( ↑ )


• Defisiensi Faktor VIII
• Defiensi Faktor IX
• Pemberian terapi Heparin
• Adanya Circulating Anticoagulan

THROMBIN TIME (TT) = Masa Trombin

PRINSIP :
Terjadi pembekuan o.k.adanya perubahan langsung dari Fibrinogen menjadi Fibrin
dengan pemberian langsung Trombin pada plasma

TT Memanjang pada :
• Hipofibrinogemia (<100 mg/dl)
• Fungsi fibrinogen terganggu
• Adanya inhibitor thrombin : Heparin, FDP
TT memenjang normal pada bayi baru lahir dan Multiple Myeloma

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 49


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PPT : PLASMA PROTHROMBIN TIME
Untuk mendeteksi kelainan jalur ekstrinsik yaitu dengan mengukur lama terbentuknya bekuan
bila pada plasma (37oC) ditambahkan reagen tromboplastin jaringan dan Ca2+.
Pelaporan hasil :
1. Dalam detik
2. Rasio : PPT penderita/PPT control
3. Aktivitas protrombin dalam % (dengan kurva standar)
4. Indeks protrombin : (PPT control/PPT penderita) x 100%

Reagen tromboplastin mempunyai sensitivitas yang berbeda-beda, untuk itu oleh ICSH
(International Committee for Standarization in Hematology) melakukan standarisasi terhadap
reagen tromboplastin yang hasilnya disebut dengan ISI (International Sensitivity Index).
Pada monitoring pemakaian antikoagulan, nilai PPT diseragamkan dengan menggunakan
INR (International Normalize Ratio)
Rumus INR : (PPT Px/mean PPT control)ISI

PPT Meningkat pada :


• Defisiensi faktor V-VII-X-II-I
• Pada terapi Heparin atau terapi anti koagulansia

PPT
APTT

KPTT / APTT (ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME)


Deteksi kelainan intrinsic.
Untuk mengukur lamanya terbentuk bekuan bila pada plasma (37oC) ditambahkan
activator dan ion Ca2+
Activator berperan sebagai faktor kontak (jaringan sub endotel). Activator yang biasa dipakai
diantaranya adalah : kaolin, elagic acid, celite, micronized silica

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 50


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
APTT Meningkat pada :
• Defisiensi Faktor2 :
I-II-V-VIII-IX-X-XI-XII
• Adanya Circulating Anticoagulant

Kadar Na-Sitrat Pada Pemeriksaan Faal Hemostasis

Tergantung pada kadar Hematokrit/PCV


Bila PCV tinggi, Plasma < (plasma mengandung relatif lebih banyak Na-sitrat), PPT & APTT akan
memanjang. Bila PCV tinggi, Na-sitras harus di turunkan.

Rumus Jumlah Na-sitrat :


Plasma Volume Penderita x 0,5
Normal plasma Volume

CONTOH :
PCV Normal : 40 %, Na-sitrat : Darah = 1 : 9 (0,5 ml : 4,5 ml)
Plasma Volume Normal : 100 – 40 = 60
Bila PCV 55 %, Plasma Volume Penderita : 100 – 55 = 45
Na-sitrat utk penderita ?
Rumus : 45 x 0,5
__________ = 0,375 ml
60
Jadi jumlah Na-sitrat = 0,375 ml
Jumlah darah : 5 ml – 0,375 ml = 4,625 ml

HARGA NORMAL :
TT : 15 – 20 detik
APTT : 30 – 45 detik
PPT : 11 – 13 detik
Tiap Laboratorium punya harga normal berlainan, tergantung pada macam reagensia yang
dipakai. Karena itu selalu memakai plasma kontrol.

PEMERIKSAAN KHUSUS :
• ASSAY/AKTIVITAS FAKTOR PEMBEKUAN
• TES FUNGSI TROMBOSIT
• TES PENENTUAN KADAR :
- AT – III
- PAI
- PROTEIN - C, PROTEIN - S
- AKTIVATOR PLASMINOGEN dll.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 51


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
TES UNTUK FIBRINOLISIS :
1. Tes Parakoagulasi
2. Euglobulin Clot Lysis Time
3. Penentuan FDP* (kualitatitf, semi kwantitatif, kwantitatif)
4. Penentuan D-Dimer* (kualitatif, semi kwantitatif, kwantitatif)

KELAINAN/PERUBAHAN PADA SALAH SATU KOMPONEN


Kelainan Hemostasis

Perdarahan trombosis
SEBAB TERJADINYA KOAGULASI YANG ABNORMAL :
1. Kelainan vaskuler
2. Kelainan trombosit
3. Kelainan hemostasis / koagulasi
4. Kombinasi 1-2-3
5. Kelainan fibrinolisis

KELAINAN VASKULER

TANDA2 :
• Mudah terjadi memar = petechiae, echymosis, purpura
• Perdarahan spontan dari pembuluh darah kecil, perdarahan mukosa
PENYEBAB :
• Kelainan pemb.darah
• Kelainan jar.ikat peri vaskuler

KELAINAN VASKULER :
1. HEREDITER :
Hereditary hemorrhagic teleangiectasia
2. ACQUIRED :
- Simple easy bruising
- Senile Purpura
- Infeksi/Vaskulitis
- Obat2-an
- Henoch Schonlein Syndrome
- Scurvy

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 52


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
OBAT PENYEBAB VASKULITIS :

1. Allupurinol
2. Methyldopa
3. Chloramphenicol
4. Quinidine
5. Quinine
6. Corticosteroid
7. Digoxin
8. Estrogen
9. Indomethacin
10. Isoniazid
11. Sulfonamide dll

FAKTOR VIII :
* MOLEKUL YANG KOMPLEKS
* TERDIRI DARI :
- Faktor VIII : C = Faktor VIII procoagulant
- Faktor VIII : R.Ag = Faktor VIII Related Antigen
- Faktor VIII : VWF = Faktor VIII von Willebrand factor

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 53


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
HEMOFILIA

Hemophilia merupakan penyakit herediter yang disebabkan karena kelainan gen F VIII
(Hemofilia A) atau F IX (Hemofilia B). F VIII dalam darah akan berikatan dengan molekul yang
lebih besar, yaitu F Von Willebrand. Bagian F VIII yang berperan pada proses pembekuan adalah
VIII C. pada Hemofili F VIII c, baik fungsi maupun kadarnya, menurun, sedangkan pada Von
Willebrand disease F VIII Ag kadarnya menurun. FVW merupakan ko-faktor yang esensial untuk
adesi trombosit yang normal.

Factor eksternal yang menyebabkan memanjangnya masa pembekuan :


1. Volume darah yang terlalu banyak
2. Diameter tabung terlalu besar
3. Temperatur yang rendah

Algoritme diagnosis lab. Hemofili

Pemeriksaan penyaring hemofili



APTT memanjang, PPT normal

APTT dari campuran 1 bagian plasma pasien + 1 bagian plasma normal

Terkoreksi tidak terkoreksi


↓ ↓
Tes subsitusi ada inhibitor

Assay factor

TES SUBSTITUSI

PRINSIP :
• Memeriksa APTT plasma penderita setelah ditambahkan dengan adsorbed plasma dan
memeriksa APTT plasma penderita setelah ditambahkan dengan aged serum untuk
mendeteksi adanya defisiensi faktor koagulan.
• Adsorbed plasma mengandung : F V, VIII, XI, XII
• Aged plasma mengandung : F VII, IX, X, XI, XII

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 54


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Faktor yang defisien
Pemeriksaan APTT F VIII F IX
Adsorbed plasma Terkoreksi Tidak terkoreksi
Aged plasma Tidak terkoreksi Terkoreksi

CARA MEMBUAT ADSORBED PLASMA


(defisiensi F II, VII, IX, X)

Bahan : plasma oxalat


Reagen : antikoagulansia natrium oxalate 0,1 M
Barium sulfat untuk absorbs
Cara :
1. 1 ml natrium oxalate dicampur dengan 9 ml darah, lalu dihomogenkan dan disentrifus
pada 2000g selama 10 menit
2. Plasma dipisahkan lalu ditambahkan barium sulfat 100 mg per ml plasma
3. Campuran dibiarkan pada suhu kamar dengan sebentar-sebentar dikocok
4. Kemudian disentrifus 200g selama 10 menit
5. Supernatant diambil lalu diperiksa PT. hasilnya harus lebih panjang dari 5 menit.

CARA MEMBUAT AGED PLASMA


(defisiensi F V dan VIII)

Bahan : plasma oxalate


Reagen : antikoagulansia natrium oxalate 0,1 M
Cara :
1. 1 ml natrium oxalate dicampur dengan 9 ml darah, lalu dihomogenkan dan disentrifus
pada 2000g selama 10 menit
2. Plasma dipisahkan secara steril, lalu dipisahkan secara steril, kemudian diinkubasi pada
37oC selama 2-3 hari
3. Lakukan PT dan hasilnya harus > 90 detik
4. Plasma dibagi dalam aliquot untuk disimpan dalam keadaan beku.

APTT dan PTT dengan perdarahan dapat terjadi karena defisiensi/ggn F VIIIC, FVW, F IX, FXI
Defisiensi F XII, Prekalikrein, HMWK pada umumnya tidak menyebabkan perdarahan.
Pemeriksaan lanjutan bila APTT abnormal memanjang karena defisiensi F VIIIC :
1. Mixing test
2. Test diferensial APTT
3. Assay F VIIIC berdasarkan atas aktivitasnya :
a. One-stage assay
b. Two-stage assay
c. Chromogenic substrat assay

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 55


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
HEMOFILIA-A

Penyakit yang diturunkan secara X-linked recessive. Terjadi karena defisiensi Faktor VIII-
C  Sintesa molekul abnormal, sehingga aktivitas F.VIII untuk pembekuan terganggu.
Berat ringan penyakit tergantung kadar Faktor VIII dalam plasma.
Manifes pada laki-laki, wanita sebagai carrier.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM HEMOFILIA – A :


1. (A/K) PTT meningkat
2. Clotting Time meningkat
3. Kelainan pada Assay Faktor VIII

TERAPI HEMOFILIA – A :
1. Menghindari trauma
2. Mengatasi perdarahan
3. Substitusi dengan :
* Fresh Frozen Plasma
* Cryoprecipitate/ Factor VIII Concentrate

CHRISTMAS DISEASE (HEMOFILIA – B)

* Defisiensi Faktor IX
* Gejala klinik sama dengan Hemofilia-A
* Sex linked inheritance
PEMERIKSAAN LABORATORIUM HEMOFILIA - B
1. APTT meningkat
2. Clotting Time meningkat
3. Kelainan pada Assay Faktor IX
TERAPI HEMOFILIA-B
1. Factor IX Concentrate
2. Plasma Simpan ( F.IX cukup stabil dalam penyimpanan )

HEMOFILIA – C

• Defisiensi Faktor XI
• Autosomal resessif
• Banyak pd orang Yahudi
• Frekwensi laki-laki = wanita
• Gejala ringan, manifes saat cabut gigi atau pembedahan
Laboratorium : APTT memanjang
Defisiensi Faktor XI

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 56


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PENYAKIT von WILLEBRAND

• Penyakit turunan, autosomal dominan


• Laki-2/Wanita : (+)
• Fungsi Trombosit : abnormal
• Aktifitas Faktor VIII : menurun
• Prevalensi 1-2 %
• Etiologi : mutasi gen VWF (autosomal dominan/ autosomal resesif)
• Sintesis VWF : RES, sel endotel, megakariosit
• Sekresi VWF melalui 2 mekanisme :
1. Secara konstitusi : VWF dikeluarkan setelah disintesis
2. Secara regulated : VWF dikeluarkan setelah diinduksi oleh desmopresin, adrenalin
• VWF berfungsi sebagai jembatan antara platelet dengan kolagen pada proses adesi
trombosit disamping sebagai pengangkut F VIII dan melindunginya dari degradasi
proteolitik.

Klasifikasi :
1. Tipe 1 : kelainan kuantitative
2. Tipe 3 : kelainan kuantitative
3. Tipe 2 : kelainan kulitative, dibagi lagi menjadi 4 subtipe : 2A, 2B, 2M, 2N

Penyakit VW dapatan (Aqcuired von Willebrand Syndrome = AVWS) dihubungkan dengan


penyakit mieloproliferatif, limfoproliferatif, monoclonal gammopati of uncertain significance
(MGUS), penyakit autoimun seperti hipertiroid, tumor padat (missal : Willm,s tumor).
Penyebabnya bisa karena :
1. Adanya antibodi spesifik yang menetralkan VWF
2. Adsorbsi VWF multimer besar oleh permukaan sel, terutama trombosit atau sel endotel
pembuluh darah abnormal
3. Adanya antibodi non spesifik yang membentuk kompleks dengan VWF lalu dibersihkan
dari sirkulasi
4. Peningkatan degradasi VWF secara proteolitik

Terapi utama : Desmopresin (1-amino-8-D-arginin vasopressin = DDAVP) atau Cryo yang banyak
mengandung kompleks F VIII-VWF.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Masa perdarahan memanjang
2. Adesi trombosit terganggu
3. Agregasi trombosit terhadap Ristocetin menurun
4. APTT memanjang/normal

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 57


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
VITAMIN K

Vitamin yang larut dalam lemak


Sumber :
1. Diet
2. Normal flora : bakteri usus  Bacteriodes Fragilis & Eschericia Coli
Untuk adsorbsi vit K, perlu garam empedu.
Vit K diperlukan untuk sintesis F. II,VII,IX,X di sel hati

DEFISIENSI VIT K :
1. Diet <
2. Biliary Atresia
3. Diare kronis
4. Sindroma malabsorbsi
5. Pemberian Broadspectrum Antibiotika
6. Hemorhagic disease of the newborn
7. Ibu menyusui dengan obat antikonvulsan
8. Pemberian dosis tinggi Tetracyclin, Sulfonamide,Aspirin, Carbenecillian dosis tinggi &
lama

Defisiensi Vit.K : Defisiensi F.II,VII,IX,X


Laboratorium :
* PPT Memanjang
* APTT Memanjang

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 58


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
KELAINAN FIBRINOLISIS

I. HEREDITER
1. Defisiensi alfa-2 Antiplasmin
2. Defisiensi PAI
3. Ekses Plasminogen Aktifator
II. ACQUIRED
Pada kasus-2 dimana proses fibrinolisis lebih besar daripada proses koagulasi (misal pada
kasus DIC)

FIBRINOLISIS PATOLOGIS :

II. FIBRINOLISIS PRIMER :


terjadi akibat aktivasi langsung terhadap plasminogen tanpa melalui pembentukan
trombin. Aktivasi ini menyebabkan plasmin meningkat.
Terjadi karena :
- PAI <
- TPA >
- Plasminogen >
- Antiplasmin <

PLASMIN akan memecah : Fibrinogen, F.V & VIII sehingga terjadi defisiensi.
Pemeriksaan Lab : FDP >>
D-Dimer (-)

II. FIBRINOLISIS SEKUNDER :


Terjadi akubat aktivasi koagulasi yang berlebihan dan memicu fibrinolisis. Misalnya pada
DIC.
Pemerks.Lab :
- FDP >
- D-Dimer (+) karena ada pemecahan Fibrin akibat koagulasi yang berlebihan

Fibrinolisis primer Fibrinolisis sekunder


(fibrinogenolisis) (fibrinolisis)

Terjadi pemecahan fibrin tanpa melalui Terjadi pemecahan fibrin melalui


pembentukan thrombin, terjadi karena pembentukan thrombin terlebih dahulu.
masuknya enzim proteolitik yang dapat Plasmin memecah fibrin dan fibrinogen
merubah plasminogen menjadi plasmin. menjadi FDP.
D-Dimer - D-Dimer +

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 59


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
D-DIMER

D-Dimer merupakan suatu protein dalam sirkulasi yang dihasilkan dari proses
pemecahan bekuan darah fibrin (fibrin blood clot). D-Dimer dihasilkan secara alamiah sebagai
suatu penyembuhan luka.
Bila D-Dimer negative, maka dapat dipastikan bukan DIC.
Peningkatan D-Dimer terjadi pada :
- DIC
- DVT
- Emboli pulmonal
- Pembedahan
- Kanker
- Sirosis
D-Dimer N : < 200 ng/ml (metode aglutinasi latex)
N : < 0,5 ug/ml

Plasmin memecah fibrin, fibrinogen menjadi FDP. D-Dimer adalah fragmen terkecil hasil
pemecahan fibrin dengan waktu paruh cukup panjang (8 jam). Fragmen D-Dimer ini tidak
terbentuk pada degradasi fibrinogen atau non-cross-linked fibrin, oleh karena itu D-Dimer
spesifik untuk hasil lisis dari bekuan fibrin.
Pada FDP yang akan terukur adalah hasil pemecahan fibrinogen dan fibrin, sedangkan
pada D-Dimer yang terukur hanya pemecahan fibrin saja. FDP terbentuk baik dalam keadaan
fibrinolisis sekunder maupun fibrinolisis primer.
Kelebihan uji D-Dimer dibandinga FDP :
1. Menggunakan antibody spesifik monoclonal (3B6/22) yang spesifik untuk D-Dimer, tidak
ada reaksi silang dengan fibrinogen
2. Dapat menggunakan sampel darah dengan antikoagulan apapun, termasuk EDTA,
heparin, sitrat
3. Sensitive pada kasus tromboemboli
4. D-Dimer negative dapat dipastikan bukan DIC
Metode pemeriksaan D-Dimer :
1. Aglutinasi lateks
2. ELISA
Aglutinasi lateks mempunyai keterbatasan ;
• Lateks harus dipipet diatas slide segera sebelum digunakan, untuk mencegah
pengeringan
• Tes harus dibaca setelah tepat 3 menit
• Jika memungkinkan sampel darah plasma lebih dipilih daripada serum, karena pada
serum, sebagian D-Dimer terperangkap pada bekuan sehingga menghasilkan hasik
rendah palsu
• Belum dapat menghitung pengaruh adanya factor rematoid yang akan memebrikan hasil
positif palsu.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 60


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
= Consumption coagulopathy
= Defibrination syndrome

Pada DIC system koagulasi teraktivasi yang menyebabkan terjadinya konsumsi faktor
koagulasi dan trombosit sehingga banyak fibrin yang dideposit pada sejumlah pembuluh darah
kecil. System fibrinolitik juga teraktivasi menghasilkan FDP dari pemecahan fibrin. Jika sintesis
faktor koagulasi kurang dari kecepatan pembentukan fibrin, maka factor koagulasi akan
menurun, PPT dan APTT memanjang.

FAKTOR2 PENYEBAB D.I.C :


1. KELAINAN OBSTETRI : - Rejeksi Jar.transplantasi
- Solution Placenta 3. PROSES HEMOLITIK :
- Plasenta Previa - Reaksi tranfusi
- Dead Fetus - Tenggelam
- Emboli cairan amnion - Akut hemolise o.k. infeksi
- Mola Hidatidosa 4. MALIGNANCY
- Abortus 5. BISA ULAR
- Toksemia 6. Infeksi Bakteri, Virus, Jamur, Parasit
- Ekstrauterine Pregnancy 7. LAIN2 : - Cirrhosis hepatis
2. TRAUMA JARINGAN : - Glomerulonefritis
- Major Surgery - Pankreatitis
- Luka Bakar - Shock, dll
- Emboli lemak

MEKANISME TIMBULNYA D.I.C. :


I. Kerusakan endotel pemb.darah yang luas
 Aktivasi jalur intrinsik
II. Tromboplastin jaringan ↑ (tissue factor) dalam sirkulasi misalnya :
- cairan amnion
- jar.nekrotik
- jar. Plasenta
 Aktivasi jalur ekstrinsik
III. Adanya ensim proteolitik dalam sirkulasi misalnya :
- racun / bisa ular
- bakteri dsb
 Aktivasi sistem fibrinolisis
D.I.C. TERJADI OLEH KARENA :
- Masuknya bahan2 tromboplastin jaringan yang bekerja sebagai koagulan.
- Masuknya bakteri, virus yang merangsang agregasi trombosit
- Kerusakan endotel yang luas misalnya :
• trauma yang hebat
• luka bakar yang luas

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 61


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PATOFISIOLOGI D.I.C. :
1. Koagulasi ↑  jaluar intrinsik ↑ & ekstrinsik ↑  terjadi consumed coagulopathy 
faktor2 pembekuan & platelet
2. Aktivasi sistem fibrinolitik ↑ (pelepasan plasminogen aktivator ↑ )
 Plasmin akan memecah fibrin, fibrinogen, faktor V, VIII.
3. FDP yang terbentuk akan menyebabkan:
- gangguan polimerisasi fibrin jadi tak stabil
- anti trombin
- menghambat agregasi trombosit
Akibat dari Faktor 1,2,3 :
 Klinis : perdarahan !!!

MANIFESTASI KLINIK D.I.C. :


1. ASIMTOMATIK ( Gejala Klinis (-) )
2. PERDARAHAN
3. KERUSAKAN ORGAN/ISCHEMIA
4. MIKROANGIOPATI HEMOLITIK ANEMIA
5. SHOCK

GAMBARAN KLINIK & LABORATORIUM D.I.C. :


1. PERDARAHAN :  AKUT
LAB : Trombosit ↓
Fibrinogen ↓
Protrombin, Faktor V & VIII ↓
PPT ↑
APTT ↑
FDP ↑
D-dimer (+)
2. TROMBOSIS :  KHRONIS
 JARANG
LAB. : tidak spesifik

TERAPI D.I.C.
1. Pengobatan faktor penyebab D.I.C.
2. Suportif :
- Platelet concentrate
- Fresh frozen plasma
- Cryoprecipitate
- Fresh blood
3. Menghambat proses koagulasi intravaskuler dengan Antikoagulansia :
 HEPARIN (Sebagai kofaktor Antitrombin-3: memecah trombin, VIIa, IXa, Xa, XIa, dan
XIIa)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 62


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
INDIKASI PEMBERIAN HEPARIN:
a. Penyebab DIC jelas
b. Tak ada kontraindikasi heparinisasi
c. Terjadi masalah yang cukup berarti yang memerlukan penanganan.
Pada kasus2 dimana AT-3 ↓  heparin tak banyak menolong

KELAINAN FIBRINOLISIS :
1. Kerusakan jaringan luas akibat trauma, plasminogen aktivator banyak.
2. Neoplasma
3. Luka bakar yg luas
4. Operasi besar : plasmin meningkat
5. Penyakit hepar kronis : plasminogen aktivator tetap aktif (gangguan eliminasi) 
plasmin ↑
6. Karsinoma
7. Transplantasi yang aktivator tinggi, kemudian mengalami rejeksi sehingga plasminogen
aktivator turun → plasmin turun
8. Obesitas→plasminogen activator ↓ → plasmin ↓
1 s/d 5 : plasminogen activator banyak dilepas  plasmin ↑ bleeding,
6 s/d 8 : trombosis  plasminogen activator tetep aktif (gangguan eliminasi)  plasmin ↑

PENYAKIT HATI LANJUT

1. Obstruksi saluran empedu, menyebabkan kegagalan absorbsi vit.K  sintesis faktor II,
VII, IX dan X ↓
2. Pada kerusakan hepatoseluler yg.berat  faktor V ↓, fibrinogen ↓ (produksi ↓ ) dan
plasminogen aktivator ↑ (hepar tidak dapat mengeliminasi)
3. O.k. adanya hipertensi portal  timbul pembesaran lien + hipersplenisme 
trombositopeni (+).
4. Terjadinya dysfibrinogenemia (+)
(fungsi fibrinogen abnormal)

Resultante dari 1 s.d 4 Kelainan Koagulasi (+)

PERDARAHAN

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 63


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
HIPERKOAGULABILITAS
(hypercoagulable state)

Keadaan dimana seseorang secara bawaan/didapat mempunyai kecenderungan yang


tinggi untuk terjadinya trombosis sebagai akibat adanya koagulasi yang meningkat
(hiperkoagulasi)
 Hiperkoagulasi : keadaan yang menyebabkan seseorang mudah terserang trombosis.

HIPERKOAGULABILITAS BAWAAN
o.k. defisiensi / struktur abnormal dari :
1. Protein S
2. Protein C
3. Anti-trombin 3
4. Plasminogen
5. Plasminogen aktivator
HIPERKOAGULABILITAS YANG DIDAPAT
Sebagai akibat sekunder dari keadaan2 :
1. Keganasan
2. Pasca operasi2 tertentu
3. Sindroma nefrotik
4. Kehamilan
5. Terapi hormonal
6. Adanya lupus antikoagulansia
7. D.I.C.
8. Arterio sklerosis/kelainan kardiovaskuler
9. Katub jantung/vaskuler buatan
10. Kelainan mieloproliferatif
11. Obesitas
12. Diabetes Mellitus dll.

TROMBO EMBOLI :

- Trombus yang mengikuti aliran darah


- Terdapat dalam :
o arteri
o vena
o kapiler
o bilik jantung
- Menutup pembuluh darah  Ischemia/ infarct
- Atau melekat pada dinding pembuluh darah  penyempitan pembuluh darah.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 64


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
MACAM2 TROMBUS :
1. PLATELET TROMBI :
Trombosit yang beragregasi + anyaman fibrin, terjadi pada sistem aliran darah dengan
arus cepat.
2. COAGULATION TROMBI :
Terdiri dari kumpulan sel darah merah + anyaman fibrin, terjadi pada pembuluh darah
yang mengalami “complete stasis”
3. MIXED PLATELET FIBRIN TROMBI :
Terdiri dari campuran kumpulan sel darah merah + trombosit + anyaman fibrin, terjadi
pada area dengan aliran darah arus lambat.

PROSES TERJADINYA  “TRIAD VIRCHOW”


I. Efek mekanik aliran darah
II. Perubahan komponen dalam darah
III. Perubahan dinding pembuluh darah

I. EFEK MEKANIK ALIRAN DARAH


Aliran darah normal : “laminar flow”
Aliran darah yang turbulensi  pembentukan trombus (+)
Aliran turbulensi dapat terjadi pada :
- kelainan katub jantung / vena
- kelainan tekanan darah
- gangguan irama jantung
II. PERUBAHAN KOMPONEN DARAH
1. Adanya bahan yang mengaktivasi platelet/faktor2 koagulasi
a. Pada neoplasma : bahan nekrotik ↑
b. Trauma otak yang > : brain tromboplastin >>
c. Bakteriemia : monosit/netrofil ↑  merupakan derivat tissue tromboplastin
d. Racun ular dll.
2. Defisiensi bahan yang dapat menginaktivasi bentukan aktif
a. Defisiensi Anti-trombin-3
- pada Diabetes Mellitus
- sindroma nefrotik
- sirosis hepatis

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 65


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
b. Defisiensi Protein C / Protein S.
faktor V & VIII tetap aktiv
3. Aktivitas fibrinolitik ↓ ( plasmin ↓ )
- keadaan2 dengan plasminogen aktivator ↓
- Defisiensi plasminogen
- Anti-plasmin ↑ : misal : penyakit ginjal

III. PERUBAHAN DINDING PEMBULUH DARAH


SEBAB-SEBAB :
1. MEKANIK :
1. Trauma langsung
2. Akut hipertensi
3. Nikotin
2.KIMIAWI :
1. hiperlipidemia
2. hiperglikemia
3. bahan2 kontras radiologi
4. Anoksia pembuluh darah

3. INFEKSI :
1. Bakteria (terutama gram negatif)
2. Endotoksin  merusak endotel
4. IMUNOLOGIS :
Adanya circulating immune complex

Mekanisme kontrol terjadinya thrombus


1. Aliran darah dan struktur endotel
2. Mekanisme “klirens”
3. Kerja trombin
4. Proses fibrinolisis
5. Inhibitor dalam tubuh

PENGOBATAN THROMBOSIS :
1. Antikoagulansia menghambat pembentukan fibrin
2. Obat antiplatelet  menghambat adesi dan agregasi
3. Obat fibrinolitik / thrombolitik  menghancurkan fibrin

OBAT ANTIKOAGULANSIA :
1. HEPARIN
2. ANTAGONIS VIT. K :
Derivat Coumarin
Derivat Inanedione

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 66


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
ANTICOAGULANSIA :
I. HEPARIN :
Bekerjasama dengan AT III untuk menginaktivasi Faktor IXa, Xa, XIIa dan trombin.
INDIKASI :
- Operasi jantung terbuka
- Dialisis ginjal
- Dosis rendah diberikan pada venous tromboemboli
II. DERIVAT COUMARIN :
Contoh : Warfarin
PRINSIP KERJA :
Sebagai antagonis Vit. K  mempengaruhi faktor2 koagulasi : II, VII, IX, X.
INDIKASI :
- Deep venous trombosis
- Pulmonary emboli
- Tx prevensi pada katub jantung buatan

OBAT ANTIPLATELET :
I. ASPIRIN :
- Agregasi platelet ↓
- Release reaction ↓
II. DIPYRIDAMOLE :
- Platelet adesi ↓
III. PG12 (Prostacyclin) :
- Agregasi platelet ↓
IV. SULPHIN PYRAZONE :
- Agregasi platelet↓

OBAT-OBAT FIBRINOLITIK / THROMBOLITIK :


1. STREPTOKINASE
2. UROKINASE

Tx. KASUS2 FIBRINOLITIK YANG MENINGKAT :


1. EACA (Epsilon Aminocaproic Acid)
2. TRANEXAMIC ACID
Cara kerja :
- Sebagai plasminogen aktivator inhibitor
- Sebagai anti-plasmin

TROMBOPLASTIN :
- Dapat dibuat dari beberapa sumber bahan : jaringan kelinci, jaringan sapi
- Metode tehnik pembuatannya bervariatif


This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 67


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
distandardisasi terhadap bahan referensi Internasional (standard human
thromboplastin) oleh ICHS (Internotional Committee of Hematology Standarization)

ISI
( INTERNATIONAL SENSITIVITY INDEX)

ISI : menggambarkan sensitivitas dari tromboplastin yang dipakai


ISI rendah : sensitivitas tromboplastin tinggi / sangat sensitif
( ISI : 1.0 – 1.8 )
ISI tinggi : sensitivitas tromboplastin kurang
( ISI : > 2 )

TX dengan antikoagulansia oral :


- Dipakai parameter INR (International Normalized Ratio) untuk monitoring Tx.
- Tidak dengan PPT karena tromboplastin yang dipakai bervariatif
RUMUS :
PPT PENDERITA ISI
INR =
Rata-rata PPT Normal

INR untuk ketentuan Tx ditentukan berdasar BSH (BRITISH SOCIETY OF HAEMATOLOGY)

Misal :
INR : 2 – 3 (low intensity) : untuk deep venous thrombosis dan emboli paru
INR : 3–4,5 (high intensity) : untuk mechanical heart valve dan recurrent thrombosis

PEMBULUH DARAH
Faktor Fisik & Biokimiawi pembuluh darah  NORMAL SIRKULASI

I. Faktor Fisik :
vaso konstriksi diatur otot
vaso dilatasi polos tunica
perubahan permeabilitas media

II. Faktor Biokimiawi :


Sekresi dari sel endotel & subendotel

ENDOTEL PEMBULUH DARAH


mempertahankan DARAH tetap “ CAIR “ = ANTI TROMBOTIK
aliran darah yang bergerak Normal, mencegah turbulensi & mencegah aktivasi trombosit &
koagulasi

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 68


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
SEL ENDOTEL :
I. Antitrombotik
1. Prostasiklin : cegah aktivasi platelet
merangsang vasodilatasi
2. Thrombomodulin : kerja prot. C
3. Heparan sulfat : mempercepat aktivitas AT 3
II. Pemicu Trombus (pemblh darah terluka)
1. Vaso konstriksi (komponen neurologis,
komp.myogenik, tromboksan-A2 & serotonin )
2. Tromboplastin Jaringan :
Dikeluarkan oleh jar. vaskuler yg mengalami “ injury” → koagulasi sistem ekstrinsik
3. Collagen faktor “ kontak” sistem intrinsik (XII, XI, Prekalikrein & Fitsgeral Faktor) dan
platelet
III.Pemicu Fibrinolisis & “Repair” Pemblh Darah :
1. Tissue Plasminogen Activator” (TPA) : merubah Plasminogen menjadi Plasmin →
Fibrinolisis
2. Mitogenesis Fibroblast & sel otot polos subendotel, bersama PDGF → proliferasi sel
endotel

NO :
Dihasilkan oleh sel endotel dari L-arginin oleh enzim NO sintase.
Fungsi Fisiologis :
- neurotransmisi sistem syaraf sentral & perifer
- pertahanan imunitas thdp infeksi mikro organisme
- modulasi irama vaskuler

PRODUKSI NO :
- Dipengaruhi “shear stress” peredaran drh
- Distimulasi aktivitas fisik
- Estradiol
- Asetil kholin
- ADP
- Bradikinin

NO :
1.Menghambat adesi trombosit pd endotel & agregasi trombosit
2.adesi monosit pada endotel
3.ekspresi MCP-1 (monocyte chemotactic protein - 1
4.induksi VCAM (molekul adesi sel vaskuler) oleh sitokin dan LDL teroksidasi
5.menghambat migrasi & proliferasi sel otot polos
6.permiabilitas endotel & irama vaskuler mengurangi masuknya lipoprotein
dan monosit kedalam dinding arteri dalam dinding arteri

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 69


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
DISFUNGSI ENDOTEL :
terjadi penurunan sintesis, pelepasan dan aktivasi NO berakibat :
1. permiabilitas vaskuler
2. adesi & infiltrasi monosit
3. sekresi molekul vaso aktif & inflamasi
4. adesi & agregasi trombosit
5. aktivitas prokoagulan
6. gangguan fibrinolisis +
TROMBOSIT

Diproduksi di sumsum tulang


Precursor : Megakaryoblast  Megakaryocyte  Platelet

KINETIKA & FISIOLOGI TROMBOSIT


• trombosit merupakan fragmen sitoplasma megakaryosit
• umur dalam sirkulasi darah 8 – 10 hari
• + 15% terpakai tiap hari
• jumlah normal dalam sirkulasi 150.000 - 400.000/ml
• + 1/3 total massa trombosit terdapat dalam lien (disimpan dalam limpa : 24-36 jam)
• Trombosit darah tepi : 2/3 berada dlm sirkulasi dan 1/3 disimpan & dihancurkan di
limpa
• Sumsum Tulang Dewasa Normal : 6 x 10 6 megakariosit /kg BB
• 1 Megakariosit menghasilkan : 35.000 trombosit/ul darah/hari

STRUKTUR TROMBOSIT
• Berbentuk discoid
• Diameter : 2-4 µm, volume 5-12 fl
• Fragmen dari sitoplasma megakaryocyte  tidak punya inti

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 70


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
• Sitoplasma platelet mengandung :
 Mitochondria : untuk metabolism anerobik
 Glikogen : untuk proses glikolisis anerobik
 Granula-granula spesifik : untuk proses koagulasi :
• Dense Granula : mengeluarkan Calcium, Fosfat, ADP, ATP, Serotonin
• Alfa Granula : mengeluarkan PF-4, beta tromboglobulin, Fibrinogen,
faktor V & XI, Protein S, Trombospondin, Platelet derived growth factor,
Platelet Factor IV ( heparin inhibitor, Faktor VIII Von Willebrand
• Lisosome Granula : mengeluarkan enzim-enzim hidrolitik
Sitoplasma merupakan system kanalikuli berhubungan dengan permukaan trombosit
Terdiri dari mikrotubuli  mempertahankan btk.diskoid
Mikrofilamen : berperan dlm.mekanisme kontraksi perubahan btk trombosit,
pembentukan pseudopodia

• membran trombosit kaya fosfolipid a.l. : asam arakidonat (ArA)


 merupakan bahan baku untuk :
-endoperoksida siklik
-tromboksan A2 (TxA2)
 merupakan Agonis agregasi trombosit

• Pada membran trombosit terdapat glikoprotein yang merupakan reseptor terhadap


protein plasma tertentu dan berperan dalam interaksi dengan jaringan subendotel
platelet yang lain (proses kontraksi, adesi, maupun agregasi)
misalnya : GP Ia dengan kolagen
GP I dan V : reseptor thrombin
GP Ib : reseptor faktor von Willebrand

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 71


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
GP IIb, IIIa : reseptor fibrinogen

• pada membran trombosit juga terdapat fosfolipid yang berperan pada proses aktivasi
prokoagulan (PF3) dan proses metabolisme asam arakidonat
• didalam trombosit terdapat granula :
- alfa-granule : PF4, β-trombomodulin, fibrinogen, fVW
- “ dense bodies” : ADP, serotonin, Ca, ATP, nor epinefrin
-lisosom : enzim hidrolitik
lepas bila trombosit mengalami rangsangan (aktivasi)

ZAT-ZAT YANG DIKELUARKAN PLATELET (PROSES “PLATELET RELEASE”) :


1. Zat yang merangsang agregasi : ADP, Ca, Fibrinogen
2. Zat penyebab terjadinya koagulasi / pembekuan : Faktor V, Fibrinogen, Platelet Faktor 3
3. Zat penyebab penurunan permeabilitas pembuluh darah : Enzym-enzym Lososym
4. Zat yang memperkuat tonus pembuluh darah : Serotonin, Tromboksan

Sifat penting : Mampu adakan adesi terhadap permukaan asing dan agregasi terhadap platelet-
platelet yang lain bila ada rangsangan spesifik.
Daya hidup platelet 3 – 10 hari
Platelet selalu adakan orientasi bentuk dalam aliran darah dan bergerak berotasi sekitar
axisnya.
Dalam keadaan inaktif : Pada saat bersinggungan dengan darah / sel-sel darah lain, tak
terdapat interaksi.
Dalam keadaan aktif : Platelet akan mengalami viscous metamorphosis membentuk
Pseudopodia

bentuk jonjot2

melekat pada tiap permukaan asing (endotel, platelet2 lain, sel2 tumor, bakteria, virus dll)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 72


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Diagram Metabolisme Asam Arasidonat

Fosfolipid Membran Trombosit Fosfolipid Membran Endotel


FOSFOLIPASE A-2
ASAM ARASIDONAT ASAM ARASIDONAT
SIKLO-OKSIGENASE
PGG2,PGH2 PGG2, PGH2
Prostasiklin sintetase
PGF2a, PGH2 TXA2
Tromboksan PGI2
Sintetase
TXB2
+ TROMBOSIT ( -)
+ : Merangsang agregasi trombosit
- : Anti agregasi trombosit

- PGI 2 = Prostasiklin
- PGE 2 = Prostaglandin E-2
- GF2a = Prostaglandin F-2 a
- TXA-2 = Tromboksan A-2 (labil)
- TXB-2 = Tromboksan B-2 (stabil)

FUNGSI PLATELET / TROMBOSIT :


1. Menjaga integritas pembuluh darah
2. Menghentikan perdarahan dengan membentuk platelet plug
3. Stabilisasi hemostatic plug dengan mengikut sertakan Platelet Faktor-3 dalam sistema
koagulasi untuk membentuk fibrin.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 73


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
4. Menstimulasi migrasi dan otot polos pembuluh darah dengan dilepaskannya mitogen
dari granula-granula platelet.

AKTIVASI TROMBOSIT :

PERUBAHAN BENTUK
PROSES ADESI
PROSES AGREGASI
PROSES SEKRESI

FAAL TROMBOSIT / PLATELET :


1. Adesi Trombosit
Sel platelet adakan adhesi pada dinding pemb.darah yang rusak setelah bersentuhan
dengan jaringan collagen/ membran basalis pemb.darah.
2. Agregasi trombosit primer
Sel platelet melekat satu sama lain tetapi masih reversibel
3. Reaksi pelepasan (release reaction)
Bahan dalam granule sub celluler trombosit akan dilepas a.l. ADP, Serotonin,
Mitogen, PF-3, PF-4, Tromboglobulin dll.
4. Agregasi trombosit sekunder :
Terbentuk platelet plug yang permeable
5. Retraksi
Trombosit dalam platelet plug mengalami kontraksi dan jadi non-permeable.

PROSES ADESI
Proses dimana terjadi perlekatan trombosit pada permukaan asing → jaringan ikat sub-
endotel
Melibatkan Glikoprotein Ib
Melibatkan Faktor von Willebrand

PROSES AGREGASI
Proses dimana terjadi ikatan trombosit-trombosit
Ikatan antara agonis → reseptor
Pelepasan ADP dari dense granula memaparkan reseptor GpIIb/IIIa
Fibrinogen → berikatan dengan GpIIb – IIIa → AGREGASI PRIMER
Perlu ion kalsium
Perlu ATP untuk energi → dari glikolisis (terutama) dan fosforilasi oksidatif
Agregasi primer tidak diikuti rangsangan selanjutnya → reversibel
Rangkaian reaksi → asam arasidonik jalur prostaglandin Tx A2 yang dihasilkan
memperkuat agregasi → agregasi sekunder disertai sekresi bahan-bahan dari granula-
granula → ADP, serotonin, Ca++ → memperkuat agregasi selanjutnya.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 74


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
YG.BEREDAR

BILA TERJADI KERUSAKAN PEMBULUH DARAH


• trombosit akan melekat (adhesi) pada jaringan subendotel yang terekspos
• adhesi trombosit dimediasi oleh :
f.v.W : (GP.Ib–IX) – f.v.w – (jar. subendotel)
GP.Ia : (GP.Ia) – (kolagen)
• adhesi menyebabkan pelepasan ArA dimetabolisme menjadi : endoperoksida siklik +
TxA2

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 75


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
• endoperoksida siklik, TxA2 & Trombin : merangsang pelepasan ADP dari granula
trombosit
• TxA2 , Trombin & ADP :
 aktivasi GP IIb – IIIa
 menjadi reseptor fibrinogen (FI)
• FI melekat pada GP IIb – IIIa trombosit-trombosit yang berdekatan agregasi trombosit

PERAN KLINIK
• adhesi dan agregasi trombosit berperan dalam penghentian primer terhadap
pendarahan disebut “ PRIMARY HEMOSTASIS “
• kelainan jumlah (atau) dan atau kelainan fungsi (adhesi dan atau agregasi)
dapat menyebabkan pendarahan, misalnya : epistaksis, menoragia, pendarahan gusi
• pada defisiensi yang berat : pendarahan spontan
misalnya : pada CNS, GI tract, UG tract
bisa juga terjadi pada gangguan koagulasi
• trombopenia berat : petechiae, vaskulopati, purpura
• trombositosis disertai gangguan fungsi : petechiae, purpura
• hemartrosis terjadi pada gangguan koagulasi

KELAINAN/GANGGUAN TROMBOSIT

 GANGGUAN JUMLAH
1. TROMBOSITOSIS
- trombositosis primer (Trombositosis esensial)
- trombositosis sekunder (Trombositosis reaktif)
2. TROMBOSITOPENIA
- penurunan produksi
- peningkatan destruksi
- gangguan distribusi

 GANGGUAN FUNGSI
1. gangguan adesi
a. von Willebrand disease
b. Bernard Soulier Syndrome
2. gangguan agregasi
a. Trombastenia
b. Gangguan ginjal
c. Kelainan myeloproliferatif
d. Obat-obatan

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 76


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
A. TROMBOSITOPENIA :
1. Kegagalan produksi trombosit
a. Obat / Virus / Kimia  Depresi Megakaryocyt
b. Kegagalan sumsum tulang
- Anemia aplastik
- Leukemia
- Myelosklerosis
- Infiltrasi Ca
- Megaloblastik anemia
2. Destruksi trombosit yang meningkat
a. ITP (Imune Thrombocytopenic Purpura)
b. Drug induced trombocytopenia
c. DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
3. Distribusi abnormal trombocyt : spleenomegaly
4. Dilusi : Massive transfusi dengan darah simpan lama
5. Dengue Hemorrhagic Fever

KEGAGALAN PRODUKSI TROMBOSIT :


 Kelainan Kongenital
- Wiskott – Aldrich
- May – Hegglin
- Bernard – Soulier
- Gray Platelet
- Alport Syndrome

 Kegagalan Sumsum Tulang


 Depresi pada megakariosit :
- Obat-obatan : Kloramfenikol Sitostatika
- Bahan Kimia :Insektisida, alkohol
- Infeksi Virus : Rubella, Rubeola, Cytomegalovirus
- Radiasi
 Anemia aplastik

 Trombopoiesis yang In-efektif


 Anemia megaloblastik
 Paroxysmal noctural hemoglobinuria (PNH)
 Defisiensi trombopoietin
 Anemia kurang besi yang berat
 Prelekemia

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 77


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
 Infiltrasi sel-sel ganas, bahan radiasi, zat kimia, bahan infeksius ke Sumsum Tulang
 Lekemia
 Metastasis carcinoma
(Ca Mammae ; Ca Prostat)
 Mielofibrosis
 Limfoma
 Mieloma multipel
 TBC Miliar

DESTRUKSI TROMBOSIT
 IMUNOLOGIS
 Trombositopenia imun primer
ITP = Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura
= Immune Thrombocytopenic
Purpura
 TROMBOSITOPENIA IMUN SEKUNDER
Infeksi HIV (Human Imunodeficiency Virus) 25% penderita AIDS →
trombositopenia imun
Infeksi virus lain : mononucleosus infectiosa, parotitis
Kelainan limfoproliferatif : CLL (Chronic Lymphocytic Leukemia), Hodgkin’s
Lymphoma
SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
 Pasca Transfusi : Post Transfusion Purpura
 KELAINAN FUNGSI TROMBOSIT :
 Herediter :
Trombasthenia (Glanzmann’s disease)
Kegagalan platelet agregasi primer
Bernard Soulier Syndrome
Kegagalan adesi
Von Willebrand disease
Kelainan adesi / agregasi
 Acquired
Aspirin terapi
Kelainan release reaksi dan agregasi
Waldenstrom’s disease / multiple myeloma
Uremia
Penyakit hepar

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 78


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
TROMBOSITOSIS PRIMER
= Trombositosis (trombositemia) esensial
 merupakan bagian dari penyakit mieloproliferatif (MPD)
SEBAB-SEBAB :
I. REACTIVE THROMBOCYTOSIS :
- Defisiensi besi chronis
- Infeksi dan keganasan
- Splenektomi
- Obat-obatan : Vinca alkaloid, Miconazole
- Perdarahan, anemia hemolitik
II. AUTONOMUS TROMBOCYTOSIS
- Essensial Trombocytosis (Trombositemia)
- Myeloproliferative Disease (Polycytemia Vera, CML, Myelofibrosis

Kriteria diagnosis :
• tidak ada bukti penyebab trombositosis reaktif
• jumlah trombosit > 600.000/ml pada 2 x pemeriksaan
• splenomegali (50-65% kasus)
• Hb, PCV, massa eritrosit normal
• cadangan besi dalam Su-tul cukup
• Philadelphia Khromosom +
• fibrosis Su-tul + /minimal
Hematologi :
- jumlah trombosit > 600.000/ml ( sering > 1 juta/uL) pada 2 x pemeriksaan
- Hb, PCV, massa eritrosit normal
- lekositosis > 10.000 /mL (25-40%)
- gangguan agregasi trombosit dengan agonis : adrenalin, ADP, trombin.
- su-tul hiperseluler : Megakaryosit meningkat
Fibrosis minimal / +
Kimia Klinik :
- pseudo hiperkalemia
- pseudo hiperkalsemia
- pseudo hipoksemia
- hiperurisemia
- LDH ↑

PENYEBAB TROMBOSITOSIS REAKTIF


- post Splenektomi
- defisiensi besi khronik
- penyakit neoplastik
- infeksi / inflamasi khronik
- pasca operasi
- penyakit mieloproliferatif lain (PV, CGL)
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 79
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
TROMBOSITOPENIA
• jumlah trombosit < 150.000 / ml
• Hemostasis normal : > / = 100.000/ml
• Perdarahan pada tindakan pembedahan : 50.000/ml
• Bila tidak ada gangguan fungsi, trombosit 50.000 – 150.000 / ml → gejala klinik (-)
• Perdarahan spontan (petechiae, hemarthros, hipermenorhe, perdarahan mukosa) : <
20.000/ml
• Perdarahan spontan yang masif dan fatal : 5.000/ml

OBAT-OBAT  TROMBOSITOPENIA
1. Depresi / Penekanan selektif pada megakariosit
2. Proses Imunologis
 DEPRESI PADA MEGAKARIOSIT
Kloramfenikol
Obat-obat anti-inflamasi non steroid
Sitostatika
Thiazide

OBAT2 TROMBOSITOPENIA IMUN :


Carbamazepine PAS (Para-Amino Salisilat)
Chlorothiazide Penicillin
Heparin Quinine
Hydroxychloroquine Quinidine
Methyl dopa Rifampicin
Phenothiazine Sulphonamide

Trombositopenia terjadi karena :


A. Peningkatan Destruksi Trombosit
1. (Auto)immune Thrombocytopenic Purpura
2. gangguan imunologis lain
- pengaruh obat-obatan
- SLE
- penyakit limfoproliferatif
- infeksi HIV 1
- pasca transfusi
3. non-imunologis
- DIC
- Septikemia bakterial
- TTP + HUS
- pengaruh etanol
- pendarahan berat
- toksemia
- penyakit heriditer

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 80


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
B. Gangguan Produksi
- hipoplasia / aplasia su-tul
- invasi sel-sel ganas ke su-tul
- sindroma dismielopoitik
C. Gangguan Distribusi
- hipersplenisme

IDIOPATHIC THROMBOCYTOPENIC PURPURA


(ITP)

• thrombosit + autoantibody sensitisasi trombosit


 destruksi trombosit di Lien meningkat
 produksi trombosit di sutul berkurang
• gejala klinik
- perdarahan akibat trombositopeni
- pembesaran kelenjar, hepar, Lien (-)
- pada anak-anak self limiting dalam 3 – 6 bulan
- pada dewasa : 10 – 15% remisi spontan
Gambaran lab.
- jumlah trombosit ↓
- jumlah sel darah lain : normal
- sutul normal
- anti platelet Ab tak banyak manfaat, sering (+) palsu
Drug Induced Thrombocytopenia
- terutama : . quinidine / quinine
. sulfonamide
. heparin
. sediaan emas
- Diagnosis : respons terhadap penghentian obat
- Antibodi :
. anti quinidine heparin (+)
. anti heparin (+)
. anti gold (-)

TROMBOSITOPENIA
• SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS & LYMPHOMA
- mekanisme : imunologis
- respons tehadap: - splenektomi (+)
- steroid (+)
seperti pada I T P
• Infeksi HIV
respons (+) thd :

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 81


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
- Azidothymidine (AZT)
- corticosteroid
- gamma globulin intravenous
- splenektomi
seperti pada ITP
TROMBOSITOPENIA PASCA-TRANSFUSI
. terjadi 5 – 10 hari setelah transfusi
. terutama pada wanita yang pernah
- hamil
- mendapat transfusi

TROMBOSITOPENIA PADA DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION ( DIC )


. Jumlah trombosit menurun
. Tes koagulasi memanjang
. FDP / D-dimer meningkat

THROMBOTIC THROMBOCYTOPENIC PURPURA ( TTP )


dan HEMOLYTIC UREMIC SYNDROME ( HUS )
- akibat kerusakan endotel pembuluh darah kecil
- diagnosis didasarkan atas
- trombositopenia dengan jumlah megakaryosit normal atau tinggi pada sutul
- anemia hemolitik mikroangiopatik
- fragmentosit (+) / burr cells (+)
- LDH meningkat
- demam
- gagal ginjal
- gangguan kesadaran

TROMBOSITOPENIA ALKOHOLIK
. jumlah trombosit bisa 10.000–20.000/ml
. mekanisme :
- supresi produksi trombosit
- umur trombosit memendek
. megakaryosit dalam sutul (+)
. jumlah trombosit kembali normal 5 – 10 hari setelah alkohol dihentikan
TROMBOSITOPENIA juga bisa terjadi PADA
- Pendarahan massif
- transfusi darah simpan
TROMBOSITOPENIA PADA TOKSEMIA
. 15 – 20 % TOXAEMIA GRAVIDARUM
. sering disertai dengan
- anemia hemolitik mikroangiopatik
- peningkatan enzim-enzim hati

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 82


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
disebut : HELLP Syndrome
-Hemolysis
-Elevated Liver enzyme,
-Low Platelet count.

KELAINAN FUNGSI TROMBOSIT YANG DITURUNKAN


Kelainan jaringan kolagen pembuluh darah :
SINDROMA EHLERS-DANLOS
Otosomal Dominan
Jaringan kolagen berkurang
Fragilitas pembuluh darah
Kegagalan adesi pada jaringan kolagen pembuluh darah.
Waktu perdarahan meningkat
BERNARD - SOULIER :
Otosomal - Resesif
Defisiensi GPIb
Defisiensi Faktor V, X
Kelainan adesi
Giant platelets
Agregasi terhadap Ristocetin (-)
Waktu Perdarahan ↑
GLANZMANN :
Otosomal – Resesif
Defisiensi GPIIb – IIIa
Ikatan fibrinogen pada trombosit terganggu
Agregasi abnormal (kecuali Ristocetin)
Retraksi bekuan (-)
Waktu perdarahan ↑
Kelainan Adesi

PENYAKIT VON WILLEBRAND :


Otosomal - Dominan
Defisiensi faktor von Willebrand
Kelainan adesi
Agregasi terhadap Ristocetin (-)
Waktu Perdarahan ↑
STORAGE POOL DISEASE
Defisiensi dense dan / alpha granula
Pelepasan ADP, serotonin terganggu

KELAINAN FUNGSI TROMBOSIT YANG DIDAPAT


Obat-obatan : Aspirin, Indometasin, Fenilbutason, Sulfinpirasin, Penisilin, dll.
Dishemopoiesis :

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 83


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Mieloproliferatif : - Essential Thrombocythemia
Polycythemia Vera
Paroxysmal Noctural Hemoglobinuria
Lekemi : AML dan CML
Otoimun :
ITP
SLE
Infeksi :
Virus, Bakteria
Paraproteinemia :
Multiple Myeloma
Waldenström’s Macroglobinemia
Uremia
Penyakit Hepar : Cirrhosis
Hipotiroidi

TROMBOSITOPENIA HERIDITER
1. Wiskott-Aldrich syndrome
- trombositopenia berat
- ukuran trombosit kecil-kecil
- respon baik terhadap splenektomi
- sifat x-Linked resesif
2. Bernard-Soulier syndrome
- autosomal resesif
- “giant” trombosyte (+)
- defisiensi GP Ib → gangguan fungsi
3. May-Hegglin anomaly
- autosomal dominant
- giant thrombocyte (+)
- dohle bodies (+)

GANGGUAN FUNGSI TROMBOSIT


I. KONGENITAL
- riwayat pendarahan muko-kutaneus (+) : epistaksis, menoragia, pendarahan gusi dll
- jumlah dan ukuran trombosit : normal
- tes penyaring koagulasi plasma : normal
contoh :
- Bernard – Soulier Syndrom : GP.Ib (-)
- von Wille Brand’s disease : vWf (-)
- tromboastenia Glanzman : GP IIb-IIIa (-)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 84


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
II. DAPATAN
1.Penyakit mieloproliferatif
* kecenderungan pendarahan ada hubungan dengan trombositosis bila jumlah
trombosit diturunkan, maka pendarahan akan menurun.
* pada Mielofibrosis : kelainan membran & granula trombosit
* Agregasi abnormal terhadap epinefrin, ADP & kolagen
2. Uremia
* gangguan agregasi terhadap epinefrin, ADP & kolagen
3. Disproteinemia
* protein-protein abnormal pada mieloma multipel, penyakit waldenstrom
4. Pintas jantung - paru
* menyebabkan trombositopenia dan kerusakan granula trombosit.
5.Obat-obatan
* asetosal ,NSAID dosis kecil
 gangguan sintesis endoperoksida

OBAT/BAHAN YANG MEMPENGARUHI FUNGSI TROMBOSIT


1. Obat-obat yang menghambat sintesis tromboksan
- Inhibitor enzim cyclo-oxygenase
. Aspirin
. NSAID : Indomethazin, Phenylbutazone, Sulfinpyrazone, Piroxicam,
Meclofenamic Acid,
2. Antagonis reseptor ADP
- Gol. Thienopyridine : Ticlopidine ( Ticlid ), Clopidogrel / Plavix
3. Antagonis reseptor GP IIb / IIIa
- Abciximab ( ReoPro ), Tirofiban ( Aggrastat ), Eptifibatide ( Integrilin )
4. Obat-obat yang meningkatkan cAMP
- Aktivator adenylate cyclase
. Prostacycline
- Inhibitor phoshodiesterase
. Dipiridamole, Cilostazol, Methylxanthine, Caffeine, Theophylline,
Aminophylline
- Nitric oxide
5. Antimikroba
- Pennicilin (Carbenicillin, Pennicilin G, Ampicillin, Ticardicillin, Nafcillin, Azlocillin,
Mezlocillin)
- Cephalosporin (Moxalactam, Cefotaximine)
- Nitrofurantoin
- Hydroxychloroquine
- Amphotericin
6. Obat-obat Kardiovaskuler
- Beta blocker (Propanolol)
- Vasodilator (Nitroprusside, Nitroglycerin)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 85


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
- Diuretika (Furosemide, Hydrochlorthiazide, Spirinolactone)
- Calcium channel blockers (Verapamil, Nifedipine, Diltiazem)
- Quinidine
7. Antikoagulansia
- Heparin, Coumadin
8. Obat-obat Trombolitik
- Streptokinase, Tissue plasminogen activator, Urokinase
9. Obat-obat Psychotropic dan Anestesia
- Tricyclic antidepressant
• Imipramine, Amitryptiline, Nortriptyline
- Phenothiazine
• Chlorpromazine, Promethazine, Trifluoperazine
- Anestesia lokal (Procaine, Xylocaine, Lidocaine)
- Anestesia general (Halothane)
10. Obat-obat Sitostatika
Mithramycin, Daunorubicin, Fludarabine
11. Lain-lain
- Ethanol *
- Rokok *
- Asam lemak jenuh *
- Dextran
- Lipid lowering agents (Clofibrate, Halofenate)
- Antihistamin : (Antazoline, Chlorpheniramine, Azatadine, Clemastine Fumarate)
- Eicosapentaenoic Acid
- Vitamin E
- Bahan kontras radiologi
- Bahan makanan (Bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, cengkeh, ginko)
CATEGORIES OF PLATELET DYSFUNCTIONS

Type Etiology Typical disorders

Acquired Blood plasma inhibitor Uremia, pernicious


anemia, liver disease
Drug induced Aspirin
Hereditary Defect von Willebrand’s disease
connective tissue
or coagulation
factors
Structural or Bernard Soulier
biochemical syndrome
defects of Glanzmann’s
platelets thromboasthenia

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 86


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Selected Lab.tests for Platelet Dysfunctions

Agregation Release
Disorder Bl. Tm.
Clot Retr.
Adh. ADP RISTC of ADP
v.W. disease
i > ↓ N i /N N
Glanzmann’s
(-) > (-) (-) N N
Storage
disease N > N > N i

Inherited Platelet Dysfunction.


Surface membrane defects
Bernard-Soulier syndrome
Glanzmann’s thromboasthenia
Collagen receptor defect
Platelet type von Willebrand’s disease
Defects of granule storage
Alpha granule deficiency
gray platelet syndrome
Dense granules
- Wiskott-Aldrich Syndrome
- Hermansky-Pudlak Syndrome
- Chediak-Higashi Syndrome
- TAR baby Syndrome

PEM. LAB. UNTUK KELAINAN TROMBOSIT

PENGHITUNGAN JUMLAH TROMBOSIT

EVALUASI HAPUSAN DARAH

Jumlah trombosit ↓ Jumlah tromb. Normal


1. Evaluasi sumsum tulang 1. Waktu perdarahan
2. Antibodi terhadap trombosit 2. Agregasi trombosit
3. Retensi Trombosit
3. Pem. untuk DIC 4. Platelet Factor 3
5. Penentuan F VIII

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 87


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
MENGHITUNG JUMLAH TROMBOSIT :
1. MANUAL :
* Dengan kamar penghitung (Improved Neubauer),
memakai larutan pengencer Rees Ecker
* Secara tak langsung dengan cara mengevaluasi
hapusan darah
2. CELL COUNTER (cara automatisasi)

PEMERIKSAAN MASA/WAKTU PERDARAHAN


1. Cara DUKE
2. Cara IVY

PEMERIKSAAN LAB GANGGUAN TROMBOSIT


PENDARAHAN MUKOKUTANEUS

JUMLAH TROMBOSIT

N/↑ ↓

TES FUNGSI TROMBOSIT EVALUASI SUTUL


Ab anti-Trombosit
Pemeriksaan DIC
PLATELET Function TESTS
1. Capillary Resistance Test
- test of Hess
- tourniquet test
- Rumple-Leede’s test
2. Bleeding Time
- with & without aspirin
3. Clot Retraction
4. Platelet Adhesion
5. Platelet Aggregation
6. Antiplatelet Antibody

Tes Rumpel-Leede
(Tes Tourniquet = tes resistensi kapiler )
• Digunakan utk mengetahui kelainan
-vaskuler (resistensi kapiler)
-trombosit (terutama jumlahnya)
• Pada trombositopenia tes ini sering positif
• Tes ini bisa positif walaupun BT-nya normal

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 88


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Alat : Tensimeter
• Teknik :
- pasang tensimeter dgn tekanan antara Sistole dan Diastole, maks 100 mmHg
Pertahankan 5 menit .
- setelah 5 menit, lepaskan bendungan
hitung jumlah petechiae yg terbentuk
Cara penilaian :
I . Hitung petekhia pada area (Ø 5 cm), volar antebrachii 5 cm distal fossa cubiti / siku , 5 menit
setelah bendungan dilepaskan
Normal : petekhiae ≤ 5.
II. Setelah bendungan dilepaskan, tunggu 15 menit, kemudian periksa volar lengan bawah :
- ada < 10 petekhiae = negatif
- ada 10-20 petekhiae = meragukan
- ada > 20 petekhiae = positif
III. Setelah bendungan dilepaskan, tunggu 15 menit  periksa lengan bawah :
- bila ada ≤ 5 petekhiae = negatif
- ada > 5 petekhiae dibag.volar = positif-1
- banyak petekhiae dibag.volar = positif-2
- banyak petekhiae dibag.volar & dorsal = positif-3 - bila petekhiae bergabung (konfluasi)
= positif-4

MASA PERDARAHAN
(BLEEDING TIME)

• Yaitu waktu yg terukur sejak


-timbulnya sampai berhentinya pendarahan
-dari luka standar yg dibuat pada kulit
• Menilai : - fungsi vaskular ,
- jumlah trombosit
- fungsi trombosit
• Metode pemeriksaan :
- Metode DUKE
- Metode IVY / TEMPLATE

Metode Metode
DUKE IVY / TEMPLATE

Alat Lancet steril Lancet steril / template


Tensimeter (40 mmHg)

Lokasi Cuping telinga Volar antebrachii


1 luka standar 2 luka-standar

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 89


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
(6x1 mm, jarak 1 cm)

Normal 1-3 menit 1-7 menit

Teknik Duke :
• Desinfeksi cuping telinga (lobulus auricularis) dengan alkohol 70% (bebaskan cuping dari
perhiasan, rambut)
• Tegangkan cuping, tusuk dengan lancet steril tegak lurus pada tepi bawah cuping .
• Bila darah mulai tampak, jalankan stopwatch atau catat waktunya
• Tiap 30 detik selanjutnya, hisap tetesan darah dengan kertas saring (jangan menyentuh
kulit) sampai tak ada lagi bercak darah pd kertas saring .
• Catat waktu berhentinya perdarahan sebagai Masa Perdarahan (atau lebih praktis
dengan menghitung jumlah bercak darah pada kertas saring dan mengalikannya dengan
30 detik)
• Catatan :
hati-2 pd trombositopenia (< 50 x 109/L) perdarahan pd Bleeding Time sukar berhenti
.
Pada BT yg ↑ lanjutkan dgn pemeriksaan Agregasi Trombosit .

CARA IVY
Pasang tensimeter pada lengan atas dipertahankan 40 mmHg
Disinfeksi bag. Volar lengan bawah
Tusukkan lancet sedalam +/- 3 mm
Bila tampak darah keluar → stopwatch ditekan
hisap tetesan darah dengan kertas saring tiap 30 detik
Hentikan stopwatch, pada waktu darah berhenti menetes
Harga Normal : 2 – 6 menit

TES RETRAKSI BEKUAN (CLOT RETRACTION)

• Tujuan :
mengukur kemampuan bekuan darah untuk melakukan retraksi (mengkerut)
 lepas dari dinding tabung dan
menghasilkan serum.
• Normal :
2 jam setelah membeku → retraksi sebagian
Setelah 24 jam → retraksi lengkap
• Retraksi bekuan sangat dipengaruhi jumlah & fungsi trombosit

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 90


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Prosedur :
• Hasil Clotting Time setelah membeku :
-biarkan dalam waterbath 370C selama 2 jam
- bila retraksi ( + )→ laporkan .
- bila belum ada retraksi teruskan  laporkan kapan terjadi retraksi
maksimal 24 jam → laporkan retraksi (+/ -)

Modifikasi McFarlane :
• Ambil 5 ml darah vena (catat waktu saat darah tampak pada pangkal jarum),
• masukkan dalam tabung-sentrifus berskala dan tempatkan kawat-berkait didalamnya
• Inkubasi dalam waterbath 370C sampai 1 jam setelah membeku sempurna
• tarik kawat dari tabung hingga seluruh bekuan terangkat keluar .
• Biarkan beberapa saat sampai tidak ada lagi serum menetes dari bekuan .
• Ukur volume serum  dibandingkan terhadap volume darah semula (5 ml)  nyatakan
dalam %
• % retraksi bekuan = (volume serum : 5) x 100%
• Normal : % retraksi bekuan = 48 – 64% / jam 1

TES RETENSI TROMBOSIT

• Untuk mengukur fungsi adhesi


• Darah heparin → pipa plastik berisi butir-butir gelas
• % Trombosit yang tertinggal dihitung
• Tidak murni → kelainan adesi
• Faktor von Willebrand, fibrinogen, pelepasan ADP, Ca2+

RETENSI TROMBOSIT ABNORMAL


• Bernard-Soulier
• Glanzmann
• von Willebrand
• Afibrinogenemia

TES AGREGASI TROMBOSIT (TAT)

Guna TAT : untuk mengetahui kelainan fungsi trombosit, baik yang diturunkan maupun yang
didapat.
67 % trombosit ada dalam sirkulasi
35 % di dalam lien
Jumlah trombosit normal : 150.000 – 400.000 /mm3

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 91


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Tahap Pembentukan Sumbat Trombosit :
1. Adhesi trombosit : perlekatan trombosit pada jaringan kolagen, diperantarai oleh
protein plasma VWF yang disintesis oleh sel endotel dan megakariosit
2. Agregasi trombosit : perlekatan trombosit dengan trombosit lain, diperantarai oleh
ADP, ion kalium dan fibrinogen
3. Reaksi pelepasan

Prinsip : penambahan bahan aggregator (kolagen, thrombin, ADP, epinefrin, asam arakidonat,
ristocetin) pada suspensi plasma kaya trombosit/PRP (platelet rich plasma) akan menimbulkan
gumpalan trombosit sehingga plasma lebih jernih dan transmisi cahaya makin banyak.
Fenomena ini dapat diamati secara fotometrik (spektrofotometer)

Bahan Agregator yang sering dipakai : kolagen, epinefrin/adrenalin, ADP, asam arakidonat,
ristocetin

Persiapan penderita : tidak minum aspirin/obat2 yang mempengaruhi trombosit selama 7-10
hari sebelum pemeriksaan.

Sampling :
• Darah vena dengan semprit plastic dan jarum 19 G sebanyak 9 ml dimasukkan ke dalam
tabung sentrifus polypropylene/plastik atau tabung gelas yang sudah dilapisi silicon
berskala (10 ml) yang mengandung 1 ml Na Citrate (3,8% trisodium citrate penta
hydrate)
• Tutup tabung dengan pafafin dan campur dengan membolak-balik dengan hati-hati

Pembuatan :
PRP : sentrifus 1000 rpm (10-15 menit) pada suhu kamar 20-22oC, pipet plasma dan gunakan
dalam waktu < 3 jam.
PPP : sentrifus sisa darah pada 3000 rpm selama 20 menit

Prosedur :
1. Siapkan bahan aggregator
2. Hidupkan agregometer 30 menit sebelum pemeriksaan untuk menghangatkan heating
block sampai 37oC dan atur kecepatan pengaduk pada 900 rpm
3. Kalibrasi alat dengan PRP dan PPP dengan volume masing-masing 0,4 ml untuk
mendapatkan gambaran agregasi minimal dan maksimal 10%-90%. Sebelum dikalibrasi,
PRP dan PPP diinkubasi 37oC selama 1 menit, lalu masukkan magnetic stirrer
kedalamnya.
4. Tambahkan 0,04 ml bahan aggregator ke kuvet PRP, rekam respon trombosit selama 3
menit
5. Ulangi prosedur di atas untuk bahan aggregator lain. Bila reaksi pelepasan tidak terjadi,
naikkan konsentrasi aggregator sampai didapakan respon yang diharapkan.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 92


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Interpretasi :
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pola agregasi trombosit :
1. Persentasi agregasi maksimal : derajat perubahan transmisi cahaya yang timbul setelah
pemanbahan bahan aggregator disbanding transmisi cahaya pada PRP dan PPP (dengan
asumsi transmisi PRP=100% dan PPP=0%
2. Fase primer : respon awal terhadap bahan aggregator trombosit
3. Fase sekunder : agregasi lanjutan sebagai respon dari reaksi pelepasa ADP endogen
4. Persentasi disagregator : persentasi dari penurunan agregasi maksimum dalam kurun
waktu 10 menit
5. Slope : naiknya dalam mm kurva gelombang yang paling curam dalam 30 detik
6. Indeks agregasi
7. Penambahan aggregator

Faktor-faktor yang mempengaruhi TAT :


1. Antikoagulan : peningkatan jumlah kecil citrate dalam plasma akan menghambat
agregasi, jika ke-3 bahan fisiologis agregator ditambah sebagai aggregator
2. pH : agregasi maksimal pada pH 7,4-8,0, hanya perubahan bentuk trombosit terjadi di
bawah 6,4 atau > 10. Jika pH 8 maka gelombang sekunder tidak terjadi.
3. Efek penyimpanan PRP : penyimpanan PRP dengan konsentrasi atmosfer CO2 5%, reaksi
trombosit dapat bertahan sampai 4 jam
4. Pengaduk : ukuran dan bentuk bahan pengaduk mempunyai pengaruh terhadap pola
agregasi. Tanpa batang pengaduk, tidak terdapat respon terhadap agonis yang
dihasilkan
5. Jumlah trombosit : pada PRP 200-400 x 108/L, terjadi agregasi yang lemah dan
lambatpada platelet < 150 atau > 400
6. Obat-obatan dapat mengganggu pemeriksaan
7. Pemusingan : pada suhu kamar, pada suhu 4oC akan menghambat. < 800 atau > 1200
rpm memperlambat agregasi
8. Waktu
9. Suhu < 35oC menyebabkan penurunan agregasi kecuali dengan ADP yang rendah,
agregasi akan meningkat. HCT > 55% berkaitan dengan agregasi minimal, khususnya
pada fase sekunder akibat dari kelebihan sitras pada pembuatan PRP
10. Kuvet yang kotor menimbulkan agregasi spontan/mempengaruhi system optic
11. Gelembung udara dalam kuvet menyebabkan timbulnya osilasi irregular yang lebih
besar sebelum penambahan agonis.

AGREGASI TROMBOSIT ABNORMAL


• von Willebrand ( ristocetin )
• Bernard Soulier
• Glanzmann
• Storage Pool Disease
• Drug induced

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 93


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
ANEMIA

ANEMIA merupakan kumpulan gejala/sindroma yang terdiri dari :


• Kadar Hb↓
• PCV ↓
• Juml.Eri ↓
Sehingga dapat mengakibatkan hipoksia pada otak (konsentrasi , lesu) dan otot (letih dan
lelah)
Kompensasi :
- heart rate↑→ kardiomegali →payah jantung (sesak) → †
- prioritas flow (acral dingin , pucat)

Pendekatan pada pend.Anemia :


Anamnesis :
onset
nset gejala, tanda2 perdarahan, obat2 (rutin / tradisional), pekerjaan, hobby, riwayat
perjalanan, keluarga, diet, keluhan gastrointestinal, pola haid, riwayat
kehamilan/partus,
/partus, alkohol,
alkohol dll
Pemeriksaan fisik :
pucat pada konjungtiva / bibir / mulut / lidah / gusi , kuku / rambut , ikterus , petekhiae ,
hepar- lien , kelenjar limfe ,rectal / vaginal toucher , colok dubur , kaki (ulkus,arthritis)
Pemeriksaan Laboratorium&Penunjang
Laboratorium&Penunjang:
- Full blood count →bukti
→ adanya anemia (Hb,PCV, Eri)) & kelas anemia (MCV/
( MCH/
MCHC)
- Hitung retikulosit → refleksi respons sum. tulang
- Status besi (Besi Serum,TIBC,% saturasi transferrin, cadangan besi)
- Kimia darah (bilirubin direk/total),Urine dan Tinja .
- Pemeriksaan radiologik (X-foto, USG, MRI)
- Pemeriksaan kardiologi (EKG, Treadmill, Echokardiografi)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 94


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Penting ! :
- Buktikan adanya Anemia (Hb,PCV,Eri)
- Tentukan jenis anemianya
- Tentukan kausa anemianya

KLASIFIKASI ANEMIA :
I. Berdasarkan proses/mekanismenya :
- Anemia krn gangguan produksi → pada SIH disum.tulang → produksi sel drh
terganggu ( anemia/lekopenia / trombositopenia = pansitopenia) pd An.Aplastik atau
krn hambatan produksi eritropoitin dari ginjal (anemia karena gagal ginjal kronik)
-Anemia krn destruksi eritrosit (hemolisis) ↑ :
pada anemia hemolitik .
-Anemia krn hilangnya darah : anemia pada perdarahan akut/kronik .

II. Berdasarkan Patofisiologinya :


- Anemia krn gangguan pada SIH (anemia aplastik)
- Anemia krn gangg.proliferasi normoblast (krn gangg/hambatan sintesis DNA atau
Eritropoitin pd an.megaloblastik atau Gagal Ginjal Kronis)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 95


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
- Anemia krn gangg/hambatan sintesis Hb atau maturasi normoblast defisiensi Fe,
Nutrisi, Protein) atau krn infeksi / inflamasi .
- Anemia krn hemolisis (An.Hemolitik)
- Anemia krn perdarahan akut / kronis
III. Berdasarkan morfologi Eritrosit :
- Klasifikasi anemia dpt ditentukan dari morfologi eritrosit (Ukuran dan Warna /
kepucatan), yaitu dari pengamatan dibawah Mikroskop , atau dengan kalkulasi Indeks
Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
- Kriteria ukuran: Normositik, mikrositik, makrositik
- Kriteria warna: Normokromik, hipokromik

Menentukan ukuran eritrosit :


* ukuran eri dibandingkan dg inti limfosit kecil :
→ bila sama = normositik
lbh kecil = mikrositik , lbh besar = makrositik
* ditentukan dgn MCV(Mean Cell Volume)
MCV= PCV/Eri X 1000 (fL)
(1 fL=10-12L= 1μm3)
N : Dws= 80-100 fL , Anak<1 thn = 76- 86 fL
MCV : normositik , mikrositik , makrositik
* ukuran eri yg ber-macam2= anisositosis

Gambaran hapusan Normokromik-normositik

Menentukan warna eritrosit :


- ditentukan dari diameter central pallor(CP) dibandingkan thdp diameter
eritrosit .
- CP terjadi krn bentuk eritrosit yg bikonkaf sehingga bagian sentral krn tipis dan
kandungan Hb yg lbh sedikit akan tercat
lebih pucat .
CP≤ 1/3 Diameter Eri = normokromik
CP> ½ Diameter Eri = hipokromik

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 96


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Warna ditentukan dari MCH (Mean Cell Hb) :
MCH= Hb/Eri (pg)
Dws :MCH=27-32 pg , anak-2 : MCH=23-31 pg (1pg=10-12g=1μμg)
MCH= normal → normokromik
MCH< normal → hipokromik
- MCHC(Mean Cell Hb Concentration) : MCHC=Hb/PCV (g/dL)
Normal: MCHC = 32-36 g/dL

Klasifikasi Anemia berdasarkan morfologi:


I. Anemia Hipokromik-Mikrositik
II. Anemia Normokromik-Normositik
III. Anemia Makrositik

Anemia Hipokromik-Mikrositik
- Semua keadaan yg menurunkan sintesis Hb memberikan gambaran hipokromik-
mikrositik .
- Anemia Kurang Besi (AKB) adalah penyebab tersering dari kasus-2 anemia dan Anemia
Hipokromik-Mikrositik → harus diperhatikan juga kausa2 lainnya (DD) sebelum
menegakkan diagnosis AKB

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 97


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Kausa tersering An.Hipokromik-Mikrositik: Anemia Kurang Besi (AKB)

ANEMIA KURANG BESI

PENDEKATAN DIAGNOSIS ANEMIA KURANG BESI


1. Anamnesis – pola haid, kehamilan/partus, riwayat perdarahan, penyakit kronis, diet,
pekerjaan, perjalanan, dll.
2. Pem.Fisik – sistematik, teliti luar s/ dalam (organ: hati, limpa, kelenjar)
Si TIBC
Normal N (1/3 mol Transferrin) N
Anemia Kurang BEsi
Anemia Penyakit Kronis N/
Ekses Besi N/
Perjalanan AKB:

Cad.Fe SI Morfologi

Normal + + Norm-Norm
Def.Prelaten ↓ + Norm-Norm
Def.Laten ↓↓/- ↓ Norm-Norm
Hipo-Norm
AKB - ↓↓ Hipo-Mikro

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 98


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Jumlah besi dalam tubuh = 35-50 mg/kgBB:
±80% - Fe-fungsional, pada umumnya berupa besi heme (2/3nya Hb, mioglobin, enzim
heme : sitokrom-C,A,A3,B, katalase , peroksidase)
- sedikit Fe-non-heme
20% - Besi depo (ferritin, hemosiderin) Pada wanita hanya ± 15%
0.2% - sirkulasi (terikat Transferrin)

Status Besi Tubuh


Besi Serum (Serum Iron = SI)
Total Iron Binding Capacity (TIBC)
% Saturasi Transferrin = SI/TIBCx100%
Eritropoisis terganggu bila % Sat.Tf < 15%
Besi Cadangan :
- Hemosiderin → hasil degradasi ferritin → dalam lisosom makrofag (endapan di
sum.tulang / hati) → biopsi/aspirasi → tindakan invasif !
- Ferritin → kadar dlm serum << - deteksi dgn Immunoassay .

PENDEKATAN LABORATORIK ANEMIA KURANG BESI


1. CBC – buktikan Anemia (Hb, PCV, MCV, MCH, MCHC)
2. SI – Fe2+ serum + Kromagen → kompleks berwarna
TIBC – serum + ekses FeCl2 → Fe yg tak terikat Transferin diikat dg Mg-karbonat
→ serum jenuh besi diperiksa (= TIBC)
3. Ferritin Serum : KadarFerritin serum ~ cadangan Fe
Ferritin <15 ug/L → Diagn. Defisiensi Fe
Ferritin bisa N/↑ pada AKB yaitu krn : Gg.fungsi hati (sel-2 hati rusak),
hemolisis, radang/infeksi/keganasan
4. Transferrin Serum : sudah dpt diperiksa dgn metode imunodifusi
Harga normal : 2-4 g/L
5. Hapusan Sumsum Tulang (dgn pengecatan Perls atau Prussian Blue)

SIKLUS BESI DALAM TUBUH


 Besi masuk bersama makanan dan akan diserap di duodenum / bag.proximal jejunum
 Besi kemudian diikat oleh transferin dan diangkut keseluruh jaringan terutama ke
sumsum tulang → sebagai bagian dari heme / Hb beredar dlm darah bersama eritrosit .

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 99


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
 Kausa Kurang Besi :
- Intake <: diet, kebutuhan↑
- Absorpsi↓: malabsorpsi
- Hilang↑: perdarahan kronis
Transferrin :
- protein transport utk Fe
- 1/3 mol.mengikat Fe(=%saturasi, Transferrin normal) → terukur sbg Serum Iron (SI)

Perjalanan Fe dlm tubuh :


Fe-diet :
→ sbg Fe-heme (Hb, myoglobin, enzim-Fe), 5-35% diserap dari produk-hewan,Mudah
diserap
→ sbg Fe-non-heme (sayur , kacang2an), 90% dari diet-Fe, 2-20% diserap → tergantung
status Fe dan ratio Enhancer:Inhibitor
Enhancer adalah bahan yang merangsang absorpsi : Askorbat, Sitrat, asam
organik/as.amino lain dlm Fe-nonheme / sayuran (askorbat mereduksi Fe3+ → Fe2+).
Inhibitor : Bahan2 yg menghambat absorpsi : Karbonat, Phytat, Tannate, osfat, Oksalat,
dpt mengikat (Chelate) Fe-nonheme → sukar diabsorpsi .
Bhn lain dlm makanan yg menghambat absorpsi besi non-heme :
- Phytat (komponen dari biji2an,sayur)
- Tannin & Polifenol (dari teh,kopi,wine, cocoa)
- Fosfat/fosfoprotein dari egg-yolk
- Mineral (Ca, Zn, Cd)
- Tetrasiklin bereaksi dgn Fe → hambat absorpsi
Daging me↑ absorpsi → tapi tidak semua protein juga me↑ absorpsi, Putih telor &
Protein susu sapi → menghambat absorpsi
ASI justru me↑ penyerapan besi non-heme
Cairan lambung me↑ absorpsi besi, Cairan pankreas me↓ absorpsi besi

Protein regulator untuk Fe :


Transferrin
Transferrin-receptor
Ferritin

Ke-3 regulator tsb diatur oleh IRE-BP (Fe-Responsive Elements Binding Protein)

Transferrin
Transferrin-jenuh-Fe → Transferrin- Receptor (TrfR) pd membran sel
Transferrin-Receptor (TrfR)
Afinitas TrfR thdp transferrin tergantung kandungan Fe dan pH .
Pd pH 7.4 dan juml.Fe cukup → TrfR punya afinitas tertinggi thdp Transferrin-
diferric dibandingkan dgn thdp Transferrin-monoferric atau apoTransferrin .

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 100


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
IRE-BP (Fe-Responsive Elements Binding Protein)
= Fe-regulatory Factor
= Ferritin-repressive protein
= P90
Mengkoordinasi ekspresi TrfR , ferritin intrasel .
IRE-BP mengatur sintesis Apoferritin dan Transferrin .

Sintesis transferrin dipicu oleh Fe-deficient .


Bila Fe intrasel ↓↓ → IRE-BP me↑ translasi & stabilitas m-RNA utk TrfR dan ALA-
synthase , serta me↓ translasi dari m-RNA Apoferritin .
→ me↑ jumlah mol. TrfR
→ me↓ Ferritin-trapping dari Fe saat masuk sel .

Gejala Morfologi SI-TIBC Ferritin


AKB Anemia Hipo-mikro Si TIBC
Anemia Penyakit Kronis Anemia Hipo0mikro SI TIBC /N N/

ANEMIA PENYAKIT KRONIS

Gejala klinis = AKB


Gambaran hematologis = AKB (An.Hipo-Mikro, MCV↓, MCH↓, SI↓) , tapi TIBC N/↓ dan
Ferritin N/↑
Patogenesis :
Fe → depo // Transferrin → Jaringan / RES
Penanganan sangat berbeda dgn AKB !

Menurunnya Fe sirkulasi karena :


1. Terganggunya pelepasan Fe dari makrofag (kompetisi dgn laktoferin) padahal Fe di depo
masih cukup
2. Respons EPO yg inadekuat terhadap anemia .

Penyebab Anemia pada keganasan :


1. Perdarahan (gastrointestinal blood loss)
2. hipersplenisme
3. Efek terapi (kemoterapi, radioterapi, antibiotik)
4. Intake kurang (malnutrisi)
5. Invasi (metastasis)
6. Mielophtisis (bone marrow infiltration)
7. Autoimun hemolitik

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 101


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Diagnosis Anemia Penyakit Kronis :
Lab.Hema :
- Anemia Hipokromik Mikrositik
- SI ↓ , TIBC ↓/N , Ferritin N/↑ (bila Ferritin ↓, pasti AKB)
- Tanda-2 keradangan/infeksi (+) mis : CRP dan LED ↑
Kesulitan : AKB yg disertai inflamasi → ferritin ↑ (didiagnosis sbg APK) ; bisa dibedakan dgn px
sTfR (serum transferrin receptor) yg ↑ pd AKB tapi tetap normal pd APK .

Penanganan Anemia Penyakit Kronis :


Harus dipastikan diagnosis A.Peny.Kronis atau AKB , krn penanganannya amat berbeda
; utk AKB hrs diberi suplemen Fe sedangkan pd APK justru tidak boleh diberi Fe!

ANEMIA SIDEROBLASTIK

Defek sintesis Heme → akumulasi Fe di mitokondria → degenerasi Fe → tumpukan


granula Fe sekitar inti normoblast spt cincin (pengecatan Perls) → Ringed Sideroblast
(khas Anemia Sideroblastik)
Sideroblast bisa dijumpai pada sumsum tulang normal

Sideroblast dan Ringed Sideroblast (pada Anemia Sideroblastik)

Klasifikasi An.Sideroblastik :
1. Herediter : X-linked, defek enzim jalur sintesis heme, pada orang muda, anemia
dimorfik, splenomegali , basophilic stippling, normoblast (+)
Absorpsi Fe ↑ → Saturasi Transferrin dan Ferritin ↑
2. Dapatan (Acquired) :
- Primer : mutasi klonal stem cell (MDS = MyeloDysplastic Syndromes , RARS) → pada
orang tua. Anemia normokromik-makrositik. Sum.Tulang : hyperplasia eritroid dgn
gambaran displastik atau megaloblastik
- ringed sideroblast pada sel prekursor .

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 102


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
-Sekunder : Gangg.metabolisme Vit.B6 (alkoholisme, malabsorbsi), gangg. sintesis heme
(keracunan Pb) , Artritis Rematoid , atau pd An.megaloblastik .
Sekunder terkait kelainan mieloproliferatif (AML, Mielofibrosis, Polisitemia atau MDS
tipe yg lain)

ANEMIA MAKROSITIK

Dibedakan menjadi 2, yaitu :


1. An.Makrositik Non-Megaloblastik :
Retikulositosis
Peny. Hati / Alkoholism
Sindroma Mielodisplasia
Eritrolekemia (FAB-M6)
2. An. Makrositik Megaloblastik :

Anemia Makrositik Megaloblastik :

Makrosit = eritrosit dgn MCV > normal. Makrosit/mikrosit tergantung dari balans antara
maturasi inti & sitoplasma.
Pembelahan inti berhenti bila produksi Hb intrasel mencapai nilai tertentu
Bila maturasi inti terlambat (defek sintesis DNA) atau maturasi sitoplasma ↑ (ke↑
aktivitas EPO)→ kadar kritis Hb tercapai lbh cepat → Makrosit

Megaloblast = normoblast dgn ukuran besar → perubahan megaloblastik = menjadi


besarnya ukuran sel-2 prekursor di sumsum tulang (bukan hanya normoblast !)
Letak kelainan : Defek sintesis DNA (mengenai semua sel2 jaringan aktif, a.l jar.hemopoisis,
epitel, mukosa, dll)

Kausa Defek sintesis DNA :


Defisiensi vit.B12 dan Asam Folat → disharmoni maturasi inti & sitoplasma (maturasi inti
terlambat) → sel-2 membesar (perub.megaloblastik) → eritropoisis inefektif di sum.tulang →
hemolisis intrameduler → Bili total/indirek dan LDH ↑.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 103


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Defisiensi Asam Folat :
- Diet Inadekuat (intake < / kebutuhan ↑ pd kehamilan, laktasi, anak2 / gangguan
absorpsi pd sprue-reseksi usus kecil-radang usus)
- Efek obat (anti-epilepsi)
- FA loss ↑ (dialisis)
Defisiensi Vit.B12 :
- Diet inadekuat : Intake < pd vegetarian , kebutuhan ↑
- Gangg.absorpsi krn Fak.Intrinsik < ( gastrektomi , an.pernisiosa
- Malabsorpsi pd radang usus , cacing/blind loop syndr.

VITAMIN B12 ASAM FOLAT


-Sumber >> produk hewan -Sumber terbatas (sayur,
-Tahan panas buah)
-Cadangan : utk 3 thn -Tidak tahan panas
-Kebutuhan relatif sdkt -Cadangan hanya utk 3 bln
-Kebutuhan lbh besar
KAUSA DEFISIENSI KAUSA DEFISIENSI
-Vegetarian (jarang) -Nutrisi (alkoholik, diet susu
-Gangg.Fakt.Intrinsik (anemia kambing)
pernisiosa) -Prematuritas
-Gastrektomi -Hemodialisis
-Gastritis atropikans -Reseksi usus
-Antikonvulsan, alcohol -Kehamilan
-Antikonvulsan, MTX
Peran Asam Folat & Vitamin B12 pada sintesis DNA :
Defisiensi FA → efek langsung terutama hambatan pd metilasi dUMP menjadi dTMP ;
juga terjadinya hyperhomocysteinemia
Defisiensi Vit.B12 → secara indirek menghambat produksi THF (4H-Folat) dari
5-me-THF → 5-me-THF >> (tak dpt men suplai THF kesiklus folat) dan
hyperhomocysteinemia krn homocystein tak dpt diubah jadi metionin .
Patogenesis An.Megaloblastik :
B12 diet → dilambung diikat oleh IF (Intrinsic Factor produk sel parietal) → kompleks IF-
B12 → di usus halus (ileum), B12 diserap, IF lepas kelumen
Gangguan IF (gastrektomi,gastritis,Oto-Ab-antiIF atau OtoAb-antiparietal) → Absorpsi
B12 tak berjalan → gangguan sintesis DNA → (klinis: Anemia Pernisiosa dgn
Achlorhydria)
An.Pernisiosa =kelainan otoimun → oto-Ab thdp sel parietal (Anti-IF atau Anti-Parietal)
Penipisan epitel lidah & GI tract → glossitis dan gastritis, nausea , konstipasi .
Defis.B12 → demielinisasi korda spinalis & saraf tepi → hilangnya keseimbangan tungkai
bawah / sensori jari2 kaki (Neuropatia)
Defis.FA → hiperhomosisteinemia → trombosis dan oklusi vaskular .

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 104


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Metabolisme Vit.B12 :
Vit.B12 berperan untuk sintesis purin & pirimidin → sintesis DNA & RNA → mitosis dan
maturasi. Vit.B12 berasal dari sumber mikrobiologis krn tak dpt disintesis oleh tanaman (kadar
B12 tinggi dlm daging,hati,ginjal,telor dan sedikit dlm susu). Diet mengandung 5-3ug/hari,
kebutuhan fisiologis 1-3 ug/hari, cadangan B12 tubuh = 2-5 mg (cukup utk 3 tahun)

METABOLISME B12 dan ASAM FOLAT


Absorpsi Vit.B12 :
B12 diet → dilambung diikat oleh IF (Intrinsic Factor produk sel parietal) → kompleks IF-
B12 → di usus halus (ileum), B12 diserap, IF lepas kelumen
Gangguan IF (gastrektomi,gastritis,Oto-Ab-antiIF atau OtoAb-antiparietal) → Absorpsi
B12 tak berjalan → gangguan sintesis DNA → (klinis: Anemia Pernisiosa dgn
Achlorhydria)
An.Pernisiosa =kelainan otoimun → oto-Ab thdp sel parietal (Anti-IF atau Anti-Parietal)

Perubahan hematologik An.megaloblastik :


Sumsum Tulang :
- megaloblastosis
- eritropoisis inefektif
Darah tepi :
- Oval makrositosis
- Hipersegmentasi netrofil ( 5 sel dgn segmen-5 atau 1 sel dgn segmen-6) atau
rata2 lobus pd 100 netrofil > 3,4

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 105


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Gb. Anemia Megaloblastik , perhatikan sel oval- makrosit dan hipersegmentasi netrofil .

Uji Diagnostik Spesifik :


Hapusan Sum.Tulang :
- megaloblastosis & perubahan megaloblastik, aktivitas eritropoitik ↑
(eritropoisis inefektif)
Asai Folat & Vit.B12 (RIA)
Analisis cairan lambung (achlorhydria)

Anemia , MCV↑,oval makrositosis


Gejala neurologik +,hipersegmentasi netrofil

Assay Vit.B12

Defisiensi Normal

Ab-Anti-FI Asam Folat

Pos Neg ↑ ↓

An.Pernisiosa Sum.Tulang Defis.As.Folat

Terapi Megalobl Non-Megalobl

Tes Schilling

Pos Neg MMA,homosistein

An.Pernisiosa
Defis.Vit.B12 ↑ N

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 106


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Tes Schilling (utk diagnosis An.Pernisiosa):
Prinsip : setiap vit.B12 oral diserap, sebagian yg tak digunakan oleh tubuh akan diekskresi via
urine → bila B12 tak terdeteksi diurine, berarti ada malabsorpsi .
Tahap uji Schilling :
1. Tahap deteksi malabsorpsi :
- pasien diberi Co57 vit.B12 p.o
- bbrp jam kemudian diberi B12/i.m (flushing dose) utk menjenuhkan hati sehingga
B12-isotop dpt diekskresi via urine .
N: stlh 24 jm B12-isotop terdeteksi diurine .
(bgmn hasilnya jika flushing dose tdk diberikan ?)
2. Tahap utk menentukan apakah kekurangan IF sbg penyebab malabsorpsi :
- bila pd tahap-1 ada malabsorpsi , uji dilanjutkan dgn menambahkan IF pd
dosis oral B12-isotop.
- bila dgn IF vit.B12-isotop terdeteksi di urine , berarti ada An.Pernisiosa (bgmn bila
dgn IF, vit.B12-isotop tetap tak terdeteksi di urine ?)

Asai Antibodi :
IF bisa terganggu krn adanya Oto-Ab thdp IF atau thdp Sel Parietal ; kedua Ab
ini dpt dideteksi di serum , IF-Ab dgn ELISA dan Parietal Cell-Ab dgn Indirect
Immunofluorescence

Diagnosis An.Megaloblastik :
Screening :
- CBC , Hitung Lobus Netrofil
- Bilirubin serum Indirek , LDH (lactate
dehydrogenase)
Spesifik :
- Analisis Sumsum Tulang
- Asai Folat & Vit.B12
- Analisis cairan lambung
- Tes Schilling
- Asai Antibodi

ANEMIA HEMOLITIK

Anemia hemolitik merupakan suatu kelompok penyakit anemia normokromik


normositik yang ditandai dengan adanya destruksi eritrosit yang prematur. Hemolisis dapat
terjadi karena kelainan intrinsik dan ekstrinsik eritrosit.

INTRINSIK EKSTRINSIK
Defek pada membrane eritrosit Adanya antibody terhadap antigen
Defek pada hemoglobin eritrosit
Defek pada enzim eritrosit
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 107
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Umur eritrosit normal = 110-120 hari → destruksi oleh makrofag di sum.tulang & lien .
Bila umur eri memendek → produksi eritropoitin dipacu (kompensasi) → kadar Hb
dipertahankan → anemia (–) .
Bila destruksi akut atau kronis dgn umur eritrosit yg sangat memendek → kompensasi (–
) → anemia .

Definisi Anemia Hemolitik :


Yaitu anemia krn umur eritrosit yg memendek akibat destruksi yg ↑ dan tak dapat
dikompensasi oleh sum.tulang .
Peristiwa hemolisis = setiap proses destruksi eritrosit tapi mgkn masih dapat
dikompensasi oleh sum.tulang → tidak selalu terjadi anemia.
Daya Kompensasi sum.tulang :
Yaitu kemampuan me↑ produksi eritrosit , yaitu sampai 6-8 x normal :
- umur memendek ½ → produksi ↑ 2x
- umur memendek ¼ → produksi ↑ 4x
- umur memendek 1/6 → produksi ↑ 6x
- umur memendek 1/8 → produksi ↑ 8x
pe↑ produksi 6-8 x adalah maksimal .
Bila umur eritrosit hanya 20 hari → anemia (+).

Gejala klinis Anemia Hemolitik :


Berhubungan dengan meningkatnya katabolisme Hb (destruksi eritrosit) dan peningkatan
eritropoietik, yaitu ;
• Ikterus : kerena peningkatan produksi bilirubin
• Urine gelap/merah : karena ekskresi Hb plasma pada hemolisis intravascular
• Gejala karena anemia ; pucat, lemah, keluhan pada jantung
• Penipisan korteks tulang : karena rangsangan ekspansi sutul pada yang kronis.
Perubahan pada tulang ini bias berakibat fraktur spontan, sejenis arthritis
(osteoarthropathy).

Pendekatan diagnosis Anemia Hemolitik :


1. Buktikan adanya anemia (Hb/PCV/Eri)
Bila akut umumnya dapatan, bila kronis
karena kelainan herediter .
2. Buktikan adanya hemolisis .
3. Ekstra atau Intravaskular ?
4. Herediter atau dapatan ?
5. Tentukan kausa hemolisis nya .
Bukti adanya Hemolisis :
1. Peningkatan destruksi eritrosit :
- Unconjug.bilirubin serum ↑ → Ikterus
- Urobilinogenuria

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 108


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
- Hb-uria → pada hemolisis intravaskular
- Nyeri lien → splenomegali, infark lien
- Ulkus tungkai → kelainan intrinsik eritrosit .
- Haptoglobin serum ↓↓/neg → hemolisis intravaskular .
2. Tanda Kerusakan Eritrosit :
- Mikrosferosit, Fragmentosit, Poikilosit
- Fragilitas Osmotik Eritrosit ↑
- Tes Otohemolisis positif
- Umur eritrosit memendek
3. Tanda Peningkatan Eritropoisis :
- Retikulositosis
- Normoblastosis
- Hiperplasia Eritropoitik sum.tulang

Sferositosis Herediter Ovalositosis herediter


Klasifikasi Anemia Hemolitik :
1. Anemia Hemolitik Herediter (Intrakorpuskular) :
- Kelainan membran (sferositosis herediter , ovalositosis herediter)
- Kelainan rantai globin (Talasemia, Hb- patia)
- Kelainan sistim ensim (defisiensi ensim G-6PD, defisiensi ensim PK)
2. Anemia Hemolitik Dapatan (ekstrakorpuskular) :

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 109


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
- Karena bahan fisik, kimia
- Karena infeksi (bakteri, parasit, virus, jamur)
- Karena trauma mekanik (katub jantung buatan)
- Karena mekanisme imun (Alloimmune /Autoimmune / Drug-Induced HA

SFEROSITOSIS HEREDITER

Diturunkan secara autosomal dominan


Sferositosis, luas permukaan relatif < volume sel → tes fragilitas osmotik (OFT)↑ pada
anggota keluarga .
Letak gangguan pada me↓nya spektrin dari cytoskeleton (membran) .
60% - anemia kronis, ikterus, splenomegali, 20% jarang terjadi hemolisis / splenomegali
.Sering dgn batu empedu (USG) krn ekskresi bilirubin↑.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 110


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
TALASEMIA

Talasemia adalah gangguan sintesis rantai-globin tertentu (jumlahnya = kuantitatif) :


- defisiensi rantai-globin α → talasemia-α
- defisiensi rantai-globin β → talasemia-β
- defisiensi Rantai-globin δβ → talasemia-δβ
Pada Hb-patia kelainan pada susunan a.a rantai globinnya (kualitatif)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 111


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
TALASEMIA α :

Talasemia-α = kelainan yg disebabkan karena terganggunya produksi/sintesis dari rantai


globin-α .
Sintesis rantai globin-α diatur oleh 2 pasang gen-α (4 lokus gen-α) → tergantung dari
jumlah lokus yg defek → ada 3 macam Talasemia-α (Tal-α trait , HbH Disease, dan
HbBart’s Hydrops Fetalis)

Pola gangguan pada Talasemia-α

Defisiensi rantai-α → gangguan sejak janin krn sintesis HbF sudah terganggu .
Defek 1-2 Gen-α = α-trait (klinis baik)
Defek 3 Gen-α = HbH disease (klinis ringan, Hb 10-11 g/dl) → ekses rantai-β → terbentuk
tetramer-β4 (HbH) yg membentuk inklusi dlm eritrosit → tampak dgn pengecatan BCB .
Gb. Inklusi HbH (β4) pada HbH Disease tampak dgn pengecatan BCB (bedakan dengan
retikulosit)

Defek 4 Gen-α (HbBarts’hydrops fetalis) → klinis berat, bayi lahir-mati dgn hydrops
karena hipoksia berat .
HbBarts = tetramer γ4, karena ekses rantai-γ yg tak mampu membentuk HbF .
Inklusi HbBarts dan HbH mengendap dlm eritrosit → menempel pada membran eritrosit
→ destruksi di RES/lien → hemolisis .
Defek 4 Gen-α (HbBarts’hydrops fetalis) → klinis berat, bayi lahir-mati dgn hydrops
karena hipoksia berat .
HbBarts = tetramer γ4, karena ekses rantai-γ yg tak mampu membentuk HbF .
Inklusi HbBarts dan HbH mengendap dlm eritrosit → menempel pada membran eritrosit
→ destruksi di RES/lien → hemolisis .

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 112


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
TALASEMIA β :

Pola gangguan pada Talasemia-β :


In-utero tdk bermasalah karena HbF masih terbentuk normal oleh rantai-α dan rantai-γ .
masalah mulai timbul saat sintesis HbA (α2β2) terganggu → ekses rantai-α →
kompensasi produksi rantai-δ dan γ ↑ → HbA2 ↑ (pada Talasemia-β minor) dan HbF ↑
(pada Talasemia-β mayor)

Pada Talasemia-β mayor :


anemia berat → perlu transfusi berulang → Fe↑↑ → hemochromatosis
eritropoisis inefektif kronis → hipertrofi sumsum tulang pada anak2 →
perubahan bentuk wajah :
* Frontal bossing
* Hipertrofi os maxillares
* Hipertelorism (mata mongoloid)
Bentuk delesi rantai-β :
Talasemia-β0 : rantai-β tdk terbentuk.
Talasemia-β+ : sintesis rantai-β <

Bila heterozigot : klinis tidak terlalu berat


Bila homozigot : berat (Cooley’s anemia)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 113


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Diagnosis Laboratorik Talasemia :
1. CBC, Hapusan Darah Tepi
2. Elektroforesis-Hb pada media Selulose-Asetat (pH 8.4) sebagai penyaring pada
talasemia dan Hb-patia.
Dgn sampel hemolisat → terbentuk pita (band), normal : pita A, F, dan A2 ,yg dapat
diukur kadarnya dgn densitometer

3. Penentuan HbA2 untuk diagnosis Talasemia-β trait dgn metode anion-exchange resin
column chromatography. Dgn cara ELP-Hb dan kromatografi , adanya HbC, HbE dan
HbO dapat mengganggu karena terletak pada band yg sama dgn HbA2 .
4. Penentuan HbF (Denaturasi Alkali) : HbF lebih tahan terhadap denaturasi oleh lar.alkali
kuat daripada HbA . Hemolisat + NaOH → denaturasi Hb-2 selain HbF → reaksi distop
dgn ammonium sulfat jenuh → pH↓ dan hancuran Hb mengendap → filtrat yg
mengandung HbF dibaca pada spektrofotometer sbg % total Hb . HbF dpt diukur dgn RID
atau ELISA atau Tes Elusi-Asam dari Kleihauer
5. Penentuan Benda Inklusi HbH :
- dilakukan dengan pengecatan Brilliant Cresyl Blue (BCB)
- Inklusi HbH tampak sebagai granula bulat biru-kehijauan merata dalam
eritrosit (bandingkan dgn retikulosit yg berupa benang2 / filamen2)
- Pada HbH disease : inklusi HbH +++
- Pada Talasemia-α-trait : inklusi HbH + pada 1: 10000 eritrosit .

DEFISIENSI ENZIM G-6PD

Merupakan kelainan metabolic SDM yang paling sering dijumpai (>400 juta pasien di
seluruh dunia). Sebagian besar kasus asimptomatik. Baru terjadi hemolisis jika terpapar bahan
oksidan/penyakit tertentu.

Genetika enzim G6PD :


• Gen G6PD terbentuk pada kromosom X (band Xq28), diturunkan secra genetik (X-linked)
• Penderita : hemizigot male (XoY)
Homozigot female (XoXo)
Heterozigot female (XoX)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 114


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
• Enzim G6PD berperan pada proses glikolisis/ embdenmayerhoff pathway yang merubah
glukosa menjadi piruvat
• G6PD bertugas mereduksi NADP menjadi NADPHsewaktu mengoksidasi glukosa-6-fosfat
• NADPH diperlukan untuk memproduksi reduced glutation (GSH)
• GSH penting untuk melindungi sel darah merah terhadap oksidan.

Penyebab anemia hemolitik pada G6PD :


• Infeksi dan penyakit akut lain, misalnya ketoasidosis diabetic
• Obat :
1. Antimalaria
2. Sulfonamide 6. Naftalene
3. Vit.K, Vit.C 7. Uremia
4. Antibiotika (Penisilin, sterptomisin)
5. Antipiretika
• Kacang fava /sayur lain
KLINIS :
• Anemia hemolitik karena obat
• Anemia hemolitik karena infeksi
• Favism
• Neonatal jaundice
• CNSHA (Chronic Non Spherocytic Hemolytic Anemia)

Oksidan memproduksi H2O2 → oksidasi gugusan-SH bebas (sulfhydryl) dari Hb →


terbentuk Sulf-Hb → membentuk agregat dan berpresipitasi sbg Heinz Bodies → destruksi di
lien.
Dijumpai ± 300 varian. Gen normal G-6PD : - type B (GdB)
- type A (GdA)

Tipe2 ensim abnormal :


1. GdA– (type A–)
2. Gd-Mediterranean (GdMed)
3. Gd-Canton : banyak di Asia

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 115


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Eritrosit yg defisien G-6PD resisten terhadap Plasmodium Falciparum .
Aktivitas ensim G-6PD paling tinggi di retikulosit .

PEMERIKSAAN LAB G6PD :


Aktivitas enzim G-6PD paling tinggi di retikulosit
Prinsip :
G-6PD
G-6P + NADP 6-PG + NADPH
UV
(fluoresensi)
• tes penyaring : NBP spot
fluorescent spot
reduksi HI (methemoglobin)
askorbat sianida
• pemeriksaan defisiensi enzim heterozigot :
tes sitokimia
tes elusi HI
• pemeriksaan kuantitatif :
- G6PD assay : penting untuk mengatahui tingkat aktivitas enzim G6PD
- Prinsip : mengukur kecepatan produksi NADPH secara fotometris (Ż 340 nm)
- Sampel : hemolisat
- Metode : pemeriksaan dilakukan pada suhu 30oC. kuvet yang berisi 4 reagen dan
aquades diinkubasi selama 10 menit sebelum memulai reaksi dengan
menambahkan substrat
- Perubahan absorban setelah pemanbahan subtract diukur setelah 5 menit
reaksi.

PEMERIKSAAN KUANTITATIF G6PD :


Pengumpulan sampel darah + antikoagulan
(heparin, EDTA, ACD)

Pencucian sampel, sentrifus/filtrasi

Preparasi hemolisat + larutan pelisis
Pembekuan-pencairan

Tris HCl-EDTA, MgCl2, NADP, hemolisat, aquades
Inkubasi 10 menit

Fotometer UV Ż 340 nm

Kalkulasi aktivitas enzim

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 116


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Hasil dilaporkan dalam : - per ml eritrosit
- per 1010 eritrosit
- Per gram Hb (rekomendasi CSH)
Normal dewasa : 8,83 ± 1,59 eu/g Hb pada suhu 30oC

ANEMIA HEMOLITIK DAPATAN

Anemia Hemolitik Sekunder krn infeksi/kelainan sistemik :

Proses keganasan – hemolisis krn rx otoimun , mikroangiopati atau hipersplenisme ,


disertai gambaran an.peny.kronis, perdarahan, supresi sumsum tulang
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC):
aktivasi koagulasi intravaskular luas → deposisi fibrin intravaskular / kerusakan endotel
(mikroangiopati) krn sepsis → destruksi Eritrosit
Peny.Hati Kronis : hemolisis krn hipersplenisme
Peny.Ginjal Kronis: hemolisis krn mikroangiopati

Anemia Hemolitik Dapatan (Ekstrakorpuskular) : Anemia Hemolitik Imun

Yaitu hemolisis yang terjadi karena melekatnya antibodi pada membran eritrosit .
Kecepatan & tempat terjadinya hemolisis tergantung IgG atau IgM, dan kemampuannya
mengikat komplemen .
Suhu optimal pengikatan Ab :
370C – Warm-IgG-Type
<300C – Cold-IgG-Type
Sel+IgG → destruksi oleh lien
Sel+IgM → memicu aktivasi kaskade komplemen → hemolisis intravaskular
Destruksi imun sering menyebabkan kerusakan minimal membran → perubahan bentuk
menjadi sferosit .

Klasifikasi A.Hemolitik Imun :


1. Alloimmune : Rx transfusi, Hemolytic Disease of the Newborn (HDN)
2. Autoimmune : Warm/Cold AIHA, Paroxysmal Cold Hb-uria (PCH)
3. Drug-induced HA : tipe penisilin, aldomet, dan stibophen .
Gb. Hemolytic Disease of the Newborn (HDN) – pada ibu Rh-neg , hamil dgn janin Rh-Pos , pada
kehamilan-I dan ke-II

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 117


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Tes Antiglobulin (Coombs) :
Tes Coombs Direk (Direct Antiglobulin Test/DAT) = uji deteksi Ab (IgG) dan atau C3d
(komplemen) yg terikat eritrosit .
Tes Coombs Indirek = untuk yg bebas dalam serum .
DAT sering positif pada AIHA .

Drug-Induced hemolytic anemia :

Tipe Penisilin : obat sebagai hapten berikatan dengan eritrosit → antigenik → terbentuk
Antibodi terhadap Obat-Eritrosit.
Tipe Fenasetin/Quinidin: Obat (hapten) berikatan dengan protein → Antibodi berikatan
dengan Obat-protein → aktivasi komplemen → lisis eritrosit.
Tipe Aldomet : Obat merubah struktur membran eritrosit→ asing → Otoantibodi

ANEMIA APLASTIK (HIPOPLASTIK?)

Anemia berat & fatal krn pe↓ produksi eri/leko/trombo (pansitopenia) akibat gangguan
pada SIH (krn radiasi, bhn kimia, obat, atau genetik)
Bahan2 penyebab aplasia / hipoplasia sum.tulang : radiasi ion, benzen, sitostatika (6-
MP, busulfan), arsen, kloramfenikol, antikonvulsi (fenitoin), analgetik enilbutason), DDT,
dll.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 118


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Gejala & gambaran Lab.A.Aplastik :
Lelah, palpitasi, infeksi, perdarahan2
Lab : - pansitopenia
- normokromik normositik
- sum.tulang ‘dry-tap’, hiposeluler
Prognosis : jelek, bila usia < 40 thn → transplantasi sum.tulang .

Terapi Anemia Aplastik :


1. Hindari bahan2 toksik
2. Hindari infeksi/perdarahan
3. Transfusi (sebaiknya Washed Erythrocytes) atau Platelet Concentrate (PC) bila ada
perdarahan (bila ringan, beri kortikosteroid)
4. Marrow stimulants (hormon androgenik)
5. Transplantasi sumsum tulang

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 119


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
KEGANASAN HEMATOLOGI

I. Leukemia akut
II. Gangguan mieloproliferatif
III. Gangguan limpoproliferatif
IV. Plasma cell dyscrasias

LEKEMIA

Leukemia merupakan penyakit ganas jaringan hemopoisis dengan ciri utama adanya
hambatan maturasi sel darah diikuti peningkatan proliferasi yang berlangsung terus menerus
tanpa kendali.
Akibat proliferasi yang terus menerus tanpa kendali :
1. Terjadi kenaikan jumlah satu atau beberapa jenis sel darah dalam :
- su-tul
- sirkulasi darah
- jaringan tubuh
2. Hambatan pembentukan sel darah lain
3. Gangguan metabolisme
4. Gangguan imunitas

ETIOLOGI
• Mutasi DNA gen sel akibat :
- Pemaparan karsinogen
- Virus onkogen
- Radiasi
- Mutasi gen spontan / idiopatik

KLASIFIKASI LEKEMIA
Atas dasar gejala klinik dan jenis sel yang terlibat :
I. LEKEMIA AKUT
1.Lekemia mieloid akut (Lekemia non-limfoblastik akut)
2.Lekemia limfoblastik akut
II. LEKEMIA KRONIK
1.Lekemia granulosit (mielosit) khronik
2.Lekemia limfosit kronik
III. LEKEMIA JENIS LAIN

Kecuali jenis lekemia seperti tersebut di atas ada beberapa penyakit ganas dalam sistem limfoid
yang didiagnosis dalam laboratorium hematologi, yaitu :
I. Meloma multipel
II. Penyakit Waldenstrom
III. Gamopati Monoklon

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 120


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Diagnosis Leukemia dapat dilakukan dengan :
 Morfologi (mikroskop sinar) : klasifikasi FAB (French – American – British)
 Sitokimia
 Imunologi (immunophenotyping)
 Sitogenetika

LEKEMIA AKUT

Semua lekemia akut menunjukkan gejala klinik yang hampir sama, yaitu :
1. Penderita berumur muda atau anak-anak
2. Tampak sakit parah
3. Suhu badan naik
4. Ada tanda-tanda infeksi
5. Perdarahan karena trombopenia
6. Nyeri pada tulang-tulang
7. Pucat lesu karena anemia
Gambaran laboratorium juga menunjukkan kesamaan, kecuali jenis sel lekemianya :
1. Laju endap darah tinggi
2. Kadar hemoglobin turun
3. Jumlah lekosit tinggi
4. Jumlah eritrosit dan trombosit turun
5. Jumlah retikulosit tetap atau turun
6. Hitung diferensial menunjukkan banyak sel muda atau blast
7. Waktu pendarahan panjang

Kecuali jenis lekemia seperti tersebut di atas ada beberapa penyakit ganas dalam sistem limfoid
yang didiagnosis dalam laboratorium hematologi, yaitu :
I. Meloma multipel
II. Penyakit Waldenstrom
III. Gamopati Monoklon

Classification of acute leukemias ( WHO, 2001 )


 Acute myeloid leukemia
 AML wih recurrent cytogenetic abnormalities
 AML with inv (16)(p13q22) or (16;16)(p13;22),
(CBFß/MYH11)
 APoL (AML dengan t(15;17)(q22;12),(PML/RARAalfa )
AML with 11q23(MLL)
 AML dan MDS therapy related
alkylating agent related
topoisomerase II inhibitor related

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 121


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
AML not otherwise categorized
 AML, minimally differentiated
 AML without maturation
 AML with maturation
 APoL lacking RARalfa rearrangement
 AMMoL
 Acute monoblastic and monocytic leukemia
 Acute erythroid leukemia
 Acute megakaryoblastic leukemia
 Acute basophilic leukemia
 Acyte promielosis with myelofibrosis
 Myeloid sarcoma

Acute lymphoblastic leukemias


 Precursor B-lymphoblastic leukemia / lymphoma
 Precursor T-lymphoblastic leukemia / lymphoma
 Burkit lymphoma / leukemia

Acute leukemias of ambiguous lineage


 Biphenotypic acute leukemia
 Undifferentiated acute leukemia

Immunologic makers commonly used I classification of Acute Leukemia

llineage Antigen

B cell CD19, CD20, CD 22, CD79a, Cd22,


cD79a

Tcell CD1, CD2, CD3, CD4, CD5, CD7,CD8,


cCD3

Lymphoid TdT

Myeloid CD13, CD33, CD11b, CD15,


CD4(CD2),CD117, cMPO

Monocytic CD14,CD11b

Erythroid Glycophorin A

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 122


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
LEKEMIA MIELOSITIK AKUT (AML)
Acute Nonlymphocytic Leukemia ( ANLL )
=Acute Myeloid Leukemia=Acute Myelogenous Leukemia (AML )

 Acute Myelocytic ( = Myeloblastic) Leukemia :


Diferensiasi minimal ⇒ AML-MO
Tanpa maturasi ⇒ AML-M1
Dengan maturasi ⇒ AML-M2
 Acute Promyelocytic Leukemia = APL ⇒ AML-M3
 Acute Myelomonocytic Leukemia = AMMoL ⇒ AML-M4
 Acute Monoicytic ( = Monoblastic ) Leukemia = AMoL ⇒ AML-M5
 Acute Erythroleukemia = AE ⇒ AML-M6
 Acute Megakariocytic Leukemia = AMegL ⇒ AML-M7
 Biphenotype ( Mixed Lineage ) Leukemia
 Acute Undifferentiated Leukemia

AML-MO :
• Leukemia mielositik akut dengan diferensiasi minimal
• CD 13 dan atau CD 33 > 3%

AML-M1 :
• Sel lekemianya terdiri atas mieloblas dengan diferensiasi minimal, tanpa maturasi
• Pada hapusan darah tampak sel dengan :
o Inti besar, kromatin halus
o Nucleolus satu atau lebih
o Sitoplasma sedikit, warna biru, granula (–)
o Pewarnaan peroksidase (+)

LEKEMIA MELOBLAS AKUT, hapusan darah dengan infiltrasi sel lekemia (meloblas).
Perhatikan ciri-ciri meloblas yang tampak : sitoplasma berwarna biru tanpa granula, kromatin yang halus
serta nukleolus yang tampak dengan jelas. Pada gambar juga tampak sel lekemia berbentuk Pelger Huet
semu (tengah atas dan kanan bawah). Perhatikan kromatinnya yang kasar dan warna sitoplasmanya
yang merah muda dengan sedikit granula.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 123


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Meloblas dengan batang Auer tampak di kanan atas.
Catatan :
LMA dibagi menjadi dua jenis, LMA “tanpa” diferensiasi (M1) dan LMA dengan diferensiasi,(M2)
yang sering disertai pembentukan batang Auer.

AML-M2 :
• Sel leukemia terdiri atas :
o Mieloblas dengan diferensiasi yang jelas
o Disertai sel-sel yang lebih matur : promielosit, mielosit, metamielosit, dst
o Sering ditemukan segmen dengan bentuk Pseudo-Pelger-Huet
o Dapat ditemukan Auer-rod

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 124


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
AML-M3 :
• Sel leukemia terdiri atas :
o Promielosit dengan hipergranulasi yang hebat
o Sering terdapat Auer-Rod dalam jumlah yang banyak
• Sering disertai :
o Koagulasi intravaskuler (DIC) karena granulanya mengandung bahan yang
bersifat tromboplastin
o Perdarahan akibat DIC

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 125


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
LEKEMIA PROMELOSIT AKUT dalam hapusan darah. Sel lekemia (promelosit) mengalami hipergranulasi
dan kadang-kadang mengandung sejumlah batang Auer yang menggerombol ( ). Granula yang kaya
dengan enzim ini bertindak sebagai tromboplastin, jika keluar dari sel setelah sel lekemia mati dan lisis.
Dengan demikian merangsang proses koagulasi dalam pembuluh darah. Tidak mengherankan jika pada
lekemia jenis ini gangguan hemostasis akibat koagulasi dalam pembuluh darah sering menjadi penyulit
yang serius, berupa trombosis dan/atau perdarahan.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 126


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
AML-M4 :
• Sel leukemia terdiri atas 2 populasi, yaitu mieloblas dan monosit atau promonosit
• Kadang-kadang mengandung Auer-Rod
• Dengan pengecatan peroksidase : mieloblas (+), monosit (-)

LEKEMIA MELOMONOSIT Akut dengan dua populasi sel lekemia, meloblas dan monosit. Kedua jenis sel
lekemia dapat dibedakan dengan jelas, jika hapusan darah diwarnai dengan pewarnaan peroksidase,
seperti gambar ini. Meloblas memberi reaksi positif kuat dan tampak berwarna coklat kehijauan,
sedangkan monosit tidak bereaksi dan tampak sebgai lazimnya pada pewarnaan Ramonowsky.
Perbandingan meloblas dengan monosit berbeda pada tiap penderita dan mungkin berbeda pada satu
penderita dalam waktu berbeda.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 127


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
AML-M5 (LEKEMIA MONOSITIK AKUT) :
• Sel leukemia terdiri atas deret monosit dengan tingkat maturasi yang berbeda-beda
• Promonosit dan monosit bentuknya khas, sitoplasmanya banyak, dengan granula yanga
sangat halus berwarna ungu
• Inti berlekuk, kadang-kadang terdapat nucleolus
• Monoblas sukar dibedakan dengan limfoblas
• Untuk membedakan perlu dilakukan pewarnaan Esterase non spesifik, misalnya :
Naphtyl Acetate Esterase

LEKEMIA MONOSIT AKUT, sel lekemia mencapai tahap maturasi sampai monosit. Ciri khas
monosit jelas tampak pada gambar. Pada reaksi peroksidase ini jelas tampak semua sel adalah
peroksidase negatif, keucali satu (kanan bawah) yang positif lemah; sel ini mungkin monoblas
atau promonosit yang kadang-kadang bereaksi positif lemah. Pada penderita LMoA sering
terjadi pembengkakan dan perdarahan gusi, karena infiltrasi dari sel lekemia yang sudah matur
(monosit).

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 128


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
AML-M6 (ERITROLEKEMIA) :
• Sel leukemia terdiri dari 2 atau 3 populasi, yaitu :
o Eritroblas + Mieloblas
o Eritroblas + Mieloblas + Monosit
• Morfologi mieloblas dan monosit sama seperti pada M-1 s/d M-5
• Morfologi eritroblas : gambaran megaloblas dengan ini berlekuk atau berinti banyak
• Dengan PAS (Periodic Acid Schiff), hasilnya (+), sedangkan eritroblas normal hasilnya (-)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 129


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Eritrolekemia(M6): menunjukkan dua populasi
populasi sel lekemia,monosit dan eritroblas.Eritroblas pada
lekemia ini menunjukkan gangguan morfologi berupa: megaloblastoid,lobulasi inti dan multi-
multi
nukleasi. Perbandingan jml monosit dan eritroblas berbeda pada tiap penderita dan bahkan ber ber-
ubah-ubah
ubah dalam satu penderita pada waktu yang berbeda. Biasanya pada stadium akhir, eritroeritro-lekemia
berkembang menjadi lekemia meloblas akut atau lekemia melomonosit akut. Eritrolekemia
dapat terdiri dari unsur : eritroblas+meloblas, eritroblas+meloblas+monosit
eritroblas+meloblas+monosit atau eritroblas+monosit.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 130


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
AML-M7 :
• Jarang didiagnosis karena megakarioblas sukar dibedakan dengan limfoblas
• Untuk membedakan perlu pewarnaan sitokimia dan electron mikroskop

AML-M8 (LEKEMIA BASOFIL AKUT) ;


• Jarang
• Sel leukemia terdiri atas sel basofil yang sangat muda (stadium blas dan atau
promielosit, mudah dikenali karena granulanya khas.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 131


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
LEKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT
Acute Lymphocytic Leukemia = Acute Lymphoblastic Leukemia = ALL

 Klasifikasi FAB ( Morfologi ) : L1 , L2, L3


 Klasifikasi berdasarkan Imunologi ( Immunophenotyping ) ⇒ Surface marker :
T-Cell ALL
B-Cell ALL
Non –TT Non-B
Non ALL

L-1 : LEKEMIA LIMFOBLAS AKUT (Sel Kecil)


Terdiri atas limfoblas kecil-kecil
kecil dengan ciri
ciri-ciri:
• Sitoplasma sedikit, warna biru, kromatin sangat halus
• Inti bulat atau melekuk, nukleolus tidak jelas terlihat
Sering ditemukan pada anak-anakanak
Prognosis baik bila diobati dengan baik.

LEKEMIA LIMFOBLAS AKUT, sel lekemia terdiri dari limfoblas dengan ciri:
- sitoplasma tampak samar-samar,
samar, karena sel hampir terisi penuh oleh inti; intinya jarang mengandung
nukleolus dan jika ada, tampak samar
samar-samar
samar (berbeda dengan nukleolus pada meloblas);
-pada
pada pewarnaan PAS tampak butir-butir
butir butir coklat dalam sitoplasmanya yang terdiri dari glikogen (gambar
tengah);
-pada
pada reaksi peroksidase hasilny
hasilnya negatif (gambar kanan);
-sel
sel dibawah adalah netrofil yang bereaksi positif.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 132


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
L-2
2 : LEKEMIA LIMFOBLAS AKUT (Sel Besar & Kecil)
• Sel lekemi terdiri atas limfoblas besar dan kecil
• Limfoblas besar dapat 2 ½ X limfoblas kecil dengan sitoplasma relatif lebih banyak dan
inti bulat atau lonjong dengan beberapa lekukan, dengan kromatin inti halus
• Nukleolus 1-2
• Sukar dibedakan dengan M M-1 ® perlu pewarnaan peroksidase : L-2:
2: (-),
(
M-1: (+)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 133


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
L-3 : LEKEMIA LIMFOBLAS AKUT (Sel Besar)
• Sel besar-besar dan biasanya mengandung vakuol dalam sitoplasmanya, seperti pada
Burkitt Limfoma.
• Inti bulat, kromatin inti halus
• Limfositnya termasuk limfosit -B

LEKEMIA KRONIK
A. Lekemia Granulosit Kronik
B. Lekemia Limfosit Kronik

LEKEMIA KRONIK GRANULOSITIK


CHRONIC GRANULOCYTIC LEUKEMIA = CHRONIC MYELOCYTIC LEUKEMIA
(CML)

 Sel lekemi terdiri atas granulosit dari yang termuda (mieloblas) sampai segmen. 
semua tahapan maturasi granulosit (+)
 Pada awal fase khronik jml sel blast<5%
 Jml trombosit, basofil dan eosinofil meningkat
 Hb turun sedikit.
 Su-tul hiperseluler, mieloblas <5%
 Alkali fosfatase lekosit menurun

 20% dari semua penderita leukemia


 Sering pada dewasa muda
 Kromososm filadelfia (+) pada 90% kasus ⇒ pada leukosit, eritrosit , megakariosit dan
limfosit B, sisanya (-)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 134


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
 Kromosom filadelfia : kromosom no 22 yang lengan panjangnya menjadi pendek
karena terjadi trasnlokasi ke lengan pendek kromosom no 9
 Slenomegali ( 95% ) , limfadenopati ( 64% ) , hepatomegali ( 48% ) ⇒ proliferasi
ekstramedular.
• Terjadi akibat mutasi somatik sel induk limfohemopoitik pluripotensial
• Translokasi kromosom 9 dan 22 [ t (9;22) ]  kromosom Philadelphia
• kemampuan differensiasi (+)
• Sel lekemi cepat sekali masuk aliran darah dan selanjutnya ke berbagai organ.
• Karena sel lekemi menyebar, walaupun jumlah sel lekemia + 1012, masih belum
memberi gejala yang berarti.

Tiga fase CML :


 Fase kronis ( sebagian besar )/stable phase
 Fase accelerated ( 10% )  stadium akut (akhir)
 Fase blas / blastic crisis ( 10% )/blastikc transformation.

Fase kronis :
Darah tepi ( DT ) :
 neutrofilia : jumlah leukosit bervariasi : 20.000 – 500.000 / cmm dijumpai semua
stadium maturasi di darah tepi mulai dari mieloblas sampai segmen , sebagian besar
stadium matur
mieloblas tidak lebih dari 3%
 Basofilia
 Trombositosis : lebih dari setengah kasus di atas 1.000.000/cmm , jarang kurang dari
100.000 / cmm
 Anemia normokrom normositer
Sutul :
 Mieloblas biasanya tidak lebih dari 5%
 Jumlah basofil dan eosinofil meningkat
 Sitokimia : alkali fosfatase menurun

Fase accelerated dan fase blas :


diferensiasi rendah ( proporsi sel stadium immatur lebih besar dari pada fase kronis

Fase accelerated :
Darah tepi :
Basofil meningkat lebih dari 20%
mieloblas > 15%
mieloblas + promielosit > 30%
trombositopenia
Sutul :
Mieloblas > 10%
Basofil dan eosinofil > 10%
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 135
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Fase blas/blastic crisis
• Darah tepi : mielob las > 30%
• Sutul : mieloblas > 30%
• Jumlah sel mature turun
• Jumlah eosinofil dan basofil naik
• Jumlah trombosit turun
• Kadar Hb turun
• Penderita tampak sakit parah

CIRI-CIRI :
1. Terjadi pada usia lanjut
2. Perjalanan penyakit perlahan progresif
3. Sering (30%) tanpa gejala/keluhan spesifik
4. Dapat berubah menjadi lekemi akut
5. Terdapat organomegali
6. Jumlah lekosit
ekosit sangat tinggi (hiperlekositosis)
7. Hb sedikit turun, kecuali stadium akhir

LEKEMIA GRANULOSIT KRONIK, sel lekemia terdiri dari deret netrofil dengan berbagai tahap
maturasi. Pada beberapa kasus sel lekemia juga meliputi deret basofil dan eosinofil
(bercampur);
kadang-kadang
kadang basofil dan eosinofil yang dominan dan disebut lekemia basofil/eosinofil kronik.
Pada gambar tampak satu meloblas dan satu netrofil berinti dua; sel ini adalah sel lekemia yang
mengalami maturasi (menjadi segmen), tet tetapi
api mengalami mitosis yang tidak sempurna ketika
masih dalam tahap yang lebih muda. Hal ini sering didapatkan pada lekemia.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 136


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Diagnosis banding
• CML perlu dibedakan thd reaksi lekomoid  perlu pengecatan LAP
- CGL / CML : skor LAP rendah
- reaksi lekomoid : skor LAP tinggi
• Macam reaksi lekomoid:
1. myelocytic leukomoid reaction

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 137


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
2. lymphocytic leukomoid reaction
3. monocytic leukomomid reaction

LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIS


= CHRONIC LYMPHOCYTIC LEUKEMIA ( CLL )

• Sel lekemi terdiri


rdiri atas limfosit yang matur, biasanya limfosit kecil dari jenis limfosit-B.
limfosit
• Sel sangat rapuh, mudah pecah ®  merupakan ciri penting pada hapusan darah =
smudge cell = basket cell = Gumprecht’s shadow
• Kadang-kadang
kadang sel rusak lebih banyak dari sel yang utuh.
25% kasus leukemia
Imunitas humoral dan seluler ↓

LEKEMIA LIMFOSIT KRONIK, sel lekemia terdiri dari limfosit B, kecuali pada beberapa
pulau di Jepang, kebanyakan limfosit T. Sel lekemia mudah pecah dan dalam hapusan darah tampak
seperti bercak, disebut sel penyet (smudge cell).
Ada kalanya sel penyet demikian banyaknya, sehingga mendominasi pandangan.
Lekemia limfosit kronik sering sukar dibedakan dengan limfoma yang menyebar
kedalam aliran darah (keutuhan jaringan limfoid sudah terganggu).

Perbedaan antara CLL dengan limfositosis karena infeksi :


1. Jumlah limfosit darah> 5.000/mm3, yang tidak dapat ditentukan penyebabnya.
2. Jumlah limfosit su-tul > 30% dari jumlah sel berinti.
Klinis :
 Pembesaran kelenjar limfe superfisial, simetris, terpisah
 Splenomegali, hepatomegali
 Anemia , pucat , dyspneu
 Bila disertai trombositopenia dapat terjadi perdarahan abnormal
 Leukositosis ( sebagian
bagian besar bervariasi antara 30.000– 300.000 / cmm dan di darah tepi
70 – 99% limfosit matur )
 Anemia normokrom normositer
 Trombositopenia ( sering dijumpai )
 Sutul : 25 – 95% limfosit
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 138
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Stadium CLL
 0 : Limfositosis absolut : > 15.000 / cmm
 I : Stadium 0 + pembesaran kelenjar limfe
 II : Stadium I + hepatosplenomegali
 III : Stadium II + anemia ( Hb < 11 g / dl )
 IV : Stadium III + trombositopenia (< 100.000 /cmm)

CLL dibagi menjadi 5 stadium :


So : limfositosis hanya pada darah tepi dan sutul (pembesaran organ (-) )
S1 : So + limfadenopati
S2 : So + splenomegali.hepatomegali dan atau limfadenopati
S3 : So + anemia
S4 : So + trombopenia dan atau organomegali

LEKEMIA JENIS LAIN YANG JARANG.


A. Jenis Meloid
1. Lekemia eosinofil kronik
2. Lekemia basofil kronik
3. Lekemia megakaryosit kronik
4. Trombositemia esensial
5. Polisitemia vera
B. Jenis Limfosit
1. Lekemia prolimfosit
2. Lekemia sel limfosarkoma
3. Lekemia plasmosit

Ket Lekemia jenis lain yang jarang :


• Lekemia Eosinofil Kronik :
o dpt dianggap varian lekemia granulosit kronik
o sel lekemia terdiri dari eosinofil muda dan matur
o kadang2 mirip eosinofilia krn alergi.
• Lekemia Basofil Kronik : .
o mrpk varian atau kelanjutan lekemia granulositik kronik
o std akhir dan segera diikuti perubahan mjd lekemia akut
• Lekemia Megakaryosit Kronik:
o dpt bersifat primer,dpt mrpk kelanjutan CGL,PV atau ET
o di darah tepi dpt ditemukan fragmen atau inti megakaryosit, trombosit besar
dan kecil.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 139


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PENYAKIT MIELOPROLIFERATIF
Myeloproliferative disease (MPDs)

PENYAKIT MYELOPROLIFERATIVE
• Gangguan proliferasi primer sel2 progenitor hemopoitik
• Meliputi :
- tipe kronik: - polisitemia vera
- trombositemia esensial
- mielofibrosis idiopatik
- lekemia kronik granulositik
- sindroma mielodisplastik (MDS)
- tipe akut : - lekemia akut non limfoid (ANLL)

POLISITEMIA (ERITROSITOSIS)

• Peningkatan patologis massa eritrosit


• massa eritrosit normal : (sea level)
- Laki-laki : 26 - 32 ml / kg BB
- wanita : 23 - 29 ml / kg BB
• eritrositosis : massa eritrosit > normal ( PCV : L >51% ; P >48% )

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 140


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Klasifikasi :
I. Primer (Otonomik)
A. Polisitemia Vera
B. Eritrositosis Murni (Eritremia)

II. Sekunder
A. Fisiologis (Oksigenasi Jaringan )
B. Non-fisiologis (Oksigenasi Jaringan N)
III. Eritrositosis Relatif

ERYTHROCYTOSIS - DIAGNOSTIC TESTS


• Complete Blood Count
• Bone Marrow examination
• Arterial Blood Gas analysis
• Leukocyte Alkaline Phosphatase
• P5O
• IVP or renal ultrasound
• Liver ultrasound or CT scan
• Erythropoietin level
• Erythroid progenitor assay
• Sleep apnea evaluation

ERITROSITOSIS PRIMER = POLISITEMIA VERA

PV adalah proliferasi klonal neoplastik sel progenitor hematopoitik pluripoten,


merupakan kelainan mieloproliferatif kronis yang disebabkan oleh proliferasi pluripoten stem
cell yang tidak terkendali di sutul yang mengakibatkan peningkatan jumlah sel darah tepi
sehingga terjadi pansitosis.

Gambaran klinis :
• Keluhan : gatal, sakit kepala, lemah, BB turun, fatique
• Thrombosis : infark jantung, thrombosis vena retina, trombophlebitis, iskemia serebral
• Perdarahan : gusi, menoragi, hempotisis, perdarahan gastrointestinal
• Splenomegali 75%
• Hepatomegali 40-50%
• Hipertensi 50% karena viskositas darah ↑ sehingga aliran darah ↓ dan resistensi perifer

PATOFISIOLOGI :
Panhiperplasia terjadi karena gangguan proliferasi clonal stem cell. Etiologi pasti belum
diketahui. Beberapa mekanisme yang memungkinkan terjadinya PV :

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 141


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
• Proliferasi tidak tergantung eritropoietin yang berasal dari stem cell neoplastik
• Hipersensitivitas stem cell eritroid terhadap eritropoietin
• Hipersensitivitas stem sel eritroid terhadap faktor pertumbuhan insulin growth factor
(IGF-1)
• Adanya factor pertumbuhan abnormal yang bekerja pada stem cell normal.

LAB : Hb > 18 g/dl


HCT laki-laki > 52%
Wanita > 48%
Awal : normokromik-normositik, lanjut : hipokromik-mikrositik
Retikulosit : normal atau tinggi
Platelet : meningkat disertai gangguan fungsi
WBC : 12-20 x 103/ul
NAP : meningkat > 100%
Sutul : hiperseluler. Rasio M : E = normal karena peningkatan precursor myeloid diiringi
peningkatan precursor eritroid

Pada umumnya :
pria wanita
 Hb > 17,5 g /dl > 15,5 g /dl
 Eritrosit > 6 juta / cmm > 5,5 juta / cmm
 Hct. > 55% > 47%

Peningkatan :
 Hb, PCV , viskositas ⇒ stasis ⇒ tromboemboli
 tegangan vaskular
 asam urat
 alkali fosfatase
 kemampuan mengikat vit. B12
 kadar eritropoitin dan saturasi oksigen normal

Kriteria diagnosis P.V. :


Kategori A
1. Massa eritrosit:
Laki-laki > 36 ml / kgBB (PCV > 54%)
Wanita > 32 ml / kg BB (PCV > 51%)
2. Saturasi oksigen > 92%
3. Splenomegali
Kategori B
1. Trombositosis (> 400.000 / ml)
2. Lekositosis (> 12.000 / ml)
3. Skor LAP > 100
4. B12 serum > 900 pg/ml, UB12BC > 2200 g/ml
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 142
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Diagnosis PV terpenuhi bila terdapat :
 3 Kriteria mayor atau
 kriteria mayor no. 1 dan 2 , ditambah 2 kriteria minor

Disebut Polisitemia Sekunder bila tidak memenuhi kriteria diatas, misalnya :


1. fisiologis (defisiensi O2 pada perokok berat, penyakit paru kronis, penyakit jantung
sianotik)
2. tumor yang memproduksi eritropoietin, misalnya : renal cell Ca, hepatocellular Ca,
hemangioma, uterine leomyoma, ovarian Ca, pheochromacytoma, exogenous androgen,
renal disease, adrenal cortical hypersection.

PRIMARY “PURE” ERYTHROCYTOSIS( ERYTHREMIA )


• peningkatan massa eritrosit murni
• tidak ada penyebab eritrositosis sekunder
• kadar eritropoitin normal atau rendah
• mungkin akibat mutasi gene reseptor eritropoitin sehingga progenitor eritroid jadi lebih
sensitif terhadap eritropoitin.

ERITROSITOSIS SEKUNDER
• Merupakan respons terhadap keadaan lain yang bersifat :
- fisiologis : akibat oksigenasi jaringan yang rendah
- non fisiologis : tanpa penurunan oksigenasi jaringan
• Ada 3 kelompok :
1. Polisitemia karena penigkatan eritropoietin sebagai respon fisiologis yang normal
pada saat hipoksia jaringan
2. Polisitemia karena penigkatan eritropoietin non fisiologis
3. Polisitemia familial yang dihubungkan dengan afinitas oksigen yang tinggi pada Hb
varian.

ERITROSITOSIS RELATIF
Disebabkan karena dehidrasi, hemokonsentrasi, misalnya :
• Sindroma Gaisbock
• Stress erythrocytosis
• Pseudo erythrocytosis
- Massa eritrosit tinggi normal
- Volume plasma rendah

Perbedaan antara P. Relatif, P. Vera dan P. Absolut

P. relatif P. absolut P.Vera


sekunder

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 143


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Masa eritrosit tetap ↑ ↑
Kadar eritropoitin normal meningkat normal
Penyebab Cairan darah ↓ hipoksia ?

PV PS PR
Ukuran lien Splenomegali Normal Normal
Red cell volume Laki2 : > 32 ml/ug Meningkat Normal
Wanita : > 36
WBC ml/ug Normal Normal
Platelet Meningkat Normal Normal
Serum cobalamin Meningkat Normal Normal
SO2 arteri Meningkat Rendah Normal
Sutul Normal Eritroid Normal
Cadangan besi Panhiperplasia hyperplasia Normal
Sitogenetik Menurun Normal Normal
Abnormal Normal

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 144


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
MIELOFIBROSIS

 Nama lain : mielosklerosis, agnogenic myeloid metaplasia, mielofibrosis dengan


metaplasia mieloid
 Terjadi proliferasi SIH yang meliputi limpa dan hati ( hemopoisis ekstramedular ) dan
terjadi reaksi fibrosis di sutul
 Splenomegali
 DT : anemia (pada masa transisi mungkin kadar Hb normal / ↑ ), Dijumpai leuko -
erythroblast , Poikilositosis dengan tear drop, leukosit dan trombosit ↑ , tetapi
selanjutnya ↓
 Sutul : biopsi ( aspirasi sulit ) : hiperseluler, sabut retikulin ↑ Sering megakariosit ↑.

Primer :
• Idiopatik (agnogenic myeloid metaplasia)
Sekunder :
• Penyakit mieloproliperatif lain
• lekemia sel berambut (hairy cell leukemia)
• Metastasis Ca ke su-tul
• Paparan benzene
• tb milier
• penyakit granulomatous
• Penyakit paratiroid
• Penyakit Paget

KRITERIA DIAGNOSIS MIELOFIBROSIS


a. Splenomegali
b. Anemia ( Hemolitik, Produksi - )
c. Lekositosis atau trombositosis (60% kasus)
d. Lekoeritroblastik di darah tepi
e. Dakrositosis di darah tepi
f. Fibrosis su-tul
g. Osteosklerosis (x-ray)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 145


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
LIMFOPROLIFERATIF DISORDER :
• CLL
• HAIRY CELL LEUKEMIA
• LIMFOMA MALIGNA
• MULTIPLE MIELOMA
• WALDENSTROM MAKROGLOBULINEMIA

HAIRY CELL LEUKEMIA

Hairy Cell Leukemia merupakan gangguan sel limfosit B kronis yang ditandai dengan adanya
:
• Pansitopenia
• Splenomegali massif
• HDT : limfosit dengan sitoplasma biru muda, kadang-kadang bervakuola dan
mempunyai rambut
• Inti sel dapat bulat melekuk atau melipat
Diagnosis dipastikan dengan pewarnaan sitokimia TRAP (Tartrate Resistance Acid Phosphatase)

LIMFOMA MALIGNA

 Jaringan limfoid normal diganti jaringan limfoid abnormal


 Limfoma Hodgkin
khas : sel Reed Sternberg
 Limfoma non Hodgkin
noduler / difus
 Diagnosa pasti limfoma dengan pemeriksaan jaringan ( patologi anatomi )

Gambaran klinis limfoma Hodgkin


 Semua umur ( anak jarang, dewasa muda lebih sering )
 Pria > wanita
 Pembesaran kelenjar limfe :
tidak nyeri , tidak lunak, asimetris dan terpisah
leher : 60 – 70% kasus
aksila : 10 – 15% kasus
inguinal : 6 – 12 % kasus
retroperitoneal : sering
mediastinum : 6 – 11 %
 Anemia normokrom normositer ( sering )
 Bila infiltrasi di sutul ( + ) dapat sebabkan kegaglan sutul disertai gambaran anemia
dengan lekoeritroblas
 Lekositosis : 1/3 kasus
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 146
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
 Lekocyte alkaline phosphatase ( ALP ) : ↑
 Eosinofilia
 Stadium lanjut : limfopenia
 Jumlah trombosit: permulaan normal, pada stadium lanjut dapat ↑
 LED ↑
 Hiperurikemia
 Cell mediated immunity dan antibodi ↓⇒ mudah infeksi

Gambaran klinis limfoma Non Hodgkin


 Limfadenopati : superfisial, asimetris ,tidak nyeri
 Badan panas, keringat malam, berat badan menurun,
 Anemia dan mudah infeksi.
 Pembesaran kelenjar orofaring ( 5 – 10% kasus ) sehingga kerongkongan nyeri dan sesak
nafas
 Hati dan limpa sering membesar , dapat juga terjadi pada jaringan mesenterika , kulit
dan otak
PLASMA CELL DYSCRASIA

 Plasma dan lymphocyte cell dyscrasia termasuk sejumlah gangguan yang ditandai oleh 2
sifat dasar yaitu proliferasi tak terkendali atau akumulasi sel yang dalam keadaan
normal terlibat dalam pembentukan 147omponen
 Sintesis dan sekresi gamma globulin componen ( M component ) dan atau bagiannya

MIELOMA

Myeloma merupakan keganasan dari sel Plasmosit yang ditandai oleh proliferasi
plasmosit dalam sutul dan terdapat protein monoclonal dan kelainan tulang (nyeri tulang,
osteolitik, osteoporosis, fraktur patologis). 90% kasus terjadi pada usia > 40 tahun.
Keganasan plasmosit meliputi :
1. Multiple Mieloma (MM)
2. Indolent MM (IMM)
3. Smoldering MM (SMM)
4. Monoclonal Gammopathy of Undetermined Significant (MGUS)

MULTIPLE MYELOMA = Myelomatosis

 merupakan bagian dari penyakit gamopati monoklonal


 sel ganas terdiri dari sel mieloma yaitu plasmosit yg aktif produksi Imunoglobulin
monoklonal
 sel mieloma jarang tdpt di drh perifer, bila ditemukan di drh perifer dlm jml banyak
disebut lekemia plasmosit

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 147


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Proliferasi maligna sel plasma yang ditandai proses osteolitik dan akumulasi sel plasma di sutul
dan adanya protein monoklonal di serum dan di urine
 80 % penderita berumur > 40 tahun

MONOKLONAL GAMMOPATHY
I.Malignant monoclonal gammopathy
A. Multiple mieloma (IgG,IgA,IgD,IgE….)
1.overt MM
2.smoldering MM
3.plasma cell leukemia
4.nonsecretory myeloma
5.osteosclerotic myeloma
B. Plasmacytoma
1.solitary plasmacytoma of bone
2.extramedullary plasmacytoma
C. Malignant lymphoproliferative disease
1.Waldenstrom macroglobulinemia
2.Malignant lymphoma
D. Heavy chain disease
E. Amyloidosis
II.Monoclonal gammopathy of undetermined significance (MGUS)

MELOMA MULTIPEL, sel meloma umumnya besar sekali, karena sarat dengan imunoglobulin
(dibandingkan besarnya dengan netrofil disampingnya). Pada sel meloma, sifat umum plasmosit
masih jelas tampak: letak inti menepi, sitoplasmanya disekitar inti lebih bening, dalam
sitoplasmanya sering tampak vakuol.
Sel meloma terutama terdapat dalam sumsum tulang, jarang sekali dalam darah.
Sel meloma dapat dibagi menjadi dua fraksi: fraksi yang aktif membentuk imunoglobulin
(seperti pada gambar) dan fraksi yang aktif berproliberasi. Fraksi ini morfologinya seperti
limfosit, sukar dibedakan dengan limfosit normal dan jumlahnya sedikit sekali, hanya beberapa
persen.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 148


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Gambaran klinis MM
 Nyeri tulang , fraktur patologis
 Anemia ( lemah , sesak, pucat , takikardia )
 Infeksi berulang ( produksi antibodi abnormal dan menurun )
 Bila penyakit berlanjut terjadi netropenia
 Kegagalan ginjal , hipercalcemia dengan gejala :
polidIpsi, poliuria, anoreksia, mutah, konstipasi, gangguan mental
 Kadang kadang makroglosia, diarhea
 Sindroma viskositas dan purpura, perdarahan, gangguan pengelihatan, gangguan SSP
dan kegagalan jantung

Diagnosis multiple myeloma

Kriteria mayor :
 Plasmasitoma ( biopsi jaringan )
 Plasmasitosis ≥ 30% di sutul
 Puncak globulin monoklonal pada elektroforesis serum : Ig G > 3,5 g% atau IgA > 2 g% ,
sekresi light chain di urine
Kriteria minor :
 Plasmasitosis di sutul : 10 – 30 %
 Gamopati monoklonal IgG < 3,5 g% atau IgA > 2 g%
 Proses osteolitik
 Ig normal ↓ : IgM < 50 mg% , IgA < 100 mg% , IgG < 600 mg%
Diagnosis positif bila salah satu di bawah ini terpenuhi
 ⇒ 1 + B , 1+C , 1+D atau
 ⇒ 2 +B, 2+C, 2+D atau
 ⇒ A+B+C atau A+B+D

Pemeriksaan laboratorium lainnya :


 Anemia normokrom normositer
 Rouleaux
 Trombositopenia pada stadium lanjut
 Kadang – kadang dijumpai sel plasma
 Hapusan : 15% kasus abnormal, dijumpai leukoeritroblas
 LED ↑
 Ca ↑ pada 45% kasus
 Alkali fosfatase serum normal, kecuali bila ada fraktur
 BUN dan kreatinin serum ↑
 Dapat terjadi gagal ginjal karena benzones proteinuria, hipercalcemia, asam urat tinggi
dan pielonefritis
 Albumin serum ↓ pada stadium lanjut

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 149


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Menurut Durie dan Salman, pada tahun 1975 serta Salman dan Carsadi pada tahun 1988
menganjurkan untuk menggunakan Staging Mieloma berdasarkan kadar protein M, kelainan
tulang, Hb, Ca, creatinin serum.

STAGE I :
• Protein M : Ig G < 5 g/dl, Ig A < 3 g/dl, Bence Jones < 4 g/24 jam
• Kelainan tulang (-) atau terdapat kelainan tulang sioliter
• Hb > 10 g/dl, Ca ≤ 12 mg/dl

STAGE II :
• Protein M : Ig G > 7 g/dl, Ig A > 5 g/dl, Bence Jones 12 g/24 jam
• Kelainan tulang lanjut atau lesi tulang multiple
• Hb < 8,5 g/dl, Ca > 12 mg/dl

STAGE III : antara Stage I dan III

Subklasifikasi berdasarkan fungsi ginjal :


A. Creatinin < 2 mg/dl
B. Creatinin > 2 mg/dl

MM SMM MGUS

• Kelainan litik tulang ≤ 3 • Tidak ada lesi pada • Litik tulang (-)
tulang tanpa fraktur tulang • Protein M :
kompresi • Sel plasma sutul Ig G < 3,5 g/dl
• Protein M : Ig G < 7 10-30% Ig A < 2 g/dl
g/dl Bence Jones<1g/24
Ig A < 5 g/dl jam
• Tidak ada keluhan • Sel plasma sutul < 10%
klinis • Tidak ada gejala klinis
• Hb > 10 g/dl seperti mieloma
• Ca < 12 mg/dl
• SC < 3 mg/dl
• Infeksi (-)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 150


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
WALDENSTROM MACROGLOBULINEMIA

WM merupakan penyakit limfoproliferatif sel B yang ditandai dengan adanya Ig M


monoclonal dalam serum.
Gejala Klinis :
1. Sering terjadi pada wanita > 50 tahun dengan gangguan penglihatan dan perdarahan,
misalnya epistaksis
2. Neuropati
3. Koagulopati oleh karena hiperviskositas
HDT :
• Bentukan Rouleaux
• LED cepat
• Anemia normokromik-normositik
• Mungkin terdapat limfoplasmasitoid
Sutul : infiltrasi limfoplasmasitoid dengan penurunan aktivitas trombopoeisis, granulopoesis,
dan eritropoesis.

Pemeriksaan imunologi : monoclonal Ig M pada Elektroforesis serum dan kelainan pada


pemeriksaan Imunoelektroforesis pada Ig M dengan rantai Kappa dan Lamda.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 151


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
MYELODISPLASTIK SYNDROME ( MDS )

MDS adalah keganasan heterogen stem cell yang ditandai oleh kegagalan proliferasi dan
maturasi dari system hamatopoietik sehingga menghasilkan gambaran dysplastik dan adanya
eritropoisis yang tidak efektif (anemia, lekopenia, trombositopenia).
Menurut FAB pada keadaan ini didapatkan dysplasia dengan jumlah blas < 30%
Gambaran umum:
• kelainan klonal sel induk hemopoitik dapatan
• sitopenia perifer + hiperseluler sutul
• hemopoisis inefektif
• dpt menjadi lekemia akut
dulu dsbt sindroma pre-lekemia.

Gambaran Laboratorium :
• anemia dg MCV normal /meningkat disertai makro-ovalosit
• jml retikulosit menurun.
• jml lekosit normal dg netropenia
• morfologi netrofil abnormal: hipogranuler, atau hiposegmentasi (pseudo Pelger-Huet)
• mieloblas,promielosit dpt dijumpai di perifer
• jml trombo normal / menurun
• sebagian trombo hipogranuler.

Klasifikasi MDS

Klasifikasi FAB sel blas ( % ) ring sideroblast monosit


(%) > 1 X 109/L
BM DT
Refractory anemi( RA ) < 5 <1 < 15 -
RA with ring sideroblast < 5 <1 > 15 -
RA with excess blast 5 – 20 <5 variable -
Chronic myelomonocytic
leukemia ≤ 20 <5 variable +
RA with excess blast in
transformation 21 – 30 ≥5 variable ±

Morfologi abnormal MDS

JENIS SEL DARAH TEPI SUTUL

Eritroid ovalomakrosit , eliptosit megaloblastoid, nuclear budding

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 152


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
akantositosit ,stomatosit ringed sideroblast
t ear drops, basofilic stipling ringed sideroblast
Howell – Jolly bodies internuclear bridging
karyorrhexis, nuclear fragments
vakuolisasi sitoplasma
berinti banyak

Meloid Pseudo Pelger Huet defek granulasi


hipogranulasi maturation arrest
granulasi,nuclear stick
stadium mielosit hiper-
segmentasi
ring shaped nuclei

Megakariosit giant platelete, micromegakaryocyte


hypo/ agranulasi, hipogranular
platelete multiple small nuclei

KLINIS DAN LAB MDS :


1. Anemia makrositer (MCV > 102) dan biasanya jumlah retikulosit rendah
2. Pansitopenia (50%)
3. Splenomegali dan lekositosis jarang, kecuali pada CMMoL
4. Mempunyai risiko terjadi anemia dan perdarahan
5. Vit B12 dan Asam folat normal
6. WBC umumnya rendah/normal
7. PLT rendah/normal (sering ada riwayat perdarahan pada waktu operasi kecil/trauma).
Jika terjadi perdarahan pada jumlah trombosit yang normal menunjukkan adanya
disfungsi trombosit pada MDS
8. Adanya dysplasia satu atau lebih dari sel darah pada bloodsmear

SUTUL :
1. Hiperseluler
2. Adanya makromegakariosit-mononuklear megakariosit, merupakan tanda adanya
dysplasia
3. Perubahan megaloblastik
4. Jumlah blas meningkat >5%
5. Jumlah ring sideroblas meningkat >15%

su-tul hiperseluler:
-hiperplasia eritropoitik + maturasi abn: megaloblastik,inti ganda.
-sideroblas (+)
-seri mieloid “bergeser kekiri”,sel blast

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 153


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
-sebagian megakaryosit kecil (kerdil/dwarf).

DIAGNOSIS MDS
A. Dis-eritropoisis:
.su-tul:-hiper/hipoplasia eritrositik
-gangguan maturasi
-maturasi megaloblastoid
-lobulasi inti,inti ganda
-ringed sideroblast (+)
.darah perifer:
-makrosit-oval,hipokromik-mikrosit
-poikilosit,akantosit,siderosit
B. Disgranulopoisis:
.su-tul:-hipo/hiperplasia granulositik
-jml monosit meningkat
-hiposegmentasi inti
(pseudo-Pelger-Huet)
-hipersegmentasi inti,
inti bntk cincin(doughnut-shaped)
-hipogranulasi
.darah perifer :
-netropenia/netrofilia
-monositosis
-hipo/hipersegmentasi inti
-hipogranulasi netrofil,eosinofil

C. Dismegakaryopoisis :
.su-tul :
-hipo/hiperplasia megakaryosit
-megakaryosit mono/bi-lobus
-mikro-megakaryosit (+)
.darah perifer:
-trombositopenia/trombositosis
-”giant thrombocyte” (+)

Klasifikasi MDS menurut FAB:


1.Refractory anemia(RA)/refr.cytopenia(RC)
2.Refractory anemia with ringed sideroblast (RARS)
3.Refractory anemia with excess blast(RAEB)
4.RAEB in transformation (RAEBIT)
5.Chronic myelomonocytic leukemia(CMML)

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 154


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
Cassification of the Myelodisplastic Syndrom (WHO)

clasification Peripheral blood Bone Marrow

Refactory anemia Anemia, no or rare blasts Erythroid dysplasia only


< 5 % blasts
< 15 % ringed sideroblasts

Refractory anemia Anemia. No blasts 15 % ringed


with ring sideroblasts sideroblasts.
Erythroid dysplasia
only. < 5 % of the
cell of two or more
myeloid line
Refactory cytopenia Cytopenia ( bicytopenia or Dysplasia in > 10% of cells

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 155


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
with mutilineage pansitopenia. No or rare of two or more myloid lines.
dysplasia blasts. No Auer rods. < 5 % blasts in marrow.No
< 1 X 109 /L monocytes Auer rods. < 5 % ringed
sideroblasts

Refactory cytopenia Cytopenia ( bicytopenia or Dysplasia in > 10% of cells


with mutilineage pansitopenia. No or rare of two or more myloid lines.
dysplasia blasts. No Auer rods. < 5 % blasts in marrow. >
< 1 X 109 /L monocytes 15% ringed sideroblasts
No Auer rods

Refractory anemia Cytopenia. < 5 % blasts .No Unilineage or multilineage


with excess blasts 1 Auer rods < 1 X 109 /L dysplasia. 5 – 9% blasts
monocytes No Auer rods

Refractory anemia Cytopenia. 5 - 10 % Unilineage or


with excess blasts 2 blasts.Auer rods (+) multilineagedysplasia. 5 –
< 1 X 109 /L monocytes 9% blasts Auer rods (+)

MDS , unclassified Cytopenia. No or rare Unilineage dysplasia. One


blasts. No Auer rod myeloid cell line < 5 %
blasts
No Auer rods

5q- syndrome Anemia Normal / increased


Usually normal or increased megakaryocytes with
platelet count. < 5 % blasts hypolobulated nuclei.< 5 %
blasts.
Isolated del(5q) cyto
Genetic abnormality. No
Auer rods

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 156


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 157
Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PENGECATAN SITOKIMIA

• Bukan pengecatan rutin !


• Merupakan tehnik khusus
• Atas indikasi tertentu :
- bedakan jenis sel tertentu
- bedakan jenis lekemia tertentu
• Macam-macam:
- LAP ALKALI FOSFATASE LEKOSIT
- PAS PERIODIC ACID SCHIFF
- Peroxidase
- Sudan Black B dll.

LEUKOCYTE ALKALINE PHOSPHATASE


• Terdapat dlm sitoplasma granulosit
• Jml bervariasi pd bbrp penyakit
• Meningkat pada:
- kehamilan trimester terakhir
- netrofilia pd infeksi
- polisitemia vera
- limfoma Hodgkin’s
- anemia aplastik
• Spesimen:
- buat 5 – 6 hapusan darah kapiler
• Kontrol positif :
- darah kapiler wanita hamil trimester akhir
• Kontrol normal :
- darah kapiler orang normal
• Prinsip :
- Alkali fosfatase dlm sitoplasma netrofil memecah naftol fosfat  naftol
- Naftol + benzoil-metoksianilin presipitat hitam-coklat yg tdk larut
- Dilakukan penghitungan skor atas dasar jml presipitat yg terbentuk

Penghitungan skor LAP


• Baca sediaan dg mikroskop obyektif 100 x
• Hitung 100 netrofil dan tentukan skor masing2
• Skor warna
0= berwarna
1 = coklat pucat,difus
2= sitoplasma coklat,dg atau tanpa presipitat hitam-coklat
3 = sitoplasma hitam-coklat dg presipitat

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 158


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
4 = presipitat hitam-coklat tua diseluruh sitoplasma
• Hitung jml skor 100 netrofil

 Darah EDTA boleh dipakai,hasil kurang baik


 Hapusan drh hrs difiksasi <1jam stlh sampling
 Stlh difiksasi dpt disimpan 24 jam
 Pembacaan hrs dilakukan < 2 jam stlh dicat
 skor normal: 40- 150

Untuk membedakan jenis blas, Pengecatan yang berguna :


Myeloperoxydase ( MPO)
Sudan black B (SBB)
nonspesific esterase (NSE).
Periodic acid-Schiff (PAS) dan specific esterase kurang membantu

MPO :
terletak di granula azurofilik dan netrofil monosit dan di granula spesifik eosinofil
Deret bergranulosit (+), positif lemah pada myeloblas
Monosit positif lemah
Prekursor Limfosit, eritrosit : (-).
Untuk membedakan AML dan ALL

SBB:
mengecat dinding granul ( pararel dengan MPO)
Mieloblas (+) : lebih kuat dp MPO
Monosit (+)
Normoblas, limfoblas (ALL) : (-).
Untuk membedakan AML dan ALL
Granular ALL : positif lemah

NSE: di monosit
Substrat : alpha naphthyl butyrate (ANB) dan
alpha naphthyl acetate (ANA)
Reaksi di monosit : granular atau diffus tgt prosedur pengecatan
Monosit NSE dihambat NaF
Pengecatan ANA juga bereaksi dengan megakarioblas : gambaran granular kasar
dengan pengecatan ANB negatif
APL , 25% (+) dengan NSE.
Limfoblas dapat NSE (+) dengan hambatan NaF berfariasi

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 159


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
SE
Substrat : naphtholAS-D chloroacetate.
SE ada dineutrofil prekursornya ( specific granule ), juga di monoblas dan monosit .
Ok di spesicfic granule , pada M0 (-)
Kurang bermanfaat untuk membedakan jenis lekemia

Periodic Acid-Schiff ( PAS )


• bereksi dengan glycogen
• manfaatnya terbatas untuk diagnosis lekemia akut
• Menunjukkan adanya :
- polisakarida
- mukopolisakarida
- mukoprotein
- glukoprotein
• Semua tahap maturasi granulosit PAS (+)
- netrofil paling kuat -- Netrofil matur (+) difus
- mielosit & mieloblas : granula PAS(+) sedikit
- eosinofil : granula PAS (-), sitoplasma PAS (+)
• Limfoblas : (+) granular kasar / blok
• Precursor monosit : (+) granular yang nenonjol
• Limfosit : bbrp granula PAS (+)
• Monosit : bbrp granula PAS (+)
• Normoblas tdk ada granula PAS (+)
• Pronormoblas dan normoblas basofilik MDS AML (+) Granular kasar / difus
• Megakarioblas beberapa tercat dengan PAS .
• Prekursor eritroid normal (-)
 PAS (+) : merah-ungu
• Hapusan drh / sutul yg sdh dicat dg Wright dpt dicat dg PAS.
• Hdt dpt disimpan > 1th sblm dicat PAS

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 160


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)
PEMERIKSAAN SEDIAAN HAPUS SUMSUM TULANG

Indikasi pemeriksaan Sumsum Tulang :


1. Sitopenia yang tidak diketahui penyebabnya
2. Penyakit keganasan darah
3. Penggantian sutul normal dengan jaringan ikat
4. Penentuan derajat keganasan pada limfoma
5. Pemantauan sebelum dan setelah kemoterapi

Lokasi :
• Sternum
• Spina iliaca posterior superior (SIPS)

Sediaan hapus yang terbaik adalah sediaan segar tanpa menggunakan antikoagulan dan harus
diwarnai dengan pewarnaan Romanowsky dalam waktu 1 jam setelah pengambilan.

Evaluasi HDT sutul dengan memperhatikan :


• Kromatin inti
• Nucleolus
• Rasio inti dan sitoplasma
• Warna biru sitoplasma
• Jumlah granula primer

Kontra Indikasi pemeriksaan Sumsum Tulang :


1. Lokal : adanya infeksi lokal pada tempat punksi
2. Sistemik : pada penyakit hemophilia

DRY TAP : suatu keadaan / pada beberapa kasus sumsum tulang tidak dapat diaspirasi (dry tap),
sehingga perlu dibuat hapusan dari bahan yang ada pada ujung jarum. Sering terjadi pada
pasien dengan anemia aplastik, hiposeluler.

This files were edited by Lestari Ekowati, dr Page 161


Added by Izzuki Muhashonah, dr (2011)

Anda mungkin juga menyukai