Anda di halaman 1dari 4

Flebotomi

Specimen Cairan Otak atau Liquor Cerebro


Spinalis (LCS)

Nama : Syarifah Zakiyyah

NIM : P05150119094

Dosen Pembimbing : Jon Farizal, SST, MSi.Med

1. Pengertian dan peranan, tujuan hasil pemeriksaan LCS dalam spesimen


penyakit
Pemeriksaan LCS ini berperan penting dalam mendiagnosa adanya
gangguan terhadap selaput otak/ meningia. Pemeriksaan Terhadap LCS
ini terbagi atas pemeriksaan Makroskpis, Mikroskopis, dan Kimiawi.
Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik
atau untuk melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan
dapat memberi petunjuk kearah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik
yang mendadak maupun yang menahun dan berguna pula setelah terjadi.
Pemeriksaan Liquor Cerebrospinalis ditujukan untuk mengetahui
adanya kelainan pada otak maupun sumsum tulang, meningitis, tumor,
abses, enchefilitis maupun infeksi virus pada daerah tersebut.

2. Pengertian cairan otak


Cairan otak ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat oleh
plexus choroideus di dalam ruang atau ventrikel otak melalui transport
akitf dan ultrafiltrasi, sedangkan 30% dibentuk pada tempat lain, termasuk
pada ventrikel dan rongga subarachnoid. Pada orang dewasa volume
intrakrinial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume
cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150
ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik exstra sel maupun intra
sel.
3. Jenis-jenis spesimen LCS
Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan
sekresi aktif dari epitel. CSS hampir menyerupai ultrafiltrat dari plasma
darah tapi beri konsentrasi Na, K, bikarbonar, Cairan, glukosa yang lebih
kecil dan konsentrasi Mg dan klorida yang lebih tinggi. Ph CSS lebih
rendah dari darah.

4. Penyulit pengambilan LCS


Kelainan hasil pemeriksaan dapat memberikan petunjuk ke arah
suatu penyakit susunan saraf pusat, baik kasus akut maupun kronis yang
akan diberikan tindakan lebih lanjut oleh klinisi berupa pemberikan terapi
adekuat.
Dilakukan dlm waktu < 30’, karena bila > 30’ jml sel akan
berkurang yang disebabkan:- Sel mengalami sitolisis- Sel akan
mengendap, shg sulit mendapat sampel yang homogen- Sel terperangkap
dalam bekuan- Sel cepat mengalami perubahan morfologi.

5. Pemeriksaan LCS
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan spesimen
cairan otak
1) Jangan menunda-nunda pemeriksaan cairan otak. Barbagai
selk dan tripanosoma cepat lisis pada sampel cairan otak.
Glukosa juga cepat rusak, kecuali kalau dengan fluorida-
oksalat.
2) Bekerjalah dengan hati-hati dan hemat. Spesimen yang
dapat diambil untuk pemeriksaan cairan otak atau Liquor
cerebro spinalis sering kali hanya sedikit karena
pengambilannya sulit..
3) Liquor cerebro spinalis mengandung organisme virulen.
Pakailah pipet dengan sumbat kapas yang tak menyerap
cairan, atau pakailah penghisap karet untuk menarik cairen
dalam pipet

 Pengambilan Cairan Serebrospinal


Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi
lumbal pada lumbal III dan IV di cavum subarachnoidale, namun
dapat pula pada suboccipital ke dalam cisterna magma atau punksi
ventrikel, yang dapat disesuaikan dengan indikasi klinik. Seorang
klinik yang ahli dapat memperkirakan pengambilan tersebut. Hasil
punksi lumbal dimasukkan dalam 3 tabung atau 3 syringe yang
berbeda, antara lain :
a. Tabung I berisi 1 mL
Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan
pemeriksaan karena mungkin mengandung darah pada
saat penyedotan.
b. Tabung II berisi 7 mL
Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi
dan kimia klinik.
c. Tabung III berisi 2 mL
Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.
count dan protein kualitatif/kuantitatif.

 Tata Cara pemeriksaan cairan Serebrospinal


a. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi
tubuh. Leher fleksi maksimal (lutut di tarik ke arah
dahi).
b. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5
yaitu dengan menentukan garis potong sumbu
kraniospinal (kolumna verterbralis) dan garis antara
kedua spina ishiadika anterior superior ( SIAS ) kiri dan
kanan. Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5
atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi.
c. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar
daerah pungsi radius 10 cm dengan larutan Povidon
iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan tutup dengan duk
steril di mana daerah pungsi lumbal di biarkan terbuka.
d. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan
ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril
selama 15 – 30 detik yang akan menandai titik pungsi
tersebut selama 1 menit.
e. Tusukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah
di tentukan. Masukan jarum perlahan-lahan menyusur
tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum
terbuka ke atas sampai menembus duramater. Jarak
antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap
anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5
– 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada
umur 3 –5 tahun. Pada remaja jaraknya 6 – 8 cm.
f. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar.
Untuk mendapatkan aliran cairan yang lebih baik, jarum
di putar hingga mulut jarum mengarah ke kranial.
Ambil cairan untuk pemeriksaan
g. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan
plester.

Anda mungkin juga menyukai