Segala puji hanya milik allah SWT. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah yang
Makalah ini menjelaskan mengenai “Cairan serebrospinal”. Adapun tujuan penyusun menulis
makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Phlebotomi , dari dosen Ibu Wiwin Wiryanti,
Menyadari dan jauh dari sempurna makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan
Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cairan serebrospinal
B. Anatomi dan fisiologi
C. Pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan pasien dan pekerja dalam proses
pengambilan spesimen cairan otak
D. Prosedur Pengambilan, Penampungan, Penyimpanan, Pengawetan dan Pengiriman
Spesimen
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel didalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia
atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter
cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Kelebihan cairan tubuh
dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan cairan tubuh menyebabkan seseorang kehausan dan
akhirnya dehidrasi.
akord tulang belakang. Cairan serebrospinal adalah satu dari tiga komponen utama di dalam
Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi untuk
melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar.
CSF adalah cairan utama dari tubuh. Dalam sistem fisiologi untuk menyuplai nutrisi pada
jaringan yang tegang, membuang zat sisa metabolisme dan memproduksi penghalang mekanik
sebagai bantalan untuk melindungi otak dan tulang belakang dari trauma atau cidera.
Otak dan sumsum tulang belakang dilapisi oleh meninges, yang terdiri dari tiga lapisan yaitu
sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini merupakan
suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan
jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali
dalam sehari
Dalam membahas cairan serebrospinal ada
baiknya diketahui mengenai
anatomi yang berhubungan dengan produksi
dan sirkulasi cairan serebrospinal, yaitu:
1. Sistem ventrikel
terdiri dari 2 buah ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV. Ventrikel
lateral terdapat di bagian dalam serebrum, masing-masing ventrikel terdiri dari 5
bagian yaitu kornu anterior, kornu posterior, kornu inferior, badan dan atrium
2. Meningen dan ruang subarakhnoid
Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf
yang bersifat non neural. Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa membran yang
menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis.
Meningen terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater.
Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan
sisterna pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang
subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana
cairan serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal. Durameter terdiri dari
lapisan luar durameter dan lapisan dalam durameter
3. Ruang Epidural
Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang
mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural.
4. Ruang Subdural
Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikit
cairan, mengisi suatu ruang disebut ruang subdural.
1. Siapkan nampan pungsi lumbal steril, cairan anti septik, anestesi lokal, sarung tangan
steril dan plester. Kemudian beri label pada tabung 1,2, dan 3
2. Atur pasien dengan posisi miring, dengan bantal di bawah kepala dan diantara kaki.
Pasien ditempatkan pada bidang yang datar
3. Instruksikan pasien agar miring dengan punggung membungkuk dan kaki ditekuk ke
abdomen dengan dibantu perawat
4. Bantu pasien mempertahankan postur sambil melakukan pemeriksaan
5. Bersihkan permukaan kulit dengan cairan antiseptik, kemudian lakukan anastesi lokal
pada permukaan kulit dan permukaan subkutan
6. Jarum pungsi spinal dimasukkan antara lumbal 3 (L3) dan lumbal 4 (L4). Jarum
dimasukkan hingga mengenai ligamentum flavum dan jarum masuk ke permukaan
arachnoid. Manometer dihubungkan dengan jarum pungsi spinal
7. Instruksikan pasien untuk bernafas secara perlahan (tidak menahan napas) dan tidak
berbicara
8. Cairan spinal diambil sebanyak 2-3ml. Kemudian dimasukan kedalam 3 tabung,
amati, bandingkan, dan analisis di laboratorium. Cabut jarum dan tutup lubang
tusukan dengan plester
9. Rapihkan alat-alat dan buang sampah
c. Prosedur pengambilan spesimen pada bayi
1. Gunakan jarum LP berkawat (stylet), ukuran 22G untuk bayi muda, 20G untuk
bayi yang lebih tua dan anak; jika tidak tersedia, dapat digunakan jarum
ke umbilikus
2. Dorong jarum pelan-pelan. Jarum akan masuk dengan mudah hingga mencapai
duramater ditembus. Pada bayi muda, tahanan ini tidak selalu dapat dirasakan, jadi dorong jarum
4. Tarik kawatnya (stylet), dan tetesan cairan serebrospinal akan keluar. Jika tidak ada cairan
serebrospinal yang keluar, kawat dapat dimasukkan kembali dan jarum didorong ke depan pelan-
pelan
6. Bila selesai, tarik jarum dan kawat dan tekan tempat tusukan beberapa detik. Tutup bekas
tusukan dengan kasa steril
7. Jika jarum ditusukkan terlalu dalam dapat merusak vena yang akan menimbulkan luka traumatik
dan CSF berdarah. Jarum harus segera ditarik keluar dan prosedur diulang kembali pada daerah
yang lain
d. Post Prosedur pengambilan spesimen
1. Anjurkan pasien berbaring terlentang selama 2 – 3 jam untuk memisahkan kelurusan bekas
jarum puncture dural dan arakhnoid di lapisan otak, untuk mengurangi kebocoran CSF1
2. Perhatikan pasien untuk komplikasi lumbar puncture. Beri tahu dokter bila terjadi komplikasi
3. Anjurkan meningkatktan intake cairan untuk mengurangi risiko headache post-prosedur
e. Peralatan
1. Jarum epidural
2. Tabung / Botol penampung
g. Pengolahan spesimen
Pengumpulan spesimen dipisahkan kedalam tiga tabung steril, yaitu :
Penyimpanan Spesimen
Semua spesimen harus diperlakukan dengan sangat hati-hati karena resikonya tinggi
untuk terkontaminasi zat asing. Sarung tangan dan pelindung wajah harus selalu
digunakan ketika meyiapkan spesimen untuk pemeriksaan. Cairan yang akan
disentrifugasi harus diletakkan pada tabung yang tertutup.
PenyimpananSpesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke lab untuk
diperiksa, karena stabilitas spesimen dapat berubah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesime:
a. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
b. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen
c. Terjadi penguapan
d. Pengaruh suhu
e. Terkena paparan sinar matahari
Pengiriman Spesimen
Spesimen harus sudah tiba di laboratorium dalam waktu 1 jam setelah pengambilan, jika tidak
memungkinkan spesimen harus disimpan dalam lemari es atau media transport dalam beberapa jam saja.
Pengiriman spesimen harus secepat mungkin dengan menggunakan cooling box (2-8℃ ) kecuali jika waktu
perjalanan kurang dari 1 jam.
Khusus untuk pemeriksaan mikrobiologi, menggunakan metode pengiriman dengan medium transpor
Stuart (untuk pengisolasian Neisseria meningitidis). Sebelum dikirim, simpanlah CSF di dalam inkubator pada
suhu 31℃ . Jangan menyimpannya di dalam kulkas.
BAB III
Kesimpulan
Cairan serebrospinal adalah satu dari tiga komponen utama di dalam tengkorak, dua
lainnya adalah pembuluh darah dan otak itu sendiri. CSF diproduksi oleh pleksus koroid,
serangkaian pembuluh darah infolded bahwa proyek ke dalam ventrikel otak, dan itu diserap
ke dalam sistem vena. Jika produksi melebihi penyerapan, tekanan CSF naik, dan hasilnya
adalah hidrosefalus. Ini juga dapat terjadi jika jalur CSF yang terhambat, menyebabkan cairan
menumpuk. CSF diperoleh dalam pungsi lumbal dianalisa untuk mendeteksi penyakit.
Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus, dimana
sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner yang menutupi
stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel ependim, yang menonjol ke
ventrikel. Pembentukan CSS melalui 2 tahap, yang pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di
luar kapiler oleh karena tekanan hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi sekresi
pada epitel khoroid melalui proses metabolik aktif.
Daftar Pustaka
1. Butch AW, Wah DT, Wises PK. Comparison of cerebrospinal fluid cell counting using the
new flow imaging system of the iQ®200 with the traditional hemacytometer method. Clin
Chem. 2005;51:A221(E-45).
2. Gandasoebrata, R.1968.”Penuntun Laboratorium Klinik’’. Jakarta: Dian Rakyat Agung.
3. Mahode , Albertus .2011. ‘’ Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan “. Jakarta
: EGC.
4. Neuropatologi Web: “Cerebrospinal Fluid”
5. Guyton and Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC: Jakarta