Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik allah SWT. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah

SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul “CAIRAN SEREBROSPINAL”.

Makalah ini menjelaskan mengenai “Cairan serebrospinal”. Adapun tujuan penyusun menulis

makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Phlebotomi , dari dosen Ibu Wiwin Wiryanti,

S.Pd, M.Kes yang membimbing saya dalam mata kuliah ini.

Menyadari dan jauh dari sempurna makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan

Bandung, September 2018

Penyusun,
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cairan serebrospinal
B. Anatomi dan fisiologi
C. Pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan pasien dan pekerja dalam proses
pengambilan spesimen cairan otak
D. Prosedur Pengambilan, Penampungan, Penyimpanan, Pengawetan dan Pengiriman
Spesimen

BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel didalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia

atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter

cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Kelebihan cairan tubuh

dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan cairan tubuh menyebabkan seseorang kehausan dan

akhirnya dehidrasi.

Cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF) adalah cairan yang menggenangi otak dan

akord tulang belakang. Cairan serebrospinal adalah satu dari tiga komponen utama di dalam

tengkorak, dua lainnya adalah pembuluh darah dan otak itu sendiri. CSF diproduksi


oleh pleksus koroid, serangkaian pembuluh darah infolded bahwa proyek ke dalam ventrikel otak,

dan itu diserap ke dalam sistem vena. Jika produksi melebihi penyerapan, tekanan CSF naik, dan

hasilnya adalah hidrosefalus. Ini juga dapat terjadi jika jalur CSF yang terhambat, menyebabkan

cairan menumpuk. CSF diperoleh dalam pungsi lumbal dianalisa untuk mendeteksi penyakit.

Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi untuk

melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar.

CSF adalah cairan utama dari tubuh. Dalam sistem fisiologi untuk menyuplai nutrisi pada

jaringan yang tegang, membuang zat sisa metabolisme dan memproduksi penghalang mekanik

sebagai bantalan untuk melindungi otak dan tulang belakang dari trauma atau cidera. 

Otak dan sumsum tulang belakang dilapisi oleh meninges, yang terdiri dari tiga lapisan yaitu

duramater, arachnoid, dan piamater.


Rata-rata  cairan  serebrospinal  dibentuk  sebanyak  0,35  ml/menit  atau  500 ml/hari, 

sedangkan  total  volume  cairan  serebrospinal  berkisar  75-150  ml  dalam sewaktu.  Ini  merupakan 

suatu  kegiatan  dinamis,  berupa  pembentukan,  sirkulasi dan  absorpsi.  Untuk  mempertahankan 

jumlah  cairan  serebrospinal  tetap  dalam sewaktu, maka  cairan  serebrospinal  diganti  4-5  kali 

dalam  sehari

Sebagai mahasiswa Analis keehatan tentunya harus memahami betul cara


pengelolaan atau penanganan spesimen. Yang harus diperhatikan dalam hal pengelolaan
spesimen antara lain adalah : Cara Pengambilan/Penyimpanan/Pengiriman spesimen.
Tujuan dari pemahaman cara pengelolaan spesimen tersebut adalah agar spesimen
dapat memberikan hasil yang akurat dalam pemeriksaan secara makroskopis/mikroskopis
dan spesimen tidak rusak dalam rentang waktu pengiriman ke laboratorium untuk
selanjutnya dilakukan proses pemeriksaan.
BAB II
Pembahasan
A. Cairan serebrospinal
CSF/ cairan serebrospinal adalah cairan utama dari tubuh. Dalam sistem fisiologi
untuk menyuplai nutrisi pada jaringan yang tegang, membuang zat sisa metabolisme dan
memproduksi penghalang mekanik sebagai bantalan untuk melindungi otak dan tulang
belakang dari trauma atau cidera. Otak dan sumsum tulang belakang dilapisi oleh meninges,
yang terdiri dari tiga lapisan yaitu duramater, arachnoid, dan piamater.
Cairan serebrospinal adalah satu dari tiga komponen utama di dalam tengkorak, dua
lainnya adalah pembuluh darah dan otak itu sendiri. CSF diproduksi oleh pleksus koroid,
serangkaian pembuluh darah infolded bahwa proyek ke dalam ventrikel otak, dan itu diserap
ke dalam sistem vena. Jika produksi melebihi penyerapan, tekanan CSF naik, dan hasilnya
adalah hidrosefalus. Ini juga dapat terjadi jika jalur CSF yang terhambat, menyebabkan cairan
menumpuk. CSF diperoleh dalam pungsi lumbal dianalisa untuk mendeteksi penyakit.
B. Anatomi dan fisiologi

Dalam   membahas cairan  serebrospinal ada  

baiknya diketahui mengenai

anatomi yang berhubungan  dengan  produksi 

 dan  sirkulasi  cairan serebrospinal, yaitu:

1. Sistem  ventrikel 
terdiri  dari  2  buah  ventrikel  lateral,  ventrikel  III dan  ventrikel IV. Ventrikel
lateral terdapat di bagian dalam serebrum, masing-masing ventrikel   terdiri   dari   5  
bagian   yaitu   kornu   anterior,   kornu   posterior,   kornu inferior, badan  dan  atrium
2. Meningen dan ruang subarakhnoid
Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf
yang bersifat non neural. Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa membran yang
menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis.
Meningen terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater.
Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan
sisterna pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang
subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana
cairan serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal. Durameter terdiri dari
lapisan luar durameter dan lapisan dalam durameter
3. Ruang Epidural
Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang
mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural.

4. Ruang Subdural
Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikit
cairan, mengisi suatu ruang disebut ruang subdural.

Gambar sirkulasicairan serebrospinal.


C. Pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan pasien dan pekerja dalam proses
pengambilan spesimen cairan otak
Petugas harus memperhatikan ketidak nyamanan pada pasien dan kemungkinan terjadinya komplikasi
selama melakukan proses pengambilan spesimen cairan otak , petugas harus menangani spesimen
CSF secara hati-hati. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk keselamatan pasien dan petugas
anatara lain :
1. Menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan spesimen
2. Pekerja wajib menggunakan APD yang lengkap
3. Memperhatikan kembali prosedur pengambilan spesimen agar dapat meminimalisir
kesalahan yang akan berakibat untuk pasien dan pekerja
4. Mengecek dan memperhatikan kondisi pasien sebelum melakukan pengambilan spesimen
5. Meminta persetujuan pasien dan keluarga untuk melakukan pengambilan spesimen
6. Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bagaimana proses pengambilan spesimen
CSF tersebut.
D. Proses pengambilan CSF
a. Persiapan Pasien
1. Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke
abdomen. Bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan
kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
2. Menjelaskan prosedur kepada pasien dan menggambarkan sensasi selama prosedur
berlangsung
3. Menentukan apakah pasien memiliki pertanyaan atau merasa belum jelas tentang
proses pengambilan spesimen CSF
4. Mengajurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemihnya sebelum dilakukan
prosedur
5. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
6. Bantu pasien dalam posisi yang tepat
7. Paparkan daerah lumbal

b. Prosedur pengambilan spesimen

1. Siapkan nampan pungsi lumbal steril, cairan anti septik, anestesi lokal, sarung tangan
steril dan plester. Kemudian beri label pada tabung 1,2, dan 3
2. Atur pasien dengan posisi miring, dengan bantal di bawah kepala dan diantara kaki.
Pasien ditempatkan pada bidang yang datar
3. Instruksikan pasien agar miring dengan punggung membungkuk dan kaki ditekuk ke
abdomen dengan dibantu perawat
4. Bantu pasien mempertahankan postur sambil melakukan pemeriksaan
5. Bersihkan permukaan kulit dengan cairan antiseptik, kemudian lakukan anastesi lokal
pada permukaan kulit dan permukaan subkutan
6. Jarum pungsi spinal dimasukkan antara lumbal 3 (L3) dan lumbal 4 (L4). Jarum
dimasukkan hingga mengenai ligamentum flavum dan jarum masuk ke permukaan
arachnoid. Manometer dihubungkan dengan jarum pungsi spinal
7. Instruksikan pasien untuk bernafas secara perlahan (tidak menahan napas) dan tidak
berbicara
8. Cairan spinal diambil sebanyak 2-3ml. Kemudian dimasukan kedalam 3 tabung,
amati, bandingkan, dan analisis di laboratorium. Cabut jarum dan tutup lubang
tusukan dengan plester
9. Rapihkan alat-alat dan buang sampah
c. Prosedur pengambilan spesimen pada bayi
1. Gunakan jarum LP berkawat (stylet), ukuran 22G untuk bayi muda, 20G untuk

bayi yang lebih tua dan anak; jika tidak tersedia, dapat digunakan jarum

hipodermik. Masukkan jarum ke tengah daerah intervertebra dan arahkan jarum

ke umbilikus

2. Dorong jarum pelan-pelan. Jarum akan masuk dengan mudah hingga mencapai

ligamen di antara prosesus spinalis vertebralis


3. Berikan tekanan lebih kuat untuk menembus ligamen ini, sedikit tahanan akan dirasakan saat

duramater ditembus. Pada bayi muda, tahanan ini tidak selalu dapat dirasakan, jadi dorong jarum

perlahan dan sangat hati-hati

4. Tarik kawatnya (stylet), dan tetesan cairan serebrospinal akan keluar. Jika tidak ada cairan
serebrospinal yang keluar, kawat dapat dimasukkan kembali dan jarum didorong ke depan pelan-
pelan

5. Ambil spesimen 0.5–1 ml dan tuangkan ke wadah steril

6. Bila selesai, tarik jarum dan kawat dan tekan tempat tusukan beberapa detik. Tutup bekas
tusukan dengan kasa steril

7. Jika jarum ditusukkan terlalu dalam dapat merusak vena yang akan menimbulkan luka traumatik
dan CSF berdarah. Jarum harus segera ditarik keluar dan prosedur diulang kembali pada daerah
yang lain
d. Post Prosedur pengambilan spesimen

1. Anjurkan pasien berbaring terlentang selama 2 – 3 jam untuk memisahkan kelurusan bekas
jarum puncture dural dan arakhnoid di lapisan otak, untuk mengurangi kebocoran CSF1
2. Perhatikan pasien untuk komplikasi lumbar puncture. Beri tahu dokter bila terjadi komplikasi
3. Anjurkan meningkatktan intake cairan untuk mengurangi risiko headache post-prosedur

e. Peralatan
1. Jarum epidural
2. Tabung / Botol penampung

3. Kassa dan plester


f. Syarat-syarat spesimen
1. Jenis spesimen sesuai dengan form permintaan yang sudah disediakan
2. Volumenya mencukupi untuk pemeriksaan
3. Kondisi baik : tidak lisis, segar, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk, steril
4. Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
5. Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
6. Identitas sesuai dengan biodata pasien

g. Pengolahan spesimen
 Pengumpulan spesimen dipisahkan kedalam tiga tabung steril, yaitu :

- Tabung 1 digunakan untuk pemeriksaan kimia dan serologi

- Tabung 2 digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi

- Tabung 3 digunakan untuk pemeriksaan pemeriksaan jumlah sel

- Tabung 4 digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi


yaitu untuk mendapatkan cairan yang keluar lebih baik dari kontaminasi kulit atau untuk
penambahan tes serologi. Cairan berlebih seharusnya tidak dibuang dan harus dibekukan sampai
tidak ada penggunaan lebih lanjut untuk itu.
 Wadah
Wadah spesimen harus memenuhi syarat :
a. Terbuat dari gelas atau plastik
b. Tidak bocor atau merembes
c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup ulir
d. Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen
e. Bersih
f. Kering
g. Tidak mempengaruhi sifat-sifat zat dalam spesimen.
h. Tidak mengandung bahan kimia, detergen.
i. Pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna coklat.
j. Untuk wadah spesimen urin, sputum, tinja sebaiknya menggunakanwadah bermulut
lebar

 Penyimpanan Spesimen
Semua spesimen harus diperlakukan dengan sangat hati-hati karena resikonya tinggi
untuk terkontaminasi zat asing. Sarung tangan dan pelindung wajah harus selalu
digunakan ketika meyiapkan spesimen untuk pemeriksaan. Cairan yang akan
disentrifugasi harus diletakkan pada tabung yang tertutup.
PenyimpananSpesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke lab untuk
diperiksa, karena stabilitas spesimen dapat berubah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesime:
a. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia
b. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen
c. Terjadi penguapan
d. Pengaruh suhu
e. Terkena paparan sinar matahari

 Pengiriman Spesimen

Spesimen harus sudah tiba di laboratorium dalam waktu 1 jam setelah pengambilan, jika tidak
memungkinkan spesimen harus disimpan dalam lemari es atau media transport dalam beberapa jam saja.
Pengiriman spesimen harus secepat mungkin dengan menggunakan cooling box (2-8℃ ) kecuali jika waktu
perjalanan kurang dari 1 jam.

Khusus untuk pemeriksaan mikrobiologi, menggunakan metode pengiriman dengan medium transpor
Stuart (untuk pengisolasian Neisseria meningitidis). Sebelum dikirim, simpanlah CSF di dalam inkubator pada
suhu 31℃ . Jangan menyimpannya di dalam kulkas.
BAB III
Kesimpulan

Cairan serebrospinal adalah satu dari tiga komponen utama di dalam tengkorak, dua
lainnya adalah pembuluh darah dan otak itu sendiri. CSF diproduksi oleh pleksus koroid,
serangkaian pembuluh darah infolded bahwa proyek ke dalam ventrikel otak, dan itu diserap
ke dalam sistem vena. Jika produksi melebihi penyerapan, tekanan CSF naik, dan hasilnya
adalah hidrosefalus. Ini juga dapat terjadi jika jalur CSF yang terhambat, menyebabkan cairan
menumpuk. CSF diperoleh dalam pungsi lumbal dianalisa untuk mendeteksi penyakit.
Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus, dimana
sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner yang menutupi
stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel ependim, yang menonjol ke
ventrikel. Pembentukan CSS melalui 2 tahap, yang pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di
luar kapiler oleh karena tekanan hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi sekresi
pada epitel khoroid melalui proses metabolik aktif.
Daftar Pustaka
1. Butch AW, Wah DT, Wises PK. Comparison of cerebrospinal fluid cell counting using the
new flow imaging system of the iQ®200 with the traditional hemacytometer method. Clin
Chem. 2005;51:A221(E-45).
2. Gandasoebrata, R.1968.”Penuntun Laboratorium Klinik’’. Jakarta: Dian Rakyat Agung.
3. Mahode , Albertus .2011. ‘’ Pedoman Teknik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan “. Jakarta
: EGC.
4. Neuropatologi Web: “Cerebrospinal Fluid”
5. Guyton and Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai