Oleh :
Nama
Nim
: 30114101
Prodi
Semester
: IV (Empat)
Kelompok
: 2C
Tanggal
: 22 Maret 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan otak (LCS) berasal dari plexus chorioideus ventrikel
ventrikel dan ada di dalam ventrikel celah subarachnoidale yang menutupi
permukaan otak dan sumsum tulang belakang. Cairan otak diproduksi oelh
proses filtrasi, absorpsi selektif dan sekreksi aktif. Produksi cairan otak
kurang lebih 20 ml per jam direabsorpsi oleh villiarachnoid. Total volume
cairan otak adalah 90 150 ml pada orang dewasa dan 10 -60 ml pada
neonatus. Secara fisiologi fungsi cairan otak adalah :
a. Melindungi jaringan penyongkong susunan saraf pusat dari
traumatik mekanik.
b. Meregulasi volume tekanan intrakranial.
c. Mempertahankan volume otak dengan jalan mengatur
produksi cairan otak.
d. Untuk sirkulasi, nutrisi dan pelepasan hasil metabolisme
diotak.
e. Untuk lubrikasi susunan saraf pusat (Qomariah,2004).
Konsentrasi elektrolit dalam cairan otak dipengaruhi oleh
perubahan dalam elektrolit plasma, namun ada juga yang tidak
terpengaruh. Kebanykkan zat-zat yang terkandung dalam cairan otak
hampir sama atau lebih rendah dibandingkan dalam plasma. Eritrosit dan
leukosit masuk kedalam cairan otak bila ada kerusakan pada pembuluh
darah atau sebagai reaksi adanya iritasi atau inflamsi. Bilirubin secara
fisiologi tidak ditemukan dalam cairan otak, namun dapat ditemukan bila
terjadi perdarahan intrakranial. Bilirubin tersebut merupakan bilirubin
indirek, karena adanya katabolisme hemoglobin setempat pada susunan
saraf pusat. Bila didalam plasma terjadi peningkatan bilirubin direk, maka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalam
cairan
otak
juga
akan
menigkat
sebanding
dengan
plasma(Qomariah,2004).
Keseimbangan antara tekanan normal yang terpelihara pada cairan
otak, karena absorpsi dan produksi yang seimbang. Absorpsi terutama
terjadi oleh villi arachnoidales dan corpusculare pacchioni. Walaupun terus
menerus ada produksi dan reapsorpsi cairan otak dan terus menerus juga
ada pertukaran zat antara cairan otak dan darah, ada stagnasi tegas dalam
kantong lumbal lebih
atau
cairan
serebrospinal
500 ml/hari,
dibentuk
sedangkan
total
sebanyak
volume
0,35
cairan
bagian yaitu
terdiri
dari
otak
ventrikel
berhubungan
serebrum
dan
dorsal
dari
pons
dan medula
oblongata(Hardjoeno,2007).
2) Meningen dan ruang subarakhnoid
Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan
saraf yang bersifat non neural. Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa
membran yang menyrlubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan
medula spinalis. Meningen
Piamater,
arakhnoid
merupakan
selaput
permukaan
otak
terdiri
dan
tipis
dari
lapisan, yaitu
duramater.
yang
yang mengikuti
Piameter
melekat
setiap
pada
lekukan5
lekukan
pada
sulkus-sulkus
dan fisura-fisura,
juga
mempunyai
disebut
ruang
serebrospinal
subrakhnoid,
dan
yang
berisi
cairan
pembuluh-pembuluh
darah
(Hardjoeno,2007).
Karena
arakhnoid tidak
sisterna
sisterna
pontis
di
permukaan
ventral
pons,
dan
serebri.
lamina
Sisterna
quadrigemina
ini
terdapat
berhubungan
sisterna
dengan
vena
sisterna
luar
dirameter
dengan
periosteum tulang
di
daerah
kepala
tengkorak dan
menjadi
berhubungan
satu
erat
dengan endosteumnya(Hardjoeno,2007).
3) Ruang Epidural
ikat
yang mengandung
kapiler-kapiler
halus
yang
Sirkulasi
dan
Absorpsi
Cairan
air
pada
orang
normal..
Pengaturan
Tekanan
Cairan
glukosa
klorida
yang
tinggi.
Ph
lebih
rendah
dari
darah(Hardjoeno,2007).
Serum
295 mOsm/L
295 mOsm/L
Natrium
138 mM
138 mM
Klorida
119 mM
102 mM
7,33
7,41 (arterial)
Tekanan
6,31 kPa
25,3 kPa
Glukosa
3,4 mM
5,0 mM
Total Protein
0,35 g/L
70 g/L
Albumin
0,23 g/L
42 g/L
Ig G
0,03 g/L
10 g/L
Osmolaritas
PH
1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi
maksimal (lutut di tarik ke arah dahi ).
2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan
menentukan garis potong sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis )
dan garis antara kedua spina ishiadikaanterior superior ( SIAS ) kiri
dan kanan. Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5 atau antara
L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi.
3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius
10 cm dengan larutan Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan
tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal di biarkan
terbuka.
4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang
telah memakai sarung tangan steril selama 15 30 detik yang akan
menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.
5. Tusukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan.
Masukan jarum perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah
proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus
duramater. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap
anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 2,5 cm pada
bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3 5 tahun. Pada remaja
jaraknya 6 8 cm.
6.
cairan yang lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah
ke kranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Pra Analitik
1. Alat
Alat yang digunkan dalam pemeriksaan LCS yang meliputi
pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimiawi menggunkan
alat beakerglass, batang pengaduk, tabung centrifuge, centrifuge,
tabung serologi, kamar hitung, pipet leukosit, selang, pipet pasteur,
bak pengecatan.
2. Reagen
Reagent yang digunkan dalam pemeriksaan LCS meliputi,
larutan truk, larutan pereaksi glukosa, preaksi protein, reagen pandy,
reagent nonne, larutan methanol, dan larutan giemsa.
3. Sampel
LCS atau Cairan Otak
4. Probandus
Nama
: Tn.X
Umur
: X Tahun
Jenis Kelamin
:Z
3.2 Analitik
1. Prinsip
LCS dibandingkan dengan aquadest untuk mengetahui kelainan yang
ringan.
2. Prosedur Kerja
a. Pemeriksaan Makroskopis
1) Warna
Tujuan
Prinsip
10
Prosedur :
1. Dimasukakan cairan otak dalam tabung serologi sebanyak
tabung.
2. Dibandingkan dengan aquadest dan dinilai hasilnya
2) Kekeruhan
Tujuan
Prinsip
cahaya tembus
Prosedur :
1. Dimasukakan cairan otak dalam tabung serologi sebanyak
tabung.
2. Dibandingkan dengan aquadest.
3. Diamati pada cahaya terang.
3) Sediment
Tujuan
otak
Prinsip
LCS.
Prinsip
NEUBANER.
Hitung jumlah semua selyang dilihat dalam sebuah
bidang
besar
dengan
memakai
lensa
obyektif
10x.mengetahui prosentase
2) Menghitung jenis sel Lekosit
Tujuan
Prinsip
kemudian dibuat
12
serologi.
Dengan hati hati dimasukkan sama banyak cairan otak ke
dalam tabung tersebut, sehingga kedua macam cairan tinggi
3.
13
No
Parameter
Interpretasi Normal
1.
Warna
Tidak berwarna
2.
Kejernihan
Jernih
3.
Bekuan
4.
pH
7,32 7,35
5.
BJ
1.003 1.008
b. Mikroskopis
1) Hitung Jumlah Sel Leukosit
Interpretasi : Jumlah sel normal = 0 5 sel/mm3 LCS.
2) Hitung Jenis Sel Leukosit
Interpretasi : Normal MN 100% dan PMN 0%.
c. Kimiawi
1) Tes Pandy
Negatif/ - : tidak ada kekeruhan sedikitpun
+1
: ada Opaescen (10 100 mg/dl)
+2
: cairan keruh (100 300 mg/dl)
+3
: sangat keruh (300 500 mg/dl)
+4
: kekeruhan seperti susu dan terjadi endapan (lebih
dari 500 mg/dl)
2) Test Nonne Apelt
Negatif/- : tidak ada cincin putih
+1
: cincin putih sangat tipis dan cairan dikocok tetap
putih
+2
: cincin putih agak jelas, dikocok cairan opalescent.
+3
: cincin putih sangat jelas, dikocok cairan keruh
+4
: cincin putih sangat jelas, dikocok cairan keruh
sekali.
3) Glukosa : Normal 50 80 mg/dl
4) Protein : Normal 15 45 mg/dl.
5) Chlorida : Normal 720 750 mg/dl.
2. Hasil
Pemeriksaan Makroskopis
1. Warna
2. Kejerniah
3. Bekuan
4. Sediment
Pemeriksaan Mikroskopis
: Seperti aquadest
: Agak keruh
: Halus sekali
: Ada endapan
14
: - kabut tipis
: +1 adanya opalescence (10 100
: +1 sedikit opalescence
: 17,7801 mg//dl
: 13752,1 mg/dl
15
4.2 Pembahasan
Cairan otak (LCS) berasal dari plexus chorioideus ventrikel
ventrikel dan ada di dalam ventrikel celah subarachnoidale yang menutupi
permukaan otak dan sumsum tulang belakang. Cairan otak diproduksi oelh
proses filtrasi, absorpsi selektif dan sekreksi aktif. Produksi cairan otak
kurang lebih 20 ml per jam direabsorpsi oleh villiarachnoid. Total volume
cairan otak adalah 90 150 ml pada orang dewasa dan 10 -60 ml pada
neonatus. Secara fisiologi fungsi cairan otak adalah :
a. Melindungi jaringan penyongkong susunan saraf pusat dari traumatik
mekanik.
b. Meregulasi volume tekanan intrakranial.
c. Mempertahankan volume otak dengan jalan mengatur produksi cairan
otak.
d. Untuk sirkulasi, nutrisi dan pelepasan hasil metabolisme diotak.
e. Untuk lubrikasi susunan saraf pusat.
Konsentrasi elektrolit dalam cairan otak dipengaruhi oleh
perubahan dalam elektrolit plasma, namun ada juga yang tidak
terpengaruh. Kebanykkan zat-zat yang terkandung dalam cairan otak
hampir sama atau lebih rendah dibandingkan dalam plasma. Eritrosit dan
leukosit masuk kedalam cairan otak bila ada kerusakan pada pembuluh
darah atau sebagai reaksi adanya iritasi atau inflamsi. Bilirubin secara
fisiologi tidak ditemukan dalam cairan otak, namun dapat ditemukan bila
terjadi perdarahan intrakranial. Bilirubin tersebut merupakan bilirubin
indirek, karena adanya katabolisme hemoglobin setempat pada susunan
saraf pusat. Bila didalam plasma terjadi peningkatan bilirubin direk, maka
dalam cairan otak juga akan menigkat sebanding dengan plasma.
Keseimbangan antara tekanan normal yang terpelihara pada cairan
otak, karena absorpsi dan produksi yang seimbang. Absorpsi terutama
terjadi oleh villi arachnoidales dan corpusculare pacchioni. Walaupun terus
menerus ada produksi dan reapsorpsi cairan otak dan terus menerus juga
ada pertukaran zat antara cairan otak dan darah, ada stagnasi tegas dalam
16
atau
cairan
serebrospinal
500 ml/hari,
dibentuk
sedangkan
total
sebanyak
volume
0,35
cairan
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jadi dari pemeriksaan Liquor cerebrospinalis (cairan otak) meliputi
dari pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimiawi didapatkan hasil :
Pemeriksaan Makroskopis
5. Warna
: Seperti aquadest
6. Kejerniah
: Agak keruh
7. Bekuan
: Halus sekali
8. Sediment
: Ada endapan
Pemeriksaan Mikroskopis
3. Hitung jumlah sel leukosit : 0 Sel /Lp
4. Hitung jenis sel leukosit
50 Sel/Lp .
Pemeriksaan Kimiawi
5. Test pandy
- Metode Alorji
- Metode Tabung
6. Test nonne Apelt
7. Glukosa
8. Protein
: - kabut tipis
: +1 adanya opalescence (10 100 mg/dl)
: +1 sedikit opalescence
: 17,7801 mg//dl
: 13752,1 mg/dl
5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
sebelum melakukan pemeriksaan,
2. Pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur yang ada.
3. Jagalah kebersihan.
4. Membuat media harus tepat sesuai perhitungan.
5. Harus teliti dalam pembacaan hasil.
6. Harus teliti dalam mengambil reagen.
7. Saat menanam media pastiak alat yang digunakan steril.
8. Jangan memasukan kepala kedalam inkubator tanpa menggunakan
APD.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Qomariah, Nurul , Hj, 2004. Penuntun Praktikum Kimia Klinik Dasar. Politeknik
Kesehatan
Banjarmasin,
Jurusan
Analis
Kesehatan,
20
LAMPIRAN
21