Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK

PEMERIKSAAN LCS (LIQUOR CEREBROSPINALIS)

Oleh :
Nama

: Adimas Gilang Tri Putra

Nim

: 30114101

Prodi

: DIII Analis Kesehatan

Semester

: IV (Empat)

Kelompok

: 2C

Tanggal

: 22 Maret 2016

PROGRAM STUDI D III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2016/201

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan otak (LCS) berasal dari plexus chorioideus ventrikel
ventrikel dan ada di dalam ventrikel celah subarachnoidale yang menutupi
permukaan otak dan sumsum tulang belakang. Cairan otak diproduksi oelh
proses filtrasi, absorpsi selektif dan sekreksi aktif. Produksi cairan otak
kurang lebih 20 ml per jam direabsorpsi oleh villiarachnoid. Total volume
cairan otak adalah 90 150 ml pada orang dewasa dan 10 -60 ml pada
neonatus. Secara fisiologi fungsi cairan otak adalah :
a. Melindungi jaringan penyongkong susunan saraf pusat dari
traumatik mekanik.
b. Meregulasi volume tekanan intrakranial.
c. Mempertahankan volume otak dengan jalan mengatur
produksi cairan otak.
d. Untuk sirkulasi, nutrisi dan pelepasan hasil metabolisme
diotak.
e. Untuk lubrikasi susunan saraf pusat (Qomariah,2004).
Konsentrasi elektrolit dalam cairan otak dipengaruhi oleh
perubahan dalam elektrolit plasma, namun ada juga yang tidak
terpengaruh. Kebanykkan zat-zat yang terkandung dalam cairan otak
hampir sama atau lebih rendah dibandingkan dalam plasma. Eritrosit dan
leukosit masuk kedalam cairan otak bila ada kerusakan pada pembuluh
darah atau sebagai reaksi adanya iritasi atau inflamsi. Bilirubin secara
fisiologi tidak ditemukan dalam cairan otak, namun dapat ditemukan bila
terjadi perdarahan intrakranial. Bilirubin tersebut merupakan bilirubin
indirek, karena adanya katabolisme hemoglobin setempat pada susunan
saraf pusat. Bila didalam plasma terjadi peningkatan bilirubin direk, maka

dalam cairan otak juga akan menigkat sebanding dengan plasma


(Qomariah,2004).
Keseimbangan antara tekanan normal yang terpelihara pada cairan
otak, karena absorpsi dan produksi yang seimbang. Absorpsi terutama
terjadi oleh villi arachnoidales dan corpusculare pacchioni. Walaupun terus
menerus ada produksi dan reapsorpsi cairan otak dan terus menerus juga
ada pertukaran zat antara cairan otak dan darah, ada stagnasi tegas dalam
kantong lumbal lebih

tinggi dibandingkan dengan cairan otak dalam

vertculus dan cisterna magna (Qomariah,2004).


1.2 Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan LCS ini adalah :
1. Untuk membantu suatu diagnosa terhadap penyakit
2. Untuk mengetahui perjalanan suatu penyakit
3. Untuk mengetahui penyakit meningitis
4. Untuk melakukan tindakan terapi selanjutnya terhadap penyakit
1.3 Prinsip

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Cairan otak (LCS) berasal dari plexus chorioideus ventrikel
ventrikel dan ada di dalam ventrikel celah subarachnoidale yang menutupi
permukaan otak dan sumsum tulang belakang. Cairan otak diproduksi oelh
proses filtrasi, absorpsi selektif dan sekreksi aktif. Produksi cairan otak
kurang lebih 20 ml per jam direabsorpsi oleh villiarachnoid. Total volume
cairan otak adalah 90 150 ml pada orang dewasa dan 10 -60 ml pada
neonatus. Secara fisiologi fungsi cairan otak adalah :
a. Melindungi jaringan penyongkong susunan saraf pusat dari
traumatik mekanik.
b. Meregulasi volume tekanan intrakranial.
c. Mempertahankan volume otak dengan jalan mengatur
produksi cairan otak.
d. Untuk sirkulasi, nutrisi dan pelepasan hasil metabolisme
diotak.
e. Untuk lubrikasi susunan saraf pusat (Qomariah,2004).
Konsentrasi elektrolit dalam cairan otak dipengaruhi oleh
perubahan dalam elektrolit plasma, namun ada juga yang tidak
terpengaruh. Kebanykkan zat-zat yang terkandung dalam cairan otak
hampir sama atau lebih rendah dibandingkan dalam plasma. Eritrosit dan
leukosit masuk kedalam cairan otak bila ada kerusakan pada pembuluh
darah atau sebagai reaksi adanya iritasi atau inflamsi. Bilirubin secara
fisiologi tidak ditemukan dalam cairan otak, namun dapat ditemukan bila
terjadi perdarahan intrakranial. Bilirubin tersebut merupakan bilirubin
indirek, karena adanya katabolisme hemoglobin setempat pada susunan
saraf pusat. Bila didalam plasma terjadi peningkatan bilirubin direk, maka

dalam

cairan

otak

juga

akan

menigkat

sebanding

dengan

plasma(Qomariah,2004).
Keseimbangan antara tekanan normal yang terpelihara pada cairan
otak, karena absorpsi dan produksi yang seimbang. Absorpsi terutama
terjadi oleh villi arachnoidales dan corpusculare pacchioni. Walaupun terus
menerus ada produksi dan reapsorpsi cairan otak dan terus menerus juga
ada pertukaran zat antara cairan otak dan darah, ada stagnasi tegas dalam
kantong lumbal lebih

tinggi dibandingkan dengan cairan otak dalam

vertculus dan cisterna magna (Qomariah,2004).


Cairan otak ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat
oleh plexuschoroideus di dalam ruang atau ventrikel otak melalui
transport akitf dan ultrafiltrasi, sedangkan 30% dibentuk pada tempat lain,
termasuk pada ventrikel dan rongga subarachnoid. Pada orang dewasa
volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400
ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan
darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan,
baik ekstra sel maupun intra sel (Gandasoebrata, 2006).
Rata-rata
ml/menit

atau

cairan

serebrospinal

500 ml/hari,

dibentuk

sedangkan

total

sebanyak
volume

0,35
cairan

serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini merupakan


suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi.
Untuk mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam
sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari
(Gandasoebrata, 2006).
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui
lumbal punksi, Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan
yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari plasma darah. Di samping
filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut berpengaruh. Karena
itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat,
susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa
macam zat dalam plasma darah(Gandasoebrata, 2006).
4

Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik


atau untuk melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan
dapat memberi petunjuk kearah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik
yang mendadak maupun yang menahun dan berguna pula setelah
terjadi trauma (Hardjoeno,2007).
Dalam membahas cairan serebrospinal ada baiknya diketahui
mengenai anatomi yang berhubungan dengan produksi dan sirkulasi
serebrospinal, yaitu :
1) Sistem Ventrikel
Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral,
ventrikel III dan ventrikel IV. Ventrikel lateral terdapat di bagian
dalam

serebrum, masing-masing ventrikel

bagian yaitu

terdiri

dari

kornu anterior, kornu posterior, kornu inferior,

badan dan atrium. Ventrikel III adalah suatu rongga sempit


di garis tengah yang berbentuk corong unilokuler, letaknya di
tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian korpus
unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa
dan

otak

tengah dan diantara hemisfer serebri, thalamus dan

dinding hipothalanus. Disebelah anteropeoterior


dengan

ventrikel

berhubungan

IV melalui aquaductus sylvii. Ventrikel IV

merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah


ventral

serebrum

dan

dorsal

dari

pons

dan medula

oblongata(Hardjoeno,2007).
2) Meningen dan ruang subarakhnoid
Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan
saraf yang bersifat non neural. Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa
membran yang menyrlubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan
medula spinalis. Meningen
Piamater,

arakhnoid

merupakan

selaput

permukaan

otak

terdiri
dan
tipis

dari

lapisan, yaitu

duramater.
yang

yang mengikuti

Piameter

melekat
setiap

pada
lekukan5

lekukan

pada

sulkus-sulkus

dan fisura-fisura,

juga

melekat pada permukaan batang otak dan medula


spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula
spinalis setinggi korpus vertebra. Arakhnoid

mempunyai

banyak trabekula halus yang berhubungan dengan piameter, tetapi


tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arakhnoid dan
piameter

disebut

ruang

serebrospinal

subrakhnoid,

dan

yang

berisi

cairan

pembuluh-pembuluh

darah

(Hardjoeno,2007).
Karena

arakhnoid tidak

mengikuti lekukan- lekukan

otak, maka di beberapa tempat ruang subarakhnoid melebar


yang disebut sisterna. Yang paling besar adalah siterna magna,
terletak diantara bagian inferior serebelum danme oblongata. Lainnya
adalah

sisterna

sisterna

pontis

di

permukaan

ventral

pons,

interpedunkularis di permukaan venttralmesensefalon,

sisterna siasmatis di depan lamina terminalis. Pada sudut antara


serebelum
magna

dan

serebri.

lamina
Sisterna

quadrigemina
ini

terdapat

berhubungan

sisterna

dengan

vena

sisterna

interpedunkularis melalui sisterna ambiens(Hardjoeno,2007).


Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari
sisterna magna dan sisterna pontis merupakan selubung dari
medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang subarakhnoid dibawah
L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan
serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal. Durameter
terdiri dari lapisan luar durameter dan lapisan dalam durameter.
Lapisan

luar

dirameter

dengan

periosteum tulang

di

daerah

kepala

tengkorak dan

menjadi

berhubungan

satu
erat

dengan endosteumnya(Hardjoeno,2007).
3) Ruang Epidural

Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat


jaringan

ikat

yang mengandung

kapiler-kapiler

halus

yang

mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural(Hardjoeno,2007).


4) Ruang Subdural
Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang
mengandung sedikit cairan, mengisi suatu ruang disebut ruang
subdural.Pembentukan,

Sirkulasi

dan

Absorpsi

Cairan

Serebrospinal (CSS) Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih)


diproduksi di pleksus choroideus ventrikel serebri (utamanya ventrikel
lateralis). Sejumlah kecil dibentuk oleh sel ependim yang membatasi
ventrikel dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari
cairan yang bocor ke ruangan perivaskuler di sekitar pembuluh darah
otak (kebocoran sawar darah otak).Pada orang dewasa, produksi total
CSS yang normal adalah sekitar 21 mL/jam (500 mL/ hari),volume
CSS total hanya sekitar 150 mL(Hardjoeno,2007).
5) Tekanan Cairan Serebrospinal
Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika
seseorang berbaring pada posisi horizontal, rata-rata 130 mm air (10
mmHg), meskipun dapat juga serendah 65 mm air atau setinggi 95
mm

air

pada

orang

normal..

Pengaturan

Tekanan

Cairan

Serebsrospinal oleh Vili Arakhnoidalis. Normalnya, tekanan cairan


serebrospinal hampir seluruhnya diatur oleh absorpsi cairanmelalui
vili arakhnoidalis(Hardjoeno,2007).
6) Komposisi dan fungsi cairan serebrospinal (CSS)
Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler
dan sekresi aktif dari epitel. CSS hampir meyerupai ultrafiltrat
dari plasma darah tapi berisi konsentrasi Na, K, bikarbonat,
Cairan,

glukosa

klorida

yang

yang lebih kecil


lebih

tinggi.

Ph

dan konsentrasi Mg dan


CSS

lebih

rendah

dari

darah(Hardjoeno,2007).

Perbandingan komposisi normal cairan serebrospinal lumbal


dan serum adalah sebagai berikut :
CSS

Serum

295 mOsm/L

295 mOsm/L

Natrium

138 mM

138 mM

Klorida

119 mM

102 mM

7,33

7,41 (arterial)

Tekanan

6,31 kPa

25,3 kPa

Glukosa

3,4 mM

5,0 mM

Total Protein

0,35 g/L

70 g/L

Albumin

0,23 g/L

42 g/L

Ig G

0,03 g/L

10 g/L

Osmolaritas

PH

2.1.1 Pengambilan Cairan Serebrospinal


Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi lumbal
pada lumbal III dan IV di cavum subarachnoidale, namun dapat pula pada
suboccipital ke dalam cisterna magma atau punksi ventrikel, yang dapat
disesuaikan dengan indikasi klinik. Seorang klinik yang ahli dapat
memperkirakan pengambilan tersebut. Hasil punksi lumbal dimasukkan
dalam 3 tabung atau 3 syringe yang berbeda, antara lain :
a) Tabung I berisi 1 mL
Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan
karena mungkin mengandung darah pada saat penyedotan.
b) Tabung II berisi 7 mL
Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik.
c) Tabung III berisi 2 Ml
Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.count dan protein
kualitatif/kuantitatif(widman,1995).
2.1.2 Tata Cara

1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi
maksimal (lutut di tarik ke arah dahi ).
2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan
menentukan garis potong sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis )
dan garis antara kedua spina ishiadikaanterior superior ( SIAS ) kiri
dan kanan. Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5 atau antara
L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi.
3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius
10 cm dengan larutan Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan
tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal di biarkan
terbuka.
4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang
telah memakai sarung tangan steril selama 15 30 detik yang akan
menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.
5. Tusukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan.
Masukan jarum perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah
proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus
duramater. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap
anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 2,5 cm pada
bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3 5 tahun. Pada remaja
jaraknya 6 8 cm.
6.

cairan yang lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah
ke kranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan

7. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester(sacher,2004).

BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Pra Analitik
1. Alat
Alat yang digunkan dalam pemeriksaan LCS yang meliputi
pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimiawi menggunkan
alat beakerglass, batang pengaduk, tabung centrifuge, centrifuge,
tabung serologi, kamar hitung, pipet leukosit, selang, pipet pasteur,
bak pengecatan.
2. Reagen
Reagent yang digunkan dalam pemeriksaan LCS meliputi,
larutan truk, larutan pereaksi glukosa, preaksi protein, reagen pandy,
reagent nonne, larutan methanol, dan larutan giemsa.
3. Sampel
LCS atau Cairan Otak
4. Probandus
Nama

: Tn.X

Umur

: X Tahun

Jenis Kelamin

:Z

3.2 Analitik
1. Prinsip
LCS dibandingkan dengan aquadest untuk mengetahui kelainan yang
ringan.
2. Prosedur Kerja
a. Pemeriksaan Makroskopis
1) Warna
Tujuan

: Untuk mengetahui warna dari cairan otak

Prinsip

: Warna cairan otak dibandingkan dengan aquadest.

10

Prosedur :
1. Dimasukakan cairan otak dalam tabung serologi sebanyak
tabung.
2. Dibandingkan dengan aquadest dan dinilai hasilnya
2) Kekeruhan
Tujuan

: Untuk mengetahui kekeruhan pada cairan otak

Prinsip

: Kekeruhan diamati pada cahay 7 10 cm dengan

cahaya tembus
Prosedur :
1. Dimasukakan cairan otak dalam tabung serologi sebanyak
tabung.
2. Dibandingkan dengan aquadest.
3. Diamati pada cahaya terang.
3) Sediment
Tujuan

: Untuk mengetahui adanya sedimen dalam cairan

otak
Prinsip

: Untuk melihat adanya elemen elemen dalam

cairan otak maka dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop.


Hall ini dikerjakan dengan pemusingan pada kecepatan
tertentu dan pada waktu tertentu sehingga elemen terpisah dari
supernatannya.
Prosedur :
1. Dimasukakan cairan otak dalam tabung centrifuge
sebanyak tabung.
2. Dicentrifuge 1500 rpm selama 5-10 menit.
4) Bekuan
Tujuan

: Untuk mengetahui adanya benang fibrin pada

LCS.
Prinsip

: Sifat sifat bekuan dapat diamati dengan

menggunakan mata telanjang


Prosedur :
11

1. Dimasukakan cairan otak dalam beakerglass.


2. Diaduk dan amati adanya bekuan dan sifat sifat.
3. Cara pembacaan dengan melihat adanya bekuan yang
halus sekali, menyusun keping, menyusun serai, beberapa
selaput atau bekuan kasar dan besar.
b. Pemeriksaan Mikroskopis
1) Hitung jumlah Leukosit
Tujuan
: Untuk mengetahui jumlah leukosit dalam cairan
Otak
Prinsip : LCS diencerkan dalam pipet leukosit kemudian di
masukan
Prosedur:
1 Dipipet larutan Truk sampai tanda 1.
2 Kemudian diisap cairan otak sampai tanda 11.
3 Kocok pipet benar-benar , buang 3-4 tetes
4 Kemudian teteskan pada kamar hitung/ IMPROVED
5

NEUBANER.
Hitung jumlah semua selyang dilihat dalam sebuah
bidang

besar

dengan

memakai

lensa

obyektif

10x.mengetahui prosentase
2) Menghitung jenis sel Lekosit
Tujuan

: Untuk mengetahui prosentase segmen danlimfosit.

Prinsip

: Dari tetesan cairan terletak diatas objek glass

kemudian dibuat

hapusan darah kemudian dicat dengan cat

giemsa atau wright.


Prosedur :
1. Sediaan dilihat dengan cara yang berlain-lainan tergantung
sifat cairan itu.
2. Jika cairan jernih , terasangka tidak mengandung banyak
sel, pusinglah 10-15 ml bahan, cairan atas dibuang dari
sedimen di campur dengan berapa tetes serum penderita itu
sendiri, Buatlah sediaan apus dari campuran itu.

12

3. Kalau cairan keruh sekali atau purulent, buatlah sediaan


apus langsung memakai bahan itu, jika terdapat bekuan
dalam cairan bekuan itulah yang di pakai untuk membuat
sediaan apus.
4. Di cat sediaan dengan wright/ giemsa.
5. Dilihat dibawah mikroskop.
c. Pemeriksaan Kimiawi
1) Tes pandy
Prinsip

: Adanya protein dalam lcs akan bereaksi dengan


reagen pandy yang ditunjukkan dengan terjadinya

kekeruhan yang dinilai secara kualitatif.


Prosedur :
1. 1 ml reagent Pandy dalam tabung serologi yang kecil
bergaris tengah 7 mm
2. Tambahkan 1 tetes cairan otak
3. Segera baca hasil test tersebut dengan melihat kepada
derajat kekeruhannya.
2) Tes Nonne Apelt
Prinsip : Protein dalam cairan otak akan membentuk presipitat
dengan larutan jenuh Ammonium sulfat yang dapat
dinilai secara kualitatif.
Prosedur :
1. Taruhlah sampai 1 ml reagen Nonne apelt dalam tabung
2.

serologi.
Dengan hati hati dimasukkan sama banyak cairan otak ke
dalam tabung tersebut, sehingga kedua macam cairan tinggi

3.

terpisah menyusun dua lapisan.


Tenangkan selama beberapa menit kemudian selidikilah
perbatasan kedua cairan itu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 POST ANALITIK


1. Interpretasi Hasil
a. Makroskopis

13

No

Parameter

Interpretasi Normal

1.

Warna

Tidak berwarna

2.

Kejernihan

Jernih

3.

Bekuan

Tidak ada bekuan

4.

pH

7,32 7,35

5.

BJ

1.003 1.008

b. Mikroskopis
1) Hitung Jumlah Sel Leukosit
Interpretasi : Jumlah sel normal = 0 5 sel/mm3 LCS.
2) Hitung Jenis Sel Leukosit
Interpretasi : Normal MN 100% dan PMN 0%.
c. Kimiawi
1) Tes Pandy
Negatif/ - : tidak ada kekeruhan sedikitpun
+1
: ada Opaescen (10 100 mg/dl)
+2
: cairan keruh (100 300 mg/dl)
+3
: sangat keruh (300 500 mg/dl)
+4
: kekeruhan seperti susu dan terjadi endapan (lebih
dari 500 mg/dl)
2) Test Nonne Apelt
Negatif/- : tidak ada cincin putih
+1
: cincin putih sangat tipis dan cairan dikocok tetap
putih
+2
: cincin putih agak jelas, dikocok cairan opalescent.
+3
: cincin putih sangat jelas, dikocok cairan keruh
+4
: cincin putih sangat jelas, dikocok cairan keruh
sekali.
3) Glukosa : Normal 50 80 mg/dl
4) Protein : Normal 15 45 mg/dl.
5) Chlorida : Normal 720 750 mg/dl.
2. Hasil
Pemeriksaan Makroskopis
1. Warna
2. Kejerniah
3. Bekuan
4. Sediment
Pemeriksaan Mikroskopis

: Seperti aquadest
: Agak keruh
: Halus sekali
: Ada endapan

14

1. Hitung jumlah sel leukosit : 0 Sel /Lp


2. Hitung jenis sel leukosit
leukosit < 50 Sel/Lp
Pemeriksaan Kimiawi
1. Test pandy
Metode Alorji
Metode Tabung
mg/dl)
2. Test nonne Apelt
3. Glukosa
4. Protein

: Tidak dilakukan karena jumlah

: - kabut tipis
: +1 adanya opalescence (10 100
: +1 sedikit opalescence
: 17,7801 mg//dl
: 13752,1 mg/dl

15

4.2 Pembahasan
Cairan otak (LCS) berasal dari plexus chorioideus ventrikel
ventrikel dan ada di dalam ventrikel celah subarachnoidale yang menutupi
permukaan otak dan sumsum tulang belakang. Cairan otak diproduksi oelh
proses filtrasi, absorpsi selektif dan sekreksi aktif. Produksi cairan otak
kurang lebih 20 ml per jam direabsorpsi oleh villiarachnoid. Total volume
cairan otak adalah 90 150 ml pada orang dewasa dan 10 -60 ml pada
neonatus. Secara fisiologi fungsi cairan otak adalah :
a. Melindungi jaringan penyongkong susunan saraf pusat dari traumatik
mekanik.
b. Meregulasi volume tekanan intrakranial.
c. Mempertahankan volume otak dengan jalan mengatur produksi cairan
otak.
d. Untuk sirkulasi, nutrisi dan pelepasan hasil metabolisme diotak.
e. Untuk lubrikasi susunan saraf pusat.
Konsentrasi elektrolit dalam cairan otak dipengaruhi oleh
perubahan dalam elektrolit plasma, namun ada juga yang tidak
terpengaruh. Kebanykkan zat-zat yang terkandung dalam cairan otak
hampir sama atau lebih rendah dibandingkan dalam plasma. Eritrosit dan
leukosit masuk kedalam cairan otak bila ada kerusakan pada pembuluh
darah atau sebagai reaksi adanya iritasi atau inflamsi. Bilirubin secara
fisiologi tidak ditemukan dalam cairan otak, namun dapat ditemukan bila
terjadi perdarahan intrakranial. Bilirubin tersebut merupakan bilirubin
indirek, karena adanya katabolisme hemoglobin setempat pada susunan
saraf pusat. Bila didalam plasma terjadi peningkatan bilirubin direk, maka
dalam cairan otak juga akan menigkat sebanding dengan plasma.
Keseimbangan antara tekanan normal yang terpelihara pada cairan
otak, karena absorpsi dan produksi yang seimbang. Absorpsi terutama
terjadi oleh villi arachnoidales dan corpusculare pacchioni. Walaupun terus
menerus ada produksi dan reapsorpsi cairan otak dan terus menerus juga
ada pertukaran zat antara cairan otak dan darah, ada stagnasi tegas dalam
16

kantong lumbal lebih

tinggi dibandingkan dengan cairan otak dalam

vertculus dan cisterna magna.


Cairan otak ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat
oleh plexuschoroideus di dalam ruang atau ventrikel otak melalui
transport akitf dan ultrafiltrasi, sedangkan 30% dibentuk pada tempat lain,
termasuk pada ventrikel dan rongga subarachnoid. Pada orang dewasa
volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400
ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan
darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan,
baik ekstra sel maupun intra sel.
Rata-rata
ml/menit

atau

cairan

serebrospinal

500 ml/hari,

dibentuk

sedangkan

total

sebanyak
volume

0,35
cairan

serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini merupakan


suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi.
Untuk mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam
sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari.
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui
lumbal punksi, Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan
yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari plasma darah. Di samping
filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut berpengaruh. Karena
itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat,
susunan cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa
macam zat dalam plasma darah.
Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik
atau untuk melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan
dapat memberi petunjuk kearah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik
yang mendadak maupun yang menahun dan berguna pula setelah
terjadi trauma .

17

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jadi dari pemeriksaan Liquor cerebrospinalis (cairan otak) meliputi
dari pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimiawi didapatkan hasil :
Pemeriksaan Makroskopis
5. Warna
: Seperti aquadest
6. Kejerniah
: Agak keruh
7. Bekuan
: Halus sekali
8. Sediment
: Ada endapan
Pemeriksaan Mikroskopis
3. Hitung jumlah sel leukosit : 0 Sel /Lp
4. Hitung jenis sel leukosit

: Tidak dilakukan karena jumlah leukosit <

50 Sel/Lp .
Pemeriksaan Kimiawi
5. Test pandy
- Metode Alorji
- Metode Tabung
6. Test nonne Apelt
7. Glukosa
8. Protein

: - kabut tipis
: +1 adanya opalescence (10 100 mg/dl)
: +1 sedikit opalescence
: 17,7801 mg//dl
: 13752,1 mg/dl

5.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
sebelum melakukan pemeriksaan,
2. Pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur yang ada.
3. Jagalah kebersihan.
4. Membuat media harus tepat sesuai perhitungan.
5. Harus teliti dalam pembacaan hasil.
6. Harus teliti dalam mengambil reagen.
7. Saat menanam media pastiak alat yang digunakan steril.
8. Jangan memasukan kepala kedalam inkubator tanpa menggunakan
APD.

18

19

DAFTAR PUSTAKA

Qomariah, Nurul , Hj, 2004. Penuntun Praktikum Kimia Klinik Dasar. Politeknik
Kesehatan

Banjarmasin,

Jurusan

Analis

Kesehatan,

Departemen Kesehatan RI.


Gandasoebrata,2006. Penuntun Laboratorium Klinik. Penerbit Dian Rakyat,
Ed.11, Jakarta.
Hardjoeno, 2007. Substansi dan Cairan Tubuh, Edisi Baru, Penerbit Lephas,
Universitas Hasanudin Press. Makasar.
Widman, Frances, 1995. Tinjauan Kliniks atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
Penerbit ECG, Jakarta.

20

LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai