T DENGAN HIDROSEFALUS
DIRUANG PSA RS BETHESDA
YOGYAKARTA
DISUSUN OLEH :
2203007
Asuhan keperawatan pada Ny.T di ruang PSA RS Bethesda Yogyakarta ini telah
Praktikan
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi hidrosefalus
Menurut ( Dwita, 2017 ) Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air
dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan CSS
yang secara aktif dan berlebihan pada satu atau lebih ventrikel otak atau ruang
subarachnoid yang dapat menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak.
Sedangkan menurut ( Suriadi, 2010 ) Hidrosefalus adalah akumulasi cairan
serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid, atau ruang
subdural. Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang
mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh
produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah
disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran
ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis.
2. Anatomi dan fisiologi
3. Etiologi
Hidrosefalus disebabkan karena terjadinya penyumbatan cairan
serebrospinalis (CSS) pada salah satu pembentukan CSS dalam sistem
ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid,sehingga terjadi
penyumbatan dilatasi ruangan CSS di atasnya (foramen monrai,foramen
luschka,magendie,sistem magna,dan sistem basalis merupakan tempat
tersering terjadinya penyumbatan).
Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi akibat dari tiga mekanisme yaitu
(1) produksi cairan serebro spinal yang berlebihan,(2) peningkatan resistensi
aliran cairan serebro spinal,dan (3) peningkatan tekanan sinus vena. sebagai
konsekuensi dari tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan
intrakranial ( TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbanagan sekresi
dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel masih belum dapat
dipahami secara terperinci,namun hal ini bukanlah hal yang sederhana
sebagaimana akumulasi akibat dari ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan
berlangsunng berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus.
70% cairan srebro spinal diproduksi oleh pleksus khoroid ventrikel lateral,
ventrikel III dan ventrikel IV, sedangkan 30% sisanya merupakan produk
matriks ekstrasel. Jumlah produksinya sebanyak ± 500 ml/hari atau 20
ml/jam.Dari ventrikel lateral, cairan ini melalui foramina interventrikulare
Monro ke ventrikel III, lalu aquaduktus sylvius ke ventrikel IV, selanjutnya
cairan ini mengalir melalui foramen luschka dan Magendie ke dalam ruang
subaraknid,beredar ke seluruh otak, dan ke dalam ruang subaraknoid spinal
di sekeliling medula spinalis.cairan srebro spinal di resorbsi di intrakranial
dan di sepanjang medulla spinalis. Sebagian cairan srebro spinal
meninggalkan ruang subaraknoid dan memasuki aliran darah melalui villi
granulationes arachnidales pacchioni yang terletak pada sinus sagitalis
superior dan pada vena diplo dan kembali atrium kanan jantung melalui
v.kava superior.Sisanya diresorbsi di selubung perineurel saraf kranialis dan
spinalis,pada tempat masing-masing saraf tersebut keluar dari batang otak
dan medula spinalis,melewati sel-sel ependim dan kapiler leptomeninges.
Jika cairan srebro spinal diproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit
diresorpsi,atau terdapat sumbatan pada sistem ventrikel, sistem ventrikular
menjadi membesar (Satyanegara, 2010).
PATHWAY HYDROCEPHALUS
Ke la in a n In fe k si N e o p la sm a P e rd a ra h a n
k o n g e n it a l
P e m b e sa ra n re la t if k e p a la P e n in g k a t a n TIK Tin d a k a n p e m b e d a h a n
Ke su lit a n
H e rn ia si fa lk se re b ri P eneka na n pa da Te rp a sa n g sh u n t
b e r g e ra k
sa ra f o p t ik u s
Ke ru sa k a n Ko m p re si Ad a n ya p o rt d e e n t ry
P eneka na n
m o b ilit a s b a ta ng ota k p a p ile d e m a d a n b e n d a a sin g m a su k
tota l
P e n u ru n a n k e sa d a ra n O t a k se m a k in t e rt e k a n Ke ru sa k a n fu n g si k o g n it if
d a n p sik o m o t ro ik
Ko p in g k e lu a rg a t id a k e fe k t if H ip o t a la m u s se m a k in t e rt e k a n
D e fisit p e ra w a t a n d iri
5. Manifestasi Klinis
Gejala yang Nampak dapat berupa (Ngastiyah,2012) :
a. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
b. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
c. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
d. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba
tegang dan mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
e. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
f. erdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-
hitamnya, kelopak mata tertarik ke atas)
g. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang
suborbital
h. Sklera mata tampak di atas iris
i. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
j. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang
gangguan pusat vital.
Tanda dan Gejala menurut (Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010)
a. Tengkorak kepala mengalami pembesaran
b. Muntah dan nyeri kepala
c. Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
d. Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya, teraba
tegang dan menonjol
e. Dahi lebar, kulit kepal tipis, tegang dan mengkilat Pelebaran vena
kulit kepala Saluran tengkorak belum menutup dan teraba lebar
f. Terdapat cracked pot sign bunyi pot kembang retak saat dilakukan
perkusi kepala
g. Adanya sunset sign dimana sklera berada di atas iris sehingga iris
seakan-akan menyerupai matahari terbenam
h. Pergerakan bola mata tidak teratur
i. Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan neurologis
berupa: Gangguan Kesadaran, Kejang, Terkadang terjadi gangguan
pusat vital
6. Komplikasi
Komplikasi Hidrocefalus menurut (Prasetio, 2014)
a. Peningkatan TIK
b. Pembesaran kepala
c. kerusakan otak
d. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
e. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit
menurun
f. Kerusakan jaringan saraf
g. Proses aliran darah terganggu
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan funduskopi
Evaluasi funduskopi dapat mengungkapkan papilledema bilateral ketika
tekanan intrakranial meningkat. Pemeriksaan mungkin normal, namun,
dengan hidrosefalus akut dapat memberikan penilaian palsu.
b. Foto polos kepala lateral – tampak kepala membesar dengan
disproporsi kraniofasial, tulang menipis dan sutura melebar.
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal – dilakukan pungsi ventrikel melalui
foramen frontanel mayor. Dapat menunjukkan tanda peradangan dan
perdarahan baru atau lama. Juga dapat menentukan tekanan ventrikel.
d. CT scan kepala - Meskipun tidak selalu mudah untuk mendeteksi
penyebab dengan modalitas ini, ukuran ventrikel ditentukan dengan
mudah. CT scan kepala dapat memberi gambaran hidrosefalus, edema
serebral, atau lesi massa seperti kista koloid dari ventrikel ketiga atau
thalamic atau pontine tumor.CT scan wajib bila ada kecurigaan proses
neurologis akut.
e. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar
kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua
garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar
lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus
terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus
telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak
akan terjadi secara menyeluruh.
f. Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya
dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke
dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat
kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena
fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang
dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini
sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah
memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
g. Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak
8. Penatalaksanaansasa
a. Tiga prinsip utama
1) Mengrangi produksi CSS
2) Hubungankan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbs
3) Pengeluaran liquqar (CSS) kedalam organ ekstrakranial
b. Terapi konservatif medikamentosa
1) Bersifat sementara
2) Mengurangi sekresi cairan dan pleksus chorold-asetazalmit 100
mg/kgbb/hari,furosemid 1,2 mg/kgbb/hari
3) Upaya meningkatkan reasopsinya-isorbid
c. Ventriculoperitoneal shunting (VP shunt)
Ventriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan yang
dilakukan untuk membebaskan tekanan intrakranial yang diakibatkan
oleh terlalu banyaknya cairan serbrospinal (hidrosefalus). Cairan
dialirkan dari ventrikel di otak menuju rongga peritoneum. Sejumlah
komplikasi dapat terjadi setelah pemasangan ventriculoperitoneal
shunt untuk manajemen hidrosefalus. Komplikasi ini termasuk
infeksi, blok, subdural hematom, ascites, CSSoma, obstruksi saluran
traktus gastrointestinal, perforasi organ berongga, malfungsi, atau
migrasi dari shunt. Migrasi dapat terjadi pada ventrikel lateralis,
mediastinum, traktus gastrointestinal, dinding abdomen, vagina, dan
scrotum (Sjamsuhidat, 2010)
Kontra indikasi
2) Penggumpalan darah
4) Pembengkakan otak
9. Epidemiologi
10. Klasifikasi
c. Non komunikans
d. Hidrosefalus komunikans
11. Pencegahan
a. Lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin saat hamil.
b. Kenakan sabuk pengaman saat berkendara menggunakan mobil.
c. Gunakan helm saat bersepeda atau mengendarai motor (Khalatbari, H., &
Parisi, M., 2021).
12. Prognosis
Prognosis hidrosepalus bergantung dari penyakit komorbid dan etiologinya serta
keberhasilan operasi, dimana kebanyakan pasien akan membutuhkan intervensi
serta perawatan shunting seumur hidupnya. Komplikasi yang terjadi bisa
berhubungan dengan progresifitas hydrocephalus, terapi farmakologi, maupun
dengan terapi pembedahan (Koleva M, De Jesus O, 2022).
B. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIDROSEFALUS
a. Pengkajian
1) Anamnesis
1) Identitas Pasien
2) Keluhan Utama:
3) Riwayat Kesehatan
terjadi.
4) Riwayat perkembangan
5) Pengkajian psikososiospritual
pada klien dan orang tua, yaitu timbul seperti ketakutan akan
individu.
6) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
vital.
b. B1(breathing)
d. B3 (Brain)
Kepela terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan tubuh.
e. B4 (Bledder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik
neurologis luas.
f. B5 (Bowel)
menurun, serta mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai
g. B6 (Bone)
a. Status mental.
jangka panjang.
b. Pengkajin saraf cranial, meliputi
1. Saraf I (Olfaktori)
2. Saraf II (Optikus)
Abducens)
4. Saraf V (Trigeminius)
atau menetek.
5. Saraf VII(facialis)
mulut
8. Saraf XI (Aksesorius)
Mobilitas kurang baik karena besarnya kepala
a. Tonus otot
b. Kekuatan otot
patologis.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif dibuktikan dengan Hidrosefalus
(D0017)
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi (D. 0003)
3) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan (D.0109)
4) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Sekresi
(D.0149)
c. Intervensi
TABEL 1
DIAGNOSIS
TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN & DATA RASIONAL
PENUNJANGAN
Tujuan dan kriteria Tindakan
Setelah dilakukan tindakan Manajemen peningkatan intra
D.0017 keperawatan selama 3x 24jam kranial (I.09325) :
diharapkan perfusi serebral
Risiko Perfusi Serebral Tidak 1. Monitor tanda/gejala 1. Agar tidak terjadi
(L.02014) dapat meningkat dengan
peningkatan TIK peningkatan TIK
Efektif dibuktikan dengan kriteria hasil :
2. Monitor intake dan 2. Agar kebutuhan cairan
Hidrosefalus 1. Tingkat kesadaran kognitif terpenuhi
meningkat output cairan
3. Agar mengetahui
2. Tekanan Intra Kranial 3. Identifikasi penyebab penyebab peningkatan
menurun peningkatan TIK TIK
3. Nilai rata – rata tekanan 4. Monitor MAP 4. Agar MAP normal
5. Minimalkan stimulus 5. Agar pasien merasa
darah membaik
dengan menyediakan nyaman dan tenang
4. Kesadaran membaik
lingkungan yang
tenang
Setelah dilakukan tindakan Terapi oksigen (SIKI
keperawatan selama 3x 24jam I.01026) 1. Untuk melihat apakah alat
diharapkan pertukaran gas (SLKI 1. Monitor alat terapi terapi oksigen benar
L.01003) dapat meningkat dengan oksigen masuk dengan sesuai atau
kriteria hasil : 2. Monitor integritas tidak
1. Bunyi nafas tambahan mukosa hidung akibat 2. Agar proses penyaringan
menurun pemasangan oksigen udara tidak terganggu
D.0003 2. Sao2 membaik dengan 3. Pertahankan 3. Agar klien tidak
normal 95-100% kepatenan jalan nafas kekurangan oksigen yang
Gangguan pertukaran gas 3. Takikardia membaik dengan 4. Siapkan dan atur bisa menyebabkan
normal 60-100 x/menit peralatan pemberian terjadinya kematian
berhubungan dengan 4. Pola nafas membaik dengan oksigen 4. Mempermudah saat akan
Ketidakseimbangan ventilasi- normal 16-20 x/menit 5. Gunakan perangkat dipasang pada klien
oksigen yang sesuai 5. Agar oksigen yang
perfusi dengan tingkat diberikan bisa masuk
mobilisasi pasien 6. Untuk melegakan jalan
6. Kolaborasi pemberian nafas klien
obat nebulizer
combivent dan
pulmicort 3x/hari
dilakukan
e. Evaluasi
Arifputra. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed. Jakarta: Penerbit UI.
Lamba, Tejpreet Singh MD; Sharara, Rihab Saeed MD; Singh, Anil C. MD,
MPH, FCCP; Balaan, Marvin MD. 2016. “Pathophysiology and
Classification of Respiratory Failure, Critical Care Nursing” 3 (2): 85–93.