Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FISIOLOGI DAN CAIRAN OTAK

(SEREBROSPINAL)

Dosen Pembimbing :

Evi Puspitasari,S.SiT,M.Imun

Anggota Kelompok :

1. Adelia Cintya Putri (201310001)


2. Novitasari (201310016)
3. Moh. Sahibul Alan (201310042)
4. Septi Dwi Andini (201310050)

STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA (ICME) JOMBANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul " Makalah Fisiologi dan Cairan Otak
(Serebrospinal)." Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Evi
Puspitasari,S.SiT,M.Imun selaku dosen pengampu mata kuliah Urinalisa dan Cairan Tubuh
yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah ini. Kami juga berharap
semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan tentang fisiologi dan cairan otak
dalam tubuh kita.

Jombang, 20 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang…………………………………………………………………….1
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………
C. Tujuan penulisan ………………………………………………………………….
D. Manfaat penulisan………………………………………………………………….

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Cairan otak(serebrospinal)…………………………………………….


B. Anatomi dan Fisiologi cairan otak(serebrospinal)………………………………...
C. Fungsi cairan otak(serebrospinal)…………………………………………………
D. Pengambilan cairan otak(Cairan Serebrospinal)………………………………….
E. Parameter Pemeriksaan cairan otak (Cairan Serebrospinal)…………………….
F. Cara pemeriksaan cairan otak (serebrospinal)……………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otak adalah organ yang luar biasa, bekerja mengkoordinasikan seluruh yang
terjadi di dalam tubuh kita, kepribadian, metabolisme, tekanan darah, emosi, hormon, ingatan
, bekerja melebihi komputer manapun didunia ini. Kelainan kecil pada otak akan
mempengaruhi aktifitas tubuh, karenanya kita harus selalu menjaga nutrisinya dan menjaga
kesehatannya dan mengembangkannya

Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon) ,
menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar
400 kilo kalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai
energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi
glukosa. Jaringan otak sangat rentan terhadap perubahan oksigen dan glukosa darah, aliran
darah berhenti 10 detik saja sudah dapat menghilangkan kesadaran manusia. Berhenti dalam
beberapa menit, merusak permanen otak. Hipoglikemia yang berlangsung berkepanjangan
juga merusak jaringan otak.

Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium) adalah
cairan suspensi sel didalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang
memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi fluida
ekstraselular, termasuk plasma darah dan fluida transelular. Cairan tubuh dapat ditemukan
pada spasi jaringan (bahasa Inggris: tissue space, interstitial space). Rata-rata seseorang
memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan
tubuh. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan cairan tubuh
menyebabkan seseorang kehausan dan akhirnya dehidrasi. Contoh cairan tubuh adalah :
darah dan plasma darah, sitosol, cairan serebrospinal (CSS), cairan limfa, cairan pleura, dan
cairan amnion.

Pada makalah ini akan dibahas secara khusus pemeriksaan laboratorium klinik
terhadap specimen cairan otak atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS). Pemeriksaan LCS ini
berperan penting dalam mendiagnosa adanya gangguan terhadap selaput otak/ meningia.
Pemeriksaan Terhadap LCS ini terbagi atas pemeriksaan Makroskpis, Mikroskopis, dan
Kimiawi.
B. Tujuan Penulisan

1. Apa pengertian cairan otak ?

2. Bagaimana anatomi dan fisiologi otak ?

3. Bagaimana cara pengambilan cairan serebrospinal ?

4. Bagaimana parameter pemeriksaan cairan serebrospinal?

C. Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui cairan otak ?

2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi otak ?

3. Untuk mengetahui cara pengambilan cairan serebrospinal ?

4. Untuk mengetahui parameter pemeriksaan cairan serebrospinal?

D. Manfaat Penulisan

Setelah menulis makalah ini, kami bisa memahami apa aitu cairan otak (serebrospinal) dan
mengetahui cara melakukan pemeriksaan cairan serebrospinal.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Cairan Otak

Cairan otak (serebrospinal) ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat oleh plexus
choroideus di dalam ruang atau ventrikel otak melalui transport akitf dan ultrafiltrasi,
sedangkan 30% dibentuk pada tempat lain, termasuk pada ventrikel dan rongga subarachnoid.
Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar
1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar
150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel.

Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari,
sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini
merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk
mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan
serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari.

Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi, Cairan
otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja dari
plasma darah. Di samping filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut berpengaruh.
Karena itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat, susunan
cairan otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa macam zat dalam plasma
darah.

Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk melakukan
tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk kearah suatu
penyakit susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna pula
setelah terjadi trauma.

B. Anatomi dan Fisiologi

Dalam membahas cairan serebrospinal ada baiknya diketahui mengenai anatomi yang
berhubungan dengan produksi dan sirkulasi cairan serebrospinal,yaitu:

 Sistem Ventrikel
Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV.
Ventrikel lateral terdapat di bagian dalam serebrum, masing-masing ventrikel terdiri
dari 5 bagian yaitu kornu anterior, kornu posterior, kornu inferior, badan dan
atrium. Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di garis tengah yang berbentuk
corong unilokuler, letaknya di tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian
korpus unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan otak
tengah dan diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding hipothalanus. Disebelah
anteropeoterior berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus sylvii. Ventrikel
IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah

ventral serebrum dan dorsal dari pons dan medula oblongata.

 Meningen dan ruang subarakhnoid

Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf yang
bersifat non neural. Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa membran yang
menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis. Meningen
terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater. Piameter merupakan
selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukan-lekukan
pada sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan
medula spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus
vertebra.

Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan dengan piameter,


tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arakhnoid dan piameter disebut
ruang subrakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah.
Karena arakhnoid tidak mengikuti lekukan- lekukan otak, maka di
beberapa tempat ruang subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling
besar adalah siterna magna, terletak diantara bagian inferior serebelum danme
oblongata. Lainnya adalah sisterna pontis di permukaan ventral pons, sisterna
interpedunkularis di permukaan venttralmesensefalon, sisterna siasmatis di depan
lamina terminalis. Pada sudut antara serebelum dan lamina quadrigemina terdapat
sisterna vena magna serebri. Sisterna ini berhubungan dengan sisterna
interpedunkularis melalui sisterna ambiens.

Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan sisterna
pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang
subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan
serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal. Durameter terdiri dari lapisan luar
durameter dan lapisan dalam durameter. Lapisan luar dirameter di daerah kepala
menjadi satu dengan periosteum tulang tengkorak dan berhubungan erat dengan
endosteumnya.

 Ruang Epidural

Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang
mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural.

 Ruang Subdural

Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikit cairan,
mengisi suatu ruang disebut ruang subdural.

* Pembentukan, Sirkulasi dan Absorpsi Cairan Serebrospinal (CSS)

Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus choroideus ventrikel
serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah kecil dibentuk oleh sel ependim yang
membatasi ventrikel dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan yang
bocor ke ruangan perivaskuler di sekitar pembuluh darah otak (kebocoran sawar darah
otak).Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21 mL/jam (500
mL/ hari),volume CSS total hanya sekitar 150 mL.

* Tekanan Cairan Serebrospinal

Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika seseorang berbaring pada posisi
horizontal, rata-rata 130 mm air (10 mmHg), meskipun dapat juga serendah 65 mm air atau
setinggi 95 mm air pada orang normal.. Pengaturan Tekanan Cairan Serebsrospinal oleh Vili
Arakhnoidalis. Normalnya, tekanan cairan serebrospinal hampir seluruhnya diatur oleh
absorpsi cairanmelalui vili arakhnoidalis.

* Komposisi dan fungsi cairan serebrospinal (CSS)

Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif dari
epitel. CSS hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi
Na, K, bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dan konsentrasi Mg dan klorida
yang lebih tinggi. Ph CSS lebih rendah dari darah.
Perbandingan komposisi normal cairan serebrospinal lumbal dan serum adalah sebagai
berikut :

CSS Serum

Osmolaritas 295 mOsm/L 295 mOsm/L


Natrium 138 mM 138 mM
Klorida 119 mM 120 mM
Ph 7,33 7,41 (arterial)

Tekanan 6,31 kPa 25,3 kPa

Glukosa 3,4 mM 5,0 Mm


Total protein 0,35 g/L 70 g/L
Albumin 0,25 g/L 42 g/L
Ig G 0,03 g/L 10 g/L

C. Fungsi Cairan Serebrospinal


 Sebagai bantalan pelindung yang melindungi otak dari trauma akibat goncangan yang
keras.
 Mempertahankan volume otak dengan jalan mengatur produksi cairan otak.
 Sebagai sarana pengangkut sari makanan dan sisa-sisa metabolisme.

D. Pengambilan Cairan Serebrospinal


Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi lumbal pada lumbal III dan IV
di cavum subarachnoidale, namun dapat pula pada suboccipital ke dalam cisterna magma
atau punksi ventrikel, yang dapat disesuaikan dengan indikasi klinik. Seorang klinik yang ahli
dapat memperkirakan pengambilan tersebut. Hasil punksi lumbal dimasukkan dalam 3 tabung
atau 3 syringe yang berbeda, antara lain :

1. Tabung I berisi 1 mL

Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan karena mungkin
mengandung darah pada saat penyedotan.

2. Tabung II berisi 7 Ml

Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik.

3. Tabung III berisi 2 mL

Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.count dan protein kualitatif/kuantitatif.

Tata Cara

1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (lutut di
tarik ke arah dahi )

2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan menentukan garis
potong sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis ) dan garis antara kedua spina ishiadika
anterior superior ( SIAS ) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5
atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi.

3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan
larutan Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan tutup dengan duk steril di mana
daerah pungsi lumbal di biarkan terbuka.

4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai
sarung tangan steril selama 15 – 30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1
menit.

5. Tusukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan. Masukan jarum
perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke
atas sampai menembus duramater. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap
anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat
menjadi 5 cm pada umur 3 –5 tahun. Pada remaja jaraknya 6 – 8 cm.

6. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang
lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah ke kranial. Ambil cairan untuk
pemeriksaan

7. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester.

E. Parameter Pemeriksaan Cairan Serebrospinal

Parameter yang umum diperiksa pada cairan otak adalah sebagai berikut :

A. Makroskopik
 Warna
 Kekeruhan (Kejernihan)
 Bekuan
 BJ
 pH
B. Mikroskopik
 Hitung Jumlah Sel
 Hitung Jenis Sel (Diff.Count)
C. Kimiawi
 Pandy
 Nonne
 Protein
 Glukosa
 Chlorida
D. Bakteriologi (Pembiakan)

F. Pemeriksaan cairan otak (serebrospinal)

Makroskopik
Metode : Visual (Manual)

 Tujuan : Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik


meliputi : warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ.
 Alat dan Bahan

1. Tabung reaksi

2. Beaker gelas

3. Kertas indikator pH universal

4. Refraktometer abbe

 Spesimen : Cairan LCS


 Cara Kerja

1. Cairan LCS dimasukkan dalam tabung bersih dan kering.

2. Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang.

3. Dicelupkan indikator pH universal pada LCS dan diukur pH dengan


membandingkan deret standar pH.

4. Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece
BJ.

Hasil dan Interpretasi

No Parameter Penilaian Interpretasi normal


.
1. Warna Tidak berwarna, Kuning muda, Tidak berwarna
Kuning, Kuning tua, Kuning
coklat, merah, hitam coklat
2. Kejernihan Jernih, agak keruh, keruh, Jernih
sangat keruh, keruh kemerahan

3. Bekuan Tidak ada bekuan, ada bekuan Tidak ada bekuan, ada
bekuan
4. pH 7,3 atau setara dengan pH
plasma/serum
5. BJ 1.000 – 1.010 1.003 – 1.008

Hal yang perlu diperhatikan :

1. LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak dapat
diperiksa karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan dalam darah, terutama bila
ada bekuan merah sebagaimana darah membeku.

2. Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan terdiri atas
benang fibrin.

Mikroskopik

1) Hitung Jumlah Sel


 Metode : Bilik Hitung
 Prinsip : LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel
leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung di bawah
mikroskop.
 Tujuan : Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan LCS.
 Alat dan Reagensia :

1. Mikroskop

2. Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma


leukosit

3. Tissue

4. Larutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan
aquadest 90 mL.

 Spesimen : LCS
 Cara Kerja

1. Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat

2. Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat.

3. Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes.

4. Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada
semua kotak leukosit di mikroskop lensa objektif 10x/40x

Perhitungan :

PDP : 1/10 = 0,1x

TKP : 1/0,1 = 10x

KBH : 4 kotak leukosit

Ʃ Sel : Jumlah sel ditemukan (berwarna keunguan dengan inti dan


sitoplasma)

Sel = PDP x TKP x Jumlah sel ditemukan

KBH
= 0,1 x 10 x Ʃ

= 2,5 x Ʃ

= ……..sel/mm3 LCS

o Interpretasi : Jumlah sel normal = 0 – 5 sel/mm3 LCS

2) Hitung Jenis Sel

o Metode : Giemsa Stain


o Tujuan : Untuk membedakan jenis sel mononuklear dan
polinuklear dalam cairan LCS
o Alat dan Reagensia

1. Objek Gelas

2. Kaca Penghapus

3. Sentrifuge

4. Tabung reaksi

5. Metanol absolut

6. Giemsa

7. Timer

o Spesimen : LCS
o Cara Kerja

1. Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya.

2. Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm

3. Supernatant dibuang dan endapan diambil.

4. Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal

5. Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.


6. Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.

7. Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga imersi.

Perhitungan :

Jenis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jumlah %
sel
MN
PMN
Jumlah

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Cairan otak ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat oleh plexus choroideus
di dalam ruang atau ventrikel otak melalui transport akitf dan ultrafiltrasi, sedangkan 30%
dibentuk pada tempat lain, termasuk pada ventrikel dan rongga subarachnoid. Pada orang
dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml,
volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml.
80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel.

Perbandingan komposisi normal cairan serebrospinal lumbal dan serum adalah sebagai
berikut :

CSS Serum

Osmolaritas 295 mOsm/L 295 mOsm/L


Natrium 138 mM 138 mM
Klorida 119 mM 120 mM
Ph 7,33 7,41 (arterial)

Tekanan 6,31 kPa 25,3 kPa

Glukosa 3,4 mM 5,0 Mm


Total protein 0,35 g/L 70 g/L
Albumin 0,25 g/L 42 g/L
Ig G 0,03 g/L 10 g/L

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Turusita, Deasy.2017. KIMIA KLINIK program keahlian laboratorium klinik. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai