Anda di halaman 1dari 29

Oleh:

Anthofani Farhan
 Diagnosa klinis pengambilan
spesimen

 Material Otopsi
Respirasi : Paru-paru & Thrakea
Sistem saraf: otak & sum2 tulang belakang
Jantung : jantung
Pantropik : ginjal, hati & limpa
 Feses : Rectal swab
 Darah
 Cairan tubuh: Cerebrospinal, pericard,

peritoneum & synovial serta eksudat yang


keluar dari mata, hidung maupun mulut
(swab)
 Urine
 Virus merupakan mikroorganisme yang
bersifat parasit obligat dan hanya bisa hidup
pada media yang hidup.
 Berkaitan dengan sifatnya tersebut, virus

hanya dapat dibiakan pada sel hidup.


 Pemilihan media yang digunakan tergantung

dari jenis virusnya dan organ target dari virus


tersebut.
Untuk menumbuhkan virus :
in ovo yaitu:

metode menumbuhkan pada


media telur berembrio (telur
yang sudah dibuahi).
in vivo yaitu:

metode menumbuhkan pada


hewan percobaan sebagai
model.
in vitro yaitu:

menumbuhkan virus di dalam


gelas- gelas atau tabung
menggunakn media biakan
jaringan (tissue culture) atau
biakan sel (cell culture).
 Telurberembrio
telah lama dan
paling sering
digunakan sebagai
media isolasi dan
propagasi atau
pembiakan virus.
 Telur berembrio atau sering disebut dengan
telur embrio tertunas (TET) atau telur ayam
berembrio (TAB) sangat penting dalam
perkembangan virologi karena pada telur
tertunas dapat ditemukan bermacam-macam
tipe sel yang mampu ditumbuhi/menjadi
media tumbuhnya berbagai jenis virus.
Macam-macam sel tersebut adalah :
1. Sel epitel khorion yang berada pada membran
khorion
2. Sel epitel alantois yang merupakan sel
penyusun pada membran khorioalantaois.
3. Sel epitel amnion yang melapisi ruang amnion
4. sel pada kantong kuning telur ( Yolk sac) dan
sel endotel pada pembuluh darah
5. Sel dari embrionya itu sendiri yang umumnya
adalah sel fibroblast.
Keberhasilan isolasi dan propagasi virus pada
telur dipengaruhi oleh :
 Rute inokulasi
 Umur embrio pada telur
 Temperatur/suhu inkubasi
 Lamanya waktu inkubasi setelah inokulasi
 Volume dan pengenceran inokulum yang

digunakan
 Status kekebalan flok dari induk tempat

telur berasal
 Dalam membiakan virus menggunakan telur,
sebaiknya digunakan telur yang berasal dari
yang bebas patogen tertentu (SPF/spesific
pathogen free).

 Telur yang digunakan diinkubasikan pada


suhu 30-37Celcius dan kelembaban relatif
60-70%.
 Sebelum diinokulasi telur diperiksa dengan
teropong (candling),
 Inokulasi virus kedalam telur dapat dilakukan

dibeberapa tempat tergantung jenis virusnya.


 Rute inokulasi yang dapat dilakukan antara

lain adalah kedalam ruang amnion (amnionic


cavity), ruang alantois (allantoic cavity),
membran khorio alantois, kantong kuning
telur (yolk sac), intravena (pembuluh darah )
& kedalam otak embrio.
 Sudah jarang dilakukan terkait dengan
kesejahteraan hewan
 Penelitian sudah demikian maju, sudah

banyak jenis kultur sel yang dapat digunakan


untuk menumbuhkan virus.
Kelebihan :
 Dapat memproduksi dalam jumlah banyak
 Semua jenis virus dapat dibiakan pada kultur
sel( tergantung jenis selnya)
Kekurangannya :
 Biaya lebih mahal
 Pengerjaan harus aseptis
 Perlu peralatan yang lebih kompleks dibanding
pembiakan pada telur
Jenis sel asal hewan yang sering digunakan pada kultur sel

CELL LINE* CELL TYPE AND ORIGIN

3T3 Fibroblast (mouse)


293 Kidney epithelium (human)
BHK21 fibroblast (Syrian hamster)
MDCK epithelial cell (dog)
HeLa cancer epithelial cell (human)
PtK1 epithelial cell (rat kangaroo)
L6 myoblast (rat)
PC12 chromaffin cell (rat) (neuroblastoma cell)
SP2 plasma cell (mouse)
COS kidney (monkey)
CHO ovary (chinese hamster)
DT40 (chick) lymphoma cell for efficient targeted recombination
R1 embryonic stem cells (mouse)
E14.1 embryonic stem cells (mouse)
H1, H9 embryonic stem cells (human)
S2 macrophage-like cells (Drosophila)
BY2 undifferentiated meristematic cells (tobacco)
1. Suhu dan Temperatur
Sebagian besar virus sangat labil dan dapat

hidup diluar tubuh induk semang.


Di dalam laboratorium harus diusahakan agar

suspensi virus dan jaringan tubuh yang


mengandung virus secepatnya disimpan pada
suhu -40°C atau akan lebih bagus pada suhu -
70°C. Beberapa virus ada yang stabil pada
temperatur kamar serta dapat hidup dalam
waktu yang cukup lama. Misalnya virus Pox.
 Pengawetan virus yang terbaik adalah melalui
proses pengeringan dalam keadaan beku,
yang disebut dengan freeze drying.
Kebanyakan virus dapat disimpan berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun pada ampul
gelas hampa udara dalam nitrogen cair (-
196°C).
2. Perubahan pH
Secara umum sebagian besar virus tetap hidup

pada pH 5-9 akan tetapi virus akan cepat rusak


atau inaktif pada pH yang terlalu asam atau
terlalu basa.
Asam kuat dan basa kuat menyebabkan

denaturasi protein virus, oleh karena itu sangat


efektif untuk membasmi virus. Misalnya
Natrium hidroksida 2% (caustic soda) digunakan
untuk desinfeksi virus Penyakit Mulut dan Kuku
(PMK).
3. Radiasi Ultraviolet
Sinar matahari langsung mematikan

mikroorganisme karena mengandung sinar


ultraviolet.
Berdasarkan panjang gelombangnya sinar

ultraviolet dapat dikelompokkan menjadi:


3150-4000A, 2800-3150A, dan kurang dari
2800A.
Sinar ultraviolet yang kurang dari 2800A,

mempunyai efek fermisidal (merusak


mikroorganisme) dan dapat menyebabkan
peradangan kulit (erythema) dan peradangan
mata (conjunctivis).
4. Formaldehid

 Larutan formaldehid, yaitu formalin yang


banyak digunakan untuk pembuatan vaksin
inaktif.
 Hanya RNA yang dapat diinaktifkan dengan
formalin
5. Pelarut Lemak
Virus-virus yang mengandung lemak pada
amplopnya dapat diinaktifkan oleh : ether,
kloloform, natrium deoksikolat, fosfolifase, dan
bahan pelarut lemak lainnya.

6. Deterjen
Untuk melarutkan virus beramplop dan sebagai
pembersih alat-alat laboratorium. Untuk
meningkatkan daya penetrasi deterjen dapat
dicampur dengan formalin atau glutaraldehid.
1.Temperatur
Untuk menyimpan virus dalam waktu lama
( berbulan-bulan atau sampai bertahun-tahun)
digunakan temperatur -70 C (dalam freezer)
atau -196 C (dalam tabung berisi nitrogen cair).
2. Bahan Kimia
a. Jika virus disimpan pada temperatur -70 C,
bahan kimia yang dapat dipakai untuk
mengurangi kerusakan virus adalah DMSO
dengan konsentrasi 10%
b. Gliserol sebagai alkohol polihidrat dapat
menstabilkan dinding sel dan partikel virus.
Pada konsentrasi 50% gliserol digunakan untuk
mengawetkan virus pox dan sel epitel yang
mengandung virus.
3. Proses Kering Beku
Cara ini juga disebut liofilisasi dan merupakan
yang terbaik dalam mengawetkan virus. Virus
yang sudah kering beku dapat disimpan dalam
temperatur 4 C selama berbulan-bulan. Metode
ini digunakan dalam penyimpanan vaksi aktif.

Anda mungkin juga menyukai