OLEH :
Listia Rahman Mayhesti
201030200011
1. Otak
Otak manusia berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh atau sekitar 10
berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai volume sekitar 1200 cc (71 in).
Ada pertimbangan variasi akan besarnya ukuran otak, yaitu otak laki-laki
lebih besar 10% dari perempuan dan tidak ada korelasi yang berarti antara
besar otak dengan tingkat intelejensi. Seseorang dengan ukuran otak kecil
(750 cc) dan ukuran otak besar (2100 cc) secara fungsional adalah sama
merupakan 2% dari berat badan orang dewasa. Otak menerima 15% dari
kesdaran dapat hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat
juga merusak jaringan otak. Aktivitas otak yang tidak pernah berhenti ini
yang keluar dan tingkah laku (Price, 1995 dalam Mutaqin, Arif. 2008).
Secara ringkas fisiologis dari otak dapat dilihat pada gambar 2-1.
2. Pelindung Otak
Jaringan otak dan medula spinalis dilindungi oleh tulang tengkorak dan
Antara lapisan pia mater dan arakhnoid terdapat penghubung yang disebut
trabekula. Dura mater juga disebut pakhimening, sedangkan pia mater dan
3. Pria Meter
Pia mater langsung berhubungan dengan otak dan jaringan spinal, dan
mengikuti kontur struktur eksternal otak dan jaringan spianl. Pia mater
menuju struktur dalam SSP untuk memberi nutrisi pada jaringan saraf. Pia
bawah Lumbal.
4. Arakhnoid
Daerah antara araknoid dan pia mater disebut ruang subarakhnoid di mana
5. Dura Meter
Dura mater merupakan suatu jaringan liat, tidak elastis, dan mirip kulit
sapi, yang terdiri atas dua lapisan bagian luar yang disebut duraendosteal
arakhnoid dan pia mater), atau dibawah pia mater kedalam otak sendiri.
6. Cairan serebrospinal
SSP. CSS terdiri atas air, elektrolit, gas oksigen dan karbondioksida yang
Cairan ini berbeda dari cairan ekstraseluler lainnya karena cairan ini
kedalam darah melalui struktur khusus yang disebut villi arakhnoids atau
dalam SSP. Volume total cSS di seluruh rongga serebrospinal adalah 125
Tekanan CSS sering diukur pada saat lumbal pungsi dan pada posisi
Muttaqin, 2008).
CSS.
3) Transportasi nutrisi, pesan kimia dan produk sisa.
7. Suplai Darah
SSP seperti juga jaringan tubuh lainnya sangat tergantung pada aliran
dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel. Suplai darah ini
dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan arteri karotis
pembuluh vena meninggalkan otak melalui sinus dura mater yang besar
medula spinalis dan sistem vena paralel satu sama lain dan mempunyai
jaringan. Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis
karotis eksterna memperdarahi wajah, tiroid, lidah dan faring. Cabang dari
yang besar ke dura mater. Arteri karotis interna yang sedikit berdilatasi
basal ganglia, bagian kapsula interna dan korpus kalosum, serta bagian-
Paralisis bilateral dan gangguan sensorik timbul bila terjadi sumbatan total
pada kedua arteri serebri anterior. Arteri cerebri media menyuplai darah
untuk bagian lobus temporalis dan parietalis, dan frontalis korteks cerebri.
Area atau wilayah terbesar dari otak adalah serebrum. Substansia grisea
(gray matter) dapat ditemukan pada korteks serebri dan nukleus serebri.
Substansia alba (white matter) terdapat pada korteks neural dan sekitar
intelejensi. Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dibagi oleh
suatu lekuk atau celah dalam yang disebut fisura longitudinalis mayor.
Bagian luar hemisfer serebri terdiri atas substansia grisea yang disebut
bagian dalam (inti) hemisfer dan disebut pusat medula. Kedua hemisfer
saling dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus
kalosum.
disebut ganglia basalis. Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-
tubuh sebelah kiri dan hemisfer kiri mengatur bagian tubuh kanan.
a) Lobus frontalis
disepan sulkus sentralis (suatu fisura atau alur) dan didasar sulkus
b) Lobus Parietalis
Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang
c) Lobus Oksipitalis
d) Lobus Tempolaris
penyimpanan ingatan.
10. Serebellum
Serebellum terletak didalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh dura
keseimbangan tubuh.
Bagian-bagian otak dari bawah ke atas adalah medula oblongata, pons, dan
12. Pons
terdapat di sini.
dan muntah.
14. Diensefalon
otak., secara klinis didapatkan penderita pernah atau sedang tidak sadar
“Pulp brain”.
Cedera kulit.
Cedera jaringan tulang / tengkorak.
2. Klasifikasi
tengkorak dan otak. Cedera otak terdapat dibagi dalam dua macam yaitu :
Adalah kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari
yang muncul setelah cedera kepala (Alexander PM, 1995). Ada berbagai
scale (GCS)
tengkorak.
Berat GCS 3 – 8
hematoma intrakranial
Glasgow coma scale (GCS)
Membuka Mata
Spontan 4
Terhadap nyeri 2
Tidak ada 1
Respon Verbal
Orientasi baik 5
Orientasi terganggu 4
Mampu bergerak 6
Melokalisasi nyeri 5
Fleksi menarik 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
c. Cedera kepala berat, apabila kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 24
ataupun amnesia saat ini masih kontroversional dan tidak dipakai secara luas.
Klasifikasi cedera kepala berdasarkan jumlah GCS saat masuk rumah sakit
3. Tipe
3) Fraktur di daerah basis, disebabkan karena trauma dari atas atau kepala
bagian atas yang membentur jalan atau benda diam. Fraktur di fosa
hari akan nampak battle sign (warna biru di belakang telinga di atas os
robekan pada durameter, pembuluh darah atau jaringan otak. Hal ini
3) Kontusio serebri
4) Perdarahan Intrakranial
Perdarahan epidural
Perdarahan Subdural
Perdarahan subarahnoid
cedera kepala. Kontusio serebri sangat sering terjadi difrontal dan labus temporal,
walaupun dapat terjadi juga pada setiap bagian otak, termasuk batang otak dan
traumatika memang tidak jelas. Kontusio serebri dapat saja dalam waktu beberapa
1. Etiologi
a) Kecelakaan
b) Jatuh
pada kepala)
2. Faktor Resiko
c) Serangan fisik
D. Patofisiologi dan Pathway
jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun
terjadinya lesi contusion ialah adanya akselerasi kepala yang seketika itu juga
karena itu, otak membentang batang otak terlalu kuat, sehingga menimbulkan
blockade itu, otak tidak mendapat input aferen dan karena itu, kesadaran
deselerasi, gaya tidak langsung bekerja pada kepala tetapi mengenai bagina
tubuh yang lain, tetapi kepala tetap ikut bergerak akibat adanya perbedaan
densitas anar tulang kepala dengan densitas yang tinggi dan jaringan otot yang
densitas yang lebih rendah, maka terjadi gaya tidak langsung maka tulang
kepala akan bergerak lebih dulu sedangkan jaringan otak dan isinya tetap
deselarasi akan menyebabkan gaya tarik atau robekan yang menyebabkan lesi
nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah. Juga karena pusat
vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan bisa
timbul.
Kecelakaan
Jatuh
Trauma persalinan
Pulmonal
Difusi O2 terhambat
E. Manifestasi Klinik
2. Perubahan perilaku
3. Kebingungan
4. Tinnitus
F. Komplikasi
1. Peningkatan TIK,
2. Iskemia,
3. Infark,
5. Kematian,
abses otak),
G. Penatalaksanaan
1. Obat-obatan
Jika cedera kepala tergolong sedang atau berat, dokter akan memberikan obat
antikejang untuk menekan risiko kejang yang biasa terjadi seminggu setelah
Dalam kasus yang tergolong parah, seperti kerusakan pada pembuluh darah,
dokter mungkin akan memberikan obat penenang yang dapat membuat pasien
masuk dalam kondisi koma sementara (induced coma). Hal ini dilakukan
untuk meredakan tekanan dan beban kerja otak yang tidak dapat menerima
2. Terapi
Bagi pasien cedera kepala tingkat sedang hingga berat, terapi atau rehabilitasi
berkomunikasi.
yang menyenangkan.
terapi lanjutan yang dapat dilakukan di rumah setelah pasien keluar dari
rumah sakit.
3. Operasi
Pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan berguna untuk melihat letak lesi dan
Indikasi :
digunakan untuk tujuan evaluasi edema dan kerusakan jaringan otak, melihat
Secara klinis, ada banyak indikasi pemeriksaan CT Scan kepala. Yang paling
sering dilakukan adalah pada keadaan cedera kepala, stroke, sakit kepala,
Kontraindikasi :
(AV) signifikan.
I. Asuhan Keperawatan
1) Melakukan Pengkajian
keperawatan.
1. Pengumpulan data
Tujuan :
yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus
Jenis data antara lain Data objektif, yaitu data yang diperoleh
suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.Data subjekyif, yaitu data
yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga
2. Analisa data
3. Perumusan masalah
a. Definisi
dengan kesehatan.
Seaback, 2006).
Terms (SNOMED CT),
Health (ICF),
and Research (ZEFP)
- Omaha System.
1. Diagnosis Negatif
2. Diagnosis Positif
kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosis ini disebut juga
2013).
1. Diagnosis Aktual
langsung.
2. Diagnosis Resiko
1. Masalah (Problem)
ini.
2. Indikator Diagnostik
a. Penyebab (Etiology)
2) Efek Terapi/Tindakan,
4) Maturasional
sistematis.
1. Analisis Data
berikut ini.
b. Kelompokkan data
1) respirasi,
2) sirkulasi,
3) nutri/cairan,
4) eliminasi,
5) aktivitas/istirahat,
6) neurosensori,
7) reproduksi/seksualitas,
8) nyeri/kenyamanan,
9) integritas ego,
10) pertumbuhan/perkembangan,
12) penyuluhan/pembelajaran
14) keamanan/proteksi.
Proses pengelompokan data ini dapat dilakukan baik secara
2. Identifikasi Masalah
diagnosis, yaitu;
sebagai berikut:
Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan
dengan Tanda/Gejala
dan gelisah.
berikut:
1) Diagnosis Resiko
Contoh Penulisan:
menurun.
Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Contoh Penulisan:
3) Menentukan Perencanaan
a. Definisi
Intervensi merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
berikut :
1. Fisiologis
cairan/elektrolit
istrahat/tidur
- Neurosensori : Memuat kelompok intervensi yang memulihkan
2. Psikologis
perkembangan.
3. Perilaku
perilaku sehat.
4. Relasional
5. Lingkungan
c. Tujuan perencanaan
1. Tujuan administrative
kelompok.
evaluasi keperawatan.
2. Tujuan klinik
keperawatan
d) Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu,
tindakan.
d. Langkah-langkah Perencanaan
1) Menentukan prioritas
Capernito(2000) adalah :
kesehatan.
1) HirarkiMaslow
a. Fisiologis
c. Sosial
d. Harga diri
e. Aktualisasi diri.
1. Hirarki Kalish
kesenangan baru.
c. Kebutuhan keamanan : keselamatan, keamanan, kedekatan.
f. Aktualisasi diri.
Menetapkan tujuan
2) Tujuan perawatan
orang lain.
biasanya lebih dari satu minggu atau satu bulan. Kriteria hasil
ganda)
(Reasonable)
rencana tindakan.
c) Realistik.
memvalidasi.
masalah.
untuk :
pada:
tertentu.
tindakan medis.
c. Mengevaluasi respon.
tersebut adalah :
a) waktu.
selama 24 jam
bagaimana.
Karakteristik rencana tindakan keperawatan :
dan terapeutik.
6. Perencanaan Pulang
7. Dokumentasi
evaluasi(Bower, 1982)
memadai.
ada.
efektif.
tindakan.
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
5) Evaluasi
Wardani, 2013)
(Nurhayati, 2011)
3) Hasil-hasil penelitian tentang penatalaksanaan evidence based practice
4) Aspek, legal dan etis terkait kasus
a. Legal
Peran perawat bila ditinjau dari aspek legal dalam kasus contusion
b. Etik
1. Otonomi
2. Non – maleficience
3. Beneficience
(Discarged Planning)
pengobatan.
kejang.
tekanan intrakranial.
1) KASUS
hari yang lalu mengalami kecelakaan lalu lintas (KLL) jatuh dari sepedah
motor, tak sadar, muntah, pingsan, dari hidung keluar darah, pasien
Riwayat penyakitkeluarga :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: baik sedang lemah Kesadaran: semi koma
Tanda vital TD: 110/80 mmHg Nadi: 68 x/mnt Suhu : 37,2 ºC RR: 20 x/mnt
Masalah : Resiko perfusi serebral tidak efektif
Pola nafas irama: Teratur Tidak teratur
Pernafasan
Penglihatan (mata)
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva : tidak Anemis Ikterus Lain-lain:
Lain-lain :
Pendengaran/Telinga :
Penginderaan
Kulit
Warna kulit: coklat Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat Hiperpigmentasi
Turgor: Baik Sedang Jelek
Odema: Ada Tidak ada Lokasi
Luka Ada Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka Ada Tidak ada Yang ditemukan :
Lain-lain :
Masalah:
Keluarga
Kegiatan ibadah:
Keluarga mengatakan pasien sangat taat beribadah
Lain-lain :
Masalah: Tidak ada masalah
Laboratorium
Hari/ Jenis Hasil Nilai normal Satua Interpretasi
tgl Pemeri n
ksaan
19
oktob
er WBC 28,1 4,8-10,8 103/ul <dapat menyebabkan leucopenia (sel darah putih rendah
2020 dalam darah yang mengganggu kemampuan melawan
infeksi)
>dapat menyebabkan leukositosis (sel darah putih dalam
darah tinggi)
RBC 5,14 4,2-5,4 103/ul <disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah
perdarahan, misalnya akibat kecelakaan atau operasi.
BUN 9,1 7-18 mg/dl <adanya gangguan pada hati (harus dilakukan pemeriksaan
fungsi hati lainnya untuk konfirmasi), malnutrisi (terutama
bila konsumsi hanya sedikit sekali protein), overhidrasi
(pemberian cairan terlalu banyak atau minum terlalu
banyak).
CREA 1,17 0,6-1,3 mg/dl <disebabkan karena kehilangan air dari tubuh (dehidrasi).
Pemeriksaan penunjang
19
oktob
er WBC 10,0 4,8-10,8 103/ul <dapat menyebabkan leucopenia (sel darah putih rendah
2020 dalam darah yang mengganggu kemampuan melawan
infeksi)
>dapat menyebabkan leukositosis (sel darah putih dalam
darah tinggi)
RBC 4,75 4,2-5,4 103/ul <disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah
perdarahan, misalnya akibat kecelakaan atau operasi.
Tidak ada
ANALISA DATA
No. Data Problem Etiologi
1 DS : Resiko perfusi serebral Tumor otak
- Tidak dapat dinilai tidak efektif
DO :
- Klien mengalami penurunan kesadaran
- GCS : E2 V1 M6
- Perubahan motorik dan persepsi sensori
2 DS : Sindrom pasca trauma kecelakaan
- Keluarga mengatakan sejak masuk RS
klien belum pernah berbicara
DO :
- Klien diam saja, tidak mengeluarkan kata-
kata ketika diajak komunikasi
DO :
- Klien terpasang NGT
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d tumor otak
2. Sindrom pasca trauma b/d kecelakaan
3. Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d intoleransi makanan
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian sedasi
dan anti konvulsan,
jika perlu
Kolaborasi
pemberian diuretic
osmosis, jika perlu
Kolaborasi
pemberian pelunak
tinja, jika perlu
Edukasi :
1. Latih
kemampuan
asertif
2. Latih pikiran dan
perilaku dalam
mengurangi
kondisi stress
3. Anjurkan
menghindari
perilaku isolasi
social
4. Ajarkan keluarga
tentang
penggunaan zat
secara
substansial
5. Ajarkan keluarga
mengidentifikasi
tanda dan gejala
kecanduan
6. Anjurkan
keluarga
berpartisipasi
dalam kegiatan
anak sekolah
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
kepada pasien
dan keluarga
2. Informasikan
kemungkinan
ketidaknyamana
n pada hidung
dan
kemungkinan
muntah
3. Anjurkan
mengangkat
kepala, pegang
selang dan ujung
mengarah
kebawah dan
masukkan
perlahan
kedalam lubang
hidung
4. Anjurkan
menundukkan
kepala saat
selang mencapai
nasofaring,
putar selang 180
derajat kearah
lubang hidung
yang
berlawanan
5. Anjurkan
menelan saat
selang
dimasukkan
D. CATATAN PERAWATAN
Nama Klien : Tn.A
Diagnosis Medis : Contusio Cerebri
Ruang Rawat : Multazam/50.3
Tgl/ No. DK Implementasi Tanda Tangan
jam
1 Observasi :
19 oktober 1. Mengidentifikasi penyebab
2020 peningkatan TIK
2. Memonitor tanda/gejala
peningkatan TIK
3. Memonitor status pernapasan
4. Memonitor intake dan output cairan
5. Memonitor cairan serebro-spinalis
Terapeutik :
6. Meminimalkan stimulus
7. Memberikan posisi semi fowler
Kolaborasi :
Melakukan kolaborasi pemberian sedasi
dan anti konvulsan, jika perlu
Terapeutik :
2. Memotivasi keluarga mendukung
kebijakan pelarangan zat
Edukasi :
3. penggunaan zat secara substansial
4. Ajarkan keluarga mengidentifikasi
tanda dan gejala kecanduan
19 oktober 3 1. Mengidentifikasi indikasi
2020 oemasangan NGT
2. Memonitor tanda bahaya
pernapasan
Terapeutik :
1. Meletakkan perlak didada
2. Menentukan panjang selang dengan
mengukur dari ujung hidung ke
telinga lalu ke prosesus xiphoid
3. Menandai panjang selang
4. Mempertimbangkan penambahan 5
cm untuk memastikan masuk
kedalam lambung
5. Memeriksa kepatenan lubang hidung
6. Melumasi ujung selang 15-20 cm
dengan gel
7. Memasang spuit dan aspirasi isi
lambung, jika isi lambung tidak
keluar, masukkan selang 2,5-5 cm
dan coba aspirasi isi lambung
kembali
8. Menguji PH hasil aspirasi lambung
9. Memasukkan udara 30 ml dan
dengarkan bunyi udara dalam
lambung dengan stetoskop
10. Memfiksasi selang nasogastrik
ke hidung pasien dengan plester
hipoalergik
11. Memposisikan semi fowler
Edukasi :
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur
kepada keluarga
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny.S
Diagnosis Medis : Gastritis
Ruang Rawat : Multazam/50.3
Tgl No. DK SOAP Tanda Tangan
S:
19 - Tidak dapat dinilai
oktober 1
2020 O:
- Klien mengalami penurunan
kesadaran
- GCS : E2 V1 M6
- Perubahan motorik dan persepsi
sensori
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
19 2 S:
oktober - Keluarga mengatakan sejak
2020 masuk RS klien belum pernah
berbicara
O:
- Klien diam saja, tidak
mengeluarkan kata-kata ketika
diajak komunikasi
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
19 3 S:
oktober - Keluarga mengatakan sejak
2020 masuk RS klien belum pernah
makan/minum per oral
O:
Klien terpasang NGT
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Alan (2007). Nursing Ethics: A Virtue-Based Approach. Palgrave
Macmillan. ISBN 978-0-230-50688-6.
Breier-Mackie, Sarah (March–April 2006). “Medical Ethics and Nursing Ethics: Is
There Really Any Difference?”. Gastroenterology Nursing. 29 (2): 182–3.
doi:10.1097/00001610-200603000-00099. Retrieved 25 June 2019.
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
Volume 2. Jakarta : EGC.
Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third Edition,
by Lippicot Philadelpia, New York.
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 1999. Rencana
asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta : EGC.
Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.
Philadelphia. Addison Wesley.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius
McHale, J; Gallagher, A (2003). Nursing and Human Rights. Butterworth
Heinemann. ISBN 978-0-7506-5292-6.
PPNI (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia : definisi dan indicator
diagnostic, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar intervensi keperawatan Indonesia: Definisi dan tindaka
keperawatan, edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018).Standar luaran keperawatan Indonesia : definisi dan criteria hasil
keperawatan, edisi1. Jakarta : DPP PPNI
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1994. Patofisiologi, konsep klinis proses-
proses penyakit. Jakarta : EGC.