Anda di halaman 1dari 13

GUILLAIN BARRE SYNDROM

( gbs )

Disusun Oleh :

Nulena Aska Pribadi (1711020108)


Abi Tri Ayoga (1811020076)
Maya Amelia (1811020082)
Tegar Prihandika (1811020091)
Meita Dwi C (1811020107)
Atieka Wahyu S (1811020116)
LATAR BELAKANG

Guillain barre syndrome (GBS) adalah penyakit neurologi yang sangat jarang,
kejadiannya bervariasi antara 0.6 – 0.9 kasus per 100.000 orang pertahun.
Selama periode 42 tahun Central Medical Mayo Clinic melakukan penelitian
mendapatkan rata-rata insidensi 1.7 per 100.000 orang. Terjadi puncak
insidensi antara usia 15 – 35 tahun dan antara 50 – 74 tahun. Jarang mengenai
usia dibawah 2 tahun.
Penyakit ini sering menyebabkan kelumpuhan yang cukup sering
dijumpai pada usia dewasa muda. SGB ini seringkali mencemaskan penderita
dan keluarganya karena terjadi pada usia produktif, apalagi pada beberapa
keadaan dapat menimbulkan kematian, meskipun pada umumnya mempunyai
prognosa yang baik. GBS biasanya mempunyai prognosa yang baik yaitu
sekitar 80% tetapi sekitar 15 % nya mempunyai gejala sisa/ defisit neurologis.
DEFINISI
Guillain Barré Syndrome merupakan autoimun dimana
sistem imunitas tubuh menyerang sel sarafnya sendiri sehingga
menimbulkan peradangan dan kerusakan pada sel-sel saraf tepi
(mielin dan akson) yang dapat menyebabkan kelumpuhan motorik
dan gangguan sensorik (Lanello, 2005; Inawati, 2010).

Guillain Barré Syndrome (GBS) atau bisa juga disebut


sebagai Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy
(AIDP) adalah suatu penyakit pada susunan saraf yang terjadi
secara akut dan menyeluruh, terutama mengenai radiks dan saraf
tepi, yang didahului oleh suatu infeksi (Bahrudin, 2013).
ETIOLOGI
Etiologi Guillain-Barre Syndrome (GBS) atau sindrom Guillain-
Barre adalah penyakit yang diperantarai sistem imun dan didahului
dengan infeksi bakteri atau virus sebelumnya Penyakit infeksi akut
ditemukan pada dua per tiga penderita GBS 3 minggu sebelum
timbulnya gejala. Reaksi silang antara organisme patogen dan jaringan
syaraf menyebabkan munculnya suatu respon autoimun
Beberapa penelitian mengungkap bahwa penyebab tersering dari
infeksi pencetus munculnya GBS adalah Campylobacter jejuni. Studi
serologi di Belanda menunjukkan bahwa 32% dari pasien penderita
GBS teridentifikasi pernah mengalami infeksi C.jejuni sebelumnya,
sedangkan studi di China utara menunjukkan angka infeksi C.
jejuni mencapai 60% dari penderita GBS.
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) diketahui sebagai penyebab kedua
tersering dari GBS. Penyebab infeksi pencetus GBS yang signifikan
namun jarang ditemukan antara lain infeksi oleh Epstein-Barr virus,
Varicella Zoster virus, Mycoplasma pneumonia dan Haemophilus
influenza
EPIDEMIOLOGI
Penyakit GBS sudah ada sejak tahun 1859. GBS termasuk
penyakit langka dan terjadi hanya 1 atau 2 kasus per 100.000 di dunia
tiap tahunnya (Pithadia, 2010).
Berdasarkan studi populasi, insiden GBS di Eropa dan Amerika
Utara dilaporan sebanyak 1,2 sampai 1,9 per 100.000 kasus penduduk
tiap tahun, sedangkan di dunia dilaporkan sebanyak 0,6-4 per 100.000
kasus.Laki-laki 1,5 kali lebih banyak dari perempuan dan insidennya
meningkat berkaitan dengan usia, 1 per 100.000 pada usia dibawah 30
tahun dan sekitar 4 per 100.000 kasus pada usia setelah 75 tahun.
Sebanyak 0,66 per 100.000 kasus GBS di Cina dilaporkan pada
usia dewasa. Sekitar dua pertiga kasus GBS di dahului oleh infeksi
dengan onset gejalanya terjadi enam minggu, biasanya terjadi infeksi
saluran napas atas atau saluran cerna, dengan insiden gagal napas
sekitar 20-30%
PATOFISIOLOGI
Garis besar perjalanan klinis GBS terdiri dari dua pola khas
yang dibagi menjadi fase penyusun dan komponennya.
1. Terjadi infeksi atau stimulasi sistem kekebalan yang
menyebabkan terjadi penyimpangan respon autoimun pada
saraf perifer dan cabang-cabang saraf tulang belakang.
2. Terdapat peran faktor genetik dan lingkungan yang
mempengaruhi kerentanan individu: mengakibatkan
kelemahan anggota gerak sering akibat keterlibatan saraf
sensorik dan kranial, yaitu 1-2 minggu setelah terjadinya
stimulasi kekebalan tubuh, dan biasanya puncak defisit klinis
terjadi pada minggu ke-2 sampai ke-4
MANIFESTASI KLINIS

Flasid, simetris, paralisis asending dengan cepat


berkembang. Otot pernapasan dapat saja terkena, mengakibatkan
insufisiensi pernapasan. Gangguan otonomi seperti retensi urine
dan hipotensi postural kadang terjadi. Rekleks-refleks superfisial
dan tendon dalam dapat hilang. Biasanya tidak terjadi kehilangan
massa otot karena paralisis yang flasid terjadi dengan cepat. Ada
pasien yang mengalami nyeri tekan dan nyeri pada tekanan
dalam atau gerakan beberapa otot. Gejala-gajala parastesia
termasuk semutan ” jarum dan peniti ” dan kebas dapat terjadi
secra sementara, jika saraf kranial terkena, maka maka saraf
fasial ( VII) lebih sering terserangTanda dan gejala disfungsi
saraf fasial termasuk ketidak mampuan dalam tersenyum ,
bersiul, atau cemberut. GBS tidak mengenai LOC ( tingkat
kesadaran ), tanda –tanda pupil, atau fugsi serebral.
PATHWAY
PENTALAKSANAAN

1. Pasien pada stadium awal perlu dirawat di rumah sakit untuk


terus dilakukan observasi tanda tanda vital. Ventilator harus
disiapkan disamping pasien sebab paralisa yang terjadi dapat
mengenai otot-otot pernapasan dalam waktu 24 jam.
Ketidakstabilan tekanan darah juga mungkin terjadi. Obat obat
anti hipertensi dan vasoaktive juga harus disiapkan .
2. Pasien dengan progresivitas yang lambat dapat hanya
diobservasi tanpa diberikan medikamentosa.
3. Pasien dengan progresivitas cepat dapat diberikan obat-obatan
berupa steroid. Namun ada pihak yang mengatakan bahwa
pemberian steroid ini tidak memberikan hasil apapun juga.
Steroid tidak dapat memperpendek lamanya penyakit,
mengurangi paralisa yang terjadi maupun mempercepat
penyembuhan
ALGORITM PENANGANAN
PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat keluhan utama
Keluhan utama yang paling sering diungkapkan klien adalah kelemahan otot baik kelemahan fisik secara umum
maupun lokal.
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Tanyakan pada klien penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi
predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah klien mengalami ISPA, infeksi gastrointestinal, dan tindakan bedah
saraf.Tanyakan pada klien obat-obat yang sering digunakan seperti obat kortikosteroid, pemakaian obat antibiotik dan
reaksinya.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada pengkajian klien GBS biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan proses
demielinisasi. Keluhan tersebut diantaranya gejala-gejala neurologis diawali dengan parestesia
(kesemutan kebas) dan kelemahan otot kaki, yang dapat berkembang ke ekstremitas atas, batang
tubuh, dan otot wajah. Kelemahan otot dapat diikuti dengan cepat adanya paralisis yang lengkap.
Keluhan yang paling sering ditemukan pada klien GBS dan merupakan komplikasi yang paling
berat dari GBS adalah gagal napas. Melemahnya otot pernapasan membuat klien dengan
gangguan ini beresiko lebih tinggi terhadap hipoventilasi dan infeksi pernapasan berulang. Disfagia
juga dapat timbul mengarah pada aspirasi. Keluhan kelemahan ekstremitas atas dan bawah hampir
sama seperti keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan lainnya adalah kelainan dari
fungsi kardiovaskular, yang memungkinkan terjadinya gangguan sistem saraf otonom pada klien
GBS yang dapat mengakibatkan distritmia jantung atau perubahan drastis yang mengancam
kehidupan dalam tanda-tanda vital.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada keluarga klien apakah ada anggota yang pernah mengalami gangguan kesehatan yang sama dengan
klien, dan tanyakan pula apakah ada anggota keluarga yang pernah menggalami gangguan ISPA ataupun yang
lainnya.
RENCANA TINDAKAN
NO DX Kreteria hasil Intervensi Rasional

1 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas Subyektif; • Pantau frekuensi • Peningkatan distres
berhubungan dengan paralisis,otot • Menyatakan bernafas kedalaman dan pernapasan tanda
pernapasan,imobilisasi, sekresi statis,batuk tak lega kesimetrisan adanya kelelahan otot
efektif sekunder akibat penyakit sistem • Menyatakan skret pernapasan pernapasan
persarafan GBS ditandai dengan : berkurang • Catat peningkatan • Kemungkinan perlu
DS : menyatakan sulit bernafas dan skret Obyektif; kerja nafas dan sokongan ventilasi
menumpuk. • Penggunaan otot observasi warna kulit mekanik
Do : tampak kelemahan otot pernapasan,tampak bantu pernafasan • Lakukan penghisapan • Mencegah aspirasi
penggunaan otot bantu pernafasan,auskultasi berkurang secret infeksi pulmonal dan
suara nafas ronchi, AGDmeningka • RDD normal • auskultasi bunyi nafas gagal nafas
• Bunyi nafas bersih • kolaborasi pantau • Mengetahui adanya
• GDA batas normal AGD resistensi jalan nafas
• Mengetahui ferfusi
jaringan.

Perubahan kenyamanan nyeri akut berhubungan Subyektif : • Evaluasi terhadap • Mengetahui sekala
dengan kerusakan neuromusculer, inflamasi saraf • Menyatakan nyeri nyeri dengan nyeri
ditandai dengan: berkurang menggunakan sekala • Mengetahui adanya
Ds : menyatakan nyeri tekan pada otot dan Obyektif : nyeri perbaikan nyeri dan
sendi. • Nyeri berkurang atau • Observasi tanda tanda lokasi nyeri
Do : skala nyeri 8 (1-10), respirasi meningkat, terkontrol skala 2 (1- non verbal dari nyeri • Mengurangi perasaan
nadi meningkat,tampak wajah meringis gelisah 10) • Anjurkan terisolasi, marah dan
diaporesis. • Respirasi 16-18x/mnt mengungkapkan cemas
Nadi 80x/mnt perasaan tentang • Menghilangkan
• Wajah tenang nyeri yang dirasakan. kelelahan dan
• Diaporesis tdk ada • Lakukan perubahan tegangan otot
posisi secara teratur. • Memfokuskan
• Anjurkan relaksasi perhatian dan
seperti pisualiasasi. meningkatkan koping
• TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai