Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Menurut Centers of Disease Control and Prevention / CDC (2012),


Guillain Barre Syndrom (GBS) adalah penyakit langka di mana sistem
kekebalan seseorang menyerang sistem syaraf tepi dan menyebabkan
kelemahan otot bahkan apabila parah bisa terjadi kelumpuhan.

Hal ini terjadi karena susunan syaraf tepi yang menghubungkan otak
dan sumsum belakang dengan seluruh bagian tubuh kita rusak. Kerusakan
sistem syaraf tepi menyebabkan sistem ini sulit menghantarkan rangsang
sehingga ada penurunan respons sistem otot terhadap kerja sistem syaraf.

B. Etiologi

Penyebab GBS awalnya tidak diketahui sehingga penyakit ini


mempunyai nama lain Acute idiophatic polineuritis atau polineuritis idiopatik
akut. Bersama jalannya waktu diketahui bahwa GBS dapat disebabkan oleh
kerusakan sistem kekebalan. Kerusakan sistem kekebalan tersebut
menimbulkan pembengkakan syaraf peripheral, sehingga mengakibatkan
tidak adanya pesan dari otak untuk melakukan gerakan yang dapat diterima
oleh otot yang terserang. Apabila banyak syaraf yang terserang, di mana
salah satunya adalah syaraf sistem kekebalan, sehingga sistem
kekebalan tubuh kita pun akan kacau, dengan tidak diperintah dia akan
mengeluarkan cairan sistem kekebalan tubuh di tempat-tempat yang tidak
diinginkan. Pengobatan akan menyebabkan sistem kekebalan tubuh akan
berhenti menyerang syaraf dan bekerja sebagaimana mestinya dan gejala
hilang dan bisa pulih sehat seperti semula. Beberapa kasus menunjukkan
orang mengalami gejala GBS setelah beberapa hari atau minggu mengalami
sakit dengan gejala diare atau gangguan pernapasan.

Infeksi bakteri Campylobacter jejeni bisa sebagai pemicu gejala GBS.


Selain itu, GBS bisa terjadi setelah orang tersebut mengalami flu atau infeksi
virus lainnya seperti Cytomegalovirus dan virus Epstein Barr. Walaupun
sangat jarang terjadi, penyakit GBS bisa dipicu vaksinasi atau pembedahan

4
yang dilakukan beberapa hari atau minggu sebelum serangan penyakit
tersebut. Kasus penyakit GBS pada tahun 1976 meningkat karena
penggunaan vaksin flu babi. Baru pada tahun 2003 The Institute of Medicine
(IOM) mengemukakan beberapa teori tentang kemungkinan mengapa hai ini
terjadi, tetapi belum dapat menjelaskan secara pasti.

Setiap orang bisa terkena GBS tetapi pada umumnya lebih banyak
terjadi pada orang tua. Orang berumur 50 tahun ke atas merupakan
golongan paling tinggi risikonya untuk mengalami GBS (CDC, 2012).
Namun, menurut ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI) dr. Darma Imran, Sp S (K) mengatakan bahwa GBS dapat
dialami semua usia mulai anak-anak sampai orang tua, tapi puncaknya
adalah pada pasien usia produktif (Mikail, 2013).

5
C. Pathway

Proses auto imun atau


infeksi virus
Menghancurkan
myelin yg
mengelilingi akson

Konduksi salsatori tidak terjadi &


tidak ada transmisi impuls saraf

Gangguan fungsi saraf perifer


dan karnial

GB

Gang. Fungsi saraf Gangguan fungsi Disfungsi otonom


karanial: saraf
III, IV, V, VI, VIII, IX, XI perifer dan karnial
Paralisis pd okular, Parestesia & Parestesi Gang. Frek.
wajah & otot kelemahan a Irama jantung
orofaring, kesulitan otot
berbicara, Insufisiensi
mengunyah dan otot
pernapasan
Konstipasi Penurunan
Hambatan Ketidakefektifan
Ganggua pola
fungsi batuk
mobilitas fisik bersihan jalan
napas
napas

Gang, perfusi Penurunan


jaringan perifer curah jantung

D. Manifestasi Klinis

6
Gejala awal antara lain adalah rasa seperti ditusuk-tusuk jarum di ujung
jari kaki atau tangan atau mati rasa di bagian tubuh tersebut. Kaki terasa
berat dan kaku mengeras, lengan terasa lemah dan telapak tangan tidak
bisa menggenggam erat atau memutar sesuatu dengan baik (buka kunci,
buka kaleng dan lain-lain). Gejala awal ini bisa hilang dalam tempo waktu
beberapa minggu, penderita biasanya tidak merasa perlu perawatan atau
susah menjelaskannya pada tim dokter untuk meminta perawatan lebih
lanjut karena gejala-gejala akan hilang pada saat diperiksa. Gejala tahap
berikutnya pada saat mulai, muncul kesulitan yang berarti, misalnya : kaki
sudah sulit melangkah, lengan menjadi sakit dan lemah, dan kemudian
dokter menemukan syaraf refleks lengan telah hilang fungsinya (Anonim,
2006).
Selain itu gejala awal biasanya kelemahan atau rasa kesemutan pada
kaki. Rasa itu dapat menjalar ke bagian atas tubuh. Pada beberapa kasus
bisa menjadi lumpuh, hal ini bisa menyebabkan kematian. Pasien kadang
membutuhkan alat respirator untuk bernapas. Gejala biasanya memburuk
setelah beberapa minggu, kemudian stabil. Banyak orang bisa sembuh,
namun kesembuhan bisa didapatkan dalam minggu atau tahunan (CDC,
2012).

E. Komplikasi

1. Kegagalan jantung

2. Kegagalan pernapasan

3. Infeksi dan sepsis

4. Trombosis vena

5. Emboli paru

6. Syndrome of Inappropiate Secretion of Anti Diuritik Hormon (SIADH)


(Tarwoto, 2012)

F. Pemeriksaan Penunjang

7
1. Cairan serebrospinal: meningkatnya kadar protein, limfosit, normal.

2. Elektromyografi: menurunnya konduksi syaraf

3. Tes fungsi paru: menurunnya kapasitas vital, perubahan nilai AGD


(Penurunan PaO2, meningkatnya PaCO2, atau peningkatan pH).
(Tarwoto, 2012)

G. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan GBS adalah dengan pemberian imunoglobulin secara


intravena dan plasmapharesis atau pengambilan antibodi yang merusak
sistem saraf tepi dengan jalan mengganti plasma darah. Selain terapi pokok
tersebut juga perlu dilakukan pemberian fisioterapi dan perawatan dengan
terapi khusus serta pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan supaya tidak
mengalami infeksi dan melakukan pemantauan keamanan vaksin.

H. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penurunan kemampuan
batuk
b. Ketidakefektifan pola napas b.d kelemahan otot pernapasan
c. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan otot
d. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan respon syaraf
simpatis dan para simpatis
e. Penurunan cardiac output b.d penurunan respon syaraf simpatis dan
para simpatis
f. Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen

2. Intervensi Keperawatan

8
a. Ketidakefektifanbersihan jalan napas b.d penurunan kemampuan
batuk

NOC NIC
NOC: 1. Pastikan kebutuhan oral /
Setelah dilakukan tindakan tracheal suctioning.
keperawatan selama .... dinas pasien 2. Anjurkan pasien untuk istirahat
menunjukkan keefektifan jalan nafas dan napas dalam
dibuktikan dengan kriteria hasil : 3. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Respiratory status : Ventilation 4. Lakukan fisioterapi dada jika
1. Mendemonstrasikan batuk efektif perlu
dan suara nafas yang bersih, tidak 5. Keluarkan sekret dengan batuk
ada sianosis dan dyspneu atau suction
(mampu mengeluarkan sputum, 6. Auskultasi suara nafas, catat
bernafas dengan mudah, tidak ada adanya suara tambahan
pursed lips) 7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Respiratory status : Airway patency 8. Monitor status hemodinamik
2. Menunjukkan jalan nafas yang 9. Kolaborasi pemberian antibiotik
paten (klien tidak merasa tercekik, 10. Atur intake untuk cairan
irama nafas, frekuensi pernafasan mengoptimalkan keseimbangan.
dalam rentang normal, tidak ada 11. Monitor respirasi dan status O2
suara nafas abnormal) 12. Pertahankan hidrasi yang
3. Mampu mengidentifikasikan dan adekuat untuk mengencerkan
mencegah faktor yang penyebab. sekret
4. Saturasi O2 dalam batas normal 13. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

b. Ketidakefektifan pola napas b.d kelemahan otot pernapasan

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
keperawatan selama ... pasien memaksimalkan ventilasi
menunjukkan keefektifan pola nafas, 2. Pasang mayo bila perlu
dibuktikan dengan kriteria hasil: 3. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
Respiratory status : Ventilation 4. Keluarkan sekret dengan batuk
1. Mendemonstrasikan batuk efektif atau suction
dan suara nafas yang bersih, tidak 5. Auskultasi suara nafas, catat
ada sianosis dan dyspneu adanya suara tambahan
(mampu mengeluarkan sputum, 6. Kolaborasi pemberian
mampu bernafas dgn mudah, tidak bronkodilator
ada pursed lips) 7. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Respiratory status : Airway patency 8. Monitor respirasi dan status O2
Vital sign Status 9. Observasi adanya tanda tanda
2. Menunjukkan jalan nafas yang hipoventilasi

9
paten (klien tidak merasa tercekik, 10.Monitor adanya kecemasan
irama nafas, frekuensi pernafasan pasien terhadap oksigenasi
dalam rentang normal, tidak ada 11. Monitor vital sign
suara nafas abnormal) 12.Informasikan pada pasien dan
keluarga tentang tehnik relaksasi
Vital sign Status untuk memperbaiki pola nafas.
3. Tanda Tanda vital dalam rentang 13.Ajarkan bagaimana batuk efektif
normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)

c. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan otot

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama.gangguan 1. Monitoring vital sign
mobilitas fisik teratasi dengan kriteria sebelum/sesudah latihan dan
hasil: lihat respon pasien saat latihan
2. Konsultasikan dengan terapi fisik
tentang rencana ambulasi sesuai
Mobility Level dengan kebutuhan
1. Klien meningkat dalam aktivitas 3. Bantu klien untuk menggunakan
fisik tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
Self care : ADLs 4. Ajarkan pasien atau tenaga
2. Mengerti tujuan dari peningkatan kesehatan lain tentang teknik
mobilitas ambulasi
3. ADLs menjadi lebih mandiri 5. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
Joint Movement : Active 6. Latih pasien dalam pemenuhan
4. Memverbalisasikan perasaan kebutuhan ADLs secara mandiri
dalam meningkatkan kekuatan sesuai kemampuan
dan kemampuan berpindah 7. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
Transfer performance kebutuhan ADLs pasien.
5. Memperagakan penggunaan alat 8. Berikan alat Bantu jika klien
Bantu untuk mobilisasi (walker) memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

d. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan respon syaraf


simpatis dan para simpatis

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital

10
perawatan dalam waktu ..... 2. Monitor denyut nadi perifer
masalah dapat teratasi dengan 3. Monitor adanya tromboplebitis
kriteria hasil : 4. Monitor adanya daerah tertentu
Circulations status yang hanya peka terhadap
1. Tekanan sistol 100 - 120 mmHg panas/dingin/tajam/tumpul
dan diastol 60-80 mmHg 5. Rendahkan ekstremitas untuk
2. Denyut nadi perifer teraba kuat meningkatkan sirkulasi arteri
3. Tidak ada sianosis atau 6. Diskusikan mengenai penyebab
kepucatan perubahan sensasi
4. Tidak ada peningkatan suhu 7. Intruksikan keluarga atau klien
ekstremitas yang ekstrim untuk mengobservasi kulit jika ada
5. Pengisian kapiler 3 detik lesi atau laserasi
6. Tidak ada tromboplebitis.

e. Penurunan cardiac output b.d penurunan respon syaraf simpatis dan


para simpatis

NOC NIC
Setelah dilakukan asuhan 1. Catat adanya disritmia jantung
selamapenurunan kardiak 2. Catat adanya tanda dan gejala
output klien teratasi dengan kriteria penurunan cardiac putput
hasil: 3. Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
Tissue perfusion: perifer 4. Monitor balance cairan
Vital Sign Status 5. Monitor respon pasien
1. Tanda Vital dalam rentang normal terhadap efek pengobatan
(Tekanan darah, Nadi, respirasi) antiaritmia
Cardiac Pump effectiveness 6. Atur periode latihan dan
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak istirahat untuk menghindari
ada kelelahan kelelahan
Circulation Status 7. Monitor toleransi aktivitas
3. Tidak ada edema paru, perifer, pasien
dan tidak ada asites 8. Monitor adanya dyspneu,
4. Tidak ada penurunan kesadaran fatigue, tekipneu dan ortopneu
5. AGD dalam batas normal 9. Anjurkan untuk menurunkan
6. Tidak ada distensi vena leher stress
10. TTV
11. Monitor jumlah, bunyi dan
irama jantung
12. Monitor sianosis perifer
13. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
14. Jelaskan pada pasien tujuan
dari pemberian oksigen
15. Kolaborasi pemberian obat anti
aritmia, inotropik, nitrogliserin
dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas
jantung
16. Kolaborasi pemberian
antikoagulan untuk mencegah

11
trombus perifer
17. Minimalkan stress lingkungan

f. Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala
keperawatan selama ...... diharapkan konstipasi
masalah dapat teratasi dengan 2. Monitor bising usus konstipasi
kriteria hasil : 3. Motivasi intake cairan yg
Bowel elimination: adekuat
1. Bebas dari ketidaknyamanan 4. Identifikasi faktor-faktor yang
dan konstipasi menyebabkan konstipasi
2. Mengidentifikasi indikator untuk 5. Dorong peningkatan aktivitas
mencegah konstipasi yang optimal
3. Feses lunak dan berbentuk

12

Anda mungkin juga menyukai