Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN

GUILLAIN BARRE SYNDROME

Kelompok 6 :
Ayu Mustika ( 0119007 )
2.1 Definisi
 Guillain-Barre Syndrome adalah suatu kelainan sistem saraf akut

dan difus yang biasanya timbul setelah suatu infeksi atau


diakibatkan oleh autoimun, di mana proses imunologis tersebut
langsung mengenai radiks spinalis dan saraf perifer, dan
kadang-kadang juga saraf kranialis. Saraf yang diserang bukan
hanya yang mempersarafi otot, tetapi bisa juga indera peraba
sehingga penderita mengalami baal atau mati rasa.
2.2 Etiologi
 Guillain-Barre Syndrome sampai saat ini masih belum dapat

diketahui dengan pasti dan masih menjadi bahan perdebatan.


Teori yang dianut sekarang ialah suatu kelainan imunobiologik,
baik secara primary immune response maupun immune
mediated process.
 Beberapa keadaan penyakit yang mendahului dan mungkin ada

hubungannya dengan terjadinya GBS, antara lain (Japardi, 2002):


a. Infeksi Virus Atau Bakteri d. Penyakit sistematik
b. Vaksinasi e. Gangguan endokrin
c. Pembedahan, anestesi
2.3 Patofisiologi
 Adanya kerusakan myelin diantara node of ranvier ditemukan

pada sebagian kasus GBS, sehingga konduksi impuls akan lambat


dan terganggu. Seperti diketahui myelin berfungsi menghantarkan
impuls yang pada respon motorik berasal dari otak. Pada tanda
awal terjasinya edema, kompensasi akar saraf sampai terjadi
kerusakan myelin. Teori lain mengatakan bahwa kerusakan myelin
karena respon autoimun dari tubuh yang disebabkan oleh toksik
atau agen infeksi
2.4 Patwhay Etiologi

Proses aotoimun(merangsang reaksi kekebalan sekunder pada saraf /aktivasi


limfosit T dan magrofag)
 
Infiltrasi sel limfosit dari pembuluh darah kecil pada endo dan epinural
magrofak mensekresi protease
Penimbunan komplek antigen,antibodi pada pembuluh darah saraf tepi

Menghancurkan myelin yang mengelilingi akson

Proses demyelinasi akut saraf perifer

Konduksi saksatori tidak terjadi dan tidak ada transmisi impuls syaraf
 
Gangguanfungsi saraf perifer dan kranial

Guillain barre syndrome(GBS)


 

 
Gangguann syaraf parifer dan neuromuskular

Parastesia(kesemutan) dan kelemahan Paralise lengkap,otot pernapasan terkena


otot kaki yang dapat berkembang ke mengakibatkan insufisiensi pernapasan
ekstremitas atas,batang tubuh,
dan otot wajah Penurunan kemampuan batuk peningkatan
sekresi mukus
kelemahan fisik umum,paralisi otot wajah

Penururan tonus otot seluruh tubuh,perubahan Ketidakefektifan bersihan jalan


napas
estetika wajah

Hambatan mobilitas fisik


2.5 Manifestasi Klinis
a. Masa Laten
 Waktu antara terjadi infeksi atau keadaan prodromal yang

mendahuluinya dan saat timbulnya gejala neurologis. Lamanya


masa laten ini berkisar antara satu sampai 28 hari, rata-rata 9
hari. Pada masa laten ini belum ada gejala klinis yang timbul.
b. Gejala Klinis
 Kelumpuhan

 Gangguan Sensibilitas

 Saraf Kranialis

 Gangguan fungsi otonom

 Kegagalan pernafasan

 Papiledema
2.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
 Pada pemeriksaan neurologis ditemukan adanya kelemahan otot

yang bersifat difus dan paralisis.


b. Pemeriksaan Laboratorium
 Gambaran laboratorium yang menonjol adalah peninggian kadar

protein dalam cairan otak (0,5 mg%) tanpa diikuti oleh


peninggian jumlah sel dalam cairan otak
c. Pemeriksaan Elektrofisiologi (EMG)
 kecepatan hantaran saraf motorik dan sensorik melambat.

d. Pemeriksaan LCS
 didapatkan adanya kenaikan kadar protein (1-1,5 g/dl) tanpa

diikuti kenaikan jumlah sel.


e. Pemeriksaan MRI
 akan memberikan hasil yang bermakna jika dilakukan kira-kira

pada hari ke-13 setelah timbulnya gejala. MRI akan


memperlihatkan gambaran cauda equina yang bertambah besar.
2.7 Penatalaksanaan
a. Sindrom, Guillain Barre dipertimbangkan sebagai kedaruratan medis dan
pasien diatasi di unit perawatan intensif (Japardi, 2002)
 Pengaturan Jalan Napas

 Pemantauan EKG dan Tekanan Darah

 Plasmaparesis

 Perlu diperhatikan pemberian cairan dan elektrolit terutama natrium

 Ileus paralitik terkadang ditemukan terutama pada fase akut sehingga

parenteral nutrisi perlu diberikan pada keadaan ini.


b.Perawatan Umum
 Mencegah timbulnya luka baring/bed sores dengan perubahan posisi tidur.

 Fisioterapi yang teratur dan baik

 Spint mungkin diperlukan untuk mempertahakan posisi anggota gerak

yanglumpuh
 Kekakuan sendi dicegah dengan gerakan pasif. Gerakan pasti pada kaki

yang lumpuh mencegah deep voin thrombosis.


 Perawatan kulit, kandung kemih, saluran pencernaan, mulut, faring dan

trakhea.
 Infeksi paru dan saluran kencing harus segera diobati.

 Bila ada nyeri otot dapat diberikan analgetik.


c. Pengobatan
 Kortikosteroid

 Profilaksis terhadap DVT

 Pengobatan imunosupresan dibagi menjadi 2 yaitu

1)Imunoglobulin IV
2) Obat sitotoksik
2.8 Komplikasi
 Paralysis yang persisten

 Kegagalan pernafasan

 Hipotensi atau hipertensi

 Tromboembolisme

 Pneumonia

 Aritmia kardial

 Aspirasi

 Retensi urinae

 Problem psikiatrik (seperti: depresi dan ansietas).


ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1. Anamnesa
a) Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no.registrasi, tanggal MRS. diagnose medis.
b) Keluhan Utama
c) Riwayat Penyakit Sekarang
d) Riwayat penyakit dahulu
e) Riwayat penyakit keluarga
f) Riwayat psikososial
2. Pola-pola Fungsi Kesehatan
 Nutrisi: Asupan nutrisi pada pasien yang kurang karena adanya

kelemahan otot untuk mengunyah dan menclan. keluarga dan perawat


 Higyene perseorangan Kebutuhan personal hygiene pasien dibantu oleh

 Eliminasi : Pasien sering mengalami konstipasi, adanya penurunan

haluaran urin(<500 cc),retensi urine atau inkontinensia. 1.5.4 Aktivitas


dan tidur: Pasien tidak mampu beraktivitas seperti biasa kerena
kelemahan pada kedua tungkai. Pasien menjadi gelisah dan kurang tidur
3. Pemeriksaan Fisik
 B1 (Breathing) : Pasien tidak dapat batuk efektif, pengeluaran

sputum, ronkhi, dispneu, adanya penggunaan otot-otot bantu


pernapasan, apneu.
 B2 (bleeding) : Wajah kemerahan, takikardi/ bradikardi, hipotensi

hipertensi (tekanan darahnya labil, naik turun).


 B3 (Brain) : Pusing, letargi

 B4 (Bledder) : Adanya distensi kandung kemih.

 B5 (Bowel) : Pasien sulit menelan atau mengunyah makanan,

bising usus memurun, pasien mengalami konstipasi.


 B6(Bone) : Adanya kelemahan pada otot, dan penurunan

kekuatan otot
3.3 Diagnosa Keperawatan
 1. Bersihkan jalan napas tidak efektif herhubungan dengan

disfungsi neuromuskular (D.0001)


 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kekuatan otot (D.0054)


3.4 Intervensi
1. Diagnosa : Bersihkan jalan napas tidak efektif (D.0001)
Tujuan dan Kriteria hasil : Bersihkan jalan napas ( L.01001)
Intervensi : 1. Latihan batuk efektif ( 1.01006)
2. Manajemen jalan napas (l.01011)
3. Pemantauan Respirasi ( l.01014)

2. Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik (D.0054)


Tujuan dan Kriteria hasil : Mobilitas fisik (L.05042)
Intervensi : Dukungan Mobilisasi (l.05173)
3.5 IMPLEMENTASI
 Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien sesuai

dengan intervensi yang telah dibuat. Tindakan yang sesuai


dengan legaletik keperawatan dan SOP yang telah ditentukan.
3.6 EVALUASI
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan, perawat melakukan

evaluasi dengan format SOAP dengan melihat respon pasien


dengan membandingkan kriteria hasil dan juga dilakukan
pendokumentasian lengkap meliputi nama perawat, tindakan
yang dilakukan, respon pasien, dan tanda tangan perawat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai