Disusun oleh:
DIKNA FEBIANA
2024
1
1. Definisi
2
2. Etiologi
Etiologi Guillain – Barre Syndrome sampai saat ini masih belum
dapat diketahui dengan pasti dan masih menjadi bahan perdebatan. Teori
yang dianut sekarang ialah suatu kelainan imunobiologik, baik secara
primary immune response maupun immune mediated process. Periode laten
antara infeksi dan gejala polineuritis memberi dugaan bahwa kemungkinan
kelainan yang terdapat disebabkan oleh suatu respons terhadap reaksi alergi
saraf perifer. Pada banyak kasus, infeksi sebelumnya tidak ditemukan namun
terdapat gangguan di medula spinalis dan medula oblongata (Japardi, 2002).
Beberapa keadaan/ penyakit yang mendahului dan mungkin ada
hubungannya dengan terjadinya GBS, antara lain (Japardi, 2002) :
a. Infeksi virus atau bakteri
GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik.
Insidensi kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara
56% - 80%, yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul
seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal.
Infeksi akut yang berhubungan dengan GBS :
b. Vaksinasi
c. Pembedahan, anestesi
d. Penyakit sistematik, seperti keganasan, Systemic Lupus
Erythematosus, tiroiditis, dan penyakit Addison
e. Kehamilan atau dalam masa nifas
f. Gangguan endokrin
3
3. Manifestasi Klinis
a. Masa laten
laten ini berkisar antara satu sampai 28 hari, rata-rata 9 hari. Pada masa
b. Gejala Klinis
(1) Kelumpuhan
otot bagian proksimal lebih berat dari bagian distal, tetapi dapat
juga sama beratnya, atau bagian distal lebih berat dari bagian
proksimal
4
kaus kaki dan sarung tangan. Sensibilitas ekstroseptif lebih sering
Kelumpuhan otot- otot muka sering dimulai pada satu sisi tapi
antara kedua sisi. Semua saraf kranialis bisa dikenai kecuali N.I
dan N.VIII. Diplopia bisa terjadi akibat terkenanya N.IV atau N.III.
5
(6) Papiledema
4. Patofisiologi
saraf tersebut menjadi lambat atau berhenti sama sekali. GBS menyebabkan
inflamasi dan destruksi dari myelin dan menyerang beberapa saraf. Oleh
diketahui ilmuwan sampai saat ini adalah bahwa sistem imun menyerang
virus dan antigen lain memasuki sel dari saraf dan kemudian mereplikasi
pertama adalah virus dan bakteri mengubah susunan sel saraf schingga
6
Pada GBS, terbentuk atibodi atau immunoglobulin (Ig) sebagai reaksi
terhadap adanya antigen atau partikel asing dalam tubuh, seperti bakteri
ataupun virus. Antibodi yang bersirkulasi dalam darah ini akan mencapai
myelin akan berkurang, sementara pada waktu bersamaan, myelin yang ada
telah dirusak oleh antibody tubuh. Seiring dengan serangan yang berlanjut,
jaringan saraf perifer akan hancur secara bertahap. Saraf motoric, sensorik
7
5. Pathway
8
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
bersifat difus dan paralisis. Refleks tendon akan menurun atau bahkan
b. Pemeriksaan laboratorium
dalam cairan otak (> 0,5 mg%) tanpa diikuti oleh peninggian jumlah sel
kadar protein dalam cairan otak ini dimulai pada minggu 1-2 dari onset
9
menunjukkan perlambatan pada segmen proksimal dan radiks saraf. Di
d. Pemeriksaan LCS
1,5 g/dl ) tanpa diikuti kenaikan jumlah sel. Keadaan ini oleh Guillain
dissociation).
e. Pemeriksaan MRI
2. Biopsi otot tidak diperlukan dan biasanya normal pada stadium awal.
7. Penatalaksanaan
10
penyakit ini dapat sembuh sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang
cukup lama dan angka kecacatan (gejala sisa) cukup tinggi sehingga
(Japardi, 2002)
11
timbulnya hipotensi atau hipertensi yang mendadak serta gangguan
3) Plasmaparesis
12
5) Ileus paralitik terkadang ditemukan terutama pada fase akut
f. Perawatan umum
posisi tidur.
secara teratur untuk mencegah retensi sputum dan kolaps aru. Segera
13
3) Spint mungkin diperlukan untuk mempertahakan posisi anggota
dan trakhea.
analgetik.
g. Pengobatan
1) Kortikosteroid
3) Pengobatan imunosupresan:
a) Imunoglobulin IV
setelah 4 minggu.
ini dan defisiensi IgA, antibodi anti IgE/ IgG. Tidak ada
kehamilan.
b) Obat sitotoksik
15
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah 6
merkaptopurin (6-MP).
6. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
2) Sirkulasi
3) Integritas Ego
4) Eliminasi
otot abdomen, hilangnya sensasi anal (anus) atau berkemih dan refleks
sfingter.
5) Makanan/cairan
16
6) Neurosensori
Gejala: kebas, kesemutan dimulai dari kaki atau jari-jari kaki dan terus
berbicara.
7) Nyeri/kenyamanan
8) Pernafasan
gag/menelan/batuk.
9) Keamanan
11) Pernafasan
12) Keamanan
ANALISA DATA
18
Symptop Etiologi Masalah
DO : Menyerang myelin
nafas (GBS)
Terpasang o2 B1 : Breathing
Ketidakefektifan pola
nafas
Do : Menyerang myelin
Parastesia (kesemutan)
dan kelemahan otot
kaki,yang dapat
berkembang ke
ekstremitas atas,batang
19
tubuh dan otot wajah
Hambatan mobilitas
fisik
Menyerang myelin
Do : Cidera dimelinasi
Pengisian kapiler
Akral buruk Guillain bare syndrome
Warna kulit pucat
Turgor kulit kurang Proknosis penyakit yang
kurang baik
B2 : Blood
Penumpukan vaskuler
Gangguan perfusi
jaringan perifer
Proses inflamasi
Menyerang myelin
20
Do : Cedera dimelinasi
Nyeri akut
Ds : Faktor predisposisi Konstipasi
Proses inflamasi
Menyerang myelin
Do : Cidera dimensiasi
Frekuensi BAB
Keluhan defekasi lama Guillain bare syndrome
dan sulit
Konsistensi feses B5 : bowel
Peristaltik usus meningkat
Kerusakan
neuromuskular
Imobilisasi
Penurunan peristaltik
usus
Konstipasi
Proses inflamasi
Menyerang myelin
Do : Cidera dimelinasi
22
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapeutik
23
Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Terapeutik
Hindari pemasangan
infus, atau
pengambilan darah di
area keterbatasan
perfusi
Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet
pada area yang cidera
24
Lakukan pencegahan
infeksi
Lakukan perawatan
kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
Edukasi
Anjurkan berhenti
merokok
Anjurkan berolahraga
rutin
Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan
penurun kolesterol,
jika perlu
Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis:
melembabkan kulit
kering pada kaki)
Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis: rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
Informasikan tanda
dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis:
rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya rasa).
hambatan Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik keperawatan selama 3 x 24 jam, (I.05173)
25
b.d kerusakan maka mobilitas fisik meningkat,
neuromuscular dengan kriteria hasil: Observasi
Terapeutik
Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar
tempat tidur)
Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
Terapeutik
Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan
tidur
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
27
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgesik secara tepat
Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
konstipasi b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Eliminasi Fekal
kehilangan keperawatan selama 3 x 24 jam, (I.04151)
sensasi dan maka eliminasi fekal membaik,
reflek sfingter dengan kriteria hasil: Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat supositoria
anal, jika perlu
ansietas b.d Setelah dilakukan intervensi Terapi relaksasi (I.09326)
pajanan keperawatan selama 3 x 24 jam,
informasi maka tingkat ansietas menurun, Observasi
mengenai dengan kriteria hasil:
penyakit Identifikasi penurunan
Verbalisasi kebingungan tingkat energi,
menurun ketidakmampuan
Perilaku gelisah menurun berkonsentrasi, atau
Perilaku tegang menurun gejala lain yang
Konsentrasi membaik mengganggu
kemampuan kognitif
Identifikasi Teknik
29
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan Teknik
sebelumnya
Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah Latihan
Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
Gunakan pakaian
longgar
Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
Tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi
Jelaskan tujuan,
manfaat, Batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis: musik,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot
progresif)
Jelaskan secara rinci
30
intervensi relaksasi
yang dipilih
Anjurkan mengambil
posisi nyaman
Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih Teknik yang
dipilih
Demonstrasikan dan
latih Teknik relaksasi
(mis: napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
31
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil
32