Anda di halaman 1dari 4

Gadjah Mada University

Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing


Guillain Barre Syndrom (GBS)

1. What is Guillain Barre Syndrom (GBS)?

Guillain Barre Syndrom (GBS) adalah penyakit ini termasuk penyakit yang langk, di
mana sistem kekebalan tubuh seseorang merusak sel saraf mereka sehingga menyebabkan
kelemahan otot dan dapat terjadi kelumpuhan (CDC, 2017). Selain itu, GBS merupakan
kumpulan gejala kelemahan pada anggota gerak dan kadang-kadang dengan sedikit
kesemutan pada lengan atau tungkai, disertai menurunnyarefleks. Selain itu kelumpuhan
dapat juga terjadi di otot-otot penggerak bola mata sehingga penderita melihat satu objek
menjadi dua yang dapat disertaigangguan koordinasi anggota gerak (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2011).

2. What is the patofisologis?

Mekanisme patofisiologis penyakit anteseden dan GBS dapat ditandai oleh infeksi
Campylobacter jejuni. Virulensi Campylobacter jejuni didasarkan pada adanya antigen
spesifik pada kapsulnya yang dibagi dengan saraf.Respons imun diarahkan pada antigen
lipopolisakarida di kapsul Campylobacter jejuni yang menghasilkan antibodi yang bereaksi
dengan GM1 gangliosida di myelin, yang mengakibatkan kerusakan kekebalan pada sistem
saraf perifer. Proses ini disebut mimikri molekuler.Temuan patologis di GBS meliputi
infiltrasi limfositik pada akar tulang belakang dan saraf perifer (saraf kranial dapat
dilibatkan), diikuti dengan makrofag yang dimediasi, pelepasan myelin multifokal.
Fenomena ini berakibat pada kecacatan dalam impuls saraf listrik, dengan penundaan dalam
pengaliran listrik saraf yang menyebabkan kelumpuhan. Pada beberapa pasien dengan
penyakit berat dari peradangan parah adalah gangguan dan kehilangan saraf aksonal (Andary,
2017).
1. Acute motor axonal neuropathy (AMAN) biasanya terjadi pada anak-anak ditandai
dengan kelemahan yang cepat dan bertahap dan kegagalan napas pada tahap
selanjutnya. Pada kasus AMAN disebabkan karena diare Campylobacter jejuni.
Pasien biasanya memiliki titer antibodi yang tinggi terhadap gangliosida (yaitu GM1,
GD1a, GD1b). Peradangan akar anterior spinal dapat menyebabkan gangguan pada
sistem saraf pusat (SSP). Prognosisnya cukup baik meskipun pemulihan yang cepat
dan dapat sangat cacat sehingga perlu perbaikan selama beberapa tahun.
2. Acute motor-sensory axonal neuropathy (AMSAN) merupakan penyakit akut yang
parah dengan mempergaruhi sistem saraf sensorik dan akar. Biasanya seseorang yang
mengalami AMSAN pada pasien dewasa dengan kelemahan anggota gerak yang
cepat dan berat ditandai dengan kelemahan otot. AMSAN disebabkan oleh diare
Campylobacter jejuni.Temuan patologis menunjukkan degenerasi aksonal serabut
saraf motor dan sensorik dengan sedikit demielininasi.
3. Miller-Fisher syndrome (MFS)dikaitakn dengan kelemahan anggota badan, ptosis,
kelemahan pada otot wajah. Antibodi anti-GQ1b menonjol pada MFS, dan memiliki
spesifisitas dan kepekaan yang tinggi terhadap penyakit ini. Konsentrasi GQ1b
ganglioside yang padat ditemukan pada saraf oculomotor, trochlear, dan abducens,
yang dapat menjelaskan hubungan antara antibodi anti-GQ1b dan ophthalmoplegia.
Pasien dengan kelumpuhan orofaring akut membawa antibodi IgG anti-GQ1b / GT1a.
Pemulihan umumnya terjadi dalam 1-3 bulan.
3. Signs and symptoms of GBS?
Tanda dan gejala Gullain Bare Syndrom menurut Ryszard et al (2011) adalah :
1. Kelumpuhan
Manifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot ekstremitas tipe lower
motor neurone. Pada sebagian besar penderita kelumpuhan dimulai dari kedua
ekstremitas bawah kemudian menyebar secara asenderen ke badan, anggota gerak atas
dan saraf kranialis.Kadang-kadang juga bisa keempat anggota gerak dikenai secara
serentak, kemudian menyebar ke badan dan saraf kranialis.
Kelumpuhan otot-otot ini simetris dan diikuti oleh hiporefleksia atau arefleksia.
Biasanya derajat kelumpuhan otot-otot bagian proksimal lebih berat dari bagian distal,
tapi dapat juga sama beratnya, atau bagian distal lebih berat dari bagian proksimal.
2. Gangguan sensibilitas
Parestesi biasanya lebih jelas pada bagian distal ekstremitas, muka juga bisa
dikenai dengan distribusi sirkumoral .Defisit sensoris objektif biasanya minimal dan
sering dengan distribusi seperti pola kaus kaki dan sarung tangan.Sensibilitas ekstroseptif
lebih sering dikenal dari pada sensibilitas proprioseptif.Rasa nyeri otot sering ditemui
seperti rasa nyeri setelah suatu aktifitas fisik.
3. Saraf Kranialis
Saraf kranialis yang paling sering dikenal adalah N.VII.Kelumpuhan otot-otot muka
sering dimulai pada satu sisi tapi kemudian segera menjadi bilateral, sehingga bisa
ditemukan berat antara kedua sisi.Semua saraf kranialis bisa dikenai kecuali N.I dan
N.VIII.Diplopia bisa terjadi akibat terkenanya N.IV atau N.III. Bila N.IX dan N.X
terkena akan menyebabkan gangguan berupa sukar menelan, disfonia dan pada kasus
yang berat menyebabkan kegagalan pernafasan karena paralisis n. laringeus.
4. Gangguan fungsi otonom
Gangguan fungsi otonom dijumpai pada 25 % penderita GBS.Gangguan tersebut berupa
sinus takikardi atau lebih jarang sinus bradikardi, muka jadi merah (facial flushing),
hipertensi atau hipotensi yang berfluktuasi, hilangnya keringat atau episodic profuse
diaphoresis. Retensi urin atau inkontinensia urin jarang dijumpai .Gangguan otonom ini
jarang yang menetap lebih dari satu atau dua minggu.
5. Kegagalan pernafasan
Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi utama yang dapat berakibat fatal bila tidak
ditangani dengan baik.Kegagalan pernafasan ini disebabkan oleh paralisis diafragma dan
kelumpuhan otot-otot pernafasan, yang dijumpai pada 10-33 persen penderita.
6. Papiledema
Kadang-kadang dijumpai papiledema, penyebabnya belum diketahui dengan pasti.
Diduga karena peninggian kadar protein dalam cairan otot yang menyebabkan
penyumbatan villi arachoidales sehingga absorbsi cairan otak berkurang.

Anda mungkin juga menyukai