PENDAHULUAN
2. Etiologi
Penyebab pasti dari Gullaine Barre Syndrom (GBS) sampai saat
ini masih belum dapat diketahui dan masih menjadi bahan perdebatan.
Tetapi pada banyak kasus, penyakit ini sering dihubungkan dengan
penyakit infeksi viral, seperti infeksi saluran pernafasan dan saluran
pencernaan. GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non
spesifik. Insidensi kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini
sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala
neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi
gastrointestinal.
Semua kelompok usia dapat terkena penyakit ini, namun paling
sering terjadi pada dewasa muda dan usia lanjut. Pada tipe yang paling
berat, sindroma Guillain-Barre menjadi suatu kondisi kedaruratan
medis yang membutuhkan perawatan segera. Sekitar 30% penderita
membutuhkan penggunaan alat bantu nafas sementara.
Kondisi yang khas adanya kelumpuhan yang simetris secara cepat
yang terjadi pada ekstremitas yang pada banyak kasus sering
disebabkan oleh infeksi viral. Virus yang paling sering menyebabkan
penyakit ini adalah Cytomegalovirus (CMV), HIV, Measles dan
Herpes Simplex Virus. Sedangkan untuk penyebab bakteri paling
sering oleh Campylobacter jejuni. Tetapi dalam beberapa kasus juga
terdapat data bahwa penyakit ini dapat disebabkan oleh adanya
kelainan autoimun.
Lebih dari 60% kasus mempunyai faktor predisposisi antara satu
sampai beberapa minggu sebelum onset. Beberapa keadaan/ penyakit
yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya
SGB, antara lain:
a. Infeksi
b. Vaksinasi
c. Pembedahan
d. Diare
e. Peradangan saluran nafas atas
f. Kelelahan
g. Demam
h. Kehamilan/ dalam masa nifas
i. Penyakit sistematik:
j. keganasan
k. systemic lupus erythematosus
l. tiroiditis
m. penyakitAddison
3. Manifestasi klinis
Tanda
Pada pemeriksaan klinis kelumpuhan layuh areflexia ditemukan
dimana pengecilan otot biasanya terjadi dalam waktu dua minggu dari
timbulnya gejala dan dapat parah serta pada umumnya disfungsi
otonom yang dapat menyebabkan aritmia, ayunan tekanan darah,
retensi urin, ileus paralitik dan hyperhydriasis (Tandel et al., 2019).
Gejala
Gejala klinis yang terdapat pada GBS antara lain :
4. Patofisiologi
Akson bermielin mengonduksi impuls saraf lebih cepat
dibanding akson tidak bermielin. Sepanjang perjalanan serabut
bermielin terjadi gangguan dalam selaput (nodus Ranvier) tempat
kontak langsung antara membran sel akson dengan cairan
ekstraselular. Membran sangat permiabel pada nodus tersebut,
sehingga konduksi menjadi baik.
Akson adalah suatu perpanjangan sel-sel saraf, berbentuk
panjang dan tipis; berfungsi sebagai pembawa sinyal saraf. Beberapa
akson dikelilingi oleh suatu selubung yang dikenal sebagai myelin,
yang mirip dengan kabel listrik yang terbungkus plastik. Selubung
myelin bersifat insulator dan melindungi sel-sel saraf. Selubung
ini akan meningkatkan baik kecepatan maupun jarak sinyal saraf
yang ditransmisikan. Sebagai contoh, sinyal dari otak ke otot
dapat ditransmisikan pada kecepatan lebih dari 50 km/jam.
Myelin tidak membungkus akson secara utuh, namun
terdapat suatu jarak diantaranya, yang dikenal sebagai Nodus
Ranvier; dimana daerah ini merupakan daerah yang rentan diserang.
Transmisi sinyal saraf juga akan diperlambat pada daerah ini,
sehingga semakin banyak terdapat nodus ini, transmisi sinyal akan
semakin lambat.
Gerakan ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat
banyak pada nodus Ranvier, sehingga impuls saraf sepanjang
serabut bermielin dapat melompat dari satu nodus ke nodus lain
(konduksi saltatori) dengan cukup kuat. Kehilangan selaput
mielin pada Sindrom Guillain-Barre membuat konduksi saltatori
tidak mungkin terjadi dan transmisi impuls saraf dibatalkan.
5. Pathway
Konduksi salsatori tidak terjadi dan tidak ada transmisi impuls saraf
GBS
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan penunjang