Dosen Pembimbing :
Widya Sepalanita, S. Kep., Ners., M. Kep M., Sp. Kep.MB
Disusun Oleh :
Penni Widjayanti
P27906120028
3. klasifikasi
a. Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy (AIDP)
Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy (AIDP) adalah
subtipe GBS yang paling umum di Amerika Serikat dan Eropa,
terhitung lebih dari 80% kasus, di mana penyebab utamanya adalah
respons inflamasi terhadap mielin. Sebagian besar pasien pada awalnya
menggambarkan gejala sensorik distal ringan, yang dapat mencakup
mati rasa, parestesia, dan / atau disestesi. Pasien kemudian
mengembangkan kelemahan bilateral dan simetris progresif, klasik
melibatkan semua ekstremitas. Sebagian besar pasien mengalami
penurunan atau tidak adanya refleks. Dalam satu rangkaian besar
hampir 500 pasien, semua pasien mengalami kelemahan anggota badan
secara bilateral. Pada 6%, kelemahan itu terbatas pada kaki, dan pada
1% kelemahan terbatas pada lengan. Saat presentasi, 90% mengalami
refleks menurun atau tidak ada tapi akhirnya hal ini dicatat pada semua
pasien. Gejala memuncak dalam 2 minggu dalam 80%, dan dalam
waktu 4 minggu di hampir semua pasien (97%) (Pasanen, 2015).
b. Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN) Acute Motor Axonal
Neuropathy (AMAN) seluruhnya merupakan motorik neuropati, paling
banyak terjadi di China dan Jepang (50 - 60% kasus), namun ditemukan
di negara-negara barat dengan frekuensi yang jauh lebih rendah (10
20% kasus). AMAN ditandai dengan degenerasi aksonal dimana akson
tampaknya menjadi target utama serangan kekebalan dan biasanya
terjadi dalam 1-2 minggu setelah infeksi terdahulu (Zhong and Cai,
2007)
c. Acute Motor And Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN) Acute Motor
And Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN) adalah kelainan aksonal
yang mirip dengan AMAN dengan pengecualian bahwa saraf sensorik
juga terlibat. Subtipe ini sangat sedikit (kurang dari 10% kasus AMAN)
dan pola patologinya sangat mirip dengan AMAN, termasuk kerusakan
dan degenerasi akson, kecuali saraf sensorik yang terpengaruh secara
bersamaan. AMSAN biasanya berhubungan dengan jalur yang lebih
parah dan prognosis yang lebih buruk. Tingkat cedera akson seringkali
lebih parah, sehingga menghasilkan presentasi klinis yang lebih maju
dan cepat (Zhong and Cai, 2007; Pasanen, 2015).
d. Miller Fisher Syndrome (MFS) Miller Fisher Syndrome (MFS) ditandai
dengan ataksia, arefleksia dan oftalmoplegia. 25% dari pasien mungkin
mengalami kelemahan anggota gerak (Tandel et al., 2016). MFS adalah
varian jarang GBS (sekitar 5%). Keterlibatan saraf kranial sangat
berbeda pada sindrom ini, dan saraf motor okulomotor, trokat, dan
abducens biasanya terpengaruh dan menghasilkan triad klinis khas
ophthalmoplegia, ataksia, dan areflexia (Zhong and Cai, 2007).
Meskipun jarang terjadi di Amerika Utara dan Eropa (~5%), MFS
menghasilkan sebanyak 20% sampai 25% kasus GBS di Asia (Pasanen,
2015). Bentuk kronis GBS dikenal sebagai polineuropati demielinasi
inflamasi kronis (CIDP). AIDP memiliki waktu puncak 4 minggu
setelah gejala awal dan jika berkembang hingga 8 bulan disebut CIDP
(Satoto dan Span-Kar, 2013). Gambaran klinis yang mirip dengan
AIDP tetapi memiliki kursus progresif lambat atau kambuh (Tandel et
al., 2016).
4. patofisiologi
Umumnya sel-sel imunitas ini menyerang benda asing dan
organisme pengganggu; namun pada GBS, sistem imun mulai
menghancurkan selubung myelin yang mengelilingi akson saraf perifer,
atau bahkan akson itu sendiri. Terdapat sejumlah teori mengenai
bagaimana sistem imun ini tiba-tiba menyerang saraf, namun teori yang
dikenal adalah suatu teori yang menyebutkan bahwa organisme (misalnya
infeksi virus ataupun bakteri) telah mengubah keadaan alamiah sel-sel
sistem saraf, sehingga sistem imun mengenalinya sebagai sel-sel asing.
Organisme tersebut kemudian menyebabkan sel-sel imun, seperti halnya
limfosit dan makrofag, untuk menyerang myelin.
Limfosit T yang tersensitisasi bersama dengan limfosit B akan
memproduksi antibodi melawan komponen-komponen selubung myelin
dan menyebabkan destruksi dari myelin. Akson adalah suatu perpanjangan
sel-sel saraf, berbentuk panjang dan tipis; berfungsi sebagai pembawa
sinyal saraf. Beberapa akson dikelilingi oleh suatu selubung yang dikenal
sebagai myelin, yang mirip dengan kabel listrik yang terbungkus plastik.
Selubung myelin bersifat insulator dan melindungi sel-sel saraf. Selubung
ini akan meningkatkan baik kecepatan maupun jarak sinyal saraf yang
ditransmisikan.
Sebagai contoh, sinyal dari otak ke otot dapat
ditransmisikan pada kecepatan lebih dari 50 km/jam.
Myelin tidak membungkus akson secara utuh, namun terdapat
suatu jarak diantaranya, yang dikenal sebagai Nodus Ranvier; dimana
daerah ini merupakan daerah yang rentan diserang. Transmisi sinyal saraf
juga akan diperlambat pada daerah ini, sehingga semakin banyak terdapat
nodus ini, transmisi sinyal akan semakin lambat.
Pada GBS, terbentuk antibodi atau immunoglobulin (Ig) sebagai
reaksi terhadap adanya antigen atau partikel asing dalam tubuh, seperti
bakteri ataupun virus. Antibodi yang bersirkulasi dalam darah ini akan
mencapai myelin serta merusaknya, dengan bantuan sel-sel leukosit,
sehingga terjadi inflamasi pada saraf. Sel-sel inflamasi ini akan
mengeluarkan sekret kimiawi yang akan mempengaruhi sel Schwan, yang
seharusnya membentuk materi lemak penghasil myelin. Dengan
dirusaknya, produksi myelin akan berkurang, sementara pada waktu
bersamaan, myelin yang ada telah dirusak oleh antibodi tubuh.
Seiring dengan serangan yang berlanjut, jaringan saraf perifer akan
hancur secara bertahap. Saraf motorik, sensorik, dan otonom akan
diserang; transmisi sinyal melambat, terblok, atau terganggu; sehingga
mempengaruhi tubuh penderita. Hal ini akan menyebabkan kelemahan
otot, kesemutan, kebas, serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari,
termasuk berjalan. Untungnya, fase ini bersifat sementara, sehingga
apabila sistem imun telah kembali normal, serangan itu akan berhenti dan
pasien akan kembali pulih.
Seluruh saraf pada tubuh manusia, dengan pengecualian pada otak
dan medulla spinalis, merupakan bagian dari sistem saraf perifer, yakni
terdiri dari saraf kranialis dan saraf spinal. Saraf-saraf perifer
mentransmisikan sinyal dari otak dan medulla spinalis, menuju dan dari
otot, organ, serta kulit. Tergantung fungsinya, saraf dapat diklasifikasikan
sebagai saraf perifer motorik, sensorik, dan otonom (involunter).
Pada GBS, terjadi malfungsi pada sistem imunitas sehingga
muncul kerusakan sementara pada saraf perifer, dan timbullah gangguan
sensorik, kelemahan yang bersifat progresif, ataupun paralisis akut.
Karena itulah GBS dikenal sebagai neuropati perifer.
Pathway
Faktor- faktor predisposisi terjadi 2-3 minggu meliputi adanya ISPA, infeksi
gastrointestinal dan tindakan bedah saraf
Selaput mielin hilang akibat dari respon alergi, respon autoimun, hipoksemia, toksikimi
Proses demielinisasi
Gangguan fungsi saraf kranial: Gangguan fungsi saraf perifer dan neuromuskular
Disfungsi ototnom
III, IV, V, VI, VII, IX, X
Kurang bereaksinya
Paralisis pada ocular, wajah Parastesis ( kesemutan Paralisis lengkap, otot
kebas) dan kelemahan otot pernafasan terkena, sistem saraf simpatis
dan otot orofaring kesulitan
kaki, yang dapat mengakibatkan insufisiensi dan parasimpatis,
berbicara, mengunyah dan
berkembang ke ekstermitas pernafasan perubahan sensori
menelan
atas, batang tubuh dan otot
wajah
Gangguan frekuensi
Gangguan pemenuhan nutrisi Resiko tinggi gagal jantung dan ritme,
dan cairan pernafasan (ADRS), perubahan tekanan darah
Kelemahan fisik umum, (hipertensi dan hipotensi)
paralisis otot wajah penurunan kemampuan
batuk, peningkatan sekresi dan gangguan vasomotor
mukus
Ketidakseimbangan nutrisi Penurunan curah jantung
kurang dari kebutuhan Penurunan tonus otot
seluruh tubuh, perubahan ke otak dan jantung
tubuh
estetika wajah Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Penurunan curah`
jantung
Gangguan mobilitas fisik
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian 1. Untuk
mukolitik atau ekspektoran, menurunkan
jika perlu kekentalan sekret
Edukasi : Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur 1. Merupakan hak
pemantauan pasien
mengetahui
kondisinya saat
sakit
2. Informasikan hasil 2. Pasien berhak
pemantauan, jika perlu mengetahui
perkembangan
tentang
penyakitnya
1.
Kode : D. 0032 Status menelan : L. Terapi menelan : I. 03144
Resiko defisit 06052 Observasi :
Observasi :
nutrisi kurang Setelah dilakukan
1. mencegah
dari kebutuhan tindakan keperawatan 1. Monitor tanda dan gejala terjadinya aspirasi
tubuh diharapkan status aspirasi
berhubungan menelan lebih baik 2. melatih
dengan kesulitan dengan kriteria hasil: 2. Monitor gerakan lidah saat pergerakan lidah
menggunyah, dan - Mempertahank makan
menelan an makanan 3. Monitor tanda kelelahan 3. mencegah
dimulut saat makan, minum dan terjadinya aspirasi
meningkat (5) menelan
- Reflek Terapeutik : Terapeutik :
menelan 1. Hindari penggunaan sedotan 1. melatih fungsi
meningkat (5) menelan
- Kemampuan 2. Posisikan duduk 2. mencegah
mengunyah makanan masuk ke
membaik (5) dalam paru jika
- Usaha menelan terlentang
membaik (5) 3. Berikan permen lolipop 3. untuk
untuk meningkatkan meningkatkan
kekuatan lidah kekuatan lidah
4. Berikan perawatan mulut, 4. meningkatkan
sesuai kebutuhan kebersihan mult
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tenaga 1. meberikan diiet
kesehatan lain dalam yang tepat untuk
memberikan terapi misalnya pasien
ahli gizi
Kode : D. 0054 Mobilitas fisik : Dukungan mobilisasi : I.
Gangguan L.05042 05173
Observasi :
mobilitas fisik Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri 1. Mengetahui bila
dengan diharapkan atau keluhan fisik lainnya ada nyeri
kerusakan kemampuan dalam 2. Identifikasi toleransi fisik 2. Mengetahui
neuromuskular gerakan fisik dapat melakukan pergerakan batas
meningkat dengan kemampuan
kriteria hasil: gerak pasien
- Pergerakan 3. Monitor frekuensi jantung 3. Mengetahui
ekstermitas dan tekanan darah sebelum adanya
meningkat (5) memulsi mobilisasi perubahan
- Kekuatan otot frekuensi
meningkat (5) jantung dan
- Rentang gerak tekanan darah
(ROM) Terapeutik : Terapeutik :
meningkat (5) 1. Fasilitasi aktivitas 1. Mencegah
mobilisasi dengan alat bantu terjadinya
(mis. Pagar tempat tidur) cidera pada
pasien
2. Fasilitasi melakukan 2. Melatih
pergerakan, jika perlu pergerakan
tubuh
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Menurut (Kozier, 2010) Implementasi keperawatan adalah
sebuah fase dimana perawat melaksanakan intervensi keperawatan
yang sudah direncanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi
NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan
yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan
untuk melaksanaan intervensi.
6. Evaluasi
Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase
kelima atau terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat
berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari
evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas
pengambilan keputusan.
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. BIODATA
Identitas pasien
Initial pasien : ny. A
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Usia : 45 tahun
No. RM : 070336
Jenis kelamin : perempuan
Tgl pengkajian : 28 April 2020
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Penanggung jawab
Initial : Tn. B
Usia : 48 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : karyawan swasta
Hub dg pasien : suami
V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)
Riwayat tentang :
Hipertensi: tidak ada
Masalah jantung : tidak ada
Demam rematik : tidak ada
Edema mata kaki/ kaki : tidak ada edema
Flebitis: tidak ada
Penyembuhan lambat : tidak
Klaudikasi : tidak ada
Ekstremitas : Kesemutan ada, Kebas tidak ada
Batuk/ hemoptisis : batuk berdahak
Perubahan frekuensi/ jumlah urine : tidak ada
Tanda (Objektif)
Gejala (Subjektif)
Faktor stres : pasien mengatakan baru pertama kali mengalami lemah pada
kedua tungkai, pasien takut jika terjadi stroke
Cara menangani stres : pasien mengatakan berdoa kepada tuhan agar
diberikan kesembuhan
Masalah-masalah finansial : pasien mengatakan finansialnya cukup dan
tidak ada masalah
Status hubungan : pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga
dan tetangga disekitar rumah
Faktor-faktor budaya : tidak ada budaya tertentu yang dianut dalam
penyembuhan penyakitnya, pasien percaya kepada pengobatan medis
Agama : islam
Kegiatan keagamaan : pasien rutin menjalankan sholat 5 waktu
Gaya hidup : pasien mengatakan tidak pernah merokok ataupun minum-
minuman beralkohol, kadang melakukan olahraga jalan santai saat hari
libur bersama suami dan anak-anaknya
Perubahan terakhir : selama di rawat di RS pasien hanya berbaring dan
sesekali duduk di tempat tidur
Perasaan-perasaan : Ketidak berdayaan : pasien mengatakan selama sakit
bisa menjalankan peran sebagai seorang IRT
Keputusasaan : pasien mengatakan menyesal selama sehat tidak menjaga
kesehatannya
Ketidak berdayaan : -
Tanda (Obyektif)
Status emosional (beri tanda cek untuk yang sesuai) : cemas
Cemas : ya
Marah :-
Menarik diri :-
Takut:-
Mudah tersinggung :-
Tidak sabar :-
Euforik :-
Respons-respons fisiologis yang terobservasi:-
VII. ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
Pola BAB : pasien mengatakan BAB 1 kali dalam sehari yaitu pada pagi
hari, Penggunaan laksatif : tidak ada
Karakter fases : lunak , BAB terakhir : sebelum masuk rumah sakit
Riwayat perdarahan : tidak ada, Hemoroid : tidak ada
Konstipasi : pasien mengatakan tidak ada konstipasi saat BAB , Diare:
pasien mengatakan tidak ada diare
Pola BAK : pasien mengatakan BAK 5-6 kali/hari ,Inkontimensia/ kapan :-
Karakter urine: kuning jernih
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak ada
Penggunaan diuretik : tidak ada
Tanda (Objektif)
Abdomen : Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan , Lunak/ keras: lunak
Massa : tidak terdapat masa , Ukuran/ lingkar abdomen:-
Bising usus : 12x/menit , Hemoroid : tidak terdapat hemoroid
Perubahan kandungan kemih : tidak terdapat perubahan kandung kemih ,
BAK terlalu sering : tidak ada
Tanda (Objektif)
Penampilan umum : pasien tampak rapih
Cara berpakaian : rapih , Kebiasaan pribadi : tidak ada
Bau badan : tidak ada , Kondisi kulit kepala : kulit kepala tampak bersih
Adanya kutu : tidak terdapat kutu
X. NEUROSENSORI
Gejala (Subjektif)
Rasa ingin pingsan/ pusing : pasien mengatakan tidak pusing atau ingin
pingsan
Sakit kepala : Lokasi nyeri : tidak ada , Frekuensi : tidak ada
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi) : kedua tungkai kaki
Stroke (gejala sisa) : tidak ada
Kejang : tidak ada , Tipe : - .Frekuensi : -
Status postikal : tidak ada , Cara mengontrol : -
Mata :
Kehilangan penglihatan : tidak ada , Pemeriksaan terakhir : tidak ada
Glaukoma : tidak ada , Katarak : tidak ada
Telinga : Kehilangan pendengaran : tidak ada , Pemeriksaan terakhir: tidak
ada
Epistaksis: tidak ada
Tanda (Objektif)
Status mental : baik
Terorientasi/ disorientasi : terorientasi waktu, tempat, dan Orang
Kesadaran : compos mentis , Mengantuk :- Letargi : -
Stupor : -
Koma : -
Kooperatif : ya
Menyerang : -
Delusi :-
Halusinasi :-
Afek (gambarkan) : -
Memori : Saat ini baik , Yang lalu: baik
Kaca mata : tidak ada , Kontak lensa : - Alat bantu dengar : -
Ukuran/ rekasi pupil : Ka/ Ki : mengecil saat terkena cahaya
Facial drop :tidak ada , Menelan ; baik
Genggaman tangan/ lepas : Ka/ Ki : baik, Postur : seimbang
Refleks tendom dalam : normal , Paralisis : tidak ada
XI. NYERI/ KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)
Lokasi : tidak ada .
intensitas (1-10 dimana 10 sangat nyeri) : - Frekuensi : -
Kualitas : -
Durasi : -
Penjalaran : -
Faktor-faktor pencetus :-
Cara menghilangkan, faktor-faktor yang berhubungan:-
Tanda (Objektif)
Mengkerutkan muka : tidak ada
Menjaga area yang sakit : tidak ada
Respons emosional : baik
Penyempitan fokus : tidak ada
XII. PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum : tidak ada
Riwayat bronkitis : tidak ada
Asma : tidak ada
Tuberkulosis : tidak ada
Emifisema : tidak ada
Pneumonia kambuhan : tidak ada
Pemanjanan terhadap udara berbahaya :tidak ada
Perokok : pasien mengatakan tidak merokok
Penggunaan alat bantu pernapasan : tidak ada , Oksigen : tidak ada
Tanda (Objektif)
Pernapasan : Frekuensi : 21x/menit
Kedalaman : cukup dalam , Simetris : ya
Penggunaan otot-otot asesori : tidak ada , Napas cuping hidung : tidak ada
Fremitus : tidak ada
Bunyi napas : vesikuler
Egofoni : tidak ada
Sianosis : tidak ada , Jari tubuh : tidak ada
Karakteristik sputum : tidak ada
Fungsi mental/ gelisah : pasien tampak gelisah
XIII. KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Alergi/ sensitivitas : tidak ada alergi Reaksi : tidak ada
Perubahan sistem imun sebelumnya :tidak ada , Penyebab : -
Riwayat penyakit hubungan seksual (tanggal/ tipe) : tidak ada
Perilaku resiko tinggi : tidak ada , Periksaan :tidak ada
Tranfusi darah/ jumlah : belum pernah Kapan :tidak ada
Gambaran reaksi :tidak ada
Riwayat cedera kecelakaan : tidak ada
Fraktur/ dislokasi :tidak ada
Artritis/ sendi tak stabil :tidak ada
Masalah punggung : tidak ada
Perubahan pada tahi lalat : tidak ada, Pembesaran nodus : tidak ada
Kerusakan penglihatan, pendengaran : tidak ada
Protese : tidak ada , Alat ambulatori : tidak ada
Tanda (Objektif)
Suhu tubuh : 36.5 0 C Diaforesis : ada
Integritas kulit : baik
Jaringan parut : tidak ada , Kemerahan : tidak ada
Wanita
Gejala (Subjektif)
Gejala (Subjektif)
Keluarga besar : ya
Peran dalam struktur keluarga : seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya
Tanda (Objektif)
Bahasa dominan (khusus) : tidak ada , Melek huruf : pasien tidak buta
huruf
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis pemeriksaan Nilai Satuan Hasil Keterangan
Normal Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.1-15.1 g/dl 13.1 Normal
Leukosit 3.80-10.60 x10^3/ul 14000 Normal
Hematokrit 40-52 % 38 Normal
Trombosit 140-440 x10^3/ul 440 Normal
KIMA
KARBOHIDRAT
Glukosa Darah <180 mg/dl 126 Normal
Sewaktu
FUNGSI HATI
SGOT 0 – 35 U/L 31 Normal
SGPT 0 – 35 U/L 26 Normal
FUNGSI GINJAL
Ureum 0 – 50 mg/dl 11 Normal
Creatinin 0.0 – 1.1 mg/dl 0, 8 Normal
TERAPI MEDIS
Jenis Terapi Dosis Fungsi
Obat oral :
Vit B.12 1x1 tab Berperan dalam pembentukan
mylin yaitu lemak yang melapisi
dan melindungi saraf
Obat intravena :
Mecobalamin 3x1mg
Untuk mengobati neuropati perifer
dan beberapa jenis anemia
Citicolin 2x500mg
Mencegah kerusakan otak dan
membantu pembentukan membran
sel diotak
Ceftriaxone
2x1gr Menghambat pertumbuhan bakteri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa data
No Data senjang Interpretasi Data Masalah
.
1 DS : Faktor predisposisi Gangguan
Pasien mengatakan kedua mobilitas fisik
tungkai kaki lemas Proses demielinisasi
DO :
- Pasien tampak lemah Gangguan fungsi saraf
- Pergerakan kaki perifer dan kranial
terbatas
- Pasien tampak Gangguan fungsi saraf
terlentang ditempat perifer dan neuromuskular
tidur
- Kekuatan tonus otot : Kelemahan otot
3/5
Penurunan tonus otot
Kelemahan fisik
Intoleransi aktiftas
3 DS : Faktor predisposisi Ansietas
Pasien mengatakan cemas dan
takut dengan kondisi kaki yang Proses demielinisasi
dialaminya.
DO : Gangguan fungsi saraf
- Wajah pasien tampak perifer dan kranial
cemas
- Pasien banyak bertanya Gangguan fungsi saraf
tentang kondisinya perifer dan neuromuskular
Kelemahan fisik
Kurangnya infromasi
Ansietas
2. diagnosa keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan tonus otot
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kode : D. 0054 Mobilitas fisik : Dukungan mobilisasi : I.
Gangguan L.05042 05173
Observasi :
mobilitas fisik Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri 1. Mengetahui bila
dengan selama 3x24 jam atau keluhan fisik lainnya ada nyeri
penurunan tonus diharapkan 2. Identifikasi toleransi fisik 2. Mengetahui
otot kemampuan dalam melakukan pergerakan batas
gerakan fisik dapat kemampuan
meningkat dengan gerak pasien
kriteria hasil: 3. Monitor frekuensi jantung 3. Mengetahui
- Pergerakan dan tekanan darah sebelum adanya
ekstermitas memulsi mobilisasi perubahan
meningkat (5) frekuensi
- Kekuatan otot jantung dan
meningkat (5) tekanan darah
- Rentang gerak
(ROM) Terapeutik : Terapeutik :
meningkat (5) 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi 1. Mencegah
dengan alat bantu (mis. terjadinya
Pagar tempat tidur) cidera pada
pasien
2. Fasilitasi melakukan 2. Melatih
pergerakan, jika perlu pergerakan
tubuh
Kolaborasi ; Kolaborasi ;
1. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Agar nutrisi
tentang cara meningkatkan pasien terpenuhi
asupan makanan dan dapat
menambah
energi bagi
pasien
5.
Kode: D. 0080 Tingkat ansietas : L. Reduksi ansietas : I. 09314
Ansietas
09093 Observasi : Observasi :
berhubungan
dengan Setelah dilakukan 1. monitor tanda- tanda ansietas 1. mengetahui
kurangnya
tindakan keperawatan (mis. Kondisi, waktu, stresor) tingkat ansietas
informasi
selama 2x24 jam Terapeutik : Terapeutik :
diharapkan ansietas 1. motivasi mengidentifikasi 1. mengetahui
dapat berkurang situasi yang memicu kecemasan faktor penyebab
dengan kriteria hasil: 2. pahami situasi yang membuat 2. mengetahui hal
- Verbalisasi ansietas yang memperparah
kebingungan ansietas
menurun (5) Edukasi : Edukasi :
- Verbalisasi 1. informasikan secara faktual 1. agar pasien
khawatir akibat mengenai diagnosis, mengetahui tentang
kondisi yang pengobatan dan prognosis kondisinya
dihadapi 2. anjurkan keluarga untuk tetap 2. agar pasien tidak
menurun (5) bersama pasien merasa diasingkan
oleh keluarga
3. latih teknik relaksasi 3. agar pasien
merasa lebih rileks
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Diagnosa Tindakan Respon Tand
tanggal Keperawatan keperawatan a
tanga
n
28 April Gangguan 1. mengidentifikasi S: Penni
mobilitas fisik adanya nyeri atau Pasien
2020
berhubungan keluhan fisik lainnya
mengatakan
08.30 dengan 2. mengidentifikasi kaki masih
penurunan toleransi fisik
terasa lemah
09.00
tonus otot melakukan O:
pergerakan - Pasien
3. Memonitor tampak
09.20
frekuensi jantung lemah
dan tekanan darah - Pergera
sebelum memulsi kan
mobilisasi pasien
09.40 4. memfasilitasi terbatas
aktivitas mobilisasi - TD :
dengan alat bantu 113/76
10.00 (mis. Pagar tempat - Nadi :
tidur) 87x/me
5. melibatkan nit
keluarga untuk - Suhu :
membantu pasien 36.3 0 C
dalam meningkatkan - RR :
pergerakan 20x/me
nit
10.10 Intoleransi 1. mengidentifikasi S : Penni
aktifitas gangguan fungsi Pasien
berhubungan tubuh yang mengatakan
dengan mengakibatkan sulit melakukan
kelemahan kelelahan aktifitas
10.20
fisik 2. memonitor O :
kelelahan fisik - Pasien
3. melakukan latihan tampak
10.35
rentang gerak pasif berbarin
dan/aktif g di
tempat
tidur
10.40 Ansietas 1. memotivasi S : Penni
berhubungan Pasien
mengidentifikasi
dengan mengatakan
kurangnya situasi yang memicu masih cemas
informasi dan bingung
11.00 kecemasan
mengenai
2. memahami situasi penyakitnya
O:
yang membuat
- Wajah
ansietas tampak
cemas
- Pasien
banyak
bertanya
tentang
keadaanny
a
29 April Gangguan 1. menjelaskan S : Penni
mobilitas fisik tujuan dan prosedur Pasien
2020
berhubungan mobilisasi mengatakan
08.00 dengan 2. menganjurkan sudah bisa
penurunan melakukan duduk ditempat
08.25
tonus otot mobilisasi tidur
08.40 3. mengajarkan O :
mobilisasi sederhana - Pasien
yang harus tampak
dilakukan (mis. duduk
Duduk ditempat ditempat
tidur, duduk disisi tidur
tempat tidur, pindah - Pasien
dari tempat tidur ke masih
kursi). tampak
lemah
- Kekuatan
tonus otot
3/5
09.00 Intoleransi 1. Memonitor S : Penni
09.30 aktifitas kelelahan fisik Pasien
berhubungan 2. melakukan latihan
mengatakan
dengan rentang gerak pasif
09.45 kelemahan dan/aktif masih merasa
fisik 3. menganjurkan
lemah
tirah baring
O:
- Aktifita
s pasien
tampak
dibantu
keluarg
a
10.00 Ansietas 1. S: Penni
berhubungan menginformasikan pasien
dengan secara faktual mengatakan
kurangnya mengenai diagnosis, sudah mengerti
informasi pengobatan dan mengenai
11.00
prognosis kondisinya saat
2. menganjurkan ini
keluarga untuk tetap O:
bersama pasien - Pasien
tampak
banyak
bertany
a
- Pasien
diteman
i
keluarg
a
30 April Gangguan 1. Memonitor S : Penni
mobilitas fisik frekuensi jantung
2020 Pasien
berhubungan dan tekanan darah
mengatakan
08.00 dengan sebelum memulsi
kedua tungkai
penurunan mobilisasi
kaki masih
tonus otot 2. Memfasilitasi
lemah
08.30 aktivitas mobilisasi
O:
dengan alat bantu
- Pasien
(mis. Pagar tempat
tampak
09.00 tidur)
sedang
3. mengajarkan
berpind
mobilisasi sederhana
ah dari
yang harus
tempat
dilakukan (mis.
tidur ke
Duduk ditempat kursi
tidur, duduk disisi - Kekuata
tempat tidur, pindah n tonus
dari tempat tidur ke otot :
kursi) 4/5
09.30 Intoleransi 1. mengidentifikasi S: Penni
aktifitas gangguan fungsi Pasien
berhubungan tubuh yang mengatakan
10.00 dengan mengakibatkan masih sulit
kelemahan kelelahan beraktifitas
fisik 2. memonitor O:
10.30 kelelahan fisik - Aktifita
3. melakukan latihan s masih
rentang gerak pasif dibantu
dan/aktif keluarg
a
EVALUASI KEPERAWATAN
Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperwatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Penerbit salemba medika. Jakarta