Anda di halaman 1dari 56

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah suatu demielinasi
polineuropati akut yang dikenal dengan beberapa nama lain yaitu polyneuritis
idiopatik, paralisis asenden landry, dan polineuropati inflamasi akut.
Gambaran utama GBS adalah paralisis motorik asendens secara primer
dengan segala gangguan fungsi sensorik. GBS adalah gangguan neuron
motorik bagian bawah dalam saraf perifer, final common pathway untuk
gerakan motorik juga (Sylvia A. Price, 2006).
Guillain Barre Syndrome terjadi dengan frekuensi yang sama pada
kedua jenis kelamin dan pada semua ras. Puncak yang agak tinggi terjadi
pada kelompok usia 16-25 tahun, tetapi mungkin juga berkembang pada
setiap golongan usia. Sekitar setengah dari korban mempunyai penyakit febris
ringan 2-3 minggu sebelum awitan. Infeksi febris biasanya berasal dari
pernapasan atau gastrointestinal (Arief Muttaqin, 2008)
Bagian proksimal saraf cenderung paling sering terserang dan akar
saraf dalam ruang subarachnoid biasanya terpengaruh. Otopsi yang didapat
memperlihatkan beberapa infiltrasi limfositik yang secara khusus menetap
dalam akar saraf spinal. (Arief Muttaqin, 2008)
Syndrom ini ditemukan pada tahun 1916 oleh Georges Guillain, Jean-
Alexandre Barre, dan Andre Strohl. Mereka menemukan sindrom ini pada
dua tentara yang menderita peningkatan produksi protein cairan otak yang
abnormal. Diagnosis GBS dapat dilakukan dengan menganalisa cairan otak
dan electrodiagnostic. Indikasi terjadinya infeksi GBS adalah kenaikan sel
darah putih pada cairan otak. (Arief Muttaqin, 2008)
Sebagai seorang perawat perlu mengetahui perubahan yang terjadi
pada pasien dan membantu untuk beradaptasi dengan gejala dan perubahan
dalam status fisik, psikologi, social dan ekonomi, melalui dukungan dan
asuhan keperawatan yang tepat, membantu pasien dalam memperbaiki
hidupnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Guillain-Barre Syindrom ?
2. Apa Etiologi dan Faktor Resiko dari Guillain Barre Syndrome ?
3. Sebutkan Jenis-jenis dari dari Guillain Barre Syndrome?
4. Sebutkan Manifestasi Klinik dari Guillain Barre Syndrome?
5. Jelaskan Patofisiologi dari Guillain Barre Syndrome ?
6. Jelaskan Konsep Map dari Guillain Barre Syndrome ?
7. Sebutkan Penatalaksanaan dari Guillain Barre Syndrome ?
8. Jelaskan Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Guillain Barre
Syndrome ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan
Neurobehaviour diharapkan mahasiswa semester 3 dapat mengerti dan
memahami Konsep Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan
Guillain Barre Syndrom
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Guillain Barre Syndrome
2. Untuk mengetahui Etiologi dan Faktor Resiko dari Guillain Barre
Syndrome
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis dari Guillain Barre Syndrome
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik dari Guillain Barre Syndrome
5. Untuk menjelaskan Patofisiologi dari Guillain Barre Syndrome
6. Untuk menjelaskan Konsep Map dari Guillain Barre Syndrome
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Guillain Barre Syndrome
8. Untuk menjelaskan Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Guillain
Barre Syndrome.
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini sangat diharapkan bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan penulis untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang
Asuhan Keperawatan terutama Asuhan Keperawatan pada klien dengan
gangguan Guillain Barre Syndrome.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah suatu demielinasi
polineuropati akut yang dikenal dengan beberapa nama lain yaitu polyneuritis
idiopatik, paralisis asenden landry, dan polineuropati inflamasi akut.
Gambaran utama GBS adalah paralisis motorik asendens secara primer
dengan segala gangguan fungsi sensorik. GBS adalah gangguan neuron
motorik bagian bawah dalam saraf perifer, final common pathway untuk
gerakan motorik juga (Sylvia A. Price, 2006).
Sindrom Guillain Barre merupakan Sindrom klinis yang penyebabnya
tidak diketahui yang menyangkut saraf perifer dan kranial. Paling banyak
pasien dengan Sindrom ini di timbulkan oleh adanya infeksi (pernapasan atau
gastrointestinal) 1 sampai 4 minggu sebelum terjadi serangan penurunan
neurologik. (Smeltzer, Suzanna dalam buku NANDA NIC-NOC jilid 2, 2015)

2.2 Etiologi dan Faktor Resiko


Etiologi untuk penyankit SGB tidak diketahui, tetapi respons alergi atau
respons autoimun sangat mungkin sekali. Beberapa peneliti berkeyakinan
bahwa sindrom tersebut berasal dari virus. Tetapi tidak ada virus yang dapat
di isolasi sejauh ini. SGB paling banyak ditimbulkan oleh adanya infeksi
(pernapasan atau gastrointestinal) 1-4 minggu sebelum terjadi serangan
penurunan neurologis. Pada beberapa keadaan, dapat terjadi setelah vaksinasi
atau pembedahan. Ini juga dapat diakibatkan oleh infeksi virus, primer, reaksi
imun dan beberapa proses lain, atau sebuah kombinasi proses. Salah satu
hipotesis menyatakan bahwa infeksi virus menyebabkan reaksi autoimun
yang menyerang myelin saraf perifer. (Arief Muttaqin, 2008)

3
Beberapa keadaan/ penyakit yang mendahului dan mungkin ada
hubungannya dengan terjadinya GBS (factor resiko), antara lain (Japardi,
2002):
a. Infeksi virus atau bakteri
GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik.
Insidensi kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara
56% - 80%, yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul
seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal.
Infeksi akut yang berhubungan dengan GBS :

b.
Vaksinasi
c. Pembedahan, anestesi
d. Penyakit sistematik, seperti keganasan, Systemic Lupus Erythematosus,
tiroiditis, dan penyakit Addison
e. Kehamilan atau dalam masa nifas
f. Gangguan endokrin

2.3 Jenis
Menurut Lewis (2009) klasifikasi dari Guillain Barre Syndrome
(GBS) adalah sebagai berikut :
a. Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN)
Sering muncul cepat dan mengalami paralisis yang berat dengan
perbaikan yang lambat dan buruk. Seperti tipe AMAN yang berhubungan
dengan infeksi saluran cerna C jejuni. Patologi yang ditemukan adalah
degenerasi akson dari serabut saraf sensorik dan motorik yang berat
dengan sedikir demielinisasi.
b. Acute Motor-Axonal Neuropathy (AMAN)

4
Berhubungan dengan infeksi saluran cerna C jejuni dan titer
antibody gangliosid meningkat (seperti, GM1, GD1a, GD1b). Penderita
tipe ini memiliki gejala klinis motorik dan secara klinis khas untuk tipe
demielinisasi dengan asending dan paralysis simetris. AMAN dibedakan
dengan hasil studi elektrodiagnostik dimana didapatkan adanya
aksonopati motorik. Pada biopsy menunjukkan degenerasi wallerian
like tanpa inflamasi limfositik. Perbaikannya cepat, disabilitas yang
dialami penderita selama lebih kurang 1 tahun.
c. Miller Fisher Syndrome
Variasi dari SGB yang umum dan merupakan 5 % dari semua kasus
GBS. Sindroma ini terdiri dari ataksia, optalmoplegia dan arefleksia.
Ataksia terlihat pada gaya jalan dan pada batang tubuh dan jarang yang
meliputi ekstremitas. Motorik biasanya tidak terkena. Perbaikan
sempurna terjadi dalam hitungan minggu atau bulan.
d. Chronic Inflammatory Demyelinative Polyneuropathy (CIDP)
CIDP memiliki gambaran klinik seperti AIDP, tetapi perkembangan
gejala neurologinya bersifat kronik. Pada sebagian anak, kelainan
motorik lebih dominant dan kelemahan otot lebih berat pada bagian distal
e. Acute pandysautonomia
Tanpa sensorik dan motorik merupakan tipe SGB yang jarang
terjadi. Disfungsi dari sistem simpatis dan parasimparis yang berat
mengakibatkan terjadinya hipotensi postural, retensi saluran kemih dan
saluran cerna, anhidrosis, penurunan salvias dan lakrimasi dan
abnormalitas dari pupil.

5
2.4 Manifestasi Klinis
1. Parastesia (kesemutan dan kebas)
2. Kelemahan otot kaki yang dapat berkembang ke ektremitas atas, batang
tubuh dan otot wajah.
3. Paralisis pada ocular, wajah dan otot orofaring, kesukaran berbicara,
mengunyah dan menelan.
4. Disfungsi autonon yang berakibat kurang bereaksinya system saraf
simpatis dan parasimpatis, seperti gangguan jantung dan ritme, perubahan
TD (hipertensi transien, hipotensi ortostatik) dan gangguan vasomotor
lainnya.
5. Kehilangan sensasi posisi tubuh.
(Smeltzer, Suzanna dalam buku NANDA NIC-NOC jilid 2, 2015)

2.5 Patofisiologi
Akson bermielin mengonduksi implus saraf lebih cepat dibanding
akson tidak bermielin. Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi
gangguan dalam selaput (nodus Ranvier) tempat kontak langsung antara
membran sel akson dengan cairan ekstraselular. Membran sangat permiabel
pada nodus tersebut, sehingga konduksi menjadi baik.
Gerakan ion masuk dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat banyak
pada nodus Ranvier, sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat
melompat dari satu nodus ke nodus lain (konduksi saltatori) dengan cukup
kuat. Kehilangan selaput mielin pada Sindrom Guillain Barre membuat
konduksi saltatori tidak mungkin terjadi dan transmisi impuls saraf
dibatalkan. (Arief Muttaqin, 2008)

6
2.6 Konsep Map
Faktor-faktor predisposisi terjadi 2-3 minggu sebelum onset, meliputi adanya
ispa, infeksi gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf

Selaput myelin hilang akibat dari respons alergi, respons autoimun,


hipoksemia, toksik kimia, dan insufisiensi vaskular

Proses demielinisasi

Konduksi saltatori tidak terjadi dan tidak ada transmisi impuls saraf

Gangguan fungsi saraf perifer dan kranial

Gangguan fungsi saraf Gangguan saraf perifer dan neuromuskular Disfungsi otonom
cranial: III. IV, V, VI,
VII, IX, dan X
Parestesia (kesemutan Paralis lengkap, otot Kurang bereaksinya
kebas) dan kelemahan pernapasan terkena, system saraf simpatis dan
Paralisis pada ocular, otot kaki, yang dapat mengakibatkan parasimpatis, perubahan
wajah, dan otot berkembang ke insufisiensi sensori
orofaring, kesulitan ekstrimitas atas, batang pernapasan
berbicara, mengunyah tubuh, dan otot wajah Gangguan frekuensi
dan menelan jantung dan ritme,
Risiko tinggi gagal
Kelemahan fisik umum, pernapasan (ARDS), perubahan tekanan darah
paralisis otot wajah penurunan (hipertensi transien,
Gangguan pemenuhan
kemampuan batuk, hipotensi ortostatik), dan
nutrisi dan cairan Penurunan tonus otot
peningkatan sekresi gangguan vasomotor
seluruh tubuh,
4. Ketidakseimbangan perubahan mukus
nutrisi kurang dari estetika wajah Penurunan curah jantung
kebutuhan tubuh ke otak dan jantung
3. Hambatan mobilitas fisik
Risiko tinggi penurunan
perfusi perifer

2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas 1. Ketidakefektifan pola napas Penurunan curah jantung
ke ginjal

Sekresi mucus masuk lebih ke Gagal fungsi


bawah jalan napas Penurunan filtrasi
pernapasan
glomerulus
Koma
Risiko tinggi infeksi saluran napas
bawahdan parenkim paru Anuria
Kematian
Pneumonia

Gawat Kardiovaskuler Gagal ginjal akut


Prognosis penyakit kurang baik
2.7 Penatalaksanaan

5. Ansietas (Arief Muttaqin, 2008)

7
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan secara
umum bersifat simtomik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat
sembuh sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan
angka kecacatan (gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus
diberikan. Tujuan terapi khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan
mempercepat penyembuhan melalui sistem imunitas (imunoterapi). Terapi
yang bisa dilakukan :
1. Kortikosteroid
Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat
steroid tidak mempunyai nilai / tidak bermanfaat untuk terapi SGB.
2. Plasmaparesis
Plasmaparesis atau exchange bertujuan untuk mengeluarkan faktor
autoantibodi yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB
memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat,
penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang
lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan mengganti 200-250 ml
plasma/kg BB dalam 7-14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila
diberikan saat awal onset gejala (minggu pertama).
3. Pengobatan imunosupresan :
a. Immunoglobulin IV
Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan
dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih
ringan. Dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan
dengan dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai
sembuh.
b. Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
6 merkaptopurin (6-MP)
Azathioprine
Cyclophosphamid
(NANDA NIC-NOC jilid 2, 2015)

8
BAB 3
ASUHAN kEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan klien dengan GBS meliputi anamnesis riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian
psikososial. Pengkajian terhadap komplikasi GBS meliputi pemantauan terus-
menerus terhadap ancaman gangguan gagal napas akut yang mengancam
kehidupan. Komplikasi lain mencakup disritmia jantung, yang terlihat melalui
pemantauan EKG dan mengobservasi klien terhadap tanda trombosis vena
profunda dan emboli paru-paru, yang sering mengancam klien imobilisasi dan
paralisis. ((Arief Muttaqin, 2008)
3.1.1 Anamnesis
1. Identitas klien, antara lain: nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan,
agama, pendidikan, dsb.
2. Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan adalah berhubungan dengan kelemahan otot baik kelemahan
fisik secara umum maupun lokalis seperti melemahnya otot-otot
pernapasan.
3. Riwayat penyakit meliputi :
a. Riwayat penyakit saat ini
Keluhan yang paling sering ditemukan pada klien GBS dan
merupakan komplikasi yang paling berat dari GBS adalah gagal
napas. Melemahnya otot pernapasan membuat klien dengan gangguan
ini berisiko lebih tinggi terhadap hipoventilasi dan infeksi pernapasan
berulang. Disfagia juga dapat timbul, mengarah pada aspirasi.
Keluhan kelemahan ekstremitas atas dan bawah hampir sama seperti
keluhan klien yang terdapat pada klien stroke. Keluhan lainnya adalah
kelainan dari fungsi kardiovaskular, yang mungkin menyebabkan
gangguan sistem saraf otonom pada klien GBS yang dapat
mengakibatkan disritmia jantung atau perubahan drastis yang
mengancam kehidupan dalam tanda-tanda vital. (Arief Muttaqin,
2008)
b. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang
memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan

9
sekarang meliputi pernahkan klien mengalami ISPA, infeksi
gastrointestinal, dan tindakan bedah saraf. Pengkajian pemakaian
obat-obat yang sering digunakan klien, seperti pemakaian obat
kartikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotik dan reaksinya (untuk
menilai resistensi pemakaian antibiotik) dapat menambah
komprehensifnya pengkajian. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan
data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.(Arief Muttaqin, 2008)

3.1.2 Pengkajian Psiko sosio spiritual pasien


Pengkajian psikologis klien GBS meliputi beberapa penilaian yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun masyarakat. Apakah ada
dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa
cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian
mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien
selama masa stres meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah
kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat stres.
Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini
memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan
pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan
pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis
yang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam
mengkaji terdiri dari dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh
defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan
rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada gangguan
neurologis di dalam sistem dukungan individu. (Arief Muttaqin, 2008)

10
3.1.3 Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem
(B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (brain) yang
terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
Pada klien GBS biasanya didapatkan suhu tubuh normal. Penurunan
denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda-tanda penurunan curah
jantung. Peningkatan frekuensi pernapasan berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pada sistem
pernapasan dan adanya akumulasi sekret akibat insufisiensi pernapasan. TD
didapatkan ortostatik hipotensi atau TD meningkat (hipertensi transien)
berhubungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan parasimpatis.
a. B1 (Breathing)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan karena infeksi saluran pernapasan dan paling sering didapatkan
pada klien GBS adalah penurunan frekuensi pernapasan karena
melemahnya fungsi otot-otot pernapasan. Palpasi biasanya taktil premitus
seimbang kanan dan kiri. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan GBS berhubungan akumulasi sekret dari infeksi saluran
napas.

b. B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler pada klien GBS didapatkan
bradikardi yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer.Tekanan
darah didapatkan ortostatik Hipotensi atau TD meningkat ( hipertensi
transien ) berhubungan dengan penurunan reaksi saraf simpatis dan
parasimpatis.

11
c. B3 (Brain)
Merupakan pengkajian fokus meliputi :
Tingkat kesadaran
Pada klien GBS biasanya kesadaran compos mentis (CM). Apabila
klien mengalami penurunan tingkat kesadaran maka penilaian GCS
sangat penting untuk menilai dan sebagai bahan evaluasi untuk
monitoring pemberian asuhan keperawatan.
Fungsi serebri
Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,
nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas
motorik yang pada klien GBS tahap lanjut disertai penurunan tingkat
kesadaran biasanya status mental klien mengalam perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I. Biasanya pada klien GBS tidak ada kelainan dan fungsi
penciuman
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Saraf III, IV dan VI. Penurunan kemampuan membuka dan menutup
kelopak mata, paralis ocular.
Saraf V. Pada klien GBS didapatkan paralis pada otot wajah sehingga
mengganggu proses mengunyah.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris
karena adanya paralisis unilateral.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X. paralisi otot orofaring, kesukaran berbicara,
mengunyah, dan menelan. Kamampuan menelan kurang baik sehngga
mengganggu pemenuhan nutrisi via oral.
Saraf XI. Tidak ada atrof otot sternokleidomastoideus dan trapezius,
kemampuan mobilisasi leher baik.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
System motorik
Kekuatan otot menurun, control keseimbangan dan koordinasi pada
klien GBS tahap lanjut mengalami perubahan. Klien mengalami

12
kelemahan motorik secara umum sehingga menggaganggu moblitas
fisik .
Pemeriksaan reflek
Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum,
periosteum derajat reflexs dalam respons normal.
Gerakan involunter
Tidak ditemukan adanya tremor, kejang, Tic,dan distonia.
System sensorik
Parestesia ( kesemutan kebas ) dan kelemahan otot kaki, yang dapat
berkembang ke ekstrimtas atas, batang tubuh, dan otot wajah. Klien
mengalami penurunan kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri, dan
suhu.
d. B4 (Bladder)
Terdapat penurunan volume haluaran urine, hal ini berhubungan
dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
e. B5 (Bowel)
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi
asam lambung. Pemenuhan nutris pada klien GBS menurun karena
anoreksia dan kelemahan otot-otot pengunyah serta gangguan proses
menelan menyebabkan pemenuhan via oral kurang terpenuhi.
f. B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran
menururnkan mobilitas pasien secara umum. Dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari klien lebh banyak dibantu orang lain.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas, mukus
berlebihan.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan otot-otot pernafasan,
hiperventilasi, kerusakan neurologis.
3. Hambatan mobilitas fisik b.d paralisis.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan, akibat disfungsi saraf cranial sekunder.
5. Ansietas b.d perubahan dalam status kesehatan dan kurang informasi
6. Resiko infeksi.
3.3 Intervensi Keperawatan

13
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Pantau frekuensi, kedalaman, dan 1. Pe
bersihan nafas tindakan keperawatan kesimetrisan pernafasan. Catat kerja m
berhubungan selama 3x24 jam nafas dan observasi warna kulit dan ot
dengan obstruksi diharapkan jalan nafas membran mukosa.
2. In
2. Catat adanya kelemahan pernapasan
jalan nafas, klien adekuat dengan
ga
selama berbicara
mukus kriteria hasil :
ka
berlebihan. Tidak sesak nafas 3. M
RR klien normal 3. Tinggikan kepala tempat tidur
us
(16-24 x/menit) (semifowler)
Tidak pe
4. Ev
menggunakan otot
4. Evaluasi refleks batuk, refleks as
bantu nafas
gag/menelan secara periodik na
tidak ada suara
5. K
tambahan 5. Lakukan penghisapan sekret, catat
m
warna dan jumlah sekret
kl
m
6. M
6. Lakukan pemeriksaan laboratorium se

7. M
7. Berikan terapi oksigen sesuai
indikasi (nasal kanul, masker
8. 10
oksigen, atau ventilator mekanik)
ga
8. Siapkan untuk mempertahankan
m
inkubasi ventilator mekanik sesuai
m
kebutuhan

14
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya perubahan sensasi 1. Pe
pola nafas tindakan dalam waktu terutama adanya penurunan (w
berhubungan 3x24 jam diharapkan respons pada T8 atau daerah lengan ak
dengan keletihan pola nafas kembali atas/bahu ke
otot-otot efektif dengan criteria m
pernafasan, hasil : ka
- Tidak sesak nafas
hiperventilasi, se
- RR : 16-24x/mnt
2. M
kerusakan - Tidak menggunakan 2. Catat adanya kelelahan pernapasan
te
neurologis. otot bantu nafas selama berbicara (kalau pasien
- Gerakan dada pe
masih dapat berbicara)
normal vi
3. Pe
3. Auskultasi bunyi nafas. Catat tidak
na
adanya bunyi atau suara tambahan
m
seperti ronki,mengi
m
(s
4. M
4. Tinggikan kepala tempat tidur atau us
letakkan pasien pada posisi duduk pe
bersandar (semi flower) re
5. Pa
em
5. Teliti adanya laporan mengenai
da
dispnea, nyeri dada, dan catat
m
adanya peningkatan kegelisahan
in
se
6. M
ot
6. Pantau kapasitas vital,volume tidal,
dan kekuatan pernafasan sesuai
kebutuhan

15
3. Hambatan Setelah dilakukan 1. Kaji kekuatan motorik dengan 1.Menen
mobilitas fisik tindakan keperawatan menggunakan skala 0-5. Lakukan selan
2.Menur
berhubungan selama 3x24 jam pengkajian secara teratur
2. Berikan posisi yang memberikan relak
dengan paralisis diharapkan klien
kenyamanan pada klien dan lakukan iskem
mampu
perubahan posisi dengan jadwal
mempertahankan
yang teratur sesuai kebutuhan
mobilitas fisik tanpa
3.Memp
individu
ada komplikasi
3. Sokong ekstremitas dan persendian posis
dengan kriteria hasil :
dengan bantal/papan kaki dan k
Tidak ada laporan 4.Menst
kontraktur, 4. Lakukan latihan gerak positif.
tonu
dekubitus Hindari latihanaktif selama fase akut
mob
Meningkatkan 5.Pengg
kekuatan otot dan 5. Berikan waktu istirahat saat latihan men
fungsi bagian yang gerak untu
sakit mem
Tidakada thrombosis 6.Menin
vena profunda dan mem
emboli paru 7.Mence
6. Anjurkan untuk melatih gerak secara
yang
bertahap 8.Berma
7. Berikan lubrikasi/minyak artifisial
otot
sesuai kebutuhan
8. Konfirmasikan dengan bagian terapi
fisik/fisioterapi
4. Ketidakseimbang Setelah dilakukan 3. Kaji kemampuan klien dalam 1.
an nutrisi kurang tindakan keperawatan pemenuhan nutrisi oral
dari kebutuhan selama 3x24 jam
tubuh diharapkan
2.
berhubungan pemenuhan nutrisi 4. Monitor komplikasi akibat paralisis
dengan klien terpenuhi akibat insufisiensi aktivitas
ketidakmampuan kriteria hasil : parasimpatis
menelan, akibat Tidak terjadi

disfungsi saraf komplikasi akibat

cranial sekunder. penurupan asuhan


nutrisi
3.

16
5. Berikan nutrisi via NGT

4.

6. Berikan nutrisi via oral bila paralisis


menelan berkurang

5. Ansietas Setelah dilakukan 1. Tempatkan pasien dekat dengan 1. Me


berhubungan tindakan keperawatan ruang perawat, periksa pasien secara ban
dengan perubahan selama 2x24 jam teratur.
2. Me
2. Berikan bentuk komunikasi
dalam status diharapkan kecemasan
dan
alternatif jika diperlukan
kesehatan dan klien dan keluarga 3. Me
3. Diskusikan adanya perubahan citra
kurang informasi tentang penyakit terb
diri, ketakutan akan hilangnya
berkurang dengan unt
kemampuan yang menetap,
kriteria hasil : yan
kehilangan fungsi, kematian masalah
Menerima dan me
mengenai kebutuhan penyembuhan.
mendiskusikan 4. Pem
4. Berikan penjelasan singkat
rasa takut me
mengenai perawatan, rencana
Mengungkapkan dal
perawatan dengan orang terdekat.
pengetahuan yang akt
akurat tentang terd
situasi. beb
Tampak rileks dan
me
melaporkan
ansietas berkurang
sampai tingkat
dapat diatasi.
6. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. observasi tanda-tanda infeksi 1. Dete
tindakan keperawatan men
selama 3x24 jam selan
diharakan tidak ada 2.Rawat luka dg tehnik aseptik dan 2. Asep
infeksi dengan criteria antiseptic infek
hasil : 3. Observasi adanya peningkatan daerah 3. Pen
Terbebas dari
sekitar luka ada
tanda dan gejala 4. Jaga kebersihan daerah sekitar luka 4. Me
infeksi 5. Lanjutkan kolaborasi dengan tim 5. Dap
Menunjukkan

17
kemampuan untuk medis dengan pemberian antibiotik
mencegah
timbulnya infeksi
Menunjukkan
perilaku hidup
sehat

18
BAB 4
KASUS

a Kasus
Ny B, 45 tahun, datang ke RS Jogja, tanggal 29 September 2016 dengan
keluhan mengalami sesak dan batuk, sesak dirasa terus menerus meskipun
pasien istirahat dan terjadi kelemahan pada ekstremitas bawah disertai
kesemutan. Keluarga klien mengatakan sebelumnya pasien pernah MRS di
ruang paru wanit RSUD Suka Makmur bulan Juni 2016 dengan Dx. Medis :
CPCD selama 2 minggu.
Pada tanggal 02 Oktober 2016 pasien sempat tidak sadarkan diri dan di
pindah ke ICU dan di pasang tracheostomi serta NGT karena mengalami
kesulitan menelan. Pada ekstrimitas bawah did dapatkan adaya oedema dan
terjadi kelemahan. Keadaan umum pasien tampak lemah, pasien bedrest, dan
kesulitan untuk mika/miki.

19
BAB 5
PEMBAHASAN KASUS

5.1 Pengkajian
Tanggal & jam pengkajian: Tanggal & jam MRS: 24 Agustus
1 November 2016 (14.00)
2015 (15.00)
Ruang/ kelas: ICU
No. RM: 10512923
Dx. Medis: GBS

5.1.1 Indentitas klien


Nama : Ny. B Alamat : Sedati Asri Q 21 Sidoarjo
Jenis Kelamin : Perempuan Suku bangsa : Jawa, Indonesia
Umur : 45 th Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam Penanggung biaya : Tn. H
Status : Menikah

5.1.2 Riwayat Keluarga


1. Keluhan utama
Kelemahan pada ekstremitas bawah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga pasien mengatakan pasien mengalami sesak dan batuk
sejak tanggal 29 September 2016, sesak dirasa terus menerus meskipun
pasien istirahat dan terjadi kelemahan pada ekstremitas bawah disertai
kesemutan kemudian dibawah ke RS Jogja namun tanggal 2 oktober
2016, pasien sempat tidak sadarkan diri yang kemudian dipindahkan ke
ICU.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah MRS sebelumnya di ruang paru
wanit RSD Dr. Soetomo Surabaya bulan Juni 2016 dengan Dx. Medis :
CPCD selama 2 minggu dan

20
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita
penyakit seperti ini atau batuk lama dan tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti HT, TBC, dan DM.
5. Genogram

Ket :
Laki laki Satu Rumah

Perempuan Garis Perkawinan

Meninggal Garis Keturunan

Klien

i. ROS (Review of system)


1. Observasi
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Sopor (stupor)
3. Tanda vital :
TD : 140/90mmHg Suhu : 370 C Nadi : 84 x/mnt RR : 28 x/mnt
4. Antropometri :
TB: 153cm BB sebelum sakit : 60kg BB setelah sakit : 55kg.

21
5.1.3.2 Pemeriksaan Fisik
1. B1 Pernafasan (Breath)
Bentuk dada: normo chest Pergerakan: -
Otot bantu nafas tambahan: ada Jika ada, jelaskan: sternokleido-
mastoideus
Irama nafas: reguler
Kelainan: -
Pola nafas: eupnea
Suara nafas: vesikuler Taktil/vocal fremitus: kanan dan
Sesak nafas: tidak ada
Sputum: ada kiri sama
Suara nafas tambahan: ronchi + +
Sianosis: tidak ada Batuk: tidak efektif
Kemampuan aktivitas: bedrest Warna: putih kekuning-kuning- an
dan kental
Jika ada, lokasi: -
Lain-lain: terpasang tracheosto-my
Masalah Keperawatan: - Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
- Resiko infeksi

2. B2 Kardiovaskuler dan limfatik (Blood)


Ictus cordis: tidak tampak Irama jantung: teratur
Nyeri dada: tidak ada Jika ya, jelaskan (PQRST): -
Bunyi jantung: normal, s1= lub Bunyi jantung tambahan: tidak
dan s2= dub ada
CRT: kurang dari sama dengan 2 Akral: hangat
Oedema: tidak ada Jika ya, jelaskan: -
Pembesaran kelenjar getah Jika ada, jelaskan dimana: -
bening : tidak ada
Perdarahan: tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada

22
3. B3 Persyarafan dan penginderaan (Brain)
GCS eye: 3 verbal: 2 motorik: 2 total: 7
Refleks fisiologis:trisep (+), bisep
(+), patella (-), dan axiles (-)
Refleks patologis: positif Nervus cranial VII: positif
Nervus cranial I: negative Nervus cranial VIII: negatif
Nervus cranial II: negative Nervus cranial IX: positif
Nervus cranial III: positif Nervus cranial X: positif
Nervus cranial IV: positif Nervus cranial XI: negatif
Nervus cranial V: positif Nervus cranial XII: negatif
Nervus cranial VI: positif
Kepala: tidak ada lesi Jika ya, jelaskan: -
Nyeri Kepala: tidak ada
Paralisis: ada
Penciuman
Polip: tidak ada
Bentuk hidung: simetris
Septum: ditengah
Gangguan/kelainan: -
Kelainan: tidak ada
Wajah & penglihatan
Reflex cahaya: +/+
Mata: normal Sclera: kuning
Pupil: isokor Gangguan/kelainan: tidak ada
Konjungtiva: pucat
Lapang pandang: normal Kelainan: tidak ada
Pendengaran
Telinga: simetris kanan-kiri Alat bantu: tidak ada
Kebersihan: tidak ada serumen
Gangguan: tidak ada Uvula: di tengah
Lidah Berbicara: mengerang
Kebersihan: baik
Kesulitan telan: iya
Masalah Keperawatan: Hambatan mobilitas fisik

23
4. B4 Perkemihan (Bladder)
Kebersihan: bersih Eksresi: -
Kandung kemih: normal Nyeri tekan: tidak ada
Eliminasi uri SMRS Frek: 3x/hari
Jumlah: 300 cc
Warna: kuning jernih
Eliminasi uri MRS Frek: 3x/hari
Jumlah: 300 cc
Warna: kuning jernih
Alat bantu: dower cateter
Gangguan Tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak ada

5. B5 Pencernaan (Bowel)
Mulut: bersih Membran mukosa: lembab
Gigi/gigi palsu: tidak ada Faring: tidak ada peradangan
Pola makan & minum SMRS
Makan: 1 porsi Jenis: nasi biasa
Minum: 4 5 gelas/ hari Pantangan: tidak ada
Frekuensi: 3x sehari
Pola makan & minum di RS
Diit: cair TKTP 3 x 200 cc,
Mual: tidak ada
Protein 3 x 200 cc dan jus NGT: ada
buah 1 x 200 per sonde
Nafsu makan: anoreksia
Muntah: tidak ada
Jenis: bubur tim
Porsi: 1/2 porsi Jenis: air putih
Frekuensi minum: 2-3x sehari
Abdomen Peristaltik: 12x/menit
Bentuk perut: bulat datar
Kelainan abdomen: tidak ada
Hepar: tidak tampak
Lien: tidak tampak
Nyeri abdomen: tidak ada
Rectum dan anus: tidak ada
Warna: kuning
benjolan
Eliminasi alvi SMRS
Frekuensi: 1x sehari Warna: kuning (pada underped)
Konsistensi: lembek Colostomi: tidak ada
Eliminasi alvi MRS
Frekuensi: 3x/ hr
Konsistensi: lembek
Masalah Keperawatan: Tidak ada

6. B6 Muskuloskeletal dan Integumen (Bone)

24
Rambut, kulit kepala: hitam,
Kuku: normal
bersih
Warna kulit: sawo kecoklatan
Turgor kulit: baik Jika terbatas, pada sendi:
ROM: terbatas
Kekuatan otot: ekstrimitas bawah
1-1-2-3 3-2-1-1
0-0-1-1 1-1-0-0
Tulang: tidak ada fraktur
Kelainan jaringan/trauma: tidak
ada
Lain-lain: tidak ada
Masalah Keperawatan: Hambatan mobilitas fisik

25
7. Endokrin
Thyroid: tidak ada
Hiperglikemia: tidak ada
Hipoglikemia: tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada

8. Seksual-reproduksi
Menstruasi terakhir: 2 minggu yang lalu
Masalah menstruasi: tidak ada
Pap Smear terakhir: belum pernah
Pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan: tidak terkaji
Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit: tidak terkaji
Masalah Keperawatan: Tidak ada

9. Kemampuan perawatan diri


SMRS MRS Skor:
Mandi 1 3 1:Mandiri
Berpakaian/dandan 1 3 2:Alat bantu
Toileting/eliminasi 1 2 3:Dibantu orang
Mobilitas ditempat 1 3
lain dan alat
tidur 4:Tergantung/tidak
1 3
Berpindah
1 4 mampu
Berjalan
1 -
Naik tangga
1 -
Berbelanja
1 -
Memasak
1 -
Pemeliharaan rumah

Alat bantu berupa : underpad


Masalah Keperawatan: Tidak ada

26
10. Personal Hygiene
Mandi SMRS : 2x sehari Mandi MRS : 1x sehari
Keramas: 2x seminggu Keramas: 2x seminggu
Ganti pakaian: 2x sehari Ganti pakaian: 2x sehari
Menyikat gigi: 2x sehari Menyikat gigi: 2x sehari
Memotong kuku: 1x seminggu Memotong kuku: 1x seminggu
Masalah Keperawatan: Tidak ada

11. Istirahat-tidur
Istirahat tidur SMRS Jam tidur siang: 13.00-14.30WIB
Jam tidur malam:21.00-04.00 WIB
Jam tidur malam MRS: 20.00- Jam tidur siang: 13.00-16.00WIB
Jumlah: 13jam
06.00WIB
Kebiasaan sebelum tidur: tidak ada
Kualitas tidur: tercukup
Penyebab:-
Masalah: tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak ada

12. Kognitif perceptual-Psiko-sosio-spiritual


Persepsi terhadap sehat sakit:
pasien menyadari bahwa sakit ia
alami saat ini adalah pemberian
dari tuhan
Konsep diri:
1. Citra tubuh: pasiem optimis
akan sembuh
2. Identitas diri: pasien dapat
menyebutkan identitas dirinya
dengan baik

3. Harga diri: pasien tidak merasa


tersingkirkan dengan kondisi
penyakitnya Bahasa sehari-hari: Jawa dan
4. Peran: pasien sebagai ibu rumah
Indonesia
tangga
5. Ideal diri: pasien tidak malu
dengan penyakit yang diderita
Kemampuan berbicara:
Jika ya, jelaskan: -
pasien tidak mampu berbicara
dengan baik
Kemampuan adaptasi terhadap
masalah: pasien mampu Hubungan dengan orang lain: baik

27
beradaptasi dengan penyakitnya
Ansietas: tidak ada
Aktivitas sehari-hari: memasak,
berbelanja, dll.
Rekreasi: -
Olahraga: -
System pendukung: keluarga
Kegiatan ibadah (status
spiritual): SMRS: rajin
beribadah
MRS: dengan posisi tidur
Masalah Keperawatan:Tidak ada

13. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium
24 Agustus 2005 Normal
Hb : 9,5 gr % : L : 13,4 17,7 gr % P : 11,4 15,1 gr %
Leukosit : 25,4 x 103/ l : L : 4,3 10,3 P : 4,3 11,3
Trombosit : 31 : 150 350
PVC : 0,30 : L : 0,40 0,47 P : 0,38 0,42
BUN : 27 mg/dl : 10 20 mg/dl
Kretinin Serum : 0,9 mg/dl : 10 20 mg/dl
Albumin : 3,1 g/dl : 3,8 4,4 g/dl
Hematocrit : 35 %
LUID (D) : 35,1 mm : 35 52
LUID (S) : 22,3 mm : 26 36
Ojektiion Fraction : 67,4 % : 53 77%
Dinding post diast : 4,95 mm : 7 11 mm
Dinding post sist : 8,41 mm : 13 17 mm
Septum diast : 13,4 mm : 7 11 mm
Septum diast : 14,4 mm : 12 17 mm
Photo: -
Lain-lain: -

14. Penatalaksanaan
Therapi Dosis Komposisi Indikasi
Dopamin 6 j d Diberikan setiap drip 1-5 Tiap 1 ampul 10 ml syok kardiogenik,
dobutamin 5 j mcg/kgBB/min dan dapat mengandung kondisi hipotensi berat

28
ditingkatkan sampai 5- dopamine HCL atau kecenderungan
10mcg / kgBB /min. pada 200mg syok setelah
kondisi syok berat boleh mendapatkan terapi
diberikan sampai 20- cairan
50mcg/kgBB /min
Inj. Ranitidin Kondisi tukak usus 12 Tiap tablet ranitidine Tukak lambung, tukak
2 x 50 mg (iv) jari aktif/ ulkus 150 mg mengandung duodenum, refluks
duodenum: ranitidine vanitidin HCl 168 esophaghitis,
150 mg, 2 kali sehari yang setara dengan hipersekresi patologis
(pagi dan malam) atau ranitidine 150 mg gastrointestinal seperti
300mg sekali sehari pada sindrom
sesudah makan malam/ Zollinger-Ellison,
sebelum tidur selama 4- hipersekresi pasca
8 minggu bedah
Kondisi tukak lambung
aktif/ulkus peptikum:
ranitidine 150 mg, 2
kali sehari (pagi dan
malam) selama 2
minggu
Terapi pemeliharaan pada
penyembuhan tukak
usus 12 jari dan tukak
lambung: ranitidine 150
mg, malam sebelum
tidur
Neurobin Pada kasus berat, 1 Amp 1: vitamin B1 Terapi defisiensi vit
5000 x 1 amp pasang amp/hari secara 100 mg, vitamin B6 B1, B6, dan B12 pada
(iv) IM hingga gejala-gejala 100 mg kasus beri-beri,
akut membaik. Untuk Amp 2: vitamin B12 neuritis perifer, dan
terapi follow up, berikan 5000 mcg neuroglia. Membantu
dosis 2-3 pasang mencegah komplikasi
amp/minggu neuropati perifer
diabetic
VIT C 1x amp Dewasa: 100 mg/hari Tiap ampul (2 ml) Pengobatan pada

29
(iv) (IM/IV) mengandung: asam kekurangan vitamin C
Dosis disesuaikan askorbat 200mg missal: skorbat
berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakit
Sulperazone Setiap vial cefoperazone Dewasa: dosis Infeksi saluran nafas,
3x 1 gr (iv) mengandung: deberikan setiap 12 infeksi saluran kemih,
cefoperazone sodium jam dalam dosis peritonitis, kolangitis,
setara dengan terbagi sama dan infeksi intra
cefoperazone 500mg Anak-anak: dosis abdominal lainnya.
diberikan 6-12 jam
dalam dosis terbagi
sama
Lasix 1 x 1 Furosemide Untuk edema Terapi tambahan pada
amp (iv) Dewasa: awal 20-40 edema pulmonary akut
mg IV/IM dosis
tunggal
Anak: 1 mg/kg BB
IM/IV
Maksimal: 6 mg/kg
BB
Transfusi 2 Dosis sesuai program Tiap 1 bag PRC Anemia karena
bag berisi 500ml perdarahan, anemia
hemolitik, anemia
aplastik, leukemia dan
anemia refrakter,
anemia karena sepsis,
anemia pada orang
yang akan menjalani
operasi,

30
5.2 Analisa Data
Nama : Ny. B no. reg : 10512923
Umur : 45th ruang : ICU
No Pengelompokan Data Etiologi Masalah
1. DS : obstruksi jalan Ketidakefektifan
keluarga pasien mengatakan di leher pasien nafas bersihan jalan nafas
di pasangi alat untuk mengeluarkan dahak.
mukus
DO : berlebihan
- pada leher klien terpasang tracheostomi
Ketidakefektifa
canul
n bersihan jalan
- Terdapat Suara nafas tambahan (ronchi)
nafas
dan grok-grok
- Sekret klien berwarna putih kekuningan
dan kental
- TD : 140/90 mmHg
- Suhu: 370 C
- Nadi : 84 x/mnt
- RR : 28x/menit

2. DS : Paralisis Hambatan mobilitas


kelaurga pasien mengatakan pasien hanya fisik
Penuruna tonus
bisa tidur di tempat tidur saja
otot seluruh
DO : tubuh
- Klien hanya berbaring di tempat tidur
Hambatan
- Klien tampak lemah
mobilitas fisik
- ROM terbatas
- Kekuatan Otot:
1-1-2-3 3-2-1-1
0-0-1-1 1-1-0-0

31
3. DS : Faktor Resiko infeksi
Kelurga pasien mengatakan leher pasien resiko:
prosedur
terpasang alat
invansif
DO : (pemasangan
- pada leher klien terpasang tracheostomi trakheostomi
)
conul
- Suhu : 370 C Resiko
hasil pemeriksaan Lab : infeksi
- Hb : 9,5 gr%
- Leukosit : 25,4 x 103/l
- Albumin : 3,1 g/dl
- Hematokrit : 30 %

32
5.3 Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tgl Tgl Tt
Ditemukan Teratasi d
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan 01-11-2016
dengan obstruksi jalan nafas, mukus berlebihan
ditandai dengan :
DS :
keluarga pasien mengatakan di leher pasien di
pasangi alat untuk mengeluarkan dahak.
DO :
- pada leher klien terpasang tracheostomi canul
- Terdapat Suara nafas tambahan (ronchi) dan grok-
grok
- Sekret klien berwarna putih kekuningan dan
kental
- TD : 140/90 mmHg
- Suhu: 370 C
- Nadi : 84 x/mnt
- RR : 28x/menit
2. Hambatsn mobilitas fisik berhubungan dengan 01-11-2016
paralisis ditandai dengan :
DS :
kelaurga pasien mengatakan pasien hanya bisa
tidur di tempat tidur saja
DO :
- Klien hanya berbaring di tempat tidur
- Klien tampak lemah
- ROM terbatas
- Kekuatan Otot:
1-1-2-3 3-2-1-1
1.1.1.1 1-1-0-0

3. Resiko infeksi ditandai dengan : 01-11-2016


DS :
Kelurga pasien mengatakan leher pasien terpasang

33
alat
DO :
- pada leher klien terpasang tracheostomi
conul
- Suhu : 370 C
hasil pemeriksaan Lab :
- Hb : 9,5 gr%
- Leukosit : 25,4 x 103/l
- Albumin : 3,1 g/dl
- Hematokrit : 30 %

34
5.4 Intervensi
5.5 5.7
5.6 T
N Dx 5.8 Tujuan 5.9 Intervensi
gl
5.11 5.12 5.14 5.15 Jangka Pendek : 5.26
1 01 Dx 5.16 1. pantau frekuensi,
11 Setelah dilakukan tindakan keadaan pernafasan &
keperawatan selama 10 15 ketidakteraturan pernafa
20 menit diharapkan akumulasi 5.27
16 sekret berkurang dengan kriteria : 2. berikan humudifer bila
5.13 5.17 kental
(15.3 - suara nafas tambahan (ronchi) & grok- 5.28
0)
grok berkurang 5.29
5.18 3. lakukan penghisapan
- Penumpukan sekret berkurang dengan ekstra hati-hati
5.19 lebih dari 10 15 deti
5.20 Jangka Panjang : karakter warna dan kek
5.21 dari sekret
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5.30
selama 7 14 hari diharapkan jalan 5.31
nafas efektif ditandai dg : pantau AGD dan
oksimetri
5.22
- suara nafas tambahan (ronchi) dan
grok-grok berkurang/ hilang
5.23
- klien dapat bernafas spontan tanpa
bantuan respirasi normal
5.24 - TD : 120/80
,5
mmHg - Suhu : 37 C
5.25 - Nadi : 60-
100x/mnt - RR :24 x/mnt
-
5.32

35
5.33 5.56 5.79 5.102 5.139
5.103
5.34 5.80 lakukan foto rontgen t
5.104
5.35 5.57 5.81 5.105 ulang
5.106
5.36 5.82 5.140
5.107
5.37 5.58 5.83 5.108 5.141
5.109
5.38 5.84 5.142
5.110
5.39 5.59 5.85 5.111 berikan O2 sesuai
5.112
5.40 5.86 kebutuhan dan indikas
5.113
5.41 5.60 5.87 5.114 5.143
5.115
5.42 5.88 laborasi dg tim medis
5.116
5.43 5.61 5.89 5.117 dokter pemberian
5.118
5.44 5.90 broncadilator
5.119
5.45 5.62 5.91 5.120 Jangka Pendek : 5.144
5.121
2 Dx servasi perkembangan
Setelah dilakukan tindakan
5.63 keadaan klien
keperawatan selama 3 x 24 jam,
5.46 5.92 5.145
diharapkan mobilitas fisik
5.47 5.64 5.93 5.146
meningkat dengan kriteria :
5.48 5.94 1. ajarkan dan anjurkan
5.122
5.49 5.65 5.95 melakukan gerak pasif
- Klien dapat melakukan latihan gerak
5.50 5.96 5.147
pasif
5.51 5.66 5.97 2. ubah posisi tiap 2 jam
5.123
5.52 5.98 5.148
- klien dapat melakukan mobilitas tanpa
5.53 5.67 5.99 berikan posisi yang nya
bantuan perawat
5.54 5.100 5.149
5.124
5.55 5.68 5.101 5.150
2408 - badan klien tidak lemah
3 Dx 5.151
5.125
5.152
5.126 Jangka Panjang :
20 5.127 3. lanjutkan kolaborasi d
05 Setelah dilakukan tindakan keperawatan tim fisioterapi
5.69
selama 3 x 24 jam diharapkan infeksi 5.153
(16.30
tidak terjadi dengan kriteria : 5.154
)
5.128 1. observasi tanda-tanda
5.70
- klien dapat bernafas tanpa bantuan infeksi
5.129 5.155

36
5.71 - TTV dalam batas normal 5.156
5.130 - Suhu : 364 0 5.157
5.72 2. rawat luka dg tehnik
37 0C - Nadi : 80
aseptik dan antiseptik
5.73 5.158
5.131 - TD : 120/80 mmHg - RR:16-
24x/mnt 3. Observasi Adanya
5.74 5.132 peningkatan daerah se
5.133 Jangka Pendek
luka
5.134 Setelah dilakukan tindakan
5.75 5.159
keperawatan selama 1 x 24 jam
4. jaga kebersihan daera
diharapkan tanda-tanda infeksi tidak
5.76 sekitar luka
terjadi dengan kriteria :
5.160
5.135
5.77 5. lanjutkan kolaborasi d
- tidak ada tanda-tanda infeksi, rubor,
01- tim medis dengan
kalor, dolor, tumor, fungsional densae
11 pemberian antibiotik
5.136
-
- TTV dalam batas normal
20
5.137 TD : 120/80
16
mmHg ,Suhu : 364 0 37 0C
5.78
5.138 - Nadi : 84
(17.00
x/mnt RR : 16-24 x/mnt
)

5.172

5.173 5.187 5.201 5.215 - Jangka 5.221


5.174 5.202 Panjang : 3.
5.175 5.188 5.203 5.216
5.176 5.204 Setelah dilakukan tindakan
5.177 5.189 5.205 keperawatan selama 3 x 24 jam
5.178 5.206 diharapkan infeksi tidak terjadi
5.179 5.190 5.207 dengan kriteria :
5.180 5.208 5.217
5.181 5.191 5.209 - Luka tracheostomi mengering
5.182 5.210 5.218
5.183 5.192 5.211 - Tracheostomi canul sudah dilepas

37
5.184 5.212 5.219
5.193 5.213 - TTV dalam batas normal
5.185
5.220 - Suhu : 364 0
5.186 5.214
5.194 37 0C.

5.195

5.196

5.197

5.198

5.199

5.200

5.231 Implementasi
5.232 Nama : Ny. B
no. reg : 10512923
5.233 Umur : 45 th ruang
: ICU
5.236 5.238
5.234 5.235 Dx. 5.237
Tgl T
No Kep Implementasi

5.239 5.240 Keti 5.242 5.258 Memantau frekuensi, irama, keadaan 5.269
1 dakefektifa 01 pernafasan dan ketidakteraturan pernafasan
n bersihan 5.259 - klien tampak tersengal-sengal dengan
jalan nafas 5.243 frekuensi pernafasan x/mnt disertai adanya
5.241 16. suara ronchi dan grok-grok
5.260 memberikan humadifier saat sekret kemal
5.244 5.261 - suara ronchi dan grok-grok klien agak
5.245 berkurang

38
5.246 5.262 melakukan penghisapan sekret dengan
16. extra hati-hati dan mencatat karakter, warna,
dan kekeruhan sekret
5.247 5.263 - sekret disedot keluar dengan konsistensi
5.248 putih kekuningan agak kental
5.249 5.264 memberikan oksigen pada klien 27/ jam
16. 5.265 - sesak klien tampak berkurang tapi
masih terdengar suara ronchi dan grok-grok
5.250 5.266 mengobservasi tanda-tanda vital klien
5.251 5.267 - TD : 140/90
5.252 mmHg Suhu : 37 0 C
5.253 5.268 - Nadi : 84 x/mnt
5.254 RR : 28 x/mnt
17.

5.255
5.256
5.257
19.

5.270 5.271 Ha 5.272 0 5.275 Mengajurkan klien untuk melakukan 5.279


2 mbatan 1 11 gerak pasif
mobilitas 2016 5.276 - klien bersedia melakukan gerak pasif
fisik 5.273 dengan menggerak-gerakkan tangan dan
16. kakinya
5.277 Membantu klien untuk miring kanan
5.274 5.278 - klien bersedia
16. untuk miring kanan

5.280

39
5.281 5.282 Resi 5.283 5.288 merawat luka 5.294
3 ko Infeksi 01 tracheostomi
5.289 - Klien bersedia untuk dibersihkan
5.284 tracheostominya
16. 5.290 Melakukan tindakan seseteril mungkin
5.291 - Semua alat-alat diseteril sebelum
5.285 tindakan
20. 5.292 Memberikan
penjelasan pada klien mengenai penyebab
5.286 infeksi
5.287 2 5.293 - Klien mengerti dan tampak lebih
0.15 tenang
5.295
5.296 5.297 Ket 5.298 5.311 Memantau frekuensi, irama, 5.320
1 idakefektif 02 keadaan pernafasan dan ketidakteraturan
an 1 pernafasan
bersihan 1 5.312 - klien masih grok-grok saat bernafas,
jalan nafas - frekuensi pernafasan 24 x/mnt disertai ronchi
dan grok-grok
2 5.313 Mengobservasi tanda-tanda vital klien
0 5.314 - TD : 140/90
1 mmHg Suhu : 37 0 C
6 5.315 - Nadi : 84x/mnt
5.299 RR : 28 x/mnt
09.3 5.316 Melakukan
0 penghisapan sekret dengan extra hati-hati dan
5.300 mencatat karakter, warna, dan kekeruhan
5.301 sekret
5.302 5.317 - sekret saat disunction banyak dan
09.4 berwarna kuning kental
0 5.318 mempertahankan pemberian oksigen 6 lt/
5.303 menit
5.304 5.319
5.305 - sesak klien tampak berkurang tapi

40
10.0 masih terdengar suara ronchi dan grok-
0 grok

5.306
5.307
5.308
5.309
5.310
10.1
5
5.321 5.322 Ha 5.323 5.327 Menganjurkan klien untuk melakukan 5.331
2 mbatan 02- gerak pasif
Mobilitas
1 5.328 - klien bersedia melakukan gerak pasif
Fisik
1 dengan menggerak-gerakkan jari-jari
- tangannya
2 5.329 Membantu klien untuk tidur terlentang
0 5.330
1 - klien bersedia untuk terlentang

6
5.324
12.0
0
5.325
5.326
12.3
0
5.332 5.333 Res 5.334 5.342 Mengukur suhu 5.350
3 iko Infeksi 02- klien
1 5.343 - klien tidak febris suhu : 37 0C
1 5.344 Memantau tanda-tanda infeksi
- 5.345 - tidak ada tanda-tanda infeksi
2 5.346 merawat luka tracheostomy
0 5.347 - Klien bersedia untuk dibersihkan
1 tracheostominya
6 5.348 Melakukan tindakan seseteril mungkin
5.335 5.349 - Semua alat-alat diseteril sebelum

41
09.4 tindakan
0
5.336
5.337
09.5
0
5.338
10.1
5
5.339
5.340
5.341
10.3
0
5.351
5.352 5.353 Ket 5.354 5.364 Memantau frekuensi, irama, keadaan 5.374
1 idakefektif 03- pernafasan dan ketidakteraturan nafas
an
1 5.365 - klien masih grok-grok
bersihan
jalan nafas 1 5.366 Mengobservasi tanda-tanda vital klien
- 5.367 - TD : 130/80
2 mmHg Suhu : 385 0 C
0 5.368 - Nadi : 120
1 RR : 20
6 5.369 Melakukan penghisapan sekret
5.355 5.370 - sekret berwarna kuning dan kental
21.3 5.371 mempertahankan pemberian oksigen 6 lt/
0 menit
5.356 5.372 - sesak klien tampak berkurang tapi
masih terdengar suara ronchi dan grok-grok
21.4
5.373
0
5.357
5.358
5.359
22.0
0

42
5.360
5.361
22.1
0
5.362
5.363
5.375 5.376 Ha 5.377 5.380 Mengajurkan klien untuk 5.384
2 mbatan 03- melakukan gerak pasif
Mobilitas 5.381 -
1
- klien menggerakkan kaki dan jari tangannya
1
5.382 Membantu klien untuk tidur
-
terlentang
2
5.383 - klien bersedia untuk terlentang
0
1
6
5.378
05.3
0
5.379
06.0
0
5.385 5.386 Res 5.387 5.391 Mengukur suhu 5.397
3 iko Infeksi 03- klien
1 5.392 - klien tampak febris suhu : 385 0C
1 5.393 Memantau tanda-tanda infeksi
- 5.394 - luka tracheostomi tampak kemerahan
2 5.395 Memandikan klien
0 5.396
1 - Klien tampak segar dan bersih

6
5.388
21.4
0
5.389
21.5
0

43
5.390
05.3
0
5.398

44
5.399 Evaluasi
5.400 Nama : Ny. B no. reg
: 10512923
5.401 Umur : 45 th ruang
: ICU
5.404
Tgl
5.402 / 5.406
5.403
N J 5.405 Catatan Perkembangan T
Dx. Kep
a
m

5.407 5.408 5.409 5.411


5.410 4
1 2 3 5
5.412 5.430 5.446 5.459 S : - 5.481
1. Ketidake 5.460 O : - klien tampak lebih tenang dengan
01-
5.413 fektif frekuensi nafas 20 x/mnt disertai adannya suara
1
5.414 an ronchi + grok-grok tapi sudah agak berkurang
5.415 bersi 1 5.461 - sekret berwarna putih kekuningan +
5.416 han kemal
-
5.417 jalan 5.462 - TD : mmHg Suhu : 37 0 C
2
5.418 nafas
5.419 5.431 0 5.463 - Nadi : 84 RR : 20
5.420
1
5.421 5.432
6
5.422
5.423 5.433 5.447 5.464 A : Tujuan belum tercapai
5.424 5.465 P : Lanjutkan intervensi
09.
5.425 5.434 5.466 - Pantau frekuensi, irama, kedalaman
3 pernafasan dan ketidakteraturan bernafas
5.426
5.427 5.435 0 5.467 - Berikan humadifer dan lakukan sunction
5.428 5.468 - Obs. TTV tiap jam
5.448
5.429 5.436 5.469 I : Lakukan implementasi sesuai dengan
5.449 intervensi
2.
5.437 5.450 5.470 E : masalah belum teratasi
5.471
5.451
5.438 5.472 S : -

45
5.452 5.473 O : - tidak ada tanda infeksi
5.439 5.474 - Luka tracheostomi tampak bersih
5.453
5.475 - Suhu : 37 0 C
5.454
5.440 5.476 A : Tujuan belum tercapai
5.455 5.477 P : Lanjutkan intervensi
5.441 5.478 - Obs. tanda-tanda infeksi
5.456
5.479 - Rawat luka dengan tehnik aseptik,
5.457
5.442 antiseptic
5.458 5.480
5.443
12.

0
5.444
0
5.445
Resiko
infek
si
5.482
5.483 5.504 5.524 5.546 - Obs. adanya peningkatan suhu 5.574
5.484 5.525 5.547 - Jaga kebersihan daerah sekitar luka
5.485 5.505 5.526 5.548 - Lanjutkan kolaborasi
5.486 5.527 5.549 I : lakukan implementasi sesuai dengan
5.487 5.506 5.528 intervensi
5.488 5.529 5.550 E : masalah belum
5.489 5.507 5.530 teratasi
3. 12. 5.551
5.490 5.508 3 5.552 S : -
5.491 0 5.553 O :
5.492 5.509 5.531 5.554 - klien masih tampak letih
5.493 5.532 5.555 - Klien hanya bisa menggerakkan jari-
5.494 5.510 5.533 jarinya saja
5.495 Mobilita 5.534 5.556 - Klien dimiringkan kanan dan kiri tiap 2
5.496 s 5.535 jam
5.497 fisik 5.536 5.557 A : Tujuan tercapai sebagian

46
5.498 5.511 5.537 5.558 P : Lanjutkan intervensi
5.499 5.538 5.559 - Anjurkan klien untuk melakukan gerak
5.500 5.512 5.539 pasif
5.501 5.540 5.560 - Ubah posisi tiap 2 jam
5.502 5.513 5.541 5.561 - Berikan posisi yang nyaman
5.503 5.542 5.562 - Kolaborasi dengan tim fisioterapi
1. 5.514 5.543 5.563 I : lakukan implementasi sesuai dengan
5.544 intervensi
5.515 02- 5.564 E : masalah belum
1 teratasi
5.516 1 5.565
- 5.566 S : -
5.517 2 5.567 O : - klien tampak lebih tenang dengan
0 frekuensi nafas x/mnt disertai adanya suara nafas
5.518 1 ronchi dan grok-grok
6 5.568 - sekret berwarna putih kekuningan +
5.519 5.545 kemal
15. 5.569 - TD :130/90 mmHg Suhu : 36 C
5.520 0 5.570 - Nadi : 84x/mnt RR : 24x/mnt
0 5.571 A : Tujuan
5.521 tercapai sebagian
5.572
5.522 5.573

5.523
Ketidak
efekt
ifan
bersi
han
jalan
nafa
s
5.575

47
5.576

48
5.577 5.601 5.624 5.649 P : Lanjutkan intervensi 5.677
5.578 5.625 5.650 - Pantau frekuensi, irama, kedalaman
5.579 5.602 5.626 pernafasan dan ketidakteraturan bernafas
5.580 5.627 5.651 - Berikan humadifer dan lakukan sunction
5.581 5.603 5.628 5.652 - Berikan O2 sesuai kebutuhan dan indikasi
5.582 5.629 5.653 - Obs. TTV tiap jam
5.583 5.604 5.630 5.654 I : Lakukan implementasi sesuai dengan
5.584 5.631 intervensi
5.585 5.605 5.632 5.655 E : masalah belum teratasi
5.586 5.633 5.656
2. 5.606 15. 5.657 S : -
5.587 1 5.658 O : - tidak ada tanda infeksi tidak terjadi
5.588 5.607 5 5.659 - Luka tracheostomi tampak bersih
5.589 5.634 5.660 - Klien agak panas Suhu : 382 0 C
5.590 5.608 5.635 5.661 A : Tujuan tercapai sebagian
5.591 5.636 5.662 P : Lanjutkan intervensi
5.592 5.609 5.637 5.663 - Obs. tanda-tanda infeksi
5.593 5.638 5.664 - Rawat luka dengan tehnik aseptik,
5.594 5.610 5.639 antiseptik
5.595 Resiko 5.640 5.665 - Obs. adanya peningkatan suhu
5.596 infek 5.641 5.666 - Jaga kebersihan daerah sekitar luka
5.597 si 5.642 5.667 - Lanjutkan kolaborasi
5.598 5.611 5.643 5.668 I : lakukan implementasi sesuai dengan
5.599 5.644 intervensi
5.600 5.612 5.645 5.669 E : masalah
3. 5.646
teratasi sebagian
5.647
5.613 5.648 5.670
15.
5.671 S : -
3
5.614 0 5.672 O : - klien masih tampak letih
5.673 - Klien hanya bisa menggerakkan jari-jarinya
5.615 saja
5.674 - Klien dimiringkan kanan
5.616 5.675 A : Tujuan belum tercapai
5.676 P : Lanjutkan intervensi
5.617
49
5.678

5.679

50
5.680 5.705 5.728 5.747 - Anjurkan klien untuk melakukan gerak 5.772
5.681 pasif
5.729
5.682 5.706 5.748 - Ubah posisi tiap 2 jam
5.730
5.683 5.749 - Berikan posisi yang nyaman
5.684 5.707 5.731 5.750 - Kolaborasi dengan tim fisioterapi
5.685 5.751 I : lakukan implementasi sesuai dengan
5.732
5.686 5.708 5.733 intervensi
5.687 5.752 E : masalah
5.734
1. 5.709 belum teratasi
03-
5.688 5.753
5.689 5.710 1 5.754 S : -
5.690 5.755 O : - klien tampak lebih tenang dengan
1
5.691 5.711 frekuensi nafas x/mnt disertai adanya suara nafas
-
5.692 ronchi dan grok-grok
5.693 5.712 2 5.756 - sekret berwarna putih kekuningan +
5.694 Ketidake kemal
0
5.695 fektif 5.757 - TD : 120/80 mmHg Suhu : 382 0 C
1
5.696 an 5.758 - Nadi : 94 RR : 25
5.697 Bersi 6 5.759 A : Tujuan belum tercapai
5.698 han 5.760 P : Lanjutkan intervensi
5.735
5.699 jalan 5.761 - Pantau frekuensi, irama, kedalaman
08.
5.700 nafas pernafasan dan ketidakteraturan bernafas
5.701 5.713 0 5.762 - Berikan humadifer dan lakukan sunction
5.702 5.763 - Berikan O2 sesuai kebutuhan dan indikasi
0
5.703 5.714 5.764 - Obs. TTV tiap jam
5.736
5.704 5.765 I : Lakukan implementasi sesuai dengan
8.
5.715 5.737 intervensi
5.766 E : masalah teratasi sebagian
5.738
5.716 5.767
5.739
5.768 S : -
5.717 5.740 5.769 O : - tanda-tanda infeksi tidak terjadi
5.770 - Luka tracheostomi tampak bersih
5.741
5.718 5.771 - Klien agak panas Suhu : 378 0 C
5.742

5.719 5.743
51
5.773
5.774

52
5.775 5.784 5.793 5.802 A : Tujuan belum tercapai 5.822
5.776 5.794 5.803 P : Lanjutkan intervensi
5.777 5.785 5.795 5.804 - Obs. tanda-tanda infeksi
5.778 5.796 5.805 - Rawat luka dengan tehnik aseptik,
5.779 5.786 5.797 antiseptik
5.780 5.798 5.806 - Jaga kebersihan daerah sekitar luka
5.781 5.787 5.799 5.807 I : lakukan implementasi sesuai dengan
5.782 5.800 intervensi
5.783 5.788 5.801 5.808 E : masalah
3. 09.
teratasi sebagian
3
5.789 0 5.809
5.810 S : -
5.790 5.811 O : - klien masih tampak letih
5.812 - Klien mampu mengangkat badannya dari
5.791 tempat tidur
5.813 - Klien miring kiri dan kanan
5.792 5.814 A : Tujuan belum tercapai
Hambata
5.815 P : Lanjutkan intervensi
n
mobil 5.816 - Anjurkan klien untuk melakukan gerak
itas
pasif
fisik
5.817 - Ubah posisi tiap 2 jam
5.818 - Berikan posisi yang nyaman
5.819 - Kolaborasi dengan tim fisioterapi
5.820 I : lakukan implementasi sesuai dengan
intervensi
5.821 E : masalah belum teratasi
5.823
5.824

53
5.825 BAB 6
5.826 PENUTUP
5.827
5.828 6.1 Kesimpulan
5.829 Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah suatu demielinasi
polineuropati akut yang dikenal dengan beberapa nama lain yaitu polyneuritis
idiopatik, paralisis asenden landry, dan polineuropati inflamasi akut. Gambaran
utama GBS adalah paralisis motorik asendens secara primer dengan segala
gangguan fungsi sensorik. GBS adalah gangguan neuron motorik bagian bawah
dalam saraf perifer, final common pathway untuk gerakan motorik juga (Sylvia A.
Price, 2006).
5.830
5.831 6.2 Saran
5.832 Penulis sadar bahwa masih jauh drai kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.
5.833

54
5.834 Daftar Pustaka
5.835
1 Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan dengan gangguan system
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
2 NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi
10. Jakarta: EGC
3 NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta: MediaAction
4 Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed. 3.
Jakarta: EGC.
5 Japardi, Iskandar. 2002. Sindrom Guillain Barre. Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.
6 Lewis RA. Chronic Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy.
Available from : URL : http://emedicine.medscape.com/article/1172965-
overview. [diakses tanggal 30 Oktober 2016].
7 Price, A. Sylvia. 2006. Patofisiologi Konsep Vol 2. Jakarta : EG.
5.836

55
5.837

Anda mungkin juga menyukai