Anda di halaman 1dari 4

1.

Manajemen farmakologi (obat)


lmunoterapi dapat diberikan sejak onset gejala neuropati pertama kali muncul.
Manfaat terbaik muncul pada pemberian imunoterapi dalam 2 minggu pertama
onset pada pasien dengan GBS Disability Score ≥ 3. Baik plasmafaresis dan
imunoglobulin intravena (IV) memiliki efektifitas yang sama dalam perbaikan
kekuatan motorik pasien, peningkatan GBS disability score, dan penurunan
kebutuhan penggunaan ventilator pada pasien dengan gagal napas.

Plasmaferesis dilakukan lima kali dalam waktu 2 minggu dengan jumlah maksimum
pertukaran plasma sebanyak lima kali dari volume plasma (200-250mL/ kgBB). Dosis
total imunoglobulin IV adalah 2g/kgBB diberikan dalam 5 hari.

Penelitian menunjukan pemberian plasmaferesis diikuti pemberian imunoglobulin IV


memberikan hasil yang sama dengan pemberian terapi plasmaferesis saja atau
imunoglobulin saja oleh karena itu tidak dianjurkan untuk melakukan kedua terapi
namun dipilih satu modalitas saja plasmaferesis atau IVIG.
Sumber: buku ajar neurologi FKUI
2. Miller fisher syndrome dan subtype lain AIDP, AMAN

Subtipe Features Elektrodiagnosis Patologi


Acute inflammatory Orang dewasa terkena lebih Demielinisasi Pertama menyerang
demyelinating dari anak-anak; 90% kasus di permukaan sel schwann 
polyneuropathy (AIDP) dunia bagian Barat; kerusakan mielin yang
pemulihan cepat; berkaitan meluas  aktivasi
dengan antibodi anti GM1 makrofag dan infiltrasi
(<50%); merupakan subtype limfosit  kerusakan
tersering aksonal sekunder
Acute motor axonal Mengenai anak-anak Axonal Pertama menyerang nodus
neuropathy (AMAN) maupun orang dewasa; Ranvier motoric  aktivasi
prevalensi pada china dan makrofag, beberapa
Mexico; muncul musiman; limfosit, dan banyak
pemulihan cepat; berkaitan makrofag periaxonal 
dengan antibodi anti GD1a; menimbulkan kerusakan
sebagian besar kasus diawali aksonal parah
dengan infeksi
campylobacter jejuni
Acute motor sensory Kebanyakan pada dewasa; Axonal Patologinya hampir sama
axonal neuropathy pemulihan lambat; terkait seperti AMAN, tetapi
(AMSAN) erat dengan AMAN mempengaruhi saraf dan
akar sensorik  kerusakan
aksonal parah
Miller Fisher syndrome Dapat mengenai orang Axonal dan Dari beberapa kasus yang
(MFS) dewasa dan anak-anak; demielinisasi diperiksa, sama Seperti
terdapat gejala AIDP
oftalmoplegia, ataksia, dan
arefleksia; berkaitan dengan
antibodi anti GQ1b (90%)

Sumber:
- Aninditha, T., Wiratman, W. (2017). Buku Ajar Neurologi Jilid II. Jakarta: Departemen
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
- Hauser, S., L., Josephson, S., H. (2017). Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. MC
Graw Hill.
-
3. DD lainnya
A. Botulisme
Botulisme  kelumpuhan otot dan gagal napas
Botulisme adalah gangguan kesehatan berupa keracunan yang disebabkan
oleh Clostridium botulinum. Bakteri dapat menghasilkan racun yang
menyerang sistem saraf. Berbeda dengan GBS yang disebabkan infeksi
campylobacter jejuni yang kemudian memicu terjadinya autoimun.

Sama dengan GBS, Botulisme dapat menyerang saraf otak, tulang belakang, atau
saraf lainnya yang bisa menyebabkan kelumpuhan otot. Kelumpuhan bisa
dialami pada bagian otot yang mengendalikan pernapasan. Hal ini dapat
menyebabkan kematian jika botulisme tidak segera ditangani dengan tepat.
Bakteri penyebab botulisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang
dikonsumsi atau luka terbuka pada tubuh.

Yang membedakan botulisme dan GBS adalah riwayat penyakit sebelumnya dan
onset munculnya gejala, pada GBS seringkali ditemukan riwayat diare yang
sembuh sendiri 1-3 minggu sebelumnya dan kemudian diikuti gejala kelemahan
otot dan gagal napas, sedangkan pada botulisme gejala dapat muncul diminggu
pertama sejak bakteri penyebab masuk.

Untuk menyingkirkan diagnosis banding dapat dilakukan pemeriksaan pada


sampel darah, muntah, atau feses, untuk memastikan keberadaan toksin yang
dihasilkan bakteri penyebab botulisme. Dapat juga dilakukan pemeriksaan CSS
untuk memeriksa gejala disebabkan oleh infeksi atau akibat cedera pada otak
dan tulangbelakang.

B. Paralisis periodik hipokalemik (HypoKPP)


 Paralisis periodik hipokalemik (HypoKPP) adalah gangguan langka yang
ditandai dengan terjadinya kelemahan otot yang parah secara episodik,
biasanya dipicu oleh olahraga berat atau diet tinggi karbohidrat. Gejala
kelemahan otot juga dialami oleh GBS, namun pada GBS kelemahan otot
muncul terus menerus tanpa episodic.
 Episode hipoKPP berhubungan dengan kadar kalium serum yang rendah,
sedangkan gejala GBS tidak berhubungan dengan penurunan kadar kalium
serum melainkan karena deficit neurologis yang mengakibatkan otot
pernapasan melemah.
 Sebagian besar kasus HypoKPP bersifat turun temurun atau keluarga. Bentuk
familial HypoKPP adalah saluranopati langka yang disebabkan oleh mutasi
pada salah satu kanal ion kalsium atau natrium, terutama yang
mempengaruhi sel-sel otot rangka. Kasus HypoKPP yang didapat juga
diidentifikasi dan dikaitkan dengan hipertiroidisme. Berbeda dengan GBS
yang tidak bersifat turun menurun.
 Pemeriksaan neurologis pasien HypoKPP selama serangan menunjukkan
kelemahan otot umum, biasanya keterlibatan otot proksimal lebih dari
distal. Hiporefleksia atau arefleksia adalah tipikal. Temuan pemeriksaan
neurologis biasanya normal di antara serangan. Temuan pemeriksaan fisik
HypoKPP mirip dengan GBS, yaitu adanya kelemahan otot dan hiporefleksia
atau arefleksia.

Sumber:

- Aninditha, T., Wiratman, W. (2017). Buku Ajar Neurologi Jilid II. Jakarta:
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
- Jeffrey, I., A.,, Karim, S. (2022). Botulism. NCBI: StatPearls. Website:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459273/
- Phuyal, P., Nagalli, S. (2022). Hypokalemic Periodic Paralysis. NCBI:
StatPearls. Website: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559178/

Anda mungkin juga menyukai