Anda di halaman 1dari 3

Penyebab dustin mengalami kelemahan pada keempat anggota gerak?

(nanda)
Kelemahan anggota gerak yang dialami dustin kemungkinan disebabkan deficit neurologis pada
eksremitas berupa kelemahan motoric tipe LMN. Deficit neurologis pada eksremitas merupakan
salah satu manifestasi klinis dari syndrome guilliain barre (SGB), dimana SGB merupakan
penyebab kelumpuhan LMN akut utama di dunia. SGB merupakan polineuropati akut yang
disebabkan oleh reaksi autoimun terhadap saraf perifer.
Reaksi autoimun pada SGB dipicu oleh infeksi atau reinfeksi Campylobacter jejuni. Tidak hanya
campylobacter jejuni, SGB juga biasanya didahului oleh infeksi virus herpes manusia, CMV atau
virus Epstein-Barr. Paparan campylobacter jejuni membuat sel-sel imunitas menghasilkan
antibody yang juga dapat berikatan dengan struktur ganglioside pada membrane sel saraf.
Antibody yang berikatan dengan ganglioside akan memicu proses autoimun dengan aktivasi
komplemen dan membentuk membrane attac complex (MAC) pada membrane sel schwan atau
pada akson AMAN (acute motor axonal neuropathy), sehingga menimbulkan efek neurotoksik.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya sel-sel makrofag pada jaringan saraf pasien SGB pada
pemeriksaan histopatologi.

Sumber:
- Aninditha, T., Wiratman, W. (2017). Buku Ajar Neurologi Jilid II. Jakarta: Departemen
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
- Hauser, S., L., Josephson, S., H. (2017). Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. MC
Graw Hill.
Pemeriksaan penunjang apa yang dapat dilakukan untuk meneggakkan diagnosis? (Nana)
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada Guillain Barre Syndrome (GBS), yaitu:
a. Kecepatan Hantar Saraf (KHS), terdapat 2 kriterian elektrodiagnosis yang digunakan
secara luas, yaitu kriteria Ho dkk dan Hadden dkk. Pada kriteria Ho menekankan pada
disperse temporal, yaitu terdapatnya pemanjangan durasi compund muscle action
potential (CMAP) proksimal lebih dari 30% dibandingkan CMAP distal. Sedangkan,
menurut kriteria Hadden mengenalkan kembali konsep blok konduksi sebagai kriteria
diagnostic GBS tipe demielinisasi. Batasan ini dinilai cukup sensitive dan spesifik dalam
membedakan an tara dispersi temporal akibat demielinisasi dan dispersi temporal yang
terjadi secara fisiologis pada stimulasi proksimal. Pemeriksaan KHS di minggu pertama
onset lebih berguna untuk menyingkirkan diagnosis banding neuropati perifer lainnya
karena pemeriksaan KHS di minggu pertama onset sering menunjukan hasil yang normal
atau tidak memenuhi kriteria SGB menurut Ho dkk maupun Hadden. Oleh karena itu,
pemeriksaan KHS harus dilakukan secara serial minimal dua kali pada 3 saraf motorik
dan 3 saraf sensorik dalam 4-6 minggu pertama.
b. Pungsi Lumbal, Tindakan pungsi lumbal rutin dilakukan pada pasien yang diduga
menderita SGB untuk menyingkirkan diagnosis banding, Pada analisis CSS dapat
ditemukan disosiasi sitoalbumin, yaitu terdapatnya peningkatan kadar protein CSS tanpa
disertai peningkatan jumlah sel. Disosiasi sitoalbumin adalah temuan khas untuk SGB
dan dapat ditemukan pada 50% kasus pada minggu pertama dan meningkat menjadi 75%
kasus pada minggil ketiga. Apabila ditemukan peningkatan jumlah sel CSS pada minggu
pertama onset gejala, maka kemungkinan diagnosis banding lain harus lebih
dipertimbangkan, seperti infeksi, neuropati akibat human immunodeficiency virus (HIV),
limfoma, dan keganasan.
c. MRI, Pemeriksaan radiologi dilakukan jika ditemukan tanda dan gejala klinis SGB yang
meragukan. Hal ini untuk menyingkirkan diagnosis banding lesi struktural sebagai
penyebab defisit neurologis yang ada. Hasil pemeriksaan MRI pada kasus SGB adalah
murni normal baik pada otak dan medula spinalis.

Sumber: Aninditha, T., Wiratman, W. (2017). Buku Ajar Neurologi Jilid II. Jakarta: Departemen
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Apakah terdapat korelasi antara riwayat diare yang sembuh sendiri dengan keluhan yang
kini timbul? (Fer)
Infeksi bakteri Campylobacter jejuni, yang menyebabkan gastroenteritis (termasuk gejala mual,
muntah dan diare). Infeksi bakteri Campylobacter merupakan salah satu faktor risiko yang paling
umum untuk SGB. sekitar 2 dari setiap 3 orang dengan SGB mengalami diare atau penyakit
pernapasan beberapa minggu sebelum gejala SGB berkembang. 70% kasus SGB terjadi 1-3
minggu setelah proses infeksi akut. Infeksi akut ini memicu system imun untuk menghasilkan
antibody yang berikatan dengan ganglioside dan akhirnya memicu proses autoimun, sehingga
menimbulkan efek neurotoksik. Efek neurotoksik menimbulkan gejala sesuai dengan lokasi saraf
yang dikenai, salah satunya dapat menyerang saraf yang menginervasi otot-otot pernapasan
maupun otot-otot eksremitas. Gejala yang dapat ditimbulkan yaitu gagal nafas maupun
kelemahan pada otot eksremitas
Sumber:
- Center for Disease Control and Prevention. (2022). Campylobacter (Campylobacteriosis).
Diakses pada 3 September 2022. Website: https://www.cdc.gov/campylobacter/guillain-
barre.html
- Hauser, S., L., Josephson, S., H. (2017). Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. MC
Graw Hill.
- Nguyen, T., P., Taylor, R., S. (2022). Guillain Barre Syndrome. NCBI: StatPearls.
Website: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532254/

Anda mungkin juga menyukai