GUILLAIN-BARRE SYNDROME
Disusun oleh :
KHUSNUL ABIDIN
SMF SYARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
PENDAHULUAN
Guillain-Barre mungkin dipicu oleh Paling sering, infeksi dengan campylobacter, jenis
bakteri yang sering ditemukan dalam makanan matang, khususnya unggas, Virus Epstein-Barr,
Penyakit Hodgkin, Mononucleosis, HIV, virus penyebab AIDS, Jarang, rabies atau imunisasi
influenza.2
Manifestasi klinis utama dari SGB adalah suatu kelumpuhan yang simetris tipe lower
motor neuron dari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-kadang juga muka. Penyakit ini
merupakan penyakit dimana sistem imunitas tubuh menyerang sel saraf. Kelumpuhan dimulai
pada bagian distal ekstremitas bawah dan dapat naik ke arah kranial (Ascending Paralysis) dengan
karakteristik adanya kelemahan arefleksia yang bersifat progresif dan perubahan sensasi sensorik.
Gejala sensorik muncul setelah adanya kelemahan motoric. 95 % pasien dengan GBS dapat
bertahan hidup dengan 75 % diantaranya sembuh total. Kelemahan ringan atau gejala sisa seperti
dropfoot dan postural tremor masih mungkin terjadi pada sebagian pasien. Kelainan ini juga dapat
menyebabkan kematian , pada 5 % pasien, yang disebabkan oleh gagal napas dan aritmia.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Berikut terdapat klasifikasi dari SGB, yaitu: 4,6,7
Tanpa sensorik dan motorik merupakan tipe GBS yang jarang terjadi.
3. Etiologi
4. Patofisiologi
Infeksi , baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus, dan antigen lain
memasuki sel Schwann dari saraf dan kemudian mereplikasi diri. Antigen tersebut
mengaktivasi sel limfosit T. Sel limfosit T ini mengaktivasi proses pematangan limfosit B
dan memproduksi autoantibodi spesifik. Ada beberapa teori mengenai pembentukan
autoantibodi , yang pertama adalah virus dan bakteri mengubah susunan sel sel saraf
sehingga sistem imun tubuh mengenalinya sebagai benda asing. Teori yang kedua mengatakan
bahwa infeksi tersebut menyebabkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya
sendiri berkurang. Autoantibodi ini yang kemudian menyebabkan destruksi myelin bahkan
kadang kadang juga dapat terjadi destruksi pada axon. Destruksi pada myelin
tersebut menyebabkan sel sel saraf tidak dapat mengirimkan signal secara efisien,
sehingga otot kehilangan kemampuannya untuk merespon perintah dari otak dan otak menerima
lebih sedikit impuls sensoris dari
5. Gejala klinis
GBS merupakan penyebab paralisa akut yang dimulai dengan rasa baal,
parestesia pada bagian distal dan diikuti secara cepat oleh paralisa ke empat ekstremitas
yang bersifat asendens. Parestesia ini biasanya bersifat bilateral. Refleks fisiologis akan
menurun dan kemudian menghilang sama sekali. Kerusakan saraf motorik biasanya dimulai
dari ekstremitas bawah dan menyebar secara progresif , dalam hitungan jam, hari maupun
minggu, ke ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat. Kerusakan saraf motoris ini
bervariasi mulai dari kelemahan sampai pada yang menimbulkan quadriplegia flaccid. 1
6.
Diagnosis 7
6.1 Anamnesis
Factor pencetus missal infeksi virus ( infeksi saluran nafas bagian atas dan
bagian cerna ) suntikan , dsb
Gangguan rasa raba, rasa getar, dan rasa posisi lebih terkena dibandingkan
rasa nyeri dan rasa suhu
6.3 Elektrodiagnostik
AIDP
Konduksi sensoris nihil atau amplitude rendah dengan distal latensi dan
kecepatan hantar saraf normal
Konduksi motor nihil, atau amplitude rendah , dengan distal latensi dan
kecepatan hantar saraf normal
AMAN
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi
.Kesulitan bernapas.
9. Diagnosis banding
Hypokalemia
Myasthenia gravis
10. Prognosis
95 % pasien dengan GBS dapat bertahan hidup dengan 75 % diantaranya sembuh
total. Kelemahan ringan atau gejala sisa seperti dropfoot dan postural tremor masih mungkin
terjadi pada sebagian pasien. Kelainan ini juga dapat menyebabkan kematian , pada 5 % pasien,
yang disebabkan oleh gagal napas dan aritmia. 3
REFLEKS PADA MANUSIA
REFLEKS
Refleks adalah jawaban motorik atas rangsangan sensorik yang diberikan pada kulit
ataupun respon apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Secara sederhana reflex arc
1. Reseptor.
2. Conducting system yang terdiri dari afferent neuron suatu medium yang disebut synaps
3. Efektor.
Efektor adalah alat tubuh yang menjawab terhapap impuls yang dipancarkan oleh
refleks dan merupakan bagian tubuh yang dikendali oleh saraf. Beberapa macam
efektor : otot polos, otot skelet, sel-sel kelenjar. Ada alat tubuh yang dipengaruhi kuat-
kuat oleh saraf, tetapi ada alat tubuh yang tetap bekerja sebagai bukan efektor misalnya
: cardiac muscle.
Impuls yang dipancarkan dalam efferent dan afferent neuron semuanya tunduk pada “all
of none”, juga dipancarkan dalam effektor (mis. Otot). Sebaliknyaada 3 tempat dimana jawaban
listrik dalam reflex arc itu tidak tunduk pada “all of one” yaitu di reseptor – synaps – dan –
myoneuraljunction. Pada mammalian dan manusia hubungan antara afferent dan efferent somatic
memiliki cell bodiesnya dalam dorsal roots ganglia atau ganglia yang homolog dengan itu pada
saraf-saraf cranial.
Serat-serat efferent,meninggalkan corda spinalis atau otak melalui ventral roots atau saraf
cranial. Sesuatu prinsip bahwa kedalam spinalcord, dorsal roots adalah sensorik dan keluar dari
Suatu serat saraf tidak dapat berfungsi sebagai kedua-duanya sensorik dan motorik
sekaligus.
Sebagai contoh ialah refleks patella. Pada otot terdapat serabut intrafusal sebagai organ
reseptor yang dapat menerima sensor berupa regangan otot, lalu neuron aferen akan berjalan
menuju medula spinalis melalui ganglion posterior medulla spinalis. Akson neuron aferen tersebut
akan langsung bersinaps dengan lower motor neuron untuk meneruskan impuls dan
mengkontraksikan otot melalui serabut ekstrafusal agar tidak terjadi overstretching otot. Namun
begitu lengkung refleks tidak hanya menerima respon peregangan saja, sebagai contoh respon
sensorik kulit, aponeurosis, tulang, fasia, dll. Gerakan reflektorik dapat dilakukan oleh semua otot
RESEPTOR
Pentingnya reseptor dalam refleks adalah sebagi tempat bermula timbulnya impuls-impuls.
Untuk suatu macam reseptor diperlukan rangsangan yang adequate, dan untuk sesuatu macam
Macam-macam reseptor :
1. Mechanoreseptor :
- Mechanoreseptor di kulit
2. Thermoreseptor
Fungsi reseptor :
Alur system saraf dimulai dari adanya rangsangan yang diterima reseptor sampai terjadi
EFEKTOR
PEMERIKSAAN REFLEKS
Reflek motorik merupakan kontraksi yang tidak disadari dari respon otot atau kelompok
otot yang meregang tiba-tiba dekat daerah otot yang di ransang. Tendon terpengaruh langsung
dengan palu reflek atau secara tidak langsung melalui benturan pada ibu jari penguji yang
ditempatkan rekat pada tendon. Uji reflek ini memungkinkan orang yang menguji dapat mengkaji
lengkung reflek yang tidak disadari, yang bergantung pada adanya reseptor bagian aferen, sinap
spinal, serabut eferen motorik dan adanya beberapa pengaruh perubahan yang bervariasi pada
tingkat yang lebih tinggi. Biasanya reflek yang dapat diuji mencakup reflek bideps, brakhioradialis
Dalam pemeriksaan reflex, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Relaksasi sempurna. Orang coba harus relaks dengan posisi seenaknya. Bagian tubuh yang
akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk
mempertahankan posisinya.
2. Harus ada ketegangan optimal dari otot yang yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai bila
posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.
3. Pemeriksaan mengetuk hammer dengan gerak fleksi pada sendi tangan dengan kekuatan
Refleks yang muncul pada orang normal disebut sebagai refleks fisiologis. Kerusakan pada
sistem syaraf dapat menimbulkan refleks yang seharusnya tidak terjadi atau refleks patologis.
Keadaan inilah yang dapat dimanfaatkan praktisi agar dapat mengetahui ada atau tidaknya
kelainan sistem syaraf dari refleks. Pemeriksaan reflek fisiologis merupakan satu kesatuan dengan
pemeriksaan neurologi lainnya, dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit
berjalan, kelemahan/kelumpuhan, kesemutan, nyeri otot anggota gerak, gangguan trofi otot
Palu reflek digunakan untuk menimbalkan reflek tendon profunda (RTP). Batang
palu dipegang longgar antara ibu jari dan jari telunjuk, yang memberikan getaran. Gerakan
pergerakan tangan sama seperti pada saat digunakan selama perkusi. Ekstremitas
diposisikan sehingga tendon sedikit meregang. Hal ini membutuhkan pengetahuan tentang
lokasi otot, dan tendong yang melengkapinya. Tendon yang bergerak cepat yang
B. Derajat reflek
(reflek Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respon reflek sering dikelaskan
antara 0 sampai 4.
3+-hiperaktif
2+-normal
1+-hipoaktif
C. Macam-macam Refleks
Secara umum. Ada 3 unsur yang berperan dalam refleks yaitu jaras aferen, bussur
sentral dan jaras eferen. Perubahan ketiga komponen tersebut akan mengakibatkan
perubahan dalam kualitas maupun kuantitas dari refleks. Integritas dari arcus reflek akan
terganggu jika terdapat malfungsi dari organ reseptor, nercus sensorik, ganglion radiks
postreior, gray matter medula spinal, radik anterior, motor end plate, atau organ efektor.
Pengetahuan tentang reflek dapat digunakan untuk menentukan jenis kerusakan yang
terjadi pada sistem persyarafan. Ada beberapa pembagian tentang refleks berdasarkan
neurologi klinis :
Brainstem reflex
Cara ini dapat digunakan unuk menilai reflex brainstem pada pasien koma.
Interpretasi :
Nilai minimum ( 6 )
2. Reflex Cremaster
a. Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
d. Efferent : n. genitofemoralis
Reflek Fisiologis
Refleks somatic dibagi lagi menjadi dua yaitu Monosynaptic refleks = Stretch refleks dan
Polysynaptic refleks.
Pada lengkung refleks ada yang disebut monosynaptic dan polysynaptics. Jumlah
sinaps dalam lengkungan bervariasi dari 2 sampai beratus-ratus. Lengkung refleks paling
sederhana adalah lengkung refleks yang mempunyai satu sinaps antara neuron aferent dan
eferent. Lengkung refleks semacam ini dinamakan monosynaptic dan refleks yang terjadi
disebut monosynaptic refleks. Pada kedua jenis lengkung refleks ini, tetapi terutama pada
lengkung refleks polysynaptics. Aktivitas di ubah oleh fasilitasi spesial dan temporal oklusi
Refleks monosynaptics : refleks regang. Apabila otot kerangka dengan saraf yang
utuh diregangkan otot akan berkontraksi. Jawaban ini di namakan refleks regang.
Rangsangan yang membangkitkan refleks ini adalah regangan otot, dan jawabannya adalah
hantarkan ke SSP oleh serabut-serabut sensorik yang cepat dan langsung melintas ke
neuron-neuron motorik yang menyerafi otot yang sama. Refleks regang adalah satu-
Contoh-contoh dari dalam klinik, ketokan pada urat patela menimbulkan sentakan
lutut, yaitu suatu refleks regang dari m.quadriceps femoris sebab ketokan pada urat
1. Refleks Bisep
Reflek biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku pada
b. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan
Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan
setengah ditekuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku.
2. Refleks Trisep
Stimulus : ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi .Respon : ekstensi lengan bawah disendi siku .
3. Reflesk Brakhioradialis
a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan.
a. Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan
pronasi.
1. Refleks Patela
d. Ketuk tendo patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain.
bawah.
2. Refleks Kremaster
a. Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada paha bagian medial.
3. Reflesk Plantar
4. Refleks Gluteal
` 6. Klonus
Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini di sebut klonus. Jika
kaki dibuat dorsi fleksi dengan tiba-tiba, dapat mengakibatkan dua atau tiga kali
“gerakan” sebelum selesai pada posisi istirahat. Kadang-kadang pada penyakit SSP
terdapat aktivitas ini dan kaki tidak mampu istirahat di mana tendon menjadi longgar
dengan keadaan normal tetapi reflek hiperaktif tidak dipertimbangkan sebagai keadaan
patologis. Klonus yang teru-menerus indikasi adanya penyakit SSP dan membutuhkan
evaluasi dokter.
Reflek Patologis
1. Hoffmann Tromer
Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan
pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif
jika terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari
2. Rasping
Gores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk
penderita. Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa. Jika
reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal masih
terdapat pada anak kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan terdapat lesi di
3. Reflek Palmomental
ipsilateral. Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII
kontralateral
4. Reflek Snouting
Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan menimbulkan
reflek menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul reflek menyusu.
Normal pada bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral
5. Mayer Reflek
timbul adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di tractus
pyramidalis
6. Reflek babinski
Reflek yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang
telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores, maka terjadi kontraksi jari kaki dan
menarik bersama-sama. Pada pasien yang mengalami penyakit SSP pada sistem
motorik, jari-jari kaki menyebar dan menjauh. Keadaan ini normal pada bayi tetapi bila
ada pada orang dewasa keadaan ini abnormal. Beberapa variasi refleks-refleks lain
memberi informasi. Dan yang lainnya juga perlu diperhatian tetapi tidak memberi
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral.
Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada lesi
UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain
Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan
kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski
8. Reflek gordon
9. Reflek schaefer
Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek
seperti babinski
Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari
tumit ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.
Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi
Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.
Daftar Pustaka
1. Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner &
4. Guyton & Hall. 2006. Text Book of Medical Phisiology. Elsevisier Saunder.
5. http://en.wikipedia.org/wiki/Reflex
6. Silverthorn DU, Ober WC, Garrison CW, Silverthorn AC, Human Physiology.
7. http://www.medicinesia.com/kedokteran-dasar/neurosains/gerak-refleks/