Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran penyakit diabetes mellitus.

1. Definisi diabetes mellitus.

Diabetes mellitus ( DM ) merupakan sekumpulan gejala yang di tunjukan dengan

kondisi hiperglikemia yaitu keadaan dimana kadar gula darah seseorang berada di

atas normal ( Garnita, 2012 ). Menurut PERKENI november 2009 dalam buku ajar

ilmu penyakit dalam menyatakan seseorang menderita diabetes mellitus apabila

kadar gula darah sewaktu puasa nya > 126 mg/dl, atau kadar gula darah sewaktunya >

200 mg/dl. (Purnamasari 2009).

Sementara itu menurut WHO seperti dikutip dari laporan riskesdas 2007

( Garnita, 2012 ) nilai rujukan untuk diabetes mellitus adalah.

1. Normal ( Non DM ) < 140 mg/dl

2. Toleransi glukosa terganggu ( TGT ) 140 - < 200 mg/dl

3. Diabetes mellitus ( DM ) > 200 mg/dl.

Pada manusia bahan bakar energy itu berasal dari bahan makanan yang

dimakan sehari-hari yang terdiri karbohidrat ( gula dan tepung tepungan ), protein

( asam amino ) dan lemak ( asam lemak ). Di dalam saluran pencernaan makanan

dipecah yaitu karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak
menjadi asam lemak. Zat makanan itu masuk kedalam sel, dan glukosa dibakar

melaluli proses kimia yang hasil akhir nya adalam timbulnya energi dan proses ini di

sebut dengan metabolisme. Dalam proses metabolisme ini insulin memegang peran

yang sangat penting yaitu bertugas memasukan glukosa kedalam sel untuk

selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. ( Gultom, 2012 )

Insulin ini adalah suatu zat atau hormone yang dikeluarkan oleh sel

beta pancreas, mempertahankan gangguan metabulisme insulin dalam jumlah

kecil dikeluarkan kedalam peredaaran darah secara terus- menerus sehingga

kadar gula darah tercapai dalam keadaan normal. Gangguan metabolism pada sel

beta pulau langerhans di pancreas menyebakan gangguan sekresi insulin. Insulin

disekresikan oleh sel beta pulau langerhans di beta pancreas. Jika kadar insulin

di dalam darah rendah atau tidak maka glukosa tidak dapat masuk kedalam sel

sehingga glukosa menumpuk di dalam darah ( hipergliemia ) sedangkan DM pada

type-2 disebabkan oleh kegagalan relatif sel B dan resistensi insulin, dimana

resistensi insulin adalah menurunnya kemampuan insulin untuk merangsang glukosa

oleh jaringan perifer dan untuk menghambat prudoksi glukosa oleh hati . ( Gultom,

2012 )

2. Faktor-faktor resiko terjadi diabetes mellitus.

Beberapa factor resiko diabetes mellitus menurut ( Wahyuningtyas, 2013 ) yaitu :

1. Genetik atau factor keturunan, anggota keluarga penderita diabetes memiliki

kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota

keluarga yang tidak menderita diabetes mellitus


2. Virus dan bakteri, virus penyebab DM diantaranya, rubella mumps dan human

coxsackievirus b4

3. Bahan toksik atau beracun, diantaranya yang dapat masuk melalui sel beta secara

langsung adalah alloxan, pyrinuron ( rodentisida ), dan streptozoctin ( dari sejenis

jamur ).

4. Nutrisi yang berlebih sehingga menyebabkan kegemukan ( obesitas )

5. Kadar kortikosteroid yang tinggi

6. Kehamilan diabetes gestasional.

7. Obat-obatn yang dapat merusak pancreas.

3. Epidemologi diabetes mellitus

Di antara penyakit-penyakit degenerative, diabetes adalah salah satu di

anatara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlah nya dimasa yang

akan datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan

umat manusia pada abad ke 21. Perserikatan bangsa bangsa ( WHO ) membuat

perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas umur 20

tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian

pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang. ( Suyono,

2009 ).

Prevalensi diabetes mellitus sendiri mengalami kenaikan pada awal dekade1990-

an seiring meningkatnya pada prevalensi obesitas ( Prate, 2010 ) diberbagai belahan

dunia, angka kejadian diabetes mellitus terus meningkat, baik dinegara berkembang

seperti India, maupun dinegara maju seperti di Amerika Serikat. Jumlah penderita

DM di India meningkat tiga kali lipat dalam jangka waktu 14 tahun dari tahun 1989-
2003 ( Ramachandran, 2004 ). Di Amerika Serikat ( AS ) prevalensi DM diperkirakan

akan meningkat menjadi 12% pada tahun 2050, dari sebelumnya 5,6% pada tahun

2005, dan pada prevalensi penduduk di asia 65 tahun ke atas di prediksi akan

meningkat menjadi 20,1% pada tahun 2050 dari sebelum nya 12,9% pada tahun 2010

( Garnita, 2012 )

Untuk prevalensi diabetes mellitus di Asia Tenggara khususnya di Indonesia

dapat di bilang cuku tinggi. Pasalnya , dari sekitar 100 juta penduduk dunia yang

menderita DM, 7 diantaranya tinggal di asia tenggara, sementara disbanding Negara-

negara lainya di dunia, Indonesia merupakan Negara dengan jumlah kasus diabetes

mellitus terbesar keempat pada tahun 2000 ( Garnita, 2012 )

Urutan Negara 1995 Urutan Negara 2025

(Juta) (Juta)

1 India 19,4 1 India 57,2

2 China 16,0 2 China 37,6

3 Amerika serikat 13,9 3 Amerika 21,9

4 Federasi Russia 8,9 4 Pakistan 14,5

5 Jepang 6,3 5 Indonesia 12,4

6 Brazil 4,9 6 Pederasi Russia 12,2

7 Indonesia 4,5 7 Meksiko 11,7

8 Pakistan 4,3 8 Brazil 11,6


9 Meksiko 3,8 9 Messir 8,8

10 Ukraine semua 3,6 10 Jepang 8,5

Negara lain
49,7 103,6

jumlah 135,3 300

Sumber : Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi V ( 2009 ).

Tabel II.I Urutan table negara dengan jumlah pengidap diabetes mellitus

terbanyak pada penduduk dewasa di seluruh dunia 1995 dan 2025.

Di Indonesia sendiri , ditemukan bahwa 7,5% penduduk jawa dan bali menderita

DM ( Depkes, 2005 dalam sujaya, 2009) meskipun demikian, dalam suatu wilayah yang

lebih kecil, prevalensi diabetes mellitus lebih bervariasi. Berdasarkan mengenai

penelitian diabetes mellitus di Jakarta, depok, dan Makassar, ditemukan angka kejadian

diabetes mellitus tipe-2 yang cukup tinggi, melebihi 10% ( Garnita, 2012 )

4. Klasifikasi diabetes mellitus

I. Diabetes Mellitus Tipe-1

( disebabkan destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin

absolut ).

A. Melalui proses imunologik.

B. Idiopatik.
II. Diabetes Mellitus Tipe-2
( Bervariasi mulai yang pedominan resistensi insulin disertai defisiensi

insulin relative sampai yang predominan gangguan skresi insulin bersama bisa

resistensi insulin.
III. Diabetes mellitus tipe lain

A. Defek genetik fungsi sel beta

- Kromosom 12, HNF-1α (dahulu MODY 3)

- Kromosom 7, glukokinase (dahulu MODY 2)

- Kromosom 20, HNF-4α (dahulu MODY 1)

- Kromosom 13, insulin Promoter factor-1 (IPF-1, dahulu MODY4)

- Kromosom 17, HNF-1β (dahulu MODY 5)

- Kromosom 2, Neuro D1 (dahulu MODY 6)

- DNA Mitochondria, dan lainnya

B. Defek genetik kerja insulin : resistensi insulin tipe A, leprechaunism,

sindrom Rhabson Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya.

C. Penyakit eksokrin Pankreas : Pankreatitis, trauma/pankreatektomi,

neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus,

lainnya.

D. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromotositoma,

hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, lainnya.

E. Karena obat/zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid,

hormone tiroid, diazoxid, agonis β edrenergic, tiazid, dilantin,

interferon alfa, lainnya.

F. Infeksi : rubella congenital, CMV, lainnya.

G. Imunologi (jarang) : sindrom “Stiff-man”, antibody anti reseptor insulin


lainnya.

H. Sindrom genetik lain : Sindrom Down, Sindrom Klinefelter, sindrom

Turner, sindrom Wolfram’s, Ataksia Friedreich’s, Chorea Hutington,

sindrom Laurence-Moon-Biedl, Distrofi Miotonik, Porfiria, Sindrom

Prader Willi, lainnya.

IV. Diabetes kehamilan

Sumber : Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi V ( 2009 ).

Tabel II.2 Klasifikasi Diabetes mellitus ( ADA 2009 )

5. Patogenesis diabetes mellitus.

1. Patogenesis diabetes mellitus type-1.

Diabetes mellitus type-1 disebakan oleh adanya destruksi sel β pancreas. Pada

sebagian besar,pasien dilakukan diagnosis DM type-1 ditemukan autoantibodi

terhadap sel β pancreas. Penyebabnya terbentuknya autoantibodi ini tidak diketahui.

Namun penyebabnya kemungkinan adalah terdapat agen lingkungan yang secara

antigenis mengubah sel-sel pancreas sehingga menstimulasi pembentukan antibody.

Selain itu pembentukan antibody juga dapat disebabkan oleh adanya kesamaan

antigen antara sel β pancreas penderita DM type-1 dengan mikroorganisme atau obat

tertentu. Hal ini mengakibatkan sel imun gagal mengidentifikasi sel pancreas adalah

mereka sendiri, saat melakukan respons terhadap virus atau obat tertentu.

( Corwin,2008 ).
2. Patogenesis diabetes mellitus type-2.

Tingginya kadar gula pada penderita DM type-2 disebabkan oleh insensitivitas

seluler terhadap insulin. Selain, itu juga terjadi kurangnya sekresi insulin.

Sehingga insulin yang dihasilkan tidak cukup untuk mempertahankan glukosa

plasma yang normal. Diabetes mellitus type-2 dapat disebabkan oleh kegemukan,

factor genetic dan factor lainya. ( Garnita, 2012 ).

3. Gejala klinik dari diabetes mellitus

Gejala klinis diabetes mellitus DM menurut Tobing dkk ( 2008 ), yaitu :

a. Sering buang air kecil.

Tingginya kadar gula dalam darah yang dikeluarkan melalui ginjal juga

disertai oleh air atau cairan tubuuh, maka buang air menjadi lebih banyak.

b. Haus dan banyak minum

Banyaknya urine yang keluar menyebakan cairan tubuh berkurang sehingga

kebutuhan akan air menungkat

c. Fatigue ( lelah )

Muncul karean energi menurun akibat berkurangnya glukosa dalam jaringan /

sel. Kadar gula dalam darah yang meningkat tidak bisa masuk ke dalam sel

disebabkan menurun nya fungsi insulin sehingga kekurangan energi.

d. Rasa lelah, pusing, keringat dingin tidak bisa konsentrasi.

Disebakan oleh menurun nya kadar gula. Setelah mengkunsomsi gula, reaksi

pancreas meningkat ( produksi insulin meningkat ) menimbulkan

hipoglikemik / kadar gula menurun.

e. Berat badan naik.


Disebakan oleh terganggunya metabolism karbohidrat karena hormone lain

juga terganggu.

f. Gatal

Disebabkan oleh mengeringnya kulit ( gangguan pada regulasi cairan tubuh )

yang menyebakan kulit mudah luka dan gatal.

g. Gangguan immunitas.

Menungkatnya kadara glukosa dalam darah menyebabkan pasien diabetes

sangat sensitive terhadap penyakit infeksi. Ini disebakan oleh menurun nya

fungsi sel-sel darah putih

h. Gangguan mata

Pengliahatan berkurang disebabkan oleh perubahan cairan dalam lensa mata.

Pandangan akana tampak berbayang disebakkan adanya kelumpuhan pada

otot mata

i. Gangguan polyneuropathy.

Gangguan sensorik pada saraf peripheral ( kesemutan ) dikaki atau tangan

j. Polifagia-banyak makan ( merasa sering lapar).

Penderita sering merasa alapar kareana ketidakmampuan memecah gula

menjadi energi, hal ini disebakan oleh jumlah insulin tidak cukup untuk

memecah gula tersebut, gula yang tidak terpecah tersebut keluar bersama air

kencing, karena badan tidak mempunyai cadangan gula akibatnya penderita

sering merasa lapar


Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria,

polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue),

iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal pada kulit)

Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM

Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru dimulai

beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang dan komplikasi

sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih mudah terkena infeksi,

sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan umumnya

menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada

pembuluh darah dan syaraf.

6. Terapi diabetes mellitus

Tujuan pengobatan DM adalah mengurangi resiko untuk komplikasi penyakit

mikrovaskuler dan makrovaskuler, untuk gejala mengurangi kematian dan

meningkatkan kualitas hidup ( MUCHID, 2005 )

1. Terapi non-farmakologis

a. Diet.

Terapi pengobatan nutrisi direkomendasikan untuk semua pasien DM,

yang terpenting dari terapi nutrisi adalah hasil yang dicapai untuk hasil

metabolic optimal dan pemecahan serta terpai dalam komplikasi. Individu

dengan DM tipe 1 fokus dalam pengaturan administrasi insulin dengan

diet seimbang. Diabetes membutuhkan porsi makan dengan karbohidrat

yang sedang dan rendah lemak, dengan focus pada keseimbangan


makanan. Pasien DM tipe 2 sering memerlukan kalori untuk penurunan

berat badan ( Muchid, 2005 ).

b. Aktivitas ( olah raga )

Latihan aerobic / olah raga menungkatkan insulin dan control gula pada

mayoritas individu dan mengurangi resiko kardiovaskuler kontribusi untuk

turunnya berat badan ( Muchid, 2005 ).

2. Terapi farmakologis

a. Insulin

Insulin adalah satu-satunya hormone penurunan gula darah diantara

sekian banyak hormon lain yang justru meninggikan gula darah

(misalnya glucagon, koortisol, dan hormone pertumbuhan). Namun insulib

bukan sekedar menurunkan gula darah, tetapi juga zat makro lain nya,

termasuk sejumlah hormone yang penting untuk mempertahanakan

keseimbangan fungsi tubuh. Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin

bekerja denga cara menghambat produksi glukosa oleh hati serya

merangsang ambilan dan metabolism glukosa oleh otot dan jaringn

adipose. ( arisman, 2008 )

b. Obat hipoglikemik oral (OHO)

Menurut arisman (2008) berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi

tiga kelompok sebagai berikut :

a. Obat yng berfungsi pokok sebagai perangsang sekresi insulin, contoh

preparat yang termasuk golongan ini dan paling banyak digunakan

ialah sulfonylurea.
b. Obat yang mempengaruhi kerja insulin, seperti metformin dan

tiazolidinedion

c. Obat yang menghalangi penyerapan glukosa. Pengahambat alfa-

glukosidase dan miglitol merupakan preparat golongan ini yang paling

banyak digunakan saat ini.

B. Glukosa darah

Kadar glukosa darah merupakan factor yang sangat penting untuk kelancaran

kerja tubuh. Karena pengaruh berbagai factor dan hormone insulin yang dihasilkan

kelenjar pankreas, sehingga hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah bila kadar

glukosa dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan dan

penyerapan karbohidrat, maka oleh enzim-enzim tertentu glukosa dirubah menjadi

glikogen. Proses ini hanya terjadi di dalam hati dan dikenal sebagai glikogenesis.

Sebaliknya bila kadar glukosa menurun, glikogen diuraikan menjadi glukosa. Proses

ini dikenal sebagai glikogenolisis, yang selanjutnya mengalami proses katabolisme

menghasilkan energy (dalam bentuk energy kimia, ATP). Kadar normal glukosa

puasa dalam darah adalah 70 – 110 mg/dl.

Kadar glukosa yang tinggi merangsang pembentukan glikogen dari glukosa,

sintesis asam lemak dan kolesterol dari glukosa. Kadar glukosa darah yang tinggi

dapat mempercepat pembentukan trigliserida dalam hati. Trigliserida merupakan

salah satu bagian komposisi lemak yang ada dalam tubuh. Dimana jika kadar

trigliserida dalam batas normal mempunyai fungsi yang normal dalam tubuh, semisal

sebagai sumber energy


Terapi awal penurunan kadar glukosa darah dan penurunan kadar trigliserida

terdiri dari pengaturan diet. Maka dari itu salah satu cara untuk menurunkan kadar

glukosa dan trigliserida dalam darah adalah mengurangi makanan jenis hidrat arang

yang kita makan sehari-hari, seperti nasi, golongan tepungtepungan, dan jenis

manis-manisan lainnya. Diet yang banyak mengandung sayuran juga dapat

memperlambat penyerapan hidrat arang dari usus ke dalam darah, sehingga proses

pembentukan trigliserida dalam hati dapat diperlambat juga

C. Buah pare ( Momordica charantia )

Pare (momordica charantia) merupakan tanaman tropis, hidup di dataran rendah

dan merupakan tanaman yang dapat di budidayakan atau tanaman yang dapat hidup

sendiri di tanah liar kosong. Buah pare mudah tumbuh dengan banyak sinar matahari,

sehingga dapat tumbuh dengan subur ditempat yang teduh dan terlindung dari sinar

matahari. Tanaman pare berumur hanya setahun, perambat dengan sulurnya mirip spiral

membelit kuat untuk merambat. Mempunyai banyak cabang, batangnya segi lima. Pare

berdaun tunggal, berjajar diatara batang berselang seling, bentuknya bulat panjang,

dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung,

warnanya hijau tua.

Tanaman pare tergolong dalam bangsa cucurbitaceae, jenis momordica charantia.

penyebarannya meliputi Cina, India dan Asia Tenggara (Williams,1971). Di India,

ekstrak buah pare digunakan sebagai obat diabetik, obat rheumatik, obat gout, obat

penyakit liver dan obat penyakit 1imfa (Dixit et al. 1978). Di Indonesia, buah pare selain

dikenal sebagai sayuran, juga secara tradisional digunakan sebagai peluruh dahak, obat
penurun panas dan penambah nafsu makan. Selain itu, daunnya dimanfaatkan sebagai

peluruh haid, obat luka bakar, obat penyakit kulit dan obat cacing (Pramono et al. 1988).

No Kandungan gizi Banyaknya


1 2
1 Kalori (energi ) 22,00 kal 29,00 kal
2 Protein 0,90 g 1,10 g
3 Lemak 0,40 g 0,30
4 Karbohidrat 4,60 g 6,60
5 Serat 0.90 g -
6 Abu 0,70 mg -
7 Kalsium 32,00 mg 45,00 mg
8 Zat besi 0,90 1,40 mg
9 Natrium 2,00 -
10 Niasin 0,03 -
11 Fosfor 32,00 64,00 mg
12 Kalium 211,00 mg -
13 Vitamin A 335,00 SI 180,00 SI
14 Vitamin B1 0,06 0,08 mg
15 Vitamin B2 0,03 -
16 Vitamin C 55,00 mg 52,00 mg
17 Air 93,34 g 91,20 g
18 Bagian yang dapat - 77,00%

dimakan
Sumber : 1) Food Composition (1964) Handbook No. 1 Manila (Knott JE

& Deanon JR (1967); 2) Direktorat Gizi Depkes RI (1981) dalam : Rukmana

(1999)

Tabel. II.3 Kandungan gizi buah pare

selama belum ada insulin, gula dalam darah tidak dapat masuk ke dalam

sel – sel jaringan tubuh lainnya seperti otot dan jaringan lemak. Dapat dikatakan

bahwa insulin merupakan kunci yang membuka pintu sel jaringan, memasukkan

gula ke dalam sel, dan menutup kembali. Di dalam sel, gula dibakar menjadi

energi yang berguna untuk beraktivitas. Pare berkhasiat sebagai antidiabetes.


Buah pare yang belum masak mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol

(antioxidant kuat), serta glikosida cucurbitacin, momordicin, dan charantin.

(Pratama 2011).

Kandungan dalam buah pare yang berguna dalam penurunan gula darah

adalah charantin, dan polypeptide-P insulin (polipeptida yang mirip insulin) yang

memiliki komponen yang menyerupai sulfonylurea (obat antidiabetes paling tua

dan banyak dipakai). Manfaat dari charantin ini adalah menstimulasi sel beta

kelenjar pancreas tubuh memproduksi insulin lebih banyak, selain meningkatkan

deposit cadangan gula glycogen di hati. Efek pare dalam menurunkan gula darah

pada tikus diperkirakan juga serupa dengan mekanisme insulin, sedangkan

polypeptide-P insulin menurunkan kadar glukosa darah secara langsung. (Pratama

2011).

Anda mungkin juga menyukai