PENDAHULUAN
Guillain
Sindroma Guillain Barre mengambil nama dari dua Ilmuwan Perancis, Guillain
(baca Gilan) dan Barr (baca Barre), yang menemukan dua orang prajurit perang
di tahun 1916 yang mengidap kelumpuhan kemudian sembuh setelah menerima
perawatan medis. Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah penyakit neurologis
autoimun yang jarang terjadi, di mana sistem kekebalan tubuh menghasilkan
antibodi terhadap saraf sendiri, sehingga terjadi kerusakan dari saraf tersebut.
Guillain
Polyneuropathy yang menyerang radiks saraf baik ventral maupun dorsal yang
bersifat akut dan mengakibatkan kelumpuhan yang gejalanya dimulai dari tungkai
bagian bawah dan meluas sampai tubuh dan otot-otot wajah. Penyakit ini
menjangkiti satu dari 40,000 orang tiap tahunnya.1
Penyakit ini terjadi setelah prosedur infeksi akut. Sindroma Guillain Barre
mulanya mempengaruhi sistem saraf perifer. Biasanya penyakit ini adalah bentuk
kelumpuhan
akut di
bawah
yang bergerak
ke
arah
ekstremitas atas dan wajah. Secara bertahap pasien kehilangan semua refleks lalu
mengalami kelumpuhan tubuh lengkap.
Walaupun sindroma ini merupakan penyakit yang sebagian besar dapat
mengalami kesembuhan fungsional yang sempurna, tetapi tidak jarang terjadi
kematian karena perjalanan penyakitnya yang akut dan meluas ke bagian atas
1
angka
kematiannya
dan
mengurangi
gejala
sisa
defisit
neurologisnya.
Berikut ini akan dilaporkan kasus seorang anak berusia 1 tahun yang
didiagnosis Tetraparese + Guillain Barre Syndrome (GBS)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah sindrom klinis yang ditunjukkan oleh
awitan akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. Proses
penyakit mencakup demielinisasi dan degenerasi selaput myelin dan saraf perifer
kranial (5)
GBS merupakan suatu penyakit autoimun, dimana proses imunologis tersebut
langsung mengenai sistem saraf perifer (1). Guillain Barre Syndrome (GBS)
adalah suatu kelainan sistem saraf akut dan difus yang mengenai radiks spinalis
dan saraf perifer, dan kadang-kadang juga saraf kranialis, yang biasanya timbul
setelah suatu infeksi (2). Parry mengatakan bahwa GBS adalah suatu
polineuropati yang bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah 1
sampai 3 minggu setelah infeksi akut. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa
GBS merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis yang terjadi
secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf
perifer, radiks, dan nervus kranialis.
2. Klasifikasi
Sindroma Guillain Barre diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Acute Inflammatory Demyelinating Polyradiculoneuropathy
Acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy (AIDP) adalah
jenis paling umum ditemukan pada SGB, yang juga cocok dengan gejala asli dari
3
daerah paranodal pada saraf kranialis III, IV, VI, dan dorsal root ganglia.
5) Acute Neuropatic panautonomic
Acute Neuropatic panautonomic adalah varian yang paling langka pada
SGB. Kadang-kadang disertai dengan ensefalopati. Hal ini terkait dengan tingkat
kematian tinggi, karena keterlibatan kardiovaskular, dan terkait disritmia.
Gangguan berkeringat, kurangnya pembentukan air mata, mual, disfaga, sembelit
dengan obat pencahar atau bergantian dengan diare sering terjadi pada kelompok
pasien ini. Gejala nonspesifik awal adalah kelesuan, kelelahan, sakit kepala, dan
inisiatif penurunan diikuti dengan gejala otonom termasuk ortostatik ringan.
Gejala yang paling umum saat onset berhubungan dengan intoleransi ortostatik,
serta disfungsi pencernaan.
6) Ensefalitis Batang Otak Bickerstaffs (BBE)
Tipe ini adalah varian lebih lanjut dari SGB. Hal ini ditandai dengan onset akut
oftalmoplegia, ataksia, gangguan kesadaran, hiperrefleks atau babinsky sign.
Perjalanan penyakit dapat monophasic atau terutama di otak tengah, pons, dan
medula. BEE meskipun presentasi awal parah biasanya memiliki prognosis baik.
MRI memainkan peran penting dalam diagnosis BEE. Sebagian besar pasien BEE
telah dikaitkan dengan SGB aksonal, dengan indikasi bahwa dua gangguan yang
erat terkait dan membentuk spectrum lanjutan.
3. Epidemiologi
Angka kejadian Guillain Barre Syndrome, di seluruh dunia berkisar antara
1-1,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Di Indonesia, kasus GBS masih
belum begitu banyak. Penelitian Chandra menyebutkan bahwa insidensi terbanyak
5
di Indonesia adalah dekade I, II, III (di bawah usia 35 tahun) dengan jumlah
penderita laki-laki dan wanita hampir sama. Insidensi lebih tinggi pada
perempuan dari pada laki-laki dengan perbandingan 2 : 1. Sedangkan penelitian di
Bandung menyebutkan bahwa perbandingan laki-laki dan wanita 3 : 1 dengan usia
rata-rata 23,5 tahun. Penyakit ini menyerang semua umur, dan lebih banyak
terjadi pada usia dewasa muda yaitu antara 15 sampai dengan 35 tahun. Namun
tidak jarang juga menyerang pada usia 50 sampai dengan 74 tahun. Jarang sekali
GBS menyerang pada usia di bawah 2 tahun. Umur termuda yang dilaporkan
adalah 3 bulan dan tertua adalah 95 tahun, dan tidak ada hubungan antara
frekuensi penyakit ini dengan suatu musim tertentu. Insiden tertinggi pada bulan
April s/d Mei di mana terjadi pergantian musim hujan dan kemarau.
Guillain Barre Syndrome adalah penyebab paling umum dari acute flaccid
paralysis pada anak-anak. Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN) sering
didapatkan di daerah Jepang dan Cina, terutama pada orang muda. Hal ini terjadi
lebih sering terjadi selama musim panas, sporadic AMAN seluruh dunia
mempengaruhi 10% sampai 20% pasien dengan Guillain Barre Syndrome (GBS).
Miller- Fisher Syndrome mempengaruhi antara 5% dan 10% GBS di ngara-negara
bagian barat, tetapi lebih umum di Asia Timur, dengan persentase 25% di Jepang
dan 19% di Taiwan.
4. Etiologi
Etiologi GBS sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti dan
masih menjadi bahan perdebatan. Teori yang dianut sekarang ialah suatu kelainan
imunobiologik, baik secara primary immune response maupun immune mediated
6
process. Periode laten antara infeksi dan gejala polineuritis memberi dugaan
bahwa kemungkinan kelainan yang terdapat disebabkan oleh suatu respons
terhadap reaksi alergi saraf perifer. Pada banyak kasus, infeksi sebelumnya tidak
ditemukan, kadang-kadang kecuali saraf perifer dan serabut spinal ventral dan
dorsal, terdapat juga gangguan di medula spinalis dan medula oblongata. (2)
Beberapa keadaan/ penyakit yang mendahului dan mungkin ada
hubungannya dengan terjadinya GBS, antara lain: (2, 3)
1. Infeksi virus atau bakteri
GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi
kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%,
yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi
saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal. Infeksi akut yang
berhubungan dengan GBS :
a. Virus: CMV, EBV, HIV, Varicella-zoster, Vaccinia/smallpox, Influenza,
Measles, Mumps, Rubella, hepatitis, Coxsackie, Echo.
b. Bakteri: Campylobacter, Jejeni, Mycoplasma, Pneumonia, Typhoid,
Borrelia B, Paratyphoid, Brucellosis, Chlamydia, Legionella, Listeria.
2. Vaksinasi
3. Pembedahan, anestesi
4. Penyakit sistematik, seperti keganasan, Systemic Lupus Erythematosus,
tiroiditis, dan penyakit Addison
5. Kehamilan atau dalam masa nifas
6. Gangguan endokrin
5. Patofisiologi
7
merupakan
mekanisme
yang
tekanan
darah,
irama
jantung,
pernafasan,
nutrisi,
yang normal, serta mengajarkan penderita untuk menggunakan ototototnya secara optimal. Kadang masih didapati nyeri, yang berasal dari
sel-sel saraf yang beregenerasi. Lama fase ini juga bervariasi, dan dapat
muncul relaps. Kebanyakan penderita mampu bekerja kembali dalam 3-6
bulan, namun pasien lainnya tetap menunjukkan gejala ringan samapi
waktu yang lama setelah penyembuhan. Derajat penyembuhan tergantung
dari derajat kerusakan saraf yang terjadi pada fase infeksi.
Peran imunitas seluler
Dalam sistem kekebalan seluler, sel limfosit T memegang peranan penting
disamping peran makrofag. Prekursor sel limfosit berasal dari sumsum tulang
(bone marrow) steam cell yang mengalami pendewasaan sebelum dilepaskan
kedalam jaringan limfoid dan peredaran. Sebelum respon imunitas seluler ini
terjadi pada saraf tepi antigen harus dikenalkan pada limfosit T (CD4) melalui
makrofag. Makrofag yang telah menelan (fagositosis) antigen/ terangsang oleh
virus, allergen atau bahan imunogen lain akan memproses antigen tersebut oleh
penyaji antigen (antigen presenting cell = APC). Kemudian antigen tersebut akan
dikenalkan pada limposit T (CD4). Setelah itu limposit T tersebut menjadi aktif
karena aktivasi marker dan pelepasan substansi interlekuin (IL2), gamma
interferon serta alfa TNF. Kelarutan E selectin dan adesi molekul (ICAM) yang
dihasilkan oleh aktifasi sel endothelial akan berperan dalam membuka sawar
darah saraf, untuk mengaktifkan sel limfosit T dan pengambilan makrofag .
Makrofag akan mensekresikan protease yang dapat merusak protein myelin
disamping menghasilkan TNF dan komplemen.(2)
12
6. Patologi
Pada pemeriksaan makroskopis tidak tampak jelas gambaran pembengkakan
saraf tepi. Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf tepi. Perubahan
pertama berupa edema yang terjadi pada hari ke tiga atau ke empat, kemudian
timbul pembengkakan dan iregularitas selubung myelin pada hari ke lima, terlihat
beberapa limfosit pada hari ke sembilan dan makrofag pada hari ke sebelas,
poliferasi sel schwan pada hari ke tiga belas. Perubahan pada myelin, akson, dan
selubung schwan berjalan secara progresif, sehingga pada hari ke enampuluh
enam, sebagian radiks dan saraf tepi telah hancur. (2)
13
Keadaan
ini
segera
diikuti
demyelinisasi
segmental.
Bila
3) Perubahan Sensorik
Gejala sensorik biasanya ringan. Dalam kebanyakan kasus, kehilangan
sensori cenderung minimal dan variabel.7
Kebanyakan pasien mengeluh parestesia, mati rasa, atau perubahan
sensorik serupa. Gejala sensorik sering mendahului kelemahan. Parestesia
umumnya dimulai pada jari kaki dan ujung jari, berproses menuju ke atas tetapi
umumnya
tidak
melebar
keluar
pergelangan
tangan
atau
pergelangan
kaki. Kehilangan getaran, proprioseptis, sentuhan, dan nyeri distal dapat hadir.
4) Nyeri
Dalam sebuah studi tentang nyeri pada pasien dengan SGB, 89% pasien
melaporkan nyeri yang disebabkan SGB pada beberapa waktu selama
perjalanannya.Nyeri paling parah dapat dirasakan pada daerah bahu, punggung,
pantat, dan paha dan dapat terjadi bahkan dengan sedikit gerakan. Rasa sakit ini
sering digambarkan sebagai sakit atau berdenyut.
Gejala dysesthetic diamati ada dalam sekitar 50% dari pasien selama
perjalanan penyakit mereka. Dysesthesias sering digambarkan sebagai rasa
terbakar, kesemutan, atau sensasi shocklike dan sering lebih umum di ekstremitas
bawah daripada di ekstremitas atas. Dysesthesias dapat bertahan tanpa batas
waktu pada 5-10%pasien. Sindrom nyeri lainnya yang biasa dialami oleh sebagian
pasien dengan SGB adalah sebagai berikut; Myalgic, nyeri visceral, dan rasa sakit
15
yang terkait dengan kondisi imobilitas (misalnya, tekanan palsi saraf, ulkus
dekubitus).7
5) Perubahan otonom
Keterlibatan sistem saraf otonom dengan disfungsi dalam sistem simpatis dan
parasimpatis dapat diamati pada pasien dengan SGB. Perubahan otonom dapat
mencakup sebagai berikut; Takikardia, Bradikardia, Facial flushing, Hipertensi
paroksimal, Hipotensi ortostatik, Anhidrosis dan / atau diaphoresis
Retensi urin karena gangguan sfingter urin, karena paresis lambung dan
dismotilitas usus dapat ditemukan. Disautonomia lebih sering pada pasien dengan
kelemahan dan kegagalan pernafasan yang parah.7
6) Pernapasan
Empat puluh persen pasien SGB cenderung memiliki kelemahan
pernafasan atau orofaringeal. Keluhan yang khas yang sering ditemukan adalah
sebagai berikut; Dispnea saat aktivitas, Sesak napas, Kesulitan menelan, Bicara
cadel. Kegagalan ventilasi yang memerlukan dukungan pernapasan biasa terjadi
pada hingga sepertiga dari pasien di beberapa waktu selama perjalanan penyakit
mereka.7
7. Diagnosis
Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah criteria dari National Institute of
Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu:1
a. Ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis:
-
Hiporefleksi
16
Relatif simetris
diagnosa:
Protein CSS. Meningkat setekah gejala 1 minggu atau terjadi
17
darah
Pada
darah
tepi,
didapati
leukositosis
(EKG)
menunjukkan
adanya
perubahan
terberat bila terjadi pada ventral root, saraf spinal proksimal, dan
saraf kranial. Infiltrat sel-sel radang (limfosit dan sel mononuclear
lainnya) juga didapati pada pembuluh limfe, hati, limpa, jantung, dan
organ lainnya
10. Tatalaksana
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan secara
umum bersifat simtomatik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit ini dapat sembuh
sendiri, perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama dan angka kecacatan
(gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Tujuan
terapi khusus adalah mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat
penyembuhan melalui sistem imunitas (imunoterapi). (2, 4)
1. Sindrom, Guillain Barre dipertimbangkan sebagai kedaruratan medis dan
pasien diatasi di unit perawatan intensif. (2, 4)
a. Pengaturan jalan napas
Respirasi diawasi secara ketat terhadap perubahan kapasitas vital dan
gas darah yang menunjukkan permulaan kegagalan pernafasan. Setiap
ada tanda kegagalan pernafasan maka penderita harus segera dibantu
dengan oksigenasi dan pernafasan buatan. Trakheotomi harus
dikerjakan atau intubasi penggunaan ventilator jika pernafasan buatan
diperlukan untuk waktu yang lama atau resiko terjadinya aspirasi.
Walaupun pasien masih bernafas spontan, monitoring fungsi respirasi
dengan mengukur kapasitas vital secara regular sangat penting untuk
mengetahui progresivitas penyakit.
b. Pemantauan EKG dan tekanan darah
Monitoring yang ketat terhadap tekanan darah dan EKG sangat penting
karena gangguan fungsi otonom dapat mengakibatkan timbulnya
22
melaporkan
gradient
compression
hose/
anti
embolic
stockings/
anti-
tahun
1988
melaporkan
pemberian
dapat
mempercepat
penyembuhannya
seperti
halnya
dibandingkan
lebih
ringan
plasmaparesis
tetapi
harganya
karena
mahal.
efek
Dosis
25
ini dan defisiensi IgA, antibodi anti IgE/ IgG. Tidak ada interaksi dng
obat ini dan sebaiknya tidak diberikan pd kehamilan.
2) Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
a) 6 merkaptopurin (6-MP)
b) Azathioprine
c) cyclophosphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit
kepala
11. Prognosis
Pada umumnya, sekitar 3% sampai 5% pasien tidak dapat bertahan dengan
penyakitnya, tetapi pada sebagian kecil penderita dapat bertahan dengan gejala
sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengan
keadaan antara lain pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal, mendapat terapi
plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset, progresifitas penyakit lambat dan
pendek, dan terjadi pada penderita berusia 30-60 tahun
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
1. Identitas penderita :
Nama penderita
: An. MH
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 1 tahun 10 bulan
AYAH : Nama
IBU
II.
: Tn. DH
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Nama
: Ny. M
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Alamat
ANAMNESIS
Kiriman Dari
Diagnosa
Aloanamnesis dengan
: Ibu pasien
Tanggal/jam
pasien sembuh.
- Tidak ada riwayat kejang atau asma.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita keluhan
serupa. Riwayat HT (-) DM (-) Asma (-)
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Riwayat antenatal :
Selama kehamilan ibu hanya memeriksakan kehamilan ke bidan namun
tidak rutin. Selama hamil ibu tidak ada riwayat darah tinggi dan kencing
28
manis. Ibu tidak menderita demam tinggi, tidak ada mengalami keputihan
gatal berbau, tidak mengkonsumsi minuman energi pada usia kehamilan 3
bulan, tetapi tidak ada mengonsumsi obat-obatan selain tablet suplemen
besi yang diminum setiap hari. Selama kehamilan nafsu makan ibu cukup
besar, mual-muntah tidak terlalu hebat. Ibu mendapatkan imunisasi satu
kali (ibu lupa apa nama imunisasinya)
Riwayat Natal :
Spontan/tidak spontan
: Spontan
Nilai APGAR
: 2900 gram
: Ibu lupa
Lingkar kepala
: Ibu lupa
Penolong
: bidan
Tempat
Riwayat Neonatal
6. Riwayat Perkembangan
Tiarap
: Ibu lupa
Merangkak
: Ibu lupa
Duduk
: Ibu lupa
Berdiri
: 8 bulan
Berjalan
: 1 tahun 4 bulan
Saat ini
6. Riwayat Imunisasi :
Nama
Dasar
(umur dalam hari/bulan)
1 minggu
Bula
2
4
6
BCG
Polio
n0
Bulan 0
2
Hepatitis B
DPT
Campak
2
4
9
Ulangan
(umur dalam bulan)
6
6
7. Makanan
0 bulan 3 bulan
3 bulan 6 bulan
1,5 tahun
8. Riwayat Keluarga
By. MH
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: pasien
Susunan keluarga :
30
No.
1.
2.
3.
Nama
Tn. DH
Ny. m
An MH
Umur
35 tahun
34 tahun
1 tahun
L/P
L
P
L
Keterangan
Sehat
Sehat
Sakit
Kesadaran
: compos mentis
GCS
: 4-5-1
2. Pengukuran
Tanda vital :
Suhu
: 36,5 C
Respirasi
: 36 x/menit
Berat badan
: 9,5 Kg
Panjang/tinggi badan
: 78 cm
: 14 cm
Lingkar kepala
: 46 cm
31
3. Kulit :
Warna
: coklat
Sianosis
: tidak ada
Hemangioma
Turgor
: cepat kembali
Kelembaban
: cukup
Pucat
: tidak ada
4. Kepala : Bentuk
tidak ada
: mesosefali
UUB
: sudah menutup
UUK
: sudah menutup
- Rambut :
- Mata :
Warna
: Hitam
Tebal/tipis
: Tipis
Distribusi
: jarang
Palpebra
: Edema (-)
Konjungtiva
: anemis (-/-)
Sklera
: ikterik ( -/- )
: cukup
Pupil : Diameter
: 2 mm/ 2 mm
Simetris
: Isokor
: Jernih
Bentuk
: Simetris
Sekret
: Tidak ada
32
- Hidung :
Serumen
: Minimal
Nyeri
: Tidak ada
Bentuk
: Simetris
Lokasi : -
- Mulut :
Epistaksis
: tidak ada
Sekret
: tidak ada
Bentuk
: Simetris
Bibir
: sianosis (-)
Gusi
- Lidah :
Gigi-geligi
Bentuk
: Simetris
Pucat/tidak
Tremor/tidak
Kotor/tidak
- Faring :
Warna
: Merah muda
Hiperemi
: tidak ada
Edem
: tidak ada
Warna
: merah muda
Pembesaran
: T1 / T1
Abses/tidak
: tidak ada
5. Leher :
- Vena Jugularis : Pulsasi
Tekanan
: tidak terlihat
: tidak meningkat
: tidak ada
- Kaku kuduk
: tidak ada
- Massa
: tidak ada
- Tortikolis
: tidak ada
5. Toraks :
a. Dinding dada/paru
Inspeksi : - Bentuk
: simetris
- Retraksi
: tidak ada
- Dispnea
: tidak ada
- Pernafasan
: thorakal
: Simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara Napas Dasar : bronkovesikuler
Suara Tambahan
: Ronki (-/-)
Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Iktus
: tidak terlihat
Palpasi : Apeks
: tidak teraba
Thrill + / -
Lokasi : -
: -
Parastrernalis dekstra
Batas kiri
Batas atas
Auskultasi : Frekuensi
Suara Dasar
: S1 dan S2 Tunggal
Bising
: tidak ada
6. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk
: datar
Palpasi:
: tidak teraba
Hepar
Ginjal
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Massa
: tidak teraba
Nyeri tekan
.
: tidak ada
Perkusi : Timpani/pekak
Asites
Auskultasi
7. Ekstremitas : - Umum
: Timpani
: (-)
: bising usus (+) normal
: akral hangat
35
plegi
Edema
- Neurologi
Lengan
Tungkai
Reflek fisiologis
Kanan
Terbatas
flaksid
Eutrofi
1
BPR (-)
Kiri
Terbatas
flaksid
Eutrofi
1
BPR (-)
Kanan
terbatas
flaksid
Eutrofi
1
KPR (-)
Kiri
Terbatas
flaksid
Eutrofi
1
KPR (-)
Reflek patologis
TPR (-)
Hoffman (-)
TPR (-)
Hoffman (-)
APR (-)
Babinsky (-)
APR (-)
Babinsky (-)
Tromner (-)
Menurun
Tidak ada
Tromner (-)
Menurun
Tidak ada
Chaddock (-)
Menurun
Tidak ada
Chaddock (-)
Menurun
Tidak ada
Gerakan
Tonus
Trofi
Kekuatan
Klonus
Sensibilitas
Tanda meningeal
8. Susunan Saraf
NI
= sde
N II
N VII
= wajah (simetris)
N VIII
= pendengaran (sde)
N IX, X
N XI
N XII
9. Genitalia
10. Anus
IV. RESUME
Nama
: By. MH
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 1 tahun 10 bulan
Berat badan
: 9,5 Kg
Keluhan Utama
Uraian
Kelemahan dirasakan sejak 7 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan muncul tiba-tiba dan makin lama semakin memberat. Keluhan muncul
saat pasien bangun tidur pada pagi hari. Awalnya pasien masih bisa berjalan
namun harus dibantu oleh kedua orang tua. Sehari sesudahnya keluhan semakin
memberat, pasien tidak dapat menggerakkan kedua kakinya. Selanjutnya sehari
kemudian pasien tidak bisa lagi menggerakkan kedua tangan dan kedua kakinya,
sehingga pasien hanya berbaring ditempat tidur. Nafsu makan
menurun dan
pasien juga mengeluhkan sulit BAB. Saat pasien ingin BAB, feses yang keluar
37
hanya sedikit dan bertekstur keras. Tidak ada keluhan demam, kejang, batuk,
pilek, diare, sesak, muntah dan nyeri menelan
Pemeriksaaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Frekuensi Jantung
Frekuensi Pernafasan
: 42 kali/menit
Suhu
: 36,5 C
Kulit
Kepala
: Mesosefali
Mata
GCS : 4-5-1
sklera ikterik
(-/-)
Hidung
Telinga
Mulut
Toraks/Paru
: Simetris,
wheezing (-/-)
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
: akral hangat
38
plegi
Edema
Neurologi
Lengan
Tungkai
Reflek fisiologis
Kanan
Terbatas
flaksid
Eutrofi
1
BPR (-)
Kiri
Terbatas
flaksid
Eutrofi
1
BPR (-)
Kanan
terbatas
flaksid
Eutrofi
1
KPR (-)
Kiri
Terbatas
flaksid
Eutrofi
1
KPR (-)
Reflek patologis
TPR (-)
Hoffman (-)
TPR (-)
Hoffman (-)
APR (-)
Babinsky (-)
APR (-)
Babinsky (-)
Tromner (-)
Menurun
Tidak ada
Tromner (-)
Menurun
Tidak ada
Chaddock (-)
Menurun
Tidak ada
Chaddock (-)
Menurun
Tidak ada
Gerakan
Tonus
Trofi
Kekuatan
Klonus
Sensibilitas
Tanda meningeal
Susunan saraf
NI
= Penciuman (sde)
N II
N III, IV, VI
NV
N VII
N VIII
= Pendengaran (sde)
39
V.
N IX, X
N XI
N XII
Genitalia
Anus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1). PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 17 September 2013
Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Hasil
Trombosit
RDW-CV
MCV
MCH
MCHC
Gran%
Limfosit%
MID%
Gran#
Limfosit#
MID#
299
14,2
75,1
25.6
34.1
55,0
36,8
8.2
4,50
3,0
0,6
11,9
8,1
3.52
34,8
Nilai
Rujukan
11.0 17.0
4.0-10.5
3.40-5.50
35.00
50.00
150 450
11.5 14.7
80.0 97.0
27 32
32.0 38.0
50.0-70.0
25.0-40.0
4.0-11.0
2.50-7.00
1.25-4.0
40
Satuan
g/dl
ribu/ul
juta /u l
vol%
ribu /u l
%
Fl
pg
%
%
%
%
ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul
Kesimpulan:
VI. DIAGNOSIS
1. Diagnosis banding
VIII. PENATALAKSANAAN
-
D5 NS 8 tpm
VIII. PROGNOSIS
I X.
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
PENCEGAHAN
1.
41