Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERWATAN
GUILLAIN BARRE SYNDROME

Di susun Oleh :
Nining
P07120317030

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PALU
PRODI D4 KEPERAWATAN PALU
T.A. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ ASUHAN
KEPERAWATAN GUILLAIN BARRE SYNDROME “. Penulisan ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
keperawatan anak. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data – data sekunder
yang kami peroleh dari buku panduan serta informasi dari media elektronik yang
yang berhubungan dengan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna , oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasameridai segala usaha kita. Amin.

Palu, 5 Februari 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Guillain barre syndrome ( GBS ) adalah sindroma yang
memiliki karakteristik berupa paralisis flaccid asenden simetris yang
berkembang secara cepat, biasanya mengikuti infeksi virus. Adanya riwayat
flu saluran pernapasan atas atau gastrik, infeksi mononukleus atau hepatitis
merupakan hal yang umum. Pemulihan biasanya sempurna, namundapat
dialami kllien sampai 18 bulan, jika derajat yang dipengaruhi cukup luas.
Pemulihan motoric dimulai lebih kurang 10 – 14 hari setelah serangan dari
gejala – gejala tersebut.

2. Rumusan masalah
- bagaimana laporan pendahuluan guillain barre syndrome
- bagaiman asuhan keperawatan pada guillain barre syndrome

3. Tujuan
- Untuk mengetahui laporan pendahuluan guillain barre syndrome
- untuk mengetahui asuhan keperawatan guillain barre syndrome

4. Manfaat
- agar kita mengetahui tentang penyakit guillain barre syndrome
- Agar kita mengetahui asuhan keperawatan pada guillain barre syndrome
1. Defenisi

Guillain barre syndrome ( GBS ) adalah sindroma yang memiliki


karakteristik berupa paralisis flaccid asenden simetris yang berkembang
secara cepat, biasanya mengikuti infeksi virus. Adanya riwayat flu saluran
pernapasan atas atau gastrik, infeksi mononukleus atau hepatitis merupakan
hal yang umum. Pemulihan biasanya sempurna, namundapat dialami kllien
sampai 18 bulan, jika derajat yang dipengaruhi cukup luas. Pemulihan motoric
dimulai lebih kurang 10 – 14 hari setelah serangan dari gejala – gejala
tersebut.
Guillain barre syndrome ( GBS ) adalah proses peradangan akut
dengan karakteristik kelemahan motoric dan paralisis yang disebabkan karena
yang disebabkan karena demyelin pada saraf perifer. istilah lain dari GBS akut
idiopatik polyneuritis¸ Landry Guillain Barre Stohl Syndrome, Landdry’s
paralisis. Sindrom penyakit ini berupa paralisis flasid asenden simetris yang
berkembang secara cepat, biasanya mengikuti infeksi virus. Pada kondisi ini
paran perawat adalah memberi perawatan, proses rehabilitasi, mencegah
komplikasi, memenuhi kebutuhan sehari – hari dan support emosional.
Guillain barre syndrome merupakan kllinik akut dengan karakteristik adanya
neuropati asenden yang terjadi antara 1 sampai 4 inggu setelah infeksi.
Menurut Bosch dalam Iskandar Japardi ( 2002 ) Guillain Barre Syndrome
adalah suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis plasid yang terjadi
secara akut yang berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya
adalah saraf perifer.
2. Patofisiologi

Virus dan atibodi menyebabkan suatu respon peradangan awal dengan


ditandai adanya edema yang mengakibatkan (1) kopresi akar – akar saraf, (2)
segmental demyelination, dan Wallerian degeneration. Kompresi dari serabut
saraf secara dramatis akan mengurangi konduksi saraf sehingga menimbulkan
paratesis ektremitas bawah pada awal akhirnya menyebar pada persendian.
Konduksi saraf dihalangi oleh segmental demeilinated mengakibatkan
paralisis flaccid asenden secara cepat dengan hilangnya sensorik. Bila saraf
tersebut berhubungan dengan otot – otot intakostal dan diafragma yang
mengalami kompresi dan segmental demeilination. Maka sangat potensial
sekali terjadinya disfungsi pernapasan. Saraf – saraf kranial yang paling
umum dipengaruhi adalah N VII, IX, X, XI, dan XII
3. Etioilogi

Secara pasti penyebab GSB tidak diketahui, namun diduga berkaitan dengan :
- Infeksi akut, trauma, pembedahan dan imunisasi 1 – 4 minggu sebelum
tanda dan gejala GSB ( 15% dari kasus ). Virus pada infeksi akut yang
menyebabkan GBS adalah influenza, measles, mumps, rubella, hepatitis,
sedangkan jenis bakterinya dalah Borrelia B, Chlamydia, legionella,
listeria ( Iskandar Japri, 2002 )

- Infeksi saluran pernapasan akut, penyakit gastrointential ( 50% dari


kasus )

- Reaksi immunologi

- Kehamilan atau dalam masa nifas

- Penyakit sistemik seperti pada keganasan, systemic lupus erythematosus

4. Tanda dan Gejala

1. Gangguan motoric

- Kelemahan otot secara asending dengan palalisis flaksid dan atropi

- Kesulitan berjalan menurunya atau tidak adanya refles tendon dalam,


didahului oleh parastesia dua atau tingga minggu setelah mengalami
demam

- Gangguan pernapasan ( dipsnea, menurunnya bunyi napas,menurunya


tidal volume dan kapasitas vital )

- Kehilangan control bowel dan bladder

2. Gangguan sensorik

- Parasethesia
- Nyeri ( kram )

3. Kerusakan saraf kranial

- Kelemaha otot wajah

- Dysphagia

- Diplopia

- Kerusakan saraf kranial ( IX, X, XI, XII )

4. Gangguan sraf otonom

- Tekanan darah tidak stabil, hipotensi postural, hipertensi dengan gejala


vasomotor

- Kardiak distrimia, aritmia

- takhikardi

5. Komplikasi

- Kagagalan jantung

- Kegagalan pernapasan

- Infeksi dan sepsis

- Thrombosis vena

- Emboli paru

- Syndrome Of Inappropriate Secretion Of Antidiuretik (SIADH)

6. Pentalaksana

Penatalaksana pasien GBS adalah :


- Plasmapheresis, dimana plasma klien dipisahkan dari whole blood dan
bahan yang tidak diperlukan
- Pemberian adrenocorticotropic hormone ( ACTH ) untuk memperpendek
lama sakit

- Pemberian cyclophosphamide ( Cytoxan ) dan azathioprine ( imural )


sebagai instruksi

7. Pengkajian

1. Riwayat kesehatan

- Riwayat kejadian / gejala

- Riwayat penyakit ISPA, trauma, pembedahan, imunisasi

- Riwayat hepatitis, influenza

2. Pemerisaan fungi tubuh

a. Fungsi motoric

- Kelemahan otot yang menjalar keatas

- Peresthesi, atropi otot

b. Saraf kranial

Kelemahan saraf fasial ( VII ) ,glossopharigeal ( IX ), vagus ( X ),


menyebabkan kelemahan otot wajah, dysphagia, distritmia, dan
kelemahan jantung
c. Refleks

Tidak adanya refleks tendon dalam


d. Fungsi pernapasan

Bunyi napas berkurang, ekspansi paru kurang, menurunnya PaO2,


peningkatan PaCO2 kapasitas vital kurang dari 155 ml /kg
e. Fungsi jantung

Hipotensi, hipertensi, sinus takhikardi, bradikardia, distritmia


3. Pemerisaan psikososial
- Rasa kecemasan, ketakutan, panic

- Intonasi bicara yang lambat

- Penampilan fisik

- Kemampuan kongnitif

8. Diagnose dan intervensi keperawatan

1. Tidak efektifnya pola napas, tidak efektifnya bersihan jalan


napas,kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kelemahanotot
pernapasan atau paralisis, berkurangnya reflex batuk, imobilisasi

Data pendukung
- Kesulitan bernapas

- Berkurangnya bunyi napas

- Perubahan nilai AGD

- Perubahan warna kulit ( pucat )

- Penurunan kesadaran

- Perubahan feruensi pernapasan, napas pendek

- Penumpukan secret

Kriteria hasil :
- Pernapasan optimal

- Bunyi napas normal

- Jalan napas paten

- Nilai AGD dalam batas normal

Rencana tindakan Rasional


1. Monitor jumlah pernapasan, - Peralisis pernapasan dapat
irama dan kedalamannya terjadi 48 jam
setiap 1 – 4 jam
2. Auskultasi bunyi napas setiap - Bunyi napas indikasi
4 jam adekuatnya ventilasi
3. Pertahankan kepatenan jalan - Jalan napas paten
napas, suction dalam bersihkan
dalam mulut
4. Bantu pasien untuk batuk - Meningkatnya kepatenan jalan
efektif napas
5. Lakukan fisioterapi dada - Mencegah peneumonia dan
atelektasi
6. Kolaborasi dalam pemberian - Pemenuhan kebutuhan oksigen
O2 - Mengetahui perubahan oksigen
7. Monitor AGD dalam darah
- Perubahan AGD akan
8. Kaji tingkat kesadaran dan mempengaruhi tingkat
warna kulit kesadaran dan warna kuli

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan, kelemahan otot, paralisis,


ataksia

Data pendukung
- Pasien menyatakan kelamahan dan paresthesia

- ketidak mampuan melakukan aktivitas

- Adanya kelemahan otot yang menjalar keatas

- Kekuatan otot menurun

- Atropi

- Hilangnya sensori

- Hilangnya reflex tendon

Kriteria hasil :
- Pasien partisispasi dalam perawatan

- Mobilisasi aktif atau pasif

- Tidak terdapat komplikasi berhubungan dengan immobilisasi


Rencana tindakan Rasional
1. Kaji fungsi motoric dan - Paralisis otot dapat terjadi
sensorik setiap 4 jam dengancepat dengan pola
yang makin naik
2. Kaji derajat ketergantungan - Mengidentifikasi
pasien kemampuan pasien dalam
3. Kaji saraf kranial setiap 4 jam kebutuhan ADL
- Saraf yang mungkin
terganggu adalah nervus VII,
4. Bantu ambulasi pasien IX, X, XI, XII
- Menghindari cidera dan rasa
5. Kaji kemungkinan komplikasi aman
- Tromboli paru - Mencegah komplikasi
- Radang immobilisasi
6. Lakukan alih posisi setiap 2 jam
7. Lakukan ROM - Menghindari decubitus
8. Pertahankan sikap tubuh yang - Mencegah atropi
terapeutik pada bahu, lengan, - Bagian yang tertekan
panggul dan tungkai memerlukan perhatian
khusus karena beresiko
9. Gunakan footboard untuk terjadi decubitus
mengganjal tumit - Mencegah foot drop dan
10 Kolaborasi dengan medik kerusakan kulit
dalam pemberian : - Meningkatkan inpus
- Kortikosteroid mencegah komplikasi
- Heparin
- Antibiotic
- imunosupresi

3. Resiko gangguan integritas kulit : decubitus berhubungan dengan


kelemahan otot, paralisis, gangguan sensasi, perubahan nutrisi,
inkontinensia

Data pendukung
- Pasien menyatakan kelamahan dan paresthesia

- Ketidak mampuan melakukan aktivitas

- Adanya kelemahan otot yang menjalar keatas


- Kekuatan otot menurun

- Atropi

- Hilangnya sensori

- Hilangnya reflex tendon

- Perubahan nutrisi

- Inkontinensia

Kriteria hasil :
- Pasien mempertahankan kulit tetap kering dan utuh

- Mempertahankan daerah yang tertekan tetap kering dan utuh, bebas


dari decubitus

Rencana tindakan Rasional


1. Kaji fungsi motoric dan - Paralisis otot dapat terjadi
sensorik setiap 4 jam dengan cepat dengan pola
makin naik
2. Kaji derajat ketergentungan - Mengidentifikasi
pasien kemampuan pasien dalam
3. Monitor daerah yang tertekan kebutuhan ADL
- Menidentifikasi tanda –
4. Jaga kebersihan tempat tidur, tanda awal decubitus
laken tetap bersih, kencang dan - Laken yang basa kotor
rapi memudahkan terjadinya
5. Monitor intake dan output decubitus
nutrisi - Nutrisi yang adekuat
6. Lakukan alih posisi setiap 2 mrengurangi resiko
jam dekubitus
- Melancarkan aliran darah
7. Pertahankan sikap tubuh bagian yang tertekan
terapeutik pada bahu, lengan, - Bagian yang tertekan
panggul dan tungkai memerlukan perhatian
khusus karena beresiko
8. Lakukan massag pada daerah terjadi decubitus
yang tertekan - Memperlancar aliran darah
9. Gunakan alat bantu untuk
mencegah penekanan - Mengurangi resiko ekubitus

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kesulitan mengunyah, menelan, kelelahan, paralisis ekstremitas

Data pendukung
- Pasien mengatakan tidak bisa mengunyah dan menelan

- Pasien mengatakan tangannya tidak dapat digerakkan

- ketidakmampuan melakukan aktivitas

- Terpasang NGT

- Diet makan, nilai gizi

- Berat badan menurun

- Nilai albumin dan Hb

- Tanda – tanda kekurangan gizi

- Adanya mual

- Intake makanan yang masuk tidak sesuai porsi

Kriteria hasil :
- Intake makanan sesuai kebutuhan

- Tidak terjadi aspirasi saat makan

- Tidak terjadi tanda – tanda kekurangan nutrisi

- Pasien toleran terhadap makanan parenteral / persode resido minimal

Rencana tindakan Rasional


1. Kaji kemampuan menelan dan - Identifikasi kemampuan
mengunyah, funsu motoric makan pasien
pada ekstremitas
2. Monitor intake dan output - Menentukan adekuatnya
nutrisi kebutuhan nutrisi pasien
3. Kaji tanda – tanda kurang - Menegtahui status nutrisi
gizi : anemis, nilai albumin pasien
dan Hb - Memenuhi kebutuhan nutrisi
4. Berikan diet makan tinggi
kalori tinggi protein - Menghindari terjadinya
5. Berikan makan personde aspirasi
dengan posisi setengah duduk - Menghindari refluks makan
atau semifowler
6. Berikan posisi duduk setelah
makan - Meningkatnya rasa nyaman
7. Lakukan perawatan mulut dan meningkatnya nafsu
sesudah dan sebelum mkan makan
8. Lakukan perawatan infus - Mencegah terjadi phlebitis
untuk nutrisi parenteral setiap kepatenan infus
hari - Mengetahui status nutrisi
9. Timbang brat badab 3 hari
sekali jika memungkinkan

5. Gangguan eliminasi : konstipasi, diare berhubungan dengan tidak


adekuatnya intake makanan, immobilisasi

Data pendukung
- Pasien menyatakan tidak dapat BAB, diare

- Ketidak mampuan melakukan aktivitas / kurang mobilisasi

- Adanya kelemahan otot yang menjalar keatas

- Pola BAB dirumah

- Meningkat atau menurunya bising usus

- Diet rendah serat

- Fases keras atau cair

Kriteria hasil :
- Pola BAB teratur

- Konstitensi fases lembek

- Bising usus normal


Rencana tindakan Rasional
1. Kaji pola BAB pasien - Menentukan perubahan pola
eliminasi
2. Kaji bising usus, frekuensi, - Bisisng usus yang lambat dan
intensitas lemah memungkinkan
terjadinya konstipasi
3. Berikan diet tinggi serat - Meningkatkan residu makanan
dan memperlancar BAB
4. Berikan banyak minum sesuai - Melancarkan atau
batas toleransi melembekkan fases
5. Lakukan ROM, tingkatkan - Meningkatkan pergerakkan
aktivitas untuk memperlancar BAB
6. Jaga privasi pasien dalam - Meningkatkan keinginan BAB
BAB - Melembekkan fases dalam
7. Berikan obat pelembek fases : memudahkan pengeluaran
laksadin, suppositoria, fases
laxative, dan enema, dan kaji
efektivitasnya

6. Gangguan komunikasi verbal berhubungan paralisis saraf kranial VII,


trakeostomi

Data pendukung
- Kesulitan dalam komunikasi

- Pengunaan Bahasa isyarat

- Paralisis saraf fasialis

- Adanya trakeostomi

Kriteria hasil :
- Pasien dapat mengekspresikan diri secara verbal dan non verbal

- Mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhan kepada saraf atau


pengunjung

Rencana tindakan Rasional


1. Kaji kemampuan komunikasi - Identifikasi kemampuan
pasien verbal / non verbal komunikasi pasien
2. Gunakan pertanyaan tertutup - Memudahkan pasien untuk
dengan jawaban “ya” atau menjawab
“tidak”
3. Bicara pelan dan terjadi kontak - Komunikasi mudah dipahami
mata
4. Gunakan Bahasa isyarat - Membantu memudahkan
komunikasi

5. Konsultasikan dengan speck - Penanganan lebih lanjut


terapi dalam latihan bicara

6. Komunukasikan kepada -
Keluarga tidak memaksakan
keluarga dan staf perawat unntuk berkomunikasi secara
tentang gangguan komunikasi verbal sehingga
mengakibatkan rasa frustasi
pada pasien
7. Tidak efektifnya koping pasien sehubungan keadaan penyakit pasien

Data pendukung
- Apatis

- Sensitive

- Susah tidur

- Menarik diri

Kriteria hasil :
- Pasien dapat mendemonstrasikan koping yang efektif

- Pasien dapat memandang secara realistic tentang penyakitnya

- Pasien dapat mengekspresikan perasaan kehilangan dan berespon


positif terhadap keadaan dirinya

- Pasien kooperatif dan berpartisipasi terhadap perawatan dirinya

Rencana tindakan Rasional


1. Kaji perilaku dan mekanisme - Penyakit GBS dapat
koping pasien menimbulkan perubahan
perilaku dan gaya hidup
2. Gali perasaan dan ketakutan - Memberikan kesempatan
terhadap penyakitnya kepada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
3. Berikan kesempatan pasien - Membantu menurunkan
untuk mengungkapkan secara keteganggan
verbal tentang gambaran masa
depan
4. Libatkan pasien untuk - Pasien merasa dihargai dan
berpartisipasi dalam perawatan meningkatkan harga diri
diri sesuai kemampuannya
5. Hargai kemampuan yang telah - Meningkatkan harga diri
dimiliki pasien pasien
6. Kolabborasi dengan psikolog /
psikiater dalam meningkatkan - Membantu meningkatkan
kemampuan koping pasien koping yang positif

8. Kurangnya pengetahuan pasien / keluarga berhubungan dengan penyakit,


pengobatan, prognosis, dan perawatannya
Data pendukung
- Pasien / keluarga menyatakan tidak mengetahui penyakitnya

- Pasien keluarga tidak kooperatif dalam perawatan pasien

- Pasien / keluarga menanyakan tentang penyakitnya

Kriteria haisil :
- Pasien / keluarga memahami tentang penyakit, prognosis, pengobatan
dan perawatanya

- Pasien / keluarga kooperatif dalam perawatan

Rencana tindakan Rasional


1. Kaji pengetahuaan pasien - Mengidentifikasi tingkat
tentang penyakitnya pengetahuan pasien tentang
penyakitnya
2. Berikan informasi verbal dan - Memahami tentang
non verbal tentang penyakitnya penyakitnya
3. Berikan kesempatan pada - Memperjelas materi yang
pasien untuk bertanya diberikan
4. Berikan tanggapan yang positif - Memberikan motivasi dalam
dan realistic tentang perawatan pasien
penyakitnya

BAB II
TINJAUAN ASKEP
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Nn. R
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : Sma
Pekerjaan : Pelajar
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Pasuruan
Tanggal masuk : 25 oktober 2018
Tanggal pengkajian : 26 oktober 2018
No register :-
Diagnose medis : Guillain barre syndrome ( GBS )

b. Identitas penanggung
Nama : Ny. M
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Pasuruan
Hubungan dengan klien : Ibu

2. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama masuk RS : Sesak
2. Keluhan utama saat pengkajian : Sesak
3. Riwayat keluhan utama : pasien mengatkan sesak dan batuk ± 3 hari
sebelum masuk RS sesak bertambah jika secret keluar dan kepala dalam
posisi datar, berkurang jika secret dibersihkandan kepala agak
dikeataskan
4. Keluhan lain yang menyertai : batuk
5. Riwayat kesehatan masa lalu : pasien mengatakan tidak pernah sakit
sebelumnya
6. Riwayat kesehatan keluarga : ibu pasien mengatakan tidak ada anggota
keluarga mengalami penyakit serupa
7. Riwayat alergi : tidak ada alergi terhadap makanan, minuman, dan obat
– obatan
3. Pemeriksaan
a. pemeriksaan umum
- kesadaran umum : lemah
- TD 120/90 mmHg
- RR 19 kali/menit
- nadi 120 kali/menit
- suhu 37 oC
b. Pemeriksaan fisik
- kepala : rambut rontok, distribusi rata, kotor
- mata : sklera putih, konjungtiva merah muda
- hidung : terpasang NGT
- mulut : bibir kering, terpasang canule kateter, tidak ada karies, kotor
- leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, maupun bendungan vena
jugularis
- thorak : dad bulat rata, simetris, suara paru sonor, jantung pekak, suara
napas ronchi, terdapat tarikan intercostae
- abdomen : tidak melebihi thorak, bising usus 15 x/menit, tidak teraba
hapar dan lien, suara perut tympni
- ekstremitas :
- atas : tidak edem, tangan kiri terpaang infus RL 16 tetes/ menit, sulit
jika bergerak sendiri, akral hangat
- bawah : kedua kaki tidak dapat bergerak, tidak ada varices
- genetalia : tidak ada varices, terpasang DC dengan urine tamping 100
cc/2 jam
c. Pemeriksaan penunjang
- Hb : 7 gr/dl
- Ph : 35,8
- PO2 : 64 mmHg
- HCO3 : 25 mmol/L
- BE : 1,3 mmol/L
d. Terapi
- infus RL 16 tetes/menit
- injeksi : - Vit C 1x1 amp/IV
- Vit K 1x1 amp/IM
- Metalcobal 1x1 amp/IM
- Ranitidine 1 amp/IV
4. Klasifikasi data
1. Data subjek
- pasien mengatakan sesak
- pasien mengatakan badanya lemah, pegal, segala keperluan dibantu
oleh perawat atau ibunya
- pasien mengakan badanya tersa sakit semua
- pasien merasa sakit jika badanya digerakkan

2. Data objek
- terdapat alat bantu pernapasan
- terdapat tarikan intercostae
- suaranapas ronchi
- pasien bedrestdibantu perawat tiap 2 jam
- pasien menyeringai kesakitan saat badanya dimiringkan
- pasien mendapat diet TKTP 3 x 100cc, PE 2x 100cc, juice 1 x 200cc
- pasien makan lewat sendok
- TD : 120/90 mmHg
- RR 18 kali/menit
- Nadi 120 kali/menit
- Suhu 36 oC

5. Analisa data
Data Masalah
Ds : pasien mengatakan sesak
Do : - terdapat alat bantu pernapasan
- terdapat tarikan intercostae Penumpukan secret
- suaranapas ronchi

Ds : pasien mengatakan badanya lemah,


pegal segala keperluan dibantu oleh
perawat
Do : Kerusakan neuro muskuler
- TD : 120/90 mmHg
- RR 18 kali/menit
- Nadi 120 kali/menit
- Suhu 36 oC

Ds : pasien mengatakan badanya terasa Kerusakan neuro muskuler


sakit semua ( parestesia )
Do : pasien merasa sakit jika badanya
digerakkan
Ds : -
Do : Gagal menelan
- Pasien makan lewat sendok
- Pasien mendapat diet

6. Diagnosa dan intervensi keperawatan


Diagnosa Tujuan
Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan
efektif berhubungan keperawatan 15 – 20 menit
dengan akumulasi secret diharapkan secret dapat berkurang
dengan kriteria hasil :
- Pasien mengerti tentang
penumpukan secret dan cara
menguranginya
- Pasien bersedia untuk dilakukan
suction
- Secret berkurang
- Ronchi hilang
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam
kerusakan neuromuskuler diharapkan mobilisasi fisik dapat
berkurang dengan kriteria hasil :
- Pasien mengerti dan dapat
menjelaskan kembali penyebab
gangguan mobilisasi fisik
- Pasien bersedia melakukan
rentang gerak pasif
- Pasien dibantu perawat
menggerakkan kaki dan
tanganya
Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan
nyeri berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam
kerusakan neuromuskuler diharapkan nyeri berkurang dengan
( paresthesia ) kriteria hasil :
- Pasien tidak merasa nyeri
- Pasien tenang
- Nyeri berkurang
- Ekspresi wajah tidak
menyeringai lagi
- Pasien dapat menggerakkan
kaki dan tanganya, akral hangat
Perubahan pola nutrisi Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan gagal keperawatan selama 1x24 jam
menelan diharapkan kebutuhan nutrisi
meningkat dengan kriteria hasi L:
- Pasien dapat menjelaskan akibat
dari nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
- Pasien bersedia mengikuti terapi
yang diberikan oleh dokter dan
ahli gizi
- Pasien nampak lebih baik dan
tidak lagi terlihat lemas

7. Implementasi dan evaluasi


implementasi Evaluasi
fisioterapi S:-
- Pasien dengan alergi akan O : pasien sesak, suara napas ronchi
sesak masih ada, dan masih terdapa alat
- Observasi TTV bantu pernapasan
- TD : 120/90 mmHg A : tujuan belum tercapai
- RR 18 kali/menit P : rencana tetap dilanjutkan
- Nadi 120 kali/menit
- Suhu 36 oC
- Rawat aracheostomi
Kasa penuh lender
- Auskultasi bunyi napas
Suara napas ronchi
Ronchi berkurang
Secret kental dan banyak
- Fisioterapi atas
- Klien tidak sesak
- Ronchi berkurang
- Secret kental banyak
- Berikan kepada pasien posisi S:-
yang nyaman O : klien nampak masih lemah
- Beri penjelasan kepada pasien A : tujuan belum tercapai,
dan keluarga pasien tentang P : lanjutkan intervensi
pnyakitnya
- Observasi TTV pasien
- Ubah posisi pasien setiap 2 jam
Menjelasjan kepada pasien tentang S : nampak lemah
teknik relaksasidan distrik dengan O : Mobilisasi dengan bantuan jam
mengalihkan pasien pasien jika ia A : tujuan belum tercapai
bosan atau rewel P : lamjutkan perencanaan
Menganjukan pada pasien untuk S:-
menari napas dalam segera minta O : klien nampak lemah,
perawat untu membantu memberikan A : tujuan belum tercapai
posis yang nyaman P : lnjutkan perencanaan:

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Guillain barre syndrome ( GBS ) adalah proses peradangan akut
dengan karakteristik kelemahan motoric dan paralisis yang disebabkan karena
yang disebabkan karena demyelin pada saraf perifer. istilah lain dari GBS akut
idiopatik polyneuritis¸ Landry Guillain Barre Stohl Syndrome, Landdry’s
paralisis. Sindrom penyakit ini berupa paralisis flasid asenden simetris yang
berkembang secara cepat, biasanya mengikuti infeksi virus.

Saran
Disarankan untuk para pembaca untu bisa memahami yangtelah kami
buat karena tidak menutup kemungkin kita bisa kapan sja untuk menderita
penyakit apapun itu

DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto. 2013 keperawatan medical bedah gangguan system saraf. Jakarta.
CV sagung seto
Widagdo wahyu, S.KP, M. Kep, Sp. Kom Dkk. 2008. Asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan system persarafa.. Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai