Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN
“myasthenia Gravis”

Dosen : Iwan, S. Kep. Ns. M. Kes

Di susun oleh :

Nining
P07120317030

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PALU
PRODI D4 KEPERAWATAN
T.A. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas asuhan keperawatan ini dengan judul
“MYASTHENIA GRAVIS” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
Asuhan keperawatan ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi
mahasiswa-mahasiswi Keperawatan poltekkes palu.

Saya sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan tentunya sadar akan segala
kekurangan dalam pembuatan asuhan keperawatan ini,dan saya akan sangat bangga
apabila asuhan keperawatan yang saya susun ini mendapatkan saran maupun kritik
yang bersifat membangun. Tidak lupa saya haturkan permohonan maaf apabila asuhan
keperawatan yang saya buat terdapat suatu kesalahan.

Terakhir saya sampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah
membaca asuhan keperawatan ini. Semoga ini dapat bermanfaat dan dapat
memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Palu, 5 Februari 2019

Penyusun
TEORI
MYASTHENIA GRAVIS

A. PENGERTIAN
Myasthenia gravis (MG) adalah penyakit kelemahan otot grave dengan
karateristk remisi dan eksarbasi. MG adalah penyakit kronis, neuromuskular,
autoimun yang bisa menurunkan jmlah dan aktifitas reseptor Acethylcholine
(ACH) pada Neuromuscular Junction.

B. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, neurotransmiter Ach dilepaskan neuromuscular junstion,
menyebar melalui celap sinap dan bergabung denga reseptor Ach pada membran
pasca sinap dari serabut otot. Hal ini b=merubah permeabilitas membran terhadap
kalium dan natrium, sehingga terjadi depolarisasi. Bila sudah mencapai
depolarisasi maka potensial aksi akan terjadi bersamaan dengan terpencarnya
sarkolema yang menimbulkan kontraksi serabut otot. ACH dihancurkan oleh
enzim Acethylcolinesterease setelah terjadi pengiriman menuju neuromuscular
junction. Patologi utama kelainan MG adalah ketidakmampuan menyebarkan
rangsang saraf ke otot skeletal pada neuromuscular junction, kelainan terlihat
akibat kekurangan Ach yang dilepaskan dari terminal membran sebelum sinap atau
karena adany a penurunan jumlah normal reseptor Ach. Kemungkinan diakibatkan
adanya cidera pada autoimmune. Pada skitar 60-90% orang menderita MG dan
bayi dengan neunatal myasthenia pada protein reseptor Ach terdapat antibodi.
Antibodi ini tidak bertambatan dengan reseptor Ach pada membaan pasca sinap.
Tidak ada metunjuk yang jelas apakah MG termasuk dalam penyakit saraf pusat
atau perifer. Penampilan otot secara mikroskopis biasa tanpa adanya atropi. Secara
mikroskopis infiltrasi limposit dapat terlihat dalam otot-otot dan organ lain dengan
menggunakan mikroskop, tetapi penemuan ini tidak tetap.
Kelenjar timus sering abnormal. Tumor kelenjar timusatau timoma,
diperkirakan telah terjadi 15% kasus dan yang menujukkan hiperplasia pada timus
sekitar 80% kasus. Belum diketahui secara pasti apa yang sebenarnya peranan
thymus. Tetapi diperkirakan sebagai stimulus antigenik yang memproduksi anti
Ach reseptor antibodi, dan ada juga hubungan yang sangat erat antara MG dengan
hpertiroidism.
C. ETIOLOGI
Meskipun faktor presipitasi masih belum jelas, tetapi menurut penelitian
menunjukkan bahwa kelemahan myasthenic diakibatkan dari sirkulasi anti-bodi ke
reseptor Ach. Menurut hipotesis bahwa sel-sel myoid ( sel-sel thymus yang
menyerupai sel-selo otot skeletal ) sebagai tempat yang paling terjangkit penyakit.
Virus bertanggung jawab terhadapt cidera sel-sel ini, yang manan menyebabkan
pembentukan antibodi. Penelitian lain mengemukakan bahwa lymphocytic thymic
dari orang yng mengidap MG dapat mensintensa Ach reseptor Antibodi (Achrab)
kedalam vitro dan vivo yang mennimbulkan perbedaan mode thymic yang
dipengaruhi.

D. KLASIFIKASI
Menurut oscerman penyakit myasthenia Gravis dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
1. Kelas I : myasthenia ocular.
 Ptosis dan diphlopia (penglihatan ganda )
 Ringan, tidak menimbulkan kematian.
2. Kelas IIA : myasthenia umum ringan dengan lambat.
 Berkembangan
 Tidak gawat.
 Responsis terhadap otot.
 Tingkat kematian rendah.
3. Kelas IIB : myasthenia umum sendang.
 Beberaapa skeletal dan bulbar rusak.
 Tidak gawat.
 Kurang respon terhadap obat-obatan.
 Mortalitas rendah.
4. Kelas III : myasthenia fluminan.
 Perkembangan penyakit cepat dengan terjadi krisis
resporatory.
 Reaksi terhadap obat tidak baik.
 Terjadinya thyoma tinggi.
 Mortalitas tinggi.
5. Kelas IV : myasthenia berat akhir.
 Berkembang selama 2 tahun dari ke kelas I ke kelas
II.
 Tidak baik dalam merespon pengobatan.
 Mortalitas tinggi.

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis myasthenia meliputi gravis meliputi :
 Kelelahan
 Wajah tanpa ekspresi.
 Kelemahan secara umum, khususnya pada wajah, rahang, leher, lengan, tangan
dan atau tungkai. Kelemahan meningkat pada saat pergerakan.
 Kesulitan dalam mengangkat lengan diatas kepala atau meluruskan jari.
 Kesulitan menelan
 Kesulitan mengunyah.
 Kelemahan, nada tinggi suara lembut.
 Ptosis dari satu atau kedua kelopak mata.
 Kelumpuhan okular.
 Diplopia.
 Ketidakmampuan berjalan dengan tumit, namun berjalan denga jari kaki.
 Kekuatan makin menurun sesuai dengan perkembangan.
 Inkontinensia stress.
 Kelemahan pada shincher anal.
 Pernafasan dalam, menurun kapasitas vital, penggunaan otot-otot aksori.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis klien myasthenia gravis meliputi :
 Pembedahan.
 Plasmapharesis.
 Thymectomy.
 Tracheosthomy
 Ventilasi mekanik/terapi oksigen.
 Terapi fisik.
 Terapi okupasi.
 Obat-obatan : Anticholinesterase, kortikosteroid, hormon pituitary.
 Dukungan nutrisi.
G. PENGKAJIAN
 Riwayat keperawatan : kelemahan otot (meningkat dengan mengerahan tenaga,
membaik bila istirahat, tiba-tiba cepat lelah) : kesulitan menelan dan
mengunyah, diplopia, tumor kelenjar timus.
 Pemeriksaan fisik : kelemahan motorik pada lengan dan tungkai kesulitan
senyum, mengunyah, menelan, berbicara lambat, disartrik, ptosis, gangguan
keseimbangan, status pernafasan.
 Psikososial : usia, jenis kelamin, pekerjaan, peran, dan tanggung jawab yang
bisa dilakukan, penerimaan terhadap kondisisi, koping yang biasa digunakan,
status ekonomi dan penghasilan.
 Pengetahuan kilen dan keluarga : pemahaman tentang penyakit, komplikasi,
prognosa dan pengobatan, kemampuan membaca dan belajar.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot.
2. Pola bernafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot.
3. Gangguang pertukaran gas berhubungan dengan aspirasi.
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
5. Ketidakmampuan dalam aktifitas berhubungan dengan kelemahan otot.
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi.
7. Resiko cedera berhubungan dengan tidak sempurnanya penutupan kelopak
mata.
8. Perubahan persepsi sensorik : penglihatan berhubungan dengan kelemahan
penglihatan pada mata.
9. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan otot.
10. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan
kelemahan otot, kelelahan, gangguan saluran pencernaan.
11. Perubahan dalam eliminasi feses : konstipasi, diare berhubungan dengan efek
samping dari terapi obat, immobilisasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. CL DENGAN PENYAKIT
NYASTHENIA GRAVIS

1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. CL
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : swasta
Suku bangsa : Minang
Alamat : Palembang
Tanggal masuk : 25 oktober 2018
Tanggal pengkajian : 26 oktober 2018
No register :-
Diagnose medis : Myasthenia gravis

b. Identitas penanggung
Nama :Tn. B
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Suku bangsa : Minang
Alamat : Palembang
Hubungan dengan klien : Suami
2. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama masuk RS : sesak napas
2. Keluhan utama saat pengkajian : sesak napas
3. Riwayat keluhan utama : 10 hari sebelum masuk rumah sakit pasien
mengaloami sesak napas ketika tidur 2 bantal dirasa cukup nyaman,
kemudian pasien merasakan sesaknya bertambah para. Hinnga pasien
dilarikan ke IGD rumah sakit
4. Keluhan lain yang menyertai :
5. Riwayat kesehatan masa lalu : pasien mengatakan tidak pernah sakit
sebelumnya
6. Riwayat kesehatan keluarga : ibu pasien mengatakan tidak ada anggota
keluarga mengalami penyakit serupa
7. Riwayat alergi : tidak ada alergi terhadap makanan, minuman, dan obat –
obatan
3. Pemeriksaan fisik
Pengkajian sekunder :
a. Airway
pasien terpasang ETT dimulut dengan kedalaaman 7,5/20, terdapat sedikit
secret berwarena putih dan tidak kental pada ETT ketika dilakukan
suctioning, sedangkan secret dimulut banyak, terlihat seperti air ludah
berwarna putih tidak kental, dan tidak berbau.
b. Breathing
irama napas pasien tidak teratur RR 10x/menit, menggunakan alat bantu
napas ventilator, dengan volume tidal 34,9 MV 4.0 PPEP 5, Fio2 35% l;E
ration 1,2,3, tidak terdapat suara napas tambahan, pasien belum dapat
bernapas spontan
c. Circulation
TD : 149/84 mmHg, HR 74 x/menit, CRT : 2detik, SPO2 100%
d. Kesadaran ( disability )
GCS E4M6VT
Pengkajian system :
1 . System neurologi
Kesadaran : GCS E4M6VT, terpsang ventilator
Kejang : tidak terdapat kejang saat pengkajian
Reflex hamer : tidak dapat dikaji
2. System penglihatan
Bentuk : simetris
Visus : tidak dikaji
Konjungtiva : anemis
Ukuran pupil iskor +/+
Akomodasi : baik
Tenda rang : tidak ada
3. System pendengaran ( THT )
ABD : tidak menggunakan ABD
Reaksi alergi : tidak ada
Kesulitan menelan : tidak dikaji
4. System pernapasan
Pola napas : tidak teratur
Respirasi rate : 10 x/menit
Suara paru ronchi (-), wheezing (-)
Sesak napas : terdapat sesak saat weaning ventilator
Batuk : tidak terdapat batuk
Sputum : ada suctioning, jumlah sedikit di ETT
Nyeri : skala 3
Trauma dada : tidak ada
5. System kardiovaskuler
HR : 74 x/menit
TD : 149/84 mmHg
CRT : 3 detik
Suara jantung : BJ I/II (+), gallop (-), murmur (-)
Edema : tidak terdapat edema
Nyeri : skala 3
Palpasi : sinus rhytmi
BAAL : terdapat kesemuatan daerah femur dextra
Perubahan warna kulit : mukosa bibir kering
Kuku : terliha pucat
Akral : teraba dingin
Clubbing finger : tidak ada
6. System pencernaan
Nutrisi : - intake total/3jam : 940 ml
- output total/3jam : 690 ml
- nafsu makan : tidak dikaji
- jenis diet : diet cair ( susu ) 3x200 kkal, diet BSB 3x300 kkal
- mual dan muntah (-)
- BB 50 kg
- TB 155
Eliminasi : - BAB 1xsehari
- BAK mengunakan pempres dan keteter urine, urine berwarna
kuning
- kateter : memakai kateter
- urine output 600 ml/3jam

7. System musculoskeletal
Kekuatan otot : pergerakkan ekstremitas atas dan bawah pasien dapat
bergerak sendiri ( dengan keinginan pasien ), terpasang CVC di vena
subclavia sinistra
Skala nyeri : 3
Edema : tidak terdapat edema pada ekstremitas atas
8. System integument
Pasien terlihat tira baring dengan posisi supansi kepala up 35o
Warna kulit : pucat
Itegritas kulit : kulit tampak kering, tidak terdapat luka decubitus , akan
tetapi bagian punggung pasien teraba lembab
Turgor kulit : elastis, CRT : 3 detik

4. Periksaan penunjang
- Tulang – tulang ada scoliosis ringan vertebra torakolumbal kanan
- Cor besar promment
- Pulmo ada gambaran halus padat dihilus kiri dd/variasi normal

5. Klasifikasi data
1. Data objek :
- terpasang endotracheal tube pada mulut pasien
- terpasang ventilator
- volume tidal 34,9 MV 4.0 PPEP 5, Fio2 35% l;E ration 1,2,3,
- pasien terlihat sesak saat weaning ventilator
- psien terlihat tidak dapat berbicara
- pasien terlihat bedrest
- bagian punggung klien terapa lembab
- posisi pasien supansi kepala up 35o
2. Data subjek : -

6. Analisa data
Data Problem
Ds : -
Do :
- terpasang endotracheal tube pada Ketidak efektifan pola napas
mulut pasien
- terpasang ventilator
- volume tidal 34,9 MV 4.0 PPEP 5,
Fio2 35% l;E ration 1,2,3,
- pasien terlihat sesak saat weaning
ventilator

Ds :
Do :
- terpasang endotracheal tube pada
mulut pasien Hambatan komunikasi verbal
- psien terlihat tidak dapat berbicara

Ds :
Do :
- pasien terlihat bedrest Resiko tinggi kerusakan
- bagian punggung klien terapa integritas kulit
7. lembab
- posisi pasien supansi kepala up 35o

Diagnosa keperawatan
1. ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan kelemahan otot
pernapasan
2. hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan kelemahan otot faring,
laring, pemasangan endotrakheal tube
3. resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
8. Asuhan keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
ketidak Setelah dilakukan - monitor TTV - mengobservasi
efektifan pola tindakan - lakukan data dasar
napas keperawatan 2x24 suction pada - untuk
berhubungan jam, diharapkan ETT mempertahankan
dengan pasien tidak - monitor patensi jaln napas
kelemahan otot mengalmi gangguan respirasi dan - respirasi dan
pernapasan pola pernapasan status O2 status O2
dengan kriteria hasil - monitor - menjaga
: fungsi keefektifan
- menunjukan jalan ventilator fungsi ventilasi
napas yang paten
- TTV dalam
keadaan normal
Tidak terdapat sesak
- Pasien
menunjukan
kemampuan
weaning ventilator
hambatan Setelah dilakukan - Kaji - kelemahan otot
komunikasi tindakan keprawatan kemampaun – otot bicara pada
verbal selam 2x24 jam komunikasi pasien miastenia
berhubungan diharapkan pasien gravis dapat
dengan komunikasi verbal - lakukan berakibat pada
kelemahan otot pasien tidak metode komunikasi
faring, laring, terhambat dengan komunikasi - membantu
pemasangan kriteria hasil : yang ideal menurunkan
endotrakheal - pasien mengalami - antisipasi dan frustasi oleh
tube peningkatan dalam bantu karena
mengungkapkan kebutuhan ketergantungan
ekspresinya secara pasien atau ketidak
non verbal mampuan
- pasien mampu berkomunikasi
mengkordinasikan
gerakan dalam
menggunakan
isyarat
- pasien mampu
mengkomunikasikan
kebutuhannya baik
secara verbal
maupun non verbal
resiko tinggi Setelah dilakukan - rapikan - menghindarkan
kerusakan tindakan keperawata tempat tidur kerutan pada
integritas kulit selama 2x24 jam pasien tempat tidur
berhubungan diharapka integritas - bantu pasien karena kerutan
dengan tirah kulit terjaga baik melakukan dapat membekas
baring dengan kriteria hasil personal pada kulit
: hygiene - pemenuhan
- tidak terdapat - bantu pasien personal hygiene
luka/lesi pada kulit untuk dengan sabun,air
- turgor kulit elastis mobilisasi hangat dapat
- kulit tidak kering - monitor membersihkan
integritas kulit kulit dari kotoran
oleskan lotion - mengubah
terutama pada posisi tiap 2 jam
daerah yang dapat
tertekan menghindarkan
terjadinya
decubitus
- menjaga kulit
agar tidak kering

8. Implemntasi dan evaluasi


Implementasi Evaluasi
- monitor TTV S:-
- lakukan suction pada ETT O:
- monitor respirasi dan status O2 - terdapat sedikit secret saat dilakukan
- monitor fungsi ventilator suction
- ventilator berfungsi dengan baik
A : masalh teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi
- Kaji kemampaun komunikasi pasien S : -
- lakukan metode komunikasi yang O:
ideal - pasien belum bisa menggunakan
- antisipasi dan bantu kebutuhan komunikasi verbal
pasien - pasien terlihat meminta bantuan
dengan gerakkan tanganya
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- rapikan tempat tidur pasien S:-
- bantu pasien melakukan personal O:
hygiene - pasien terlihat bedrest
- bantu pasien untuk mobilisasi - tidak telihat kerutan pada tempat
- monitor integritas kulit oleskan tidur
lotion terutama pada daerah yang A : tujuan tercapai sebagian
tertekan P : pertahankan intervensi

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Miastenia gravis adalah kelemahan otot yang cukup berat myasthenia
gravis dapa mempengaruhi orang orang disegala umur. Namunlebih sering
terjadi kepada wanita sehingga kita sebagai perawat harus dimana terjadi
kelemahan otot – otot secara cepat dengan lambatnya pemulihan bisa
menentukan diagnose keperawatan pada pasien dengan miastenia gravis serta
perlu melakukan beberapa tindakan dan asuhan kepada pasien dengan masalah
tersebut.

Saran
Sebagai perawata disarankan memberikan dukungan kepada pasien dan
menganjurkan pasien maupun keluargauntuk tidak putus asah pada
kemungkinan terburuk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk
melakukan terapi yang dianjurkan, selain itu perawat harus juga
memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak yang terjadi pada
saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita miastenia gravis
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto. 2013 keperawatan medical bedah gangguan system saraf. Jakarta.


CV sagung seto

Widagdo wahyu, S.KP, M. Kep, Sp. Kom Dkk. 2008. Asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan system persarafa.. Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai