Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN MIESTANIA GRAVIS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis


Dosen pengampu : Ns. Achmad Abdul Lutfbis S.Kep,. S.H,. M.Kep

Disusun Oleh
Kelompok II

1. Nayla Yusrotul Z. ( 19216114 )


2. Novitasari ( 19216120 )
3. Nurul Rezaini ( 19216125 )
4. Nur Nazla Muffidah ( 19216133 )
5. Quintyna Azzahra Mochren Yusuf ( 19216140 )
6. Ria Amelia ( 19216148 )
7. Ridayanti ( 19216151 )
8. Ridayanti ( 19216151 )
9. Safrani ( 19216156 )

Tingkat 4C Keperawatan
UNIVERSITAS YATSI MADANI
Jl. Arya Santika No.40 A, Bugel, Margasari, Karawaci Kota Tangerang
Telp : (021) 55726558/55725974 Fax : (021) 22252518

i
Email : stikesyatsi@yahoo.com

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu dan semaksimal mungkin dalam tugas mata kuliah
Keperawatan Kritis
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung, membantu, memberi masukan dan
memfasilitasi penyusunan makalah ini sehingga berjalan dengan lancar.
Diantaranya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya.
2. Drs. Trisan Jaya, Msi. M.M, Selaku Rektor Universitas Yatsi Madani
3. Machmud Igbal Syam, SE., MM Selaku Kepala BPMU
4. Lastri Mei Winarni, S.ST., M.Keb Selaku Kepala Bagian Sistem Penjaminan
Mutu Internal
5. Ns. Febi Ratna Sari, S.Kep.,M.Kep. Selaku Kepala Bagian Sistem Penjaminan
Mutu Eksternal
6. Ns. Rina Puspita Sari, S.Kep. M.Kep. Sp. Kom Kepala Program Studi S1
Keperawatan
7. Ns. Meynur Rohmah, S.Kep., M. Kes Sekretaris Program Studi S1 Keperawatan
8. Ns. Achmad Abdul Lutfbis S.Kep,. S.H,. M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Kritis
9. Teman-teman yang telah mendukung pembuatan makalah ini, dan Semua pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran,
kritik dan masukan sebagai penyempurnaan kedepannya agar lebih baik.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah wawasan kita dalam mempelajari Keperawatan Gawat Darurat.

ii
Tangerang, 24 oktober 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1


1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori3
a. Populasi
b. Rentang 4
c. Gangguan Me
d. ntal (mental di
e. sorder)4
f. Penyakit cacat/disabilitas6
g. Tunawisma/glandangan7
h. Asuhan Keperawatan8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan23
B. Saran23

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Miastenia gravis (MG) adalah suatu bentuk kelainan pada transmisi neuromuskular / disorders of
neuromuscular transmission (DNMT) yang paling sering terjadi. Kelainan pada transmisi neuromuskular /
disorders of neuromuscular transmission (DNMT) yang dimaksud adalah penyakit pada taut antara serat saraf
dan serat otot / neuromuscular junction (NMJ). Pada miastenia gravis (MG) terjadi permasalahan transmisi
yang mana terjadi pemblokiran reseptor asetilkolin (AChR) di serat otot (post synaptic) mengakibatkan tidak
sampainya impuls dari serat saraf ke serat otot (tidak terjadi kontraksi otot). Miastenia gravis (MG) ditandai
oleh kelemahan otot yang kembali memulih setelah istirahat. Miastenia dalam bahasa latin artinya kelemahan
otot dan gravis artinya parah.
Departemen kesehatan Amerika Serikat mencatat jumlah pasien miastenia gravis diestimasikan
sebanyak 5 sampai 14 dari 100.000 orang populasi pada seluruh etnis maupun jenis kelamin. Angka tersebut
jauh berbeda dengan angka insidensi di wilayah Eropa seperti Inggris, Italia, dan pulau Farou di Islandia yaitu
sebesar 21-30 per 1.000.000 populasi. Di Indonesia sendiri belum ditemukan data yang akurat terkait angka
kejadian miastenia gravis (MG). Yayasan Miastenia Gravis Indonesia (YMGI) selaku support group utama
sampai saat ini masih mengupayakan pendataan yang maksimal terkait jumlah pasien miastenia gravis (MG)
di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan miastenia gravis?
2. Apa etiologi miastenia gravis?
3. Bagaimana patofisiologi miastenia gravis?
4. Apa saja klasifikasi miastenia gravis?
5. Apa saja manifestasi klinis miastenia gravis?
6. Apa saja penatalaksanaan miastenia gravis?
7. Bagaimana pathway miastenia gravis?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang miastenia gravis?
9. Bagaimana Asuhan keperawatan miastenia gravis?

5
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan miastenia gravis
2. Untuk mengetahui apa etiologi miastenia gravis
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi miastenia gravis
4. Untuk mengetahui apa aja klasifikasi miastenia gravis
5. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis miastenia gravis
6. Untuk mengetahui apa aja penatalaksanaan miastenia gravis
7. Untuk mengetahui bagaimana pathway miastenia gravis
8. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang miastenia gravis
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan miastenia gravis

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Myasthenia Gravis (MG) adalah kelainan autoimun kronik dari transmisi neuromuscular yang
menyebabkan kelemahan otot. Myasthenia Gravis berasal dari Bahasa Yunani “Myasthenia” yang berarti
kelemahan otot, dan Bahasa Latin “Gravis” yang artinya berat. Istilah myasthenia gravis berarti kelemahan
otot yang berat (Hughes, 2005 dalam Tugasworo, 2021).
Miastenia Gravis ditandai oleh suatu kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang
dipergunakan secara terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas. Bila penderita
beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot akan pulih kembali. Penyakit ini timbul karena
adanya gangguan dari sinaps transmission atau pada neuromuscular junction (Lisak, 2018; Hassan &
Yasawy, 2017; Sathasivam, 2014).

B. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini adalah:
1. Kelainan autoimun: direct mediated antibody, kekurangan AChR, atau kelebihan kolinesterase
2. Genetik: bayi yang dilahirkan oleh ibu MG
Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya miastenia gravis adalah:
a. Infeksi (virus)
b. Pembedahan
c. Stress
d. Perubahan hormonal
e. Alkohol
f. Obat-obatan:
C. Patofisiologi
Wang, et al (2018) membagi patofisiologi MG menjadi 4 jalur mekanisme, yaitu :
a. Defek transmisi neuromuskular
7
Kelemahan otot rangka timbul akibat menurunnya faktor keselamatan pada proses transmisi
neuromuskular. Faktor keselamatan adalah perbedaan potensial pada motor endplate dan potential
threshold yang dibutuhkan untuk menimbulkan potensial aksi dan akhirnya merangsang kontraksi
serabut otot. Menurunnya potensial pada motor endplate timbul akibat menurunnya reseptor
asetilkolin.
b. Autoantibodi
Autoantibodi yang paling sering ditemukan pada MG adalah antibodi terhadap reseptor asetilkolin
(AChR) nikotinik pada otot rangka. Antibodi AChR akan mengaktifkan rangkaian komplemen yang
menyebabkan trauma pada post-sinaps permukaan otot.
c. Patologi timus
Abnormalitas timus sering ditemukan pada pasien MG. Sekitar 10% pasien MG terkait dengan
timoma. Sebagian besar timoma memiliki kemampuan untuk memilih sel T yang mengenali AChR dan
antigen otot lainnya. Selain timoma, ditemukan juga hiperplasia timus folikular pada pasien MG tipe
awitan dini dan atropi timus pada pasien MG dengan awitan lambat.
d. Defek pada sistem imun
MG adalah gangguan autoimun terkait sel T dan diperantarai sel B. Produksi autoantibodi pada AChR
MG membutuhkan bantuan dari sel T CD4+ (Sel T helper). Mereka akan menyekresikan sitokin
inflamasi yang menginduksi reaksi autoimun terhadap self-antigen dan akhirnya mengaktifkan sel B.

D. Klasifikasi
Menurut oscerman penyakit myasthenia Gravis dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
1. Kelas I : myasthenia ocular.
- Ptosis dan diphlopia (penglihatan ganda )
- Ringan, tidak menimbulkan kematian.
2. Kelas II A : myasthenia umum ringan dengan lambat.
- Berkembangan
- Tidak gawat.
- Responsis terhadap otot.
- Tingkat kematian rendah.
3. Kelas II B : myasthenia umum sendang.

8
- Beberapa skeletal dan bulbar rusak.
- Tidak gawat.
- Kurang respon terhadap obat-obatan.
- Mortalitas rendah
4. Kelas III : myasthenia fluminan.
- Perkembangan penyakit cepat dengan terjadi krisis resporatory.
- Reaksi terhadap obat tidak baik.
- Terjadinya thyoma tinggi.
- Mortalitas tinggi.
5. Kelas IV : myasthenia berat akhir.
- Berkembang selama 2 tahun dari ke kelas I ke kelas II.
- Tidak baik dalam merespon pengobatan.
- Mortalitas tinggi.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis myasthenia meliputi gravis meliputi :
1. Kelelahan
2. Wajah tanpa ekspresi.
3. Kelemahan secara umum, khususnya pada wajah, rahang, leher, lengan, tangan
dan atau tungkai. Kelemahan meningkat pada saat pergerakan.
4. Kesulitan dalam mengangkat lengan diatas kepala atau meluruskan jari.
5. Kesulitan menelan
6. Kesulitan mengunyah.
7. Kelemahan, nada tinggi suara lembut.
8. Ptosis dari satu atau kedua kelopak mata.
9. Kelumpuhan okular.
10. Diplopia.
11. Ketidakmampuan berjalan dengan tumit, namun berjalan denga jari kaki.
12. Kekuatan makin menurun sesuai dengan perkembangan.
13. Inkontinensia stress.

9
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis klien myasthenia gravis meliputi :
1. Pembedahan.
2. Plasmapharesis.
3. Thymectomy.
4. Tracheosthomy
5. Ventilasi mekanik/terapi oksigen.
6. Terapi fisik.
7. Terapi okupasi.
8. Obat-obatan : Anticholinesterase, kortikosteroid, hormon pituitary.
9. Dukungan nutrisi.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah dikerjakan untuk menebtukan kadar antibody tertentu didalam scrum
2. Pemeriksaan Neurologis melibatkan pemeriksaan otot dan reflex. MG dapat menyebabkan pergerakan
mata abnormal, ketidakmampuan untuk menggerakkan mata secara normal, dan kelopak mata turun.
Untuk memeriksa kekuatan otot lengan dan tungkai, pasien diminta untuk mempertahankan posisi
melawan resistansi selama beberapa periode.
3. Foto thorax X-Ray dan CT-Scan dapat dilakukan untuk mendeteksiadanya pembesaran thymoma, yang
umum terjadi pada MG Pemeriksaan Tensilon sering digunakan untuk mendiagnosis MG.
4. Electromyography (EMG) menggunakan elektroda untuk merangsang otot dan mengevaluasi fungsi
otot. Kontraksi otot yang semakin melemah menandakan adanya MG.

H. Pathway

10
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Tn.A usia 45th masuk ke ugd rsud dr
Soetomo dengan keluhan susah nafas, dada terasa berat dan gelisah. Hasil pengkajian didapatkan Tn.A menderita
demam sudah 3hari yg lalu kemudian kaki tidak bisa digerakkan , Td : 130/80 mmHg, N:85x/mnt, S:37’c ,
Rr:24x/mnt

A. Analisa Data

11
No. Data Etiologi Diagnosa Keperawatan

DS : Pasien mengeluh susah napas Hambatan upaya Pola napas tidak efektif
1.
dan pasien mengatakan dada napas (D.0005)
terasa berat Kategori : Fisiologi
Sub kategori : respirasi
DO:
Td : 130/80 mmHg,
N:85x/mnt,
S:37’c ,
Rr:24x/mnt

DS : Pasien mengeluh gelisah Kebutuhan tidak Ansietas (D.0080)


2.
terpenuhi Kategori : psikologis
DO: pasien Sub kategori : integritas ego
tampak
gelisah dan
pasien
tampak
tegang

12
DS :Pasien mengeluh kaku, kaki Kekakuan Sendi Gangguan imobilitas fisik
3.
sulit bisa di gerakkan (D0054)
Kategori : fisiologis
DO : Refleks ekstremitas menurun Subkategori : aktivitas /
istirahat

13
B. Diagnosa Keperawatan Prioritas

1. Pola napas tidak efektif

C. Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI

1 Pola napas tidak efektif SLKI : SIKI :


(D.0005) Setelah dilakukan tindakan (I.01014) pemantauan

Kategori : Fisiologi keperawatan selama 1X24 respirasi

jam pola nafas dapat Observasi :


Sub kategori : respirasi
membaik dengan kriteria -monitor pola nafas,

hasil : monitor saturasi oksigen


- monitor
pola nafas (L.01004)
frekuensi,irama,kedalaman
- dispnea (menurun)
dan upaya nafas
- Penggunaan otot bantu - Monitor adanya
nafas (menurun) sumbatan jalan nafas
- Frekuensi nafas Terapeutik :
(meningkat) - atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
- Kedalaman nafas
pasien
(meningkat)
Edukasi :
- jelaskan tujuan dan

14
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu.

TERAPI OKSIGEN (I.01026)


observasi :
- monitor kecepatan aliran
oksigen
- Monitor posisi alat terapi
oksigen
- Monitor tanda tanda
hipoventilasi
- Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik :
- bersihkan sekret pada mulut,
hidung, dan trakea jika perlu
- Pertahankan kepatuhan jalan
nafas
- Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
- ajarkan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah
Kolaborasi :
-kolaborasi penentuan dosis
oksigen

2 Ansietas (D.0080) SLKI : - (I. 09314) REDUKSI

Kategori : psikologis Setelah dilakukan ANSIETAS


tindakan observasi :
Sub kategori : integritas
keperawatan selama
ego -identifikasi saat tingkat ansietas
1x24 jam
berubah
diharapkan tingkat
-identifikasi kemampuan
15
ansietas akan mengambil keputusan
menurun dengan -monitor tanda tanda ansietas
kriteria hasil
Terapeutik :
(L.09093) Tingkat
-ciptakan suasana terapeutik
ansietas
untuk menumbuhkan kepercayaan
-konsentrasi
(meningkat) -pahami situasi yang membuat
-pola tidur ansietas
(meningkat) -motivasi mengidentifikasi situasi
-perilaku gelisah yang memicu kecemasan
(menurun)
Edukasi :
-perilaku tegang
- Anjurkan keluarga untuk tetap
(menurun)
bersama pasien , jika perlu
-verbalisasi khawatir akibat
kondisi yang dihadapi - Latih kegiatan pengalihan untuk

(menurun) mengurangi ketegangan

- Latih teknik relaksasi

Kolaborasi :

-kolaborasi pemberian obat anti


ansietas,jika perlu

3 gangguan mobilitas fisik SLKI : Dukungan mobilisasi ( I.05173)


(D.0054) Setelah dilakukan Observasi :
Kategori : fisiologis tindakan
- identifikasi adanya nyeri atau
keperawatan selama
Sub kategori : aktivitas/ keluhan fisik lainnya
1x24 jam
istirahat - Identifikasi toleransi fisik
diharapkan
melakukan gerakan
mobilitas fisik dapat
meningkat dengan - Monitor frekuensi jantung dan
kriteria hasil : tekanan darah sebelum memulai
(L.05042) mobilitas mobilisasi
fisik - Monitor kondisi umum selama
- pergerakan melakukan mobilisasi
ekstremitas
16
(meningkat) Terapeutik :
- Nyeri (menurun) - fasilitasi aktivitas mobilisasi
- Kaku sendiri dengan alat bantu
(menurun)
- Fasilitasi melakukan
- Gerakan terbatas
pergerakan , jika perlu
(menurun)
- Libatkan keluarga untuk
- Kelemahan fisik
membantu pasien dalam
(menurun)
meningkatkan pergerakan

Edukasi :

- jelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi

- Anjurkan melakukan mobilisasi


dini

- Ajarkan mobilisasi sederhana


yang harus di lakukan

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

N IMPLEMENTASI EVALUASI
O

1 pemantauan respirasi S : pasien mengatakan nafas

Mengobservasi : sudah lega dan dada tidak


terasa berat
-Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
O:
- Memonitor frekuensi,irama,kedalaman dan upaya A : Masalah pola napas
nafas tidak efektif teratasi
- Memonitor adanya sumbatan jalan nafas P : Intervensi dihentikan

Terapeutik :

- Mengatur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi


pasien

Mngedukasi :

- Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


17
- Menginnformasikan hasil pemantauan,jika perlu.

TERAPI OKSIGEN

Mengobservasi :

- Memonitor kecepatan aliran oksigen

- Memonitor posisi alat terapi oksigen

- Memonitor tanda tanda hipoventilasi

- Memonitor integritas mukosa hidung akibat


pemasangan oksigen

Terapeutik :

- Membersihkan sekret pada mulut, hidung, dan trakea


jika perlu

- MemPertahankan kepatuhan jalan nafas

- MemBerikan oksigen jika perlu

Mengedukasi :

- Mngajarkan keluarga cara menggunakan O2 di rumah

Mengkolaborasi :

-Mengkolaborasi penentuan dosis oksigen

2 REDUKSI ANSIETAS S : Pasien mengatakan


kegelisahan yg dirasakan
Mengobservasi :
berkurang
-Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah O : pasien tampak tenang dan
-Meng identifikasi kemampuan mengambil keputusan rileks

-Memonitor tanda tanda ansietas A : Masalah Keperawatan


Terapeutik : Ansietas teratasi

-Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan P : Intervensi dihentikan


kepercayaan
-Mempahami situasi yang membuat ansietas
-Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
18
kecemasan
Edukasi :
- Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien , jika perlu
- Melatih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- MeLatih teknik relaksasi
Mengkolaborasi :
-Mengkolaborasikan pemberian obat anti ansietas,jika
perlu

3. Dukungan mobilisasi S : Pasien mengatakan kaki


sudah mulai bisa di gerakkan
Mengobservasi :
O : refleks ekstremitas pasien
- Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan tampak membaik
fisik lainnya A : Masalah keperawatan
- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan teratasi
gerakan P : Intervensi dihentikan

- Memonitor frekuensi jantung dan tekanan


darah sebelum memulai mobilisasi
- Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik :
- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu
- MemFasilitasi melakukan pergerakan , jika
perlu
- Melibatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Mengedukasi :
- Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Menganjurkan melakukan mobilisasi dini

19
- mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus di
lakukan

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Miastenia gravis adalah kelemahan otot yang cukup berat myasthenia gravis dapa
mempengaruhi orang orang disegala umur. Namunlebih sering terjadi kepada
wanita sehingga kita sebagai perawat harus dimana terjadi kelemahan otot – otot
secara cepat dengan lambatnya pemulihan bisa menentukan diagnose keperawatan
pada pasien dengan miastenia gravis serta perlu melakukan beberapa tindakan dan
asuhan kepada pasien dengan masalah tersebut.

B. Saran
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai calon tenaga kesehatan yang professional khususnya keperawatan, kita
di tuntut untuk mempelajari materi materi sesuai di bidangnya, dalam hal ini
yaitu keperawatan kritis agar melakukan tindakan sesuai dengan prosedur dan
mempersiapkan diri dengan baik sebelum melakukan tindakan agar tidak
terjadi kesalahan yang fatal. Dengan itu di harapkan dapat memberikan ilmu
pengetahuan bagi pembacanya.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Memberikan dukungan kepada pasien dan menganjurkan pasien
maupun keluarga untuk tidak putus asa pada kemungkinan terburuk yang
akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk melakukan terapi yang
dianjurkan, selain itu perawat harus juga memperhatikan personal hygiene
untuk mengurangi dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan
kesehatan pada penderita miastenia gravis
DAFTAR PUSTAKA

Hassan, A., Yasawy, Z.M. (2017). Myasthenia Gravis: Clinical management issues
before, during and after pregnancy. Sultan Qaboos University Med J, 17, (3), 259-
267. DOI : 10.18295/squmj.2017.17.03.002
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Widagdo wahyu, S.KP, M. Kep, Sp. Kom Dkk. 2008. Asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan system persarafan.. Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai