OLEH :
1. Amalisa Dona Safitri (171141003)
2. Ega Meilina Novita Reni (171141006)
3. Eliacanzia Da Costa Marcal F (171141008)
4. Hafida Vivian Ararat Korwa (1711411010)
5. Ismilaiyah Nur Aliyatin (171141014)
6. Liance Kogoya (171141016)
Miastenia gravis adalah kelemahan otot yang cukup berat dimana terjadi kelelahan
otot-otot secara cepat dengan lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu 10 hingga 20
kali lebih lama dari normal). Myasthenia gravis mempengaruhi sekitar 400 per 1 juta
orang. Kelemahan otot yang parah yang disebabkan oleh penyakit tersebut membawa
sejumlah komplikasi lain, termasuk kesulitan bernapas, kesulitan mengunyah dan
menelan, bicaracadel, kelopak mata murung dan kabur atau penglihatan ganda.
Myasthenia gravis dapat mempengaruhi orang-orang dari segala umur. Namun lebih
sering terjadi pada para wanita, yaitu wanita berusia antara 20 dan 40 tahun. Pada laki-
laki lebih dari 60 tahun. Dan jarang terjadi selama masa kanak-kanak.
Siapapun bisa mewarisi kecenderungan terhadap kelainan autoimun ini. Sekitar 65%
orang yang mengalami myasthenia gravis mengalami pembesaran kelenjar thymus, dan
sekitar 10% memiliki tumor pada kelenjar thymus (thymoma). Sekitar setengah
thymoma adalah kanker (malignant). Beberapa orang dengan gangguan tersebut tidak
memiliki antibodi untuk reseptor acetylcholine tetapi memiliki antibodi terhadap enzim
yang berhubungan dengan pembentukan persimpangan neuromuskular sebagai
pengganti. Orang ini bisa memerlukan pengobatan berbeda.
Pada 40% orang dengan myasthenia gravis, otot mata terlebih dahulu terkena, tetapi
85% segera mengalami masalah ini. Pada 15% orang, hanya otot-otot mata yang terkena,
tetapi pada kebanyakan orang, kemudian seluruh tubuh terkena, kesulitan berbicara dan
menelan dan kelemahan pada lengan dan kaki yang sering terjadi. Pegangan tangan bisa
berubah-ubah antara lemah dan normal. Otot leher bisa menjadi lemah. Sensasi tidak
terpengaruh.Ketika orang dengan myasthenia gravis menggunakan otot secara berulang-
ulang, otot tersebut biasanya menjadi lemah.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi miastenia gravis
2. Mengetahui etiologi miastenia gravis
3. Mengetahui pravelensi miastenia gravis
4. Mengetahui patofisiologi myasthenia gravis
5. Mengetahui manifestasi klinis miastenia gravis
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik miastenia gravis
7. Mengetahui penatalaksanaan miastenia gravis
8. Mengetahui komplikasi miastenia gravis
9. Mengetahui pencegahan myasthenia gravis
10. Mengetahui asuhan keperawatan pada miastenia gravis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Myastenia gravis adalah salah satu penyakit autoimun yang disebabkan oleh adanya
gangguan dari synaptic transmission atau pada neuromuscular junction. Hal ini ditandai
oleh suatu kelemahan abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara
terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas. Dimana bila penderita
beristirahat, maka tidak lama kemudian kekuatan otot akan pulih kembali.
Penyakit Myastenia Gravis ini dapat mengganggu sistem sambungan saraf (synaps).
Pada penderita myastenia gravis, sel antibodi tubuh atau kekebalan akan menyerang
sambungan saraf yang mengandung acetylcholine (ACh), yaitu neurotransmiter yang
mengantarkan rangsangan dari saraf satu ke saraf lainnya. Jika reseptor mengalami
gangguan maka akan menyebabkan defisiensi, sehingga komunikasi antara sel saraf dan
otot terganggu dan menyebabkan kelemahan otot.
Krisis kolinergik terjadi sebagai hasil dari pemberian obat yang lebih. Efek
muskarinik dari tingkat racun olehkarena obat antikolinesterase menyebabkan
kram perut, diare, dan sekresi paru berlebihan. Efek nikotinik paradoksikal
memperburuk kelemahan dan dapat menyebabkan kejang bronkial. Jika status
pernapasan terganggu, klien mungkin perlu intubasi dan ventilasi mekanik.
2.6 Penatalaksanaan Myasthenia Gravis
Myasthenia gravis merupakan kelainan neurologik yang paling dapat diobati.
Antikolinesterase (asetilkolinesterase inhibitor) dan terapi imunomudulasi merupakan
penatalaksanaan utama pada myasthenia gravis. Antikolinesterase biasanya digunakan
pada myasthenia gravis yang ringan. Sedangkan pada pasien dengan myasthenia gravis
generalisata, perlu dilakukan terapi imunomudulasi yang rutin. Penatalaksanaan
myastenia gravis dapat dilakukan dengan obat-obatan, timomektomi ataupun dengan
imunomodulasi dan imunosupresif terapi yang dapat memberikan prognosis yang baik
pada kesembuhan miastenia gravis.
Terapi pemberian antibiotik pada myasthenia gravis yang dikombinasikan dengan
imunosupresif dan imunomodulasi yang ditunjang dengan penunjang ventilasi, mampu
menghambat terjadinya mortalitas dan menurunkan morbiditas. Pengobatan ini dapat
digolongkan menjadi terapi yang dapat memulihkan kekuatan otot secara cepat dan
tepat yang memiliki onset lebih lambat tetapi memiliki efek yang lebih lama
sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d kelemahan otot pernafasan.
2. Resiko cedera b.d fungsi indra penglihatan tidak optimal.
3. Hambatan komunikasi verbal b.d disfonia,gangguan pengucapan kata,
gangguan neuromuskular, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral.
C. RENCANA INTERVENSI
DIAGNOSA
NO. TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan
keperawatan selama ventilasi.
1x24jam, diharapkan pola 2. Kaji kualitas,
nafas klien kembali efektif frekuensi,
dengan kriteria hasil : kedalaman
D. EVALUASI
1. Pola napas kembali efektif.
2. Terhindar dari resiko cedera.
3. Tidak terjadi hambatan dalam komunikasi.
4. Citra tubuh klien meningkat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Myastenia gravis adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu kelemahan
abnormal dan progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara teus-menerus dan disertai
dengang kelelahan saat beraktivitas. Penyakit timbul karena adanya gangguan dari synaptic
trasnsmission atau pada neuromuscular junction.
Mekanisme imunogenik memegang peranan yang sangat penting pada patofisiologi
miastenia gravis, dimana antibody yang merupakan produk dari sel B justru melawan
reseptor asetikolin. Penatalaksanaan myastenia gravis dapat dilakukan dengan obat-obatan,
timomektomi ataupun dengan imunomodulasi dan imunosupresif terapi yang dapat
memberikan prognosis yang baik pada kesembuhan miastenia gravis.
3.2 Saran
Kelompok kami menyarankan khususnya pada mahasiswa untuk mengetahui dan
memahami tentang Myestenia Gravis, sehingga mahasiswa dapat mengerti dan dapat
menghindari penyebab dari Myestenia Gravis, serta mengetahui komplikasi, tanda dan gejala
untuk menghindari terjadinya Myestenia Gravis.
DAFTAR PUSTAKA
Arie, Gde Agung Anom, Made Bka Adnyana & I Putu Eka Cisyadharma. 2016. Diagnosis
dan tata laksana Myasthenia Gravis (Jurnal).
Farmakidis C, Pasnoor M,
Dimachkie MM, Barohn RJ.
2018.
Treatment of Myasthenia
Gravis.
Neurologic Clinics. 36(2):311-
337.
Farmakidis C, Pasnoor M,
Dimachkie MM, Barohn RJ.
2018.
Treatment of Myasthenia
Gravis.
Neurologic Clinics. 36(2):311-
337.
Farmakidis C, Pasnoor M,
Dimachkie MM, Barohn RJ.
2018.
Treatment of Myasthenia
Gravis.
Neurologic Clinics. 36(2):311-
337.
Farmakidis C, Pasnoor M,
Dimachkie MM, Barohn RJ.
2018.
Treatment of Myasthenia
Gravis.
Neurologic Clinics. 36(2):311-
337.
Farmakidis C, Pasnoor M,
Dimachkie MM, Barohn RJ.
2018.
Treatment of Myasthenia
Gravis.
Neurologic Clinics. 36(2):311-
337.
Farmakidis C, Pasnoor M, Diamachkie MM, Baohn R. 2018. Treatment of Myasthenia
Gravis. Neurologic Clinics. 36(2):311-337.
Howard JF. Myyasthenia Gravis A Manual for the Health Care Provider. Myasthenia Gravis
Foundation of America; 2008.
Setiyohadi B. Miologi. In: Sudoyo AW, Setiyohadi, Bambang, Alwi, Idrus, Simadibrata
K.,Marcellus, Setiati, Siti, Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
InternaPublishing; 2009.