Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TENTANG MYASTHENIA GRAVIS

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. MAS HANIF ALI S (108117056)


2. SAYYID RIDHO M (108117057)
3. NURFA RATNA SARI (108117058)
4. RESTU ARUMINGGALIH (108117059)
5. ANISAUN NURJANAH (108117060)
6. DIAZ FEBRIANTY (108117061)
7. ANGGI IVANKA (108117062)
8. CITRA ANISA R (108117063)
9. LINDA NUR H (108117064)
10.ASEP ARDIYANTO (108117065)

S1 KEPERAWATAN

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
Penyayang. Kami melimpahkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II Tentang
“Myastenia Gravis” .

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini manfaatnya untuk


masyarakat dan dapat memberikan manfaat maupun insiprasi terhadap pembaca.

Cilacap, 13 Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................5
A. Latar Belakang.....................................................................................................5
B. Rumusan Masalah................................................................................................6
C. Tujuan...................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................7
A. KONSEP DASAR.................................................................................................7
1. Definisi...............................................................................................................7
2. Etiologi...............................................................................................................8
3. Manifestasi Klinis..............................................................................................9
4. Patofisiologi.....................................................................................................10
5. Pemeriksan Klinis............................................................................................11
6. Penatalaksanaan...............................................................................................12
B. ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................13
1. Pengkajian........................................................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................14
3. Intervensi..........................................................................................................14
BAB III PENUTUP....................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Myastenia gravis adalah salah satu karakteristik penyakit
autoimun padamanusia. Selama beberapa dekade terakhir telah
dilakukan penelitian tentang gejala myastenia pada kelinci yang
diimunisasi denga acetylcholine receptor  (AchR). Sedangkan pada
manusia yang menderita myastenia gravis, ditemukan adanya defisiensi
dari acetylcholine receptor (AchR) pada neuromuscular junction.
Myasthenia gravis dapat mempengaruhi orang-orang dari segala umur.
Namun lebih sering terjadi pada para wanita, yaitu wanita berusia
antara 20 dan 40 tahun. Pada laki-laki lebih dari 60 tahun. Dan jarang
terjadi selama masa kanak-kanak.
Siapapun bisa mewarisi kecenderungan terhadap kelainan autoimun ini.
Sekitar 65% orang yang mengalami myasthenia gravis mengalami
pembesaran kelenjar thymus, dan sekitar 10% memiliki tumor pada
kelenjar thymus (thymoma). Sekitar setengah thymoma adalah kanker
(malignant). Beberapa orang dengan gangguan tersebut tidak memiliki
antibodi untuk reseptor acetylcholine tetapi memiliki antibodi terhadap
enzim yang berhubungan dengan pembentukan persimpangan
neuromuskular sebagai pengganti. Orang ini bisa memerlukan pengobatan
berbeda.
Pada 40% orang dengan myasthenia gravis, otot mata terlebih dahulu
terkena, tetapi 85% segera mengalami masalah ini. Pada 15% orang, hanya
otot-otot mata yang terkena, tetapi pada kebanyakan orang, kemudian
seluruh tubuh terkena, kesulitan berbicara dan menelan dan kelemahan
pada lengan dan kaki yang sering terjadi. Pegangan tangan bisa berubah-

4
ubah antara lemah dan normal. Otot leher bisa menjadi lemah. Sensasi
tidak terpengaruh.
Ketika orang dengan myasthenia gravis menggunakan otot secara
berulang-ulang, otot tersebut biasanya menjadi lemah. Misalnya, orang
yang dahulu bisa menggunakan palu dengan baik menjadi lemah setelah
memalu untuk beberapa menit. Meskipun begitu, kelemahan otot
bervariasi dalam intensitas dari jam ke jam dan dari hari ke hari, dan
rangkaian penyakit tersebut bervariasi secara luas. Sekitar 15% orang
mengalami peristiwa berat (disebut myasthenia crisis), kadangkala dipicu
oleh infeksi. Lengan dan kaki menjadi sangat lemah, tetapi bahkan
kemudian, mereka tidak kehilangan rasa. Pada beberapa orang, otot
diperlukan untuk pernafasan yang melemah. Keadaan ini dapat
mengancam nyawa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Myasthenia Gravis ?
2. Apa Etiologi Myasthenia Gravis ?
3. Apa Manifestasi Klinis Myasthenia Gravis ?
4. Bagaimana Patofisiologi Myasthenia Gravis ?
5. Apa Pemeriksan Klinis Myasthenia Gravis ?
6. Apa saja Penatalaksanaan Myasthenia Gravis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Myasthenia Gravis
2. Untuk mengetahui Etiologi Myasthenia Gravis
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Myasthenia Gravis
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Myasthenia Gravis
5. Untuk mengetahui Pemeriksan Klinis Myasthenia Gravis
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Myasthenia Gravis

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Myastenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun kronis dari
transmisi neuromuskular yangmenghasilkan kelemahan otot. Istilah
Myasthenia adalah bahasa Latin untuk kelemahan otot,dan Gravis
untuk berat atau serius. Myasthenia Gravis termasuk salah satu jenis
penyakit autoimun. Menurut kamus kedokteran, penyakit autoimun itu
sendiri adalah suatu jenis penyakit dimana antibodi menyerang
jaringan- jaringannya sendiri. Myasthenia Gravis dapat menyerang otot
apa saja, tapi yang paling umumterserang adalah otot yang mengontrol
gerakan mata, kelopak mata, mengunyah, menelan, batukdan ekspresi
wajah. Bahu, pinggul, leher, otot yg mengontrol gerakan badan serta
otot yangmembantu pernafasan juga dapat terserang.
Miastenia gravis merupakan bagian dari penyakit neuromuskular.
Miastenia gravis adalah gangguang yang memengaruhi transmisi
neuromuskular pada otot tubuh yang kerjanya di bawah kesadaran
seseorang (volunter). Miastenia gravis merupakan kelemahan otot
yang parah dan satu-satunya penyakit neuromuskular dengan
gabungan antara cepatnya terjadi kelelahan otot-otot volunter dan
lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu 10-20 kali lebih lama
dari normal). (Price dan Wilson, 1995).
Health Community dalam sebuah website-nya mendefinisikan
Myasthenia Gravis sebagai penyakit autoimun kronis yang berakibat
pada kelemahan otot skelet. Otot-otot skelet adalahserabut-serabut otot
yang terdiri dari berkas-berkas atau striasi (striasi otot) yang
berhubungandengan tulang. Myasthenia Gravis menyebabkan

6
kelelahan yang cepat (fatigabilitas) dankehilangan kekuatan pada saat
beraktivitas, dan membaik setelah istirahat.
Myastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi
trasmisi neuromuskuler padaotot tubuh yang kerjanya dibawah
kesadaran seseorang (volunteer) . Karakteristik yang muncul berupa
kelemahan yang berlebihan dan umumnya terjadi kelelahan pada otot-
otot volunter danhal itu dipengaruhi oleh fungsi saraf cranial (Brunner
dan Suddarth, 2002).

2. Etiologi
Penyebab miastenia gravis masih belum diketahui secara pasti,
diduga kemungkinan terjadi karena gangguan atau destruksi reseptor
asetilkolin (Acetyl Choline Receptor (AChR)) pada persimpangan
neoromuskular akibat reaksi autoimun. Etiologi dari penyakit ini
adalah:
a. Kelainan autoimun: direct mediated antibody, kekurangan
AChR, atau kelebihan kolinesterase
b. Genetik: bayi yang dilahirkan oleh ibu MG
Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya miastenia gravis
adalah :
a) Infeksi (virus)
b) Pembedahan
c) Stress
d) Perubahan hormonal
e) Alkohol
f) Tumor mediastinum
g) Obat-obatan:
- Antikolinesterase
- Laksative atau enema
- Sedatif

7
- Antibiotik (Aminoglycosides, ciprofloxacin,
ampicillin, erythromycin)
- Potassium depleting diuretic
- Narkotik analgetik
- Diphenilhydramine
- B-blocker (propranolol)
- Lithium
- Magnesium
- Procainamide
- Verapamil
- Chloroquine
- Prednisone

3. Manifestasi Klinis
Karakteristik penyakit berupa kelemahan otot ekstrem dan mudah
mengalami kelelahan, yang umumnya memburuk setelah aktivitas dan
berkurang setelah istirahat. Berbagai gejala yang muncul sesuai denagn
otot yang terpenagaruh, sebagai berikut:
a. Apabila otot simetri yang terkena, umumnya dihubungkan dengan
saraf kranial. Karena otot – otot okular terkena, maka gejala awal
yang muncul diplopia (penglihata ganda) dan ptosis (jatuhnya
kelopak mata). Ekspresi wajah pasien seperti sedang tidur terlihat
seperti patung hal ini dikarenakan otot wajah terkena
b. Pengaruh terhadapa laring menyebabkan disfonia (gangguan
suara) dalam pembentukan bunyi suara hidung atau kesukaran
dalam pengucapan kata kata. Kelemahan pada otot otot bulbar
menyebabkan masalah mengunyah dan menelan dan adanya
bahaya tersedak dan aspirasi.
c. Sekitar 15% sampai 20% keluhan pada tangan dan otot otot
lengan, pada otot kaki mengalami kelemahan yang membuat
pasien jatuh.

8
d. Kelemahan diafragma dan otot – otot interkostal menyebabkan
gawat nafas, yang merupakan  keadaan darurat akut.
(Keperawatan medikal bedah, 2001)

4. Patofisiologi
Dasar ketidaknormalan pada miastenia gravis adalah adanya
kerusakan pada tranmisi impuls saraf menuju sel otot karena
kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor normal membrane
postsinaps pada sambungan neuromuscular. Penelitian memperlihatkan
adanya penurunan 70 % sampai 90 % reseptor asetilkolin pada
sambungan neuromuscular setiap individu. Miastenia gravis
dipertimbangkan sebagai penyakit autoimun yang bersikap lansung
melawan reseptor asetilkolin (AChR) yang merusak tranmisi
neuromuscular.
Pada myasthenia gravis, sistem kekebalan menghasilkan antibodi
yang menyerang salah satu jenis reseptor pada otot samping pada
simpul neuromukular-reseptor yang bereaksi terhadap neurotransmiter
acetycholine. Akibatnya, komunikasi antara sel syaraf dan otot
terganggu. Apa penyebab tubuh untuk menyerang reseptor
acetylcholine sendiri-reaksi autoimun-tidak diketahui. Berdasarkan
salah satu teori, kerusakan kelenjar thymus kemungkinan terlibat. Pada
kelenjar thymus, sel tertentu pada sistem kekebalan belajar bagaimana
membedakan antara tubuh dan zat asing. Kelenjar thymus juga berisi
sel otot (myocytes) dengan reseptor acetylcholine. Untuk alasan yang
tidak diketahui, kelenjar thymus bisa memerintahkan sel sistem
kekebalan untuk menghasilkan antibodi yang menyerang
acetylcholine. Orang bisa mewarisi kecendrungan terhadap kelainan
autoimun ini. sekitar 65% orang yang mengalami myasthenia gravis
mengalami pembesaran kelenjar thymus, dan sekitar 10% memiliki
tumor pada kelenjar thymus (thymoma). Sekitar setengah thymoma
adalah kanker (malignant). Beberapa orang dengan gangguan tersebut

9
tidak memiliki antibodi untuk reseptor acetylcholine tetapi memiliki
antibodi terhadap enzim yang berhubungan dengan pembentukan
persimpangan neuromuskular sebagai pengganti. Orang ini bisa
memerlukan pengobatan berbeda.

5. Pemeriksan Klinis
a. Tes darah dikerjakan untuk menebtukan kadar antibody tertentu
didalam serum(mis, AChR-binding antibodies, AChR-modulating
antibodies, antistriational antibodies). Tingginya kadar dari
antibody dibawah ini dapat mengindikasikan adanya MG.
b. Pemeriksaan Neurologis melibatkan pemeriksaan otot dan reflex.
MG dapat menyebabkan pergerakan mata abnormal,
ketidakmampuanuntuk menggerakkan mata secara normal, dan
kelopak mata turun. Untuk memeriksa kekuatan otot lengan dan
tungkai, pasien diminta untuk mempertahankan posisint melawan
resistansi selama beberapa periode. Kelemahan yang terjadi pada
pemeriksaan ini disebut fatigabilitas.
c. Foto thorax X-Ray dan CT-Scan dapat dilakukan untuk
mendeteksi adanya pembesaran thymoma, yang umum terjadi pada
MG
d. Pemeriksaan Tensilon sering digunakan untuk mendiagnosis MG.
Enzim acetylcholinesterase memecah acetylcholine setelah otot
distimulasi, mencegah terjadinya perpanjangan respon otot
terhadap suatu rangsangan saraf tunggal. Edrophonium Chloride
merupakan obat yang memblokir aksi dari enzim
acetylcholinesterase.
e. Electromyography (EMG) menggunakan elektroda untuk
merangsang otot dan mengevaluasi fungsi otot. Kontraksi otot
yang semakin melemah menandakan adanya MG.

10
6. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2009), penatalaksanaan pada pasien dengan
miastenia gravis adalah:
a. Periode istirahat yang sering selama siang hari untuk menghemat
kekuatan
b. Timektomi (pengangkatan timus melalui pembedahan)
Pada penderita tertentu perlu dilakukan timektomi. Perawatan
pasca operasi dan kontrol jalan napas harus benar-benar
diperhatikan. Melemahnya penderita beberapa hari pasca operasi
dan tidak bermanfaatnya pemberian antikolinesterase sering kali
merupakan tanda adanya infeksi paru-paru. Hal ini harus segera
diatasi dengan fisioterapi dan antibiotik.
c. Plasmaferesis (dialisis darah dengan pengeluaran antibodi IgG)
Tiap hari dilakukan penggantian plasma sebanyak 3-8 kali dengan
dosis 50 ml/kg BB. Plasmaferesis mungkin efektif pada krisis
miastenik karena kemampuannya untuk membuang antibodi pada
reseptor asetilkolin, tetapi tidak bermanfaat pada penanganan kasus
kronik.
d. Terapi farmakologi
- Antikolinesterase (piridostigmin 30-120 mg per oral tiap 3 jam
atau neostigmin bromida 15-45 mg per oral tiap 3 jam) untuk
memperpanjang waktu paruh asetilkolin di taut neuromuskular.
Pemberian antikolinesterase sangat bermanfaat pada miastenia
gravis golongan IIA dan IIB. Efek samping pemberian
antikolinesterase disebabkan oleh stimulasi parasimpatis,
termasuk konstriksi pupil, kolik, diare, salivasi berkebihan,
berkeringat, lakrimasi, dan sekresi bronkial berlebihan.
- Steroid (prednisolon sekali sehari secara
selang-seling/alternate days dengan dosis awal kecil (10 mg)
dan dinaikkan secara bertahap (5-10 mg/minggu). Apabila
sudah ada perbaikan klinis maka dosis diturunkan secara

11
perlahan-lahan (5 mg/bulan) dengan tujuan memperoleh dosis
minimal yang efektif. Perubahan pemberian prednisolon secara
mendadak harus dihindari.
- Azatioprin (merupakan obat imunosupresif dengan efek
samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan steroid, yaitu
berupa gangguan saluran cerna, peningkatan enzim hati, dan
leukopenia). Obat ini diberikan dengan dosis 2,5 mg/kg BB
selama 8 minggu pertama. Setiap minggu harus dilakukan
pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hati. Sesudah itu
pemeriksaan laboratorium dikerjakan setiap bulan sekali.
- Obat anti-inflamasi untuk membatasi serangan autoimun.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien yang meliputi nama,alamat,umur,jenis
kelamin,dannstatus
b. Keluhan utama : kelemahan otot
c. Riwayat kesehatan : diagnosa miastenia gravis didasarkan pada
riwayat dan presentasi klinis. Riwayat kelemahan otot setelah
aktivitas dan pemulihan kekuatan parsial setelah istirahat sangatlah
menunjukkan miastenia gravis, pasien mungkin mengeluh
kelemahan setelah melakukan pekerjaan fisik yang sederhana.
Riwayat adanya jatuhnya kelopak mata pada pandangan atas dapat
menjadi signifikan, juga bukti tentang kelemahan otot.
d. Pemeriksaan fisik :
- B1(breathing): dispnea,resiko terjadi aspirasi dan gagal
pernafasan akut, kelemahan otot diafragma
- B2(bleeding) : hipotensi / hipertensi .takikardi / bradikardi
- B3(brain)       : kelemahan otot ekstraokular yang menyebabkan
palsi okular,jatuhnya mata atau dipoblia

12
- B4(bladder)   : menurunkan fungsi kandung kemih,retensi
urine,hilangnya sensasi saat berkemih
- B5(bowel)     : kesulitan mengunyah-menelan,disfagia, dan
peristaltik usus turun, hipersalivasi,hipersekresi
- B6(bone)       : gangguan aktifitas / mobilitas fisik,kelemahan
otot yang berlebih

2. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan kelemahan
otot pernafasan
b) Resiko cedera berhubungan dengan fungsi indra penglihatan tidak
optimal
c) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan
disfonia,gangguan pengucapan kata, gangguan neuromuskular,
kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral
d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ptosis, 

3. Intervensi

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola
nafas yang berhubungan
dengan kelemahan otot
pernafasan

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/27325843/
Asuhan_Keperawatan_pada_Klien_Myasthenia_Gravis

https://www.academia.edu/9103734/Definisi_Myasthenia_Gravis

15

Anda mungkin juga menyukai