Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOLOGI

PENYAKIT MYASTHENIA GRAVIS

Disusun Oleh:
1. Intan Maharani
2. Jenny Marlina
3. Jihan Dea Rosalina
4. Lela Zurotun Nofiroh
5. Marsyarinda Eka Putri
6. Miftahul Ulmiyana
7. Monika Agustina
8. Mutiya Shafa Aprilianda
9. Nabila Stefi Wijaya
10.Nadila Agustin
11.Nurahma Aprilia
12.Putri Biwana

Dosen Pembimbing:
Chairunnisa, S. Farm, M. Farm

S1 FARMASI
STIK SITI KHODIJAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “ Myasthenia Gravis ”
dengan tepat waktu.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas mata kuliah “Biologi Sel
“. Selain itu untuk mengetahui dan memahami tentang Penyakit Myasthenia
Gravis.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyelesaian makalah ini, atas nama penulis. Makalah ini jauh dari sempurna,
sebagaimana penulis sadari. Masing-masing pihak dituntut untuk
menyumbangkan ide berupa saran dan kritik yang membangun untuk itu.
Palembang, 27 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

BAB I.................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.............................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4

1.3 Manfaat....................................................................................................................4

BAB II...............................................................................................................................5

PEMBAHASAN................................................................................................................5

2.1 Definisi.....................................................................................................................5

2.2 Klasifikasi................................................................................................................5

2.3 Etiologi.....................................................................................................................7

2.4 Faktor Risiko Myasthenia Gravis.............................................................................8

2.5 Gejala Myasthenia Gravis........................................................................................8

2.6 Pengobatan Myasthenia Gravis................................................................................9

2.7 Pencegahan Myasthenia Gravis..............................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Myasthenia gravis (MG) adalah kelainan autoimun yang ditandai dengan
kelemahan dan kelelahan otot-otot rangka yang disebabkan oleh adanya
autoantibodi terhadap reseptor acetylcholine (Ach) nikotinik pada neuromuscular
junction (NMJ). Myasthenia gravis merupakan kelainan yang cukup jarang
dijumpai. Prevalensi MG sekitar 85-125 per satu juta penduduk dengan insidensi
tahunan sekitar 2-4 per satu juta penduduk. Penyakit ini memiliki dua puncak
kejadian, yang pertama antara 20 hingga 40 tahun yang didominasi anita dan
antara 60 hingga 80 tahun dengan perbandingan pria dan anita yang seimbang.
Miastenia gravis merupakan penyakit kelemahan otot yang dapat dijumpai
pada anak, orang dewasa, dan pada orang tua. Sindrom klinis ini dikemukakan
pertama kali pada tahun 1600. Pada akhir tahun 1800an miastenia gravis mulai
dibedakan dari kelemahan otot akibat paralysis bulbar. Pada tahun 1920 seorang
dokter yang menderita miastenia gravis merasa ada perbaikan sesudah ia
meminum obat efedrin yang ditujukan untuk mengatasi kram menstruasi.
Akhirnya pada tahun 1934 Mary Walker, seorang dokter dari Inggris
melihat adanya gejala-gejala yang serupa antara miastenia gravis dan keracunan
kurare. Mary Walker menggunakan antagonis kurare yaitu fisostigmin untuk
mengobati miastenia gravis dan ternyata ada kemajuan kemajuan yang nyata.
Miastenia gravis banyak timbul antara umur 10-30 tahun.
Pada umur dibawah 40 tahun miastenia gravis lebih banyak dijumpai pada
anita. Sementara itu diatas 40 tahun lebih banyak pada pria. Insidens miastenia
gravis di Amerika Serikat sering dinyatakan sebagai 1 dalam 10.000. Tetapi
beberapa ahli menganggap angka ini terlalu rendah karena sesungguhnya banyak
kasus yang tidak pernah terdiagnosis.
Tingkat kematian pada waktu lampau dapat sampai 90%. Kematian
biasanya disebabkan oleh insufisiensi pernafasan. Jumlah kematian telah berhasil
dikurangi secara drastic sejak tersedia obat-obatan serta unit-unit perawatan
pernapasan. Remisi spontan dapat terjadi pada 10% hingga 20% pasien dan dapat
dicapai dengan melakukan timektomi elektif pada pasien-pasien tertentu. Yang
paling cocok untuk menjalani anitai adalah anita muda yang masih dini
keadaannya (5 tahun pertama setelah awitan) dan tidak berespon baik dengan
pengobatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan mysthenia gravis?
2. Apa sajakah identifikasi mysthenia gravis?
3. Apakah penyebab penyakit myasthenia gravis?
4. Apa sajakah faktor risiko penyakit myasthenia gravis?
5. Apa sajakah gejala penyakit myasthenia gravis?
6. Bagaimanakah pengobatan penyakit myasthenia gravis?
7. Bagaimanakah cara pencegahan penyakit myasthenia gravis?

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan myasthenia gravis
2. Untuk mengetahui identifikasi myasthenia gravis
3. Untuk mengetahui penyebab penyakit myasthenia gravis
4. Untuk mengetahui apa saja faktor risiko penyakit myasthenia gravis
5. Untuk mengetahui apa saja gejala penyakit myasthenia gravis
6. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan penyakit myasthenia gravis
7. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit myasthenia gravis
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Miastenia gravis (MG) adalah kelainan sambungan neuromuskular
autoimun yang langka. Kontemporer tingkat prevalensi mendekati
1/5.000. MG hadir dengan kelemahan yang tidak menyakitkan,
berfluktuasi, dan mudah lelah melibatkan kelompok otot tertentu.
Kelemahan okular dengan ptosis asimetris dan diplopia binokular adalah
presentasi awal yang paling khas, sedangkan kelemahan orofaringeal atau
ekstremitas awal atau terisolasi kurang umum. (Orphanet Journal of Rare
Diseases, 2007)
Istilah miastenia gravis berarti kelemahan otot yang parah. Miastenia
gravis merupakan satu-satunya penyakit neuromuskular yang merupakan
gabungan antara cepatnya terjadi kelemahan otot-otot voluntar dan
lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu 10 hingga 20 kali lebih
lama dari normal). http://www.myasthenia.org/information/summary.htm
Miastenia gravis ialah gangguan oto-imun yang menyebabkan otot skelet
menjadi lemah dan lekas lelah¹.
Miastenia gravis adalah suatu penyakit yang bermanifestasi sebagai
kelemahan dan kelelahan otot-otot rangka akibat defisiensi reseptor
asetilkolin pada sambungan neuromuskular².

2.2 Klasifikasi
Klasifikasi klinis miastenia gravis dapat dibagi menjadi 3:
1. Kelompok I: Miastenia okular
Hanya menyerang otot-otot ocular, disertai ptosis dan diplopia.
Sangat ringan, tidak ada kasus kematian.
2. Kelompok IIA: Miastenia umum ringan
Awitan lambat, biasanya pada mata, lambat laun menyebar ke otot-
otot rangka dan bulbar. Sistem pernapasan tidak terkena. Respon
terhadap terapi obat baik. Angka kematian rendah.
3. Kelompok IIB: Miastenia umum sedang
Awitan bertahap dan sering disertai gejala-gejala ocular, lalu
berlanjut semakin berat dengan terserangnya seluruh otot-otot rangka dan
bulbar. Disartria, disfagia, dan sukar mengunyah lebih nyata
dibandingkan dengan miastenia gravis umum ringan. Otot-otot
pernapasan tidak terkena. Respon terhadap terapi obat kurang
memuaskan dan aktifitas pasien terbatas, tetapi angka kematian rendah.
4. Kelompok III: Miastenia berat akut
Awitan yang cepat dengan kelemahan otot-otot rangka dan bulbar
yang berat disertai mulai terserangnya otot-otot pernapasan. Biasanya
penyakit berkembang maksimal dalam waktu 6 bulan. Respons terhadap
obat buruk. Insiden krisis miastenik, kolinergik, maupun krisis gabungan
keduanya tinggi. Tingkat kematian tinggi.

5. Kelompok IV: Miastenia berat lanjut


Miastenia gravis berat lanjut timbul paling sedikit 2 tahun sesudah
awitan gejala-gejala kelompok I atau II. Miastenia gravis berkembang
secara perlahan-lahan atau secara tiba-tiba. Respons terhadap obat dan
prognosis buruk.
Disamping klasifikasi tersebut di atas, dikenal pula adanya
beberapa bentuk varian miastenia gravis, ialah:
2. Miastenia neonatus
Jenis ini hanya bersifat sementara, biasanya kurang dari bulan.
Jenis ini terjadi pada bayi yang ibunya menderita miastenia gravis,
dengan kemungkinan 1:8, dan disebabkan oleh masuknya antibodi
antireseptor asetilkolin ke dalam melalui plasenta.
2. Miastenia anak-anak (juvenile myastenia)
Jenis ini mempunyai karakteristik yang sama dengan miastenia
gravis pada dewasa.
3. Miastenia kongenital
Biasanya muncul pada saat tidak lama setelah bayi lahir. Tidak ada
kelainan imunologik dan antibodi antireseptor asetilkolin tidak
ditemukan. Jenis ini biasanya tidak progresif.
4. Miastenia familial
Sebenarnya, jenis ini merupakan kategori diagnostik yang tidak
jelas. Biasa terjadi pada miastenia kongenital dan jarang terjadi pada
miastenia gravis dewasa.
5. Sindrom miastenik (Eaton-Lambert Syndrome)
Jenis ini merupakan gangguan presinaptik yang dicirikan oleh
terganggunya pengeluaran asetilkolin dari ujung saraf. Sering kali
berkaitan dengan karsinoma bronkus (small-cell carsinoma). Gambaran
kliniknya berbeda dengan miastenia gravis. Pada umumnya penderita
mengalami kelemahan otot-otot proksimal tanpa disertai atrofi, gejala-
gejala orofaringeal dan okular tidak mencolok, dan refleks tendo
menurun atau negatif. Seringkali penderita mengeluh mulutnya kering.
6. Miastenia gravis antibodi-negatif
Kurang lebih ¼ daripada penderita miastenia gravis tidak
menunjukkan adanya antibodi. Pada umumnya keadaan demikian
terdapat pada pria dari golongan I dan IIB. Tidak adanya antibodi
menunjukkan bahwa penderita tidak akan memberi respons terhadap
pemberian prednison, obat sitostatik, plasmaferesis, atau timektomi.
7. Miastenia gravis terinduksi penisilamin
D-penisilamin (D-P) digunakan untuk mengobati arthritis
rheumatoid, penyakit Wilson, dan sistinuria. Setelah penderita menerima
D-P beberapa bulan, penderita mengalami miastenia gravis yang secara
perlahan-lahan akan menghilang setelah D-P dihentikan.
8. Botulisme
Botulisme merupakan akibat dari bakteri anaerob, Clostridium
botulinum, yang menghalangi pengeluaran asetilkolin dari ujung saraf
motorik. Akibatnya adalah paralisis berat otot-otot skelet dalam waktu
yang lama. Dari 8 jenis toksin botulinum, tipe A dan B paling sering
menimbulkan kasus botulisme. Tipe E terdapat pada ikan laut (see food).
Intoksikasi biasanya terjadi setelah makan makanan dalam kaleng yang
tidak disterilisasi secara sempurna.
Mula-mula timbul mual dan muntah, 12-36 jam sesudah terkena
toksin. Kemudian muncul pandangan kabur, disfagia, dan disartri. Pupil
dapat dilatasi maksimal. Kelemahan terjadi pola desendens selama 4-5
hari, kemudian mencapai tahap stabil (plateau). Paralisis otot pernapasan
dapat terjadi begitu cepat dan bersifat fatal. Pada kasus yang berat
biasanya terjadi kelemahan otot ocular dan lidah. Sebagian besar
penderita mengalami disfungsi otonom (mulut kering, konstipasi, retensi
urin).

2.3 Etiologi
Kelainan primer pada miastenia gravis dihubungkan dengan
gangguan transmisi pada neouromoscular junction, yaitu penghubung
antar unsur saraf dan unsur otot. Pada ujung akson motor neuron terdapat
partikel- partikel globuler yang merupakan penimbunan asetilkolin atau
(Ach). Jika rangsangan motorik tiba pada ujung akson, partikel globuler
pecah dan Ach dibebaskan yang dapat memindahkan gaya sarafi yang
kemudian bereaksi dengan Ach reseptor ( AchR ) pada membran
postsinaptik. Reaksi ini membuka saluran ion pada membran serat otot
dan menyebabkan masuknya kation, terutama Na, sehingga dengan
demikian terjadilah kontraksi otot.
Penyebab pasti gangguan transmisi neuromoskuler pada miastenia
gravis tidak diketahui. Dulu dikatakan, pada miastenia gravis terdapat
kekurangan Ach atau kelebihan kolinesterase, tetapi menurut teori
terakhir, faktor imunologik yang berperanan.
2.4 Faktor Risiko Myasthenia Gravis
Selain penyebab utama, penyakit dapat dipicu oleh sejumlah faktor
risiko. Berikut ini beberapa kondisi yang meningkatkan risiko
myasthenia gravis:
1. Kelelahan berlebihan.
2. Mengidap penyakit atau infeksi.
3. Prosedur operasi atau pembedahan.
4. Mengonsumsi beta blocker, quinidine glukonat, quinidine
sulfate, quinine, fenitoin, anestesi, dan antibiotik tertentu.
5. Kehamilan.
6. Periode menstruasi.

2.5 Gejala Myasthenia Gravis


gravis menyebabkan kelemahan otot yang dapat membaik dengan
sendirinya dan kambuh dalam intensitas lebih parah dari sebelumnya.
Penyakit biasanya memengaruhi mata dan wajah terlebih dulu, kemudian
menyebar ke bagian tubuh lain seiring berjalannya waktu.

Intensitas keparahan gejala yang dialami masing-masing pengidap akan


bervariasi. Gejala umumnya bertambah parah saat pengidap merasa lelah
dan cenderung membaik setelah beristirahat. Gejala yang muncul juga
dapat dipicu oleh kondisi medis lain yang dimiliki pengidap.

Gejala dibedakan berdasarkan area yang terkena. Berikut ini beberapa


gejala tersebut:
1. Pada Mata dan Wajah
Kebanyakan pengidap penyakit mengalami kelemahan pada otot
mata, kelopak mata, dan wajah. Kondisi tersebut bisa saja menyebar ke
bagian lain dari tubuh dalam beberapa minggu, bulan, atau tahun. Gejala
yang tampak dapat berupa:

 Kelopak mata turun dan berdampak pada satu atau kedua mata
sekaligus.
 Gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda.
 Kesulitan membuat ekspresi wajah.

2. Gangguan Menelan, Berbicara, dan Bernapas


Jika kelemahan memengaruhi otot-otot mulut, tenggorokan, dan
dada, gejala yang dialami dapat berupa:

 Kesulitan mengunyah.
 Berbicara cadel.
 Suara serak atau terdengar sengau.
 Kesulitan menelan.
 Tersedak tidak sengaja.
 Sesak napas, terutama saat berbaring atau setelah berolahraga.

3. Gejala pada Tubuh


Kelemahan yang disebabkan oleh myasthenia gravis dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya, termasuk leher, lengan dan kaki.
Gejalanya dapat berupa:

 Kesulitan mengangkat kepala.


 Kesulitan melakukan aktivitas fisik, seperti mengangkat, bangun
dari duduk ke berdiri, menaiki tangga, menyikat gigi, atau mandi.
 Sakit pada otot tubuh setelah beraktivitas.

2.6 Pengobatan Myasthenia Gravis


Perawatan harus bersifat individual untuk setiap pasien dengan:
MG. Tujuan keseluruhannya adalah untuk membangun kembali atau
untuk memperkirakan fungsi neuromuskular klinis normal sambil
meminimalkan efek samping. Beberapa perawatan telah menjadi sasaran
ketat, prospektif, studi terkontrol plasebo di MG. Faktor-faktor yang
harus dipertimbangkan dalam memilih pengobatan meliputi: distribusi,
durasi, dan tingkat keparahan kelemahan miastenia dan gangguan
fungsional, risiko untuk pengobatan komplikasi yang berkaitan dengan
komorbiditas medis, usia, dan jenis kelamin, dan kemampuan pasien
untuk mendapatkan pengobatan dan mematuhi jadwal pemberian dosis
obat dan pemantauan toksisitas. Secara umum, peningkatan risiko terkait
dengan jangka panjang modulasi kekebalan menjadi lebih dapat diterima
di lebih banyak MG parah untuk mengimbangi peningkatan morbiditas
dan mortalitas berhubungan dengan penyakit yang tidak terkontrol.
(Orphanet Journal of Rare Diseases, 2007)
Myasthenia gravis adalah penyakit yang dapat diatasi, sehingga
pengidap dapat menjalani kehidupan normal. Pengobatan yang dilakukan
fokus pada perbaikan gejala dengan melakukan beberapa langkah
berikut:

 Obat-obatan. Inhibitor kolinesterase (anticholinesterase)


dikonsumsi untuk meningkatkan sinyal antara saraf dan
otot agar kekuatan otot meningkat. Obat lainnya termasuk
imunosupresan yang berfungsi mengurangi peradangan dan
menurunkan produksi antibodi abnormal tubuh.
 Antibodi monoklonal. Dilakukan dengan pemberian infus
protein rekayasa biologis intravena (IV). Protein ini dapat
menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.
 Immunoglobulin IV (IVIG). Dilakukan dengan pemberian
infus IV antibodi donor selama dua sampai lima hari. IVIG
dapat mengobati krisis miastenia dan gejala myasthenia
gravis umum.
 Pertukaran plasma (plasmapheresis). Prosedur ini bertujuan
untuk menghilangkan antibodi abnormal dari dalam darah.
 Pembedahan. Timektomi adalah operasi untuk mengangkat
kelenjar timus. Jika tes tidak menunjukkan masalah dengan
kelenjar timus, operasi pengangkatan terkadang
memperbaiki gejala yang muncul.

2.7 Pencegahan Myasthenia Gravis


Sejauh ini tidak ada langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
myasthenia gravis. Namun, kamu dapat mengubah pola hidup menjadi
lebih sehat dan berhati-hati dalam melakukan aktivitas untuk
meminimalisir risiko penyakit. Beberapa langkah yang dilakukan, yaitu:

 Kunyah makanan sampai benar-benar halus. Jangan


mengunyah terlalu keras. Selain itu, kamu juga disarankan
untuk mengonsumsi makanan lunak dan hindari makanan
yang memerlukan banyak mengunyah, seperti buah-buahan
mentah atau sayuran.
 Gunakan tindakan pencegahan keamanan di rumah, dengan
tujuan mengantisipasi cedera yang dapat terjadi sewaktu-
waktu ketika serangan muncul. Sebaiknya gunakan
peralatan dari listrik agar pekerjaan bisa lebih cepat
diselesaikan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Miastenia gravis adalah suatu penyakit yang bermanifestasi sebagai
kelemahan dan kelelahan otot yang bersifat progresif, dimulai dari otot
mata dan berlanjut keseluruh tubuh hingga ke otot pernapasan.
Miastenia gravis disebabkan oleh kerusakan reseptor asetilkolin
pada hubungan neuromuskular akibat penyakit otoimun.
Gejala utama miastenia gravis adalah kelemahan otot setelah
mengeluarkan tenaga yang sembuh kembali setelah istirahat.
Diagnosis miastenia gravis ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit dan gambaran klinis, serta tes diagnostik yang terdiri atas:
antibodi anti-reseptor asetilkolin, antibodi anti-otot skelet, tes tensilon,
foto dada, tes wartenberg, dan tes prostigmin.
Pengobatan miastenia gravis adalah dengan menggunakan obat-
obat antikolinesterase yang kerjanya menghancurkan asetilkolin.

DAFTAR PUSTAKA

 Harsono, 1996, Buku Ajar Neurologi klinis 2nded., Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
 Howard, J.F., 1997, Department of Neurology, The University of North Carolina
at Chapol Hill.
Lombardo,M.C., 1995, Penyakit Degeneratif dan Gangguan Lain Pada Sistem
Saraf, dalam S.A. Price, L.M. Wilson, (eds), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit 4th ed., EGC, Jakarta
https://www.halodoc.com/kesehatan/myasthenia-gravis
Vern C Juel and Janice M Massey 2007. Biomed Central. Orphanet Journal of
Rare Diseases Myasthenia Gravis. Duke University, Medical Center, Durham,
North California.

Anda mungkin juga menyukai