PENDIDIKAN KESEHATAN
INFEKSI NOSOKOMIAL
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSUD ULIN BANJARMASIN
Oleh:
KELOMPOK C
Selvia Harum Sari, S.Kep I4B111007
Helma Rasyida, S.Kep I4B111012
Grace E. Simarmata, S.Kep I4B111023
Ermawati Rohana, S.Kep I4B111026
Jannatur Rahmah, S.Kep I4B111033
Indah Dwi Astuti, S.Kep I4B111201
Nor Ella Dayani, S.Kep I4B111205
Farida Raudah, S.Kep I4B111215
Alpianor, S.Kep I4B111216
C. MATERI (terlampir)
1. Pengertian infeksi nosokomial
2. Rantai penularan infeksi
3. Cara mencegah infeksi nosokomial
D. METODE
1. Demonstrasi dan video
2. Diskusi/tanya jawab
E. MEDIA
1. Video
2. Leaflet
3. Laptop
4. LCD
F. KEGIATAN PENYULUHAN
NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. 5 menit Pembukaan:
a. Membuka kegiatan dengan mengucapkan Menjawab salam
salam.
b. Memperkenalkan diri. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan. Memperhatikan
d. Menyebutkan materi yang akan diberikan.
Memperhatikan
2. 30 menit Pelaksanaan:
a. Pengertian infeksi nosokomial Memperhatikan
b. Rantai penularan infeksi Memperhatikan
c. Cara mencegah infeksi nosokomial Memperhatikan
3. 8 menit Evaluasi:
a. Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya.
b. Menanyakan kepada peserta tentang materi Menjawab pertanyaan
yang telah diberikan.
c. Memberikan reinforcement positif kepada
peserta yang dapat menjawab pertanyaan.
4. 2 menit Terminasi:
a. Mengucapkan terimakasih atas peran serta Mendengarkan
peserta.
b. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Semua peserta mengikuti kegiatan penyuluhan
b) Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di Ruang Intensive Care Unit
(ICU) RSUD Ulin Banjarmasin
c) Pengorganisasian kegiatan sebelum hari pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Seluruh peserta mengikuti kegiatan penyuluhan.
b) Peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan
sebelum kegiatan selesai.
c) Seluruh peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu
menyebutkan:
a) Pengertian infeksi nosokomial
b) Rantai penularan infeksi
c) Cara mencegah infeksi nosokomial
H. PENGORGANISASIAN
Moderator : Jannatur Rahmah, S.Kep
Pembicara : Helma Rasyida, S.Kep
Observer : Alpianor, S.Kep
Selvia Harum Sari, S.Kep
Fasilitator : Indah Dwi Astuti, S.Kep
Nor Ella Dayani, S.Kep
Ermawati Rohana, S.Kep
Grace E. Simarmata, S.Kep
I. DAFTAR RUJUKAN
1. Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired infection.
Science Press limited, Cleveland Street, London; 2005
2. Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical
guide. 2nd edition. World Health Organization. Department of
Communicable disease, Surveillance and Response; 2002
3. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta; 2001
4. Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan
Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi
Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah
Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun 2009. Badan Litbang
Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta;
2010
INFEKSI NOSOKOMIAL
A. DEFINISI
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk
rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam
menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72
jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh.
Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut
dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross
infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit
dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit
dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini
pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi,
rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi
berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari
pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan
berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan
dan benda-benda medis maupun non medis. Terjadinya infeksi nosokomial
akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain:
1. lama hari perawatan bertambah panjang
2. penderitaan bertambah
3. biaya meningkat
Di beberapa bagian, terutama di bagian penyakit dalam dalam,
terdapat banyak prosedur dan tindakan yang dilakukan baik untuk
membantu diagnosa maupun memonitor perjalanan penyakit dan terapi yang
dapat menyebabkan pasien cukup rentan terkena infeksi nosokomial. Pasien
dengan umur tua, berbaring lama, atau beberapa tindakan seperti prosedur
diagnostik invasif, infus yang lama dan kateter urin yang lama, atau pasien
dengan penyakit tertentu yaitu penyakit yang memerlukan kemoterapi,
dengan penyakit yang sangat parah, penyakit keganasan, diabetes, anemia,
penyakit autoimun dan penggunaan imuno supresan atau steroid didapatkan
bahwa resiko terkena infeksi lebih besar. Sumber penularan dan cara
penularan terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan maupun
personil kesehatan lainnya, jarum injeksi, kateter iv, kateter urin, kasa
pembalut atau perban, dan cara yang keliru dalam menangani luka. Infeksi
nosokomial ini pun tidak hanya mengenai pasien saja, tetapi juga dapat
mengenai seluruh personil rumah sakit yang berhubungan langsung dengan
pasien maupun penunggu dan para pengunjung pasien.
3. Port of exit (Pintu keluar) adalah jalan dari mana agen infeksi
meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi: saluran pernafasan,
saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrana
mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport
agen infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa
cara penularan yaitu:
a. Kontak (contact transmission)
1) Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman
penyebab secara fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan
pasien.
2) Indirect/Tidak langsung: kontak melalui objek (benda/alat)
perantara: jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci.
b. Droplet: partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak
sebar pendek, tidak bertahan lama di udara, paling banyak pada
mukosa bibir, hidung, mulut.
c. Airborne: partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara,
jarak penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium
tuberculosis, virus campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
d. Melalui Vehikulum: Bahan yang dapat berperan dalam
mempertahankan kehidupan kuman penyebab sampai masuk
(tertelan atau terokulasi) pada pejamu yang rentan. Contoh: air,
darah, tinja, makanan.
e. Melalui Vektor: Serangga atau binatang lain yang dapat menularkan
kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau
menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan.
Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat.
5. Port of entry (Pintu masuk) adalah tempat dimana agen infeksi
memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran
pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput
lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya
tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah
infeksi atau penyakit. Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi,
status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau
pembedahan. Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah
jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup,
pekerjaan dan herediter. Anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun
adalah yang paling rentan terinfeksi nosokomial. Oleh sebab itu anak-
anak dilarang membesuk orang yang sedang dirawat inap di rumah sakit.
Anak-anak usia ini daya tahan tubuhnya masih rendah dan belum
sempurna.
d. Mencuci tangan
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah
penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi
nosokomial. Kepatuhan terhadap kebersihan tangan merupakan
pilar pengendalian infeksi. Teknik yang digunakan adalah teknik
cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai antiseptik, dan air mengalir
atau handrub berbasis alkohol.
b. Etika Batuk
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan
cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju.
jadi bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang
lain
Etika batuk:
Bila merasa akan batuk atau bersin, segeralah
berpaling/menjauh sedikit dari orang-orang disekitar
Kemudian tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan
tissue/sapu tangan atau lengan dalam baju
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat
sampah;
Cucilah tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau
gel pembersih tangan; dan
Bila perlu gunakan masker.