Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN
INFEKSI NOSOKOMIAL
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSUD ULIN BANJARMASIN

Oleh:
KELOMPOK C
Selvia Harum Sari, S.Kep I4B111007
Helma Rasyida, S.Kep I4B111012
Grace E. Simarmata, S.Kep I4B111023
Ermawati Rohana, S.Kep I4B111026
Jannatur Rahmah, S.Kep I4B111033
Indah Dwi Astuti, S.Kep I4B111201
Nor Ella Dayani, S.Kep I4B111205
Farida Raudah, S.Kep I4B111215
Alpianor, S.Kep I4B111216

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN
                
Masalah : Keperawatan Kritis dan Gawat Darurat
Pokok Bahasan : Infeksi Nosokomial
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien di Ruang Penyakit Dalam Pria
RSUD Ulin Banjarmasin
Waktu : 45 menit (09.00-09.45 WITA)
Tanggal : Rabu, 16 Maret 2016
Pelaksana : Kelompok C Ners Universitas Lambung Mangkurat
Tempat : Ruang Intensive Care Unit (ICU)
RSUD Ulin Banjarmasin

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, peserta penyuluhan mampu
memahami tentang infeksi nosokomial.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang infeksi nosokomial,
diharapkan pasien dan keluarga memahami tentang:
1. Pengertian infeksi nosokomial
2. Rantai penularan infeksi
3. Cara mencegah infeksi nosokomial

C. MATERI (terlampir)
1. Pengertian infeksi nosokomial
2. Rantai penularan infeksi
3. Cara mencegah infeksi nosokomial

D. METODE
1. Demonstrasi dan video
2. Diskusi/tanya jawab
E. MEDIA
1. Video
2. Leaflet
3. Laptop
4. LCD

F. KEGIATAN PENYULUHAN
NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. 5  menit Pembukaan:
a. Membuka kegiatan dengan mengucapkan Menjawab salam
salam.
b. Memperkenalkan diri. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan. Memperhatikan
d. Menyebutkan materi yang akan diberikan.
Memperhatikan
2. 30 menit Pelaksanaan:
a. Pengertian infeksi nosokomial Memperhatikan
b. Rantai penularan infeksi Memperhatikan
c. Cara mencegah infeksi nosokomial Memperhatikan
3. 8 menit Evaluasi:
a. Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya.
b. Menanyakan kepada peserta tentang materi Menjawab pertanyaan
yang telah diberikan.
c. Memberikan reinforcement positif kepada
peserta yang dapat menjawab pertanyaan.
4. 2 menit Terminasi:
a. Mengucapkan  terimakasih atas peran serta Mendengarkan
peserta.
b. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam
G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Semua peserta mengikuti kegiatan penyuluhan
b) Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di Ruang Intensive Care Unit
(ICU) RSUD Ulin Banjarmasin
c) Pengorganisasian kegiatan sebelum hari pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Seluruh peserta mengikuti kegiatan penyuluhan.
b) Peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan
sebelum kegiatan selesai.
c) Seluruh peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu
menyebutkan:
a) Pengertian infeksi nosokomial
b) Rantai penularan infeksi
c) Cara mencegah infeksi nosokomial

H. PENGORGANISASIAN
Moderator : Jannatur Rahmah, S.Kep
Pembicara : Helma Rasyida, S.Kep
Observer : Alpianor, S.Kep
Selvia Harum Sari, S.Kep
Fasilitator : Indah Dwi Astuti, S.Kep
Nor Ella Dayani, S.Kep
Ermawati Rohana, S.Kep
Grace E. Simarmata, S.Kep
I. DAFTAR RUJUKAN
1. Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired infection.
Science Press limited, Cleveland Street, London; 2005
2. Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical
guide. 2nd edition. World Health Organization. Department of
Communicable disease, Surveillance and Response; 2002
3. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta; 2001
4. Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan
Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi
Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah
Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun 2009. Badan Litbang
Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta;
2010
INFEKSI NOSOKOMIAL

A. DEFINISI
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk
rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam
menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien
masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72
jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh.
Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut
dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross
infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit
dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit
dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini
pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi,
rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi
berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari
pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan
berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan
dan benda-benda medis maupun non medis. Terjadinya infeksi nosokomial
akan menimbulkan banyak kerugian, antara lain:
1. lama hari perawatan bertambah panjang
2. penderitaan bertambah
3. biaya meningkat
Di beberapa bagian, terutama di bagian penyakit dalam dalam,
terdapat banyak prosedur dan tindakan yang dilakukan baik untuk
membantu diagnosa maupun memonitor perjalanan penyakit dan terapi yang
dapat menyebabkan pasien cukup rentan terkena infeksi nosokomial. Pasien
dengan umur tua, berbaring lama, atau beberapa tindakan seperti prosedur
diagnostik invasif, infus yang lama dan kateter urin yang lama, atau pasien
dengan penyakit tertentu yaitu penyakit yang memerlukan kemoterapi,
dengan penyakit yang sangat parah, penyakit keganasan, diabetes, anemia,
penyakit autoimun dan penggunaan imuno supresan atau steroid didapatkan
bahwa resiko terkena infeksi lebih besar. Sumber penularan dan cara
penularan terutama melalui tangan dan dari petugas kesehatan maupun
personil kesehatan lainnya, jarum injeksi, kateter iv, kateter urin, kasa
pembalut atau perban, dan cara yang keliru dalam menangani luka. Infeksi
nosokomial ini pun tidak hanya mengenai pasien saja, tetapi juga dapat
mengenai seluruh personil rumah sakit yang berhubungan langsung dengan
pasien maupun penunggu dan para pengunjung pasien.

B. RANTAI PENULARAN INFEKSI


1. Agen Infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia
rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam
mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena
banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
a. karakteristik mikroorganisme,
b. resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
c. tingkat virulensi,
d. dan banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit
dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan
oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau
disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous
infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih
disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya
melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak
steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan
disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada
manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada
orang normal.
a. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia
yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi
tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat
menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang
rendah terhadap mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling
banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri
patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik
maupun endemik. Contohnya:
1) Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan
gangren
2) Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit
di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru,
pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah
resisten terhadap antibiotika.
3) Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia
coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali
ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi
di saluran pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram
negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi
di rumah sakit.
4) Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka
bekas jahitan, paru, dan peritoneum.
b. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai
macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan
dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial
virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak
tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV
ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute
penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi
gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari
darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah
cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan
varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.
c. Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan
mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit
dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat
immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus
spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.

2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,


berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang
paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan
bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia: permukaan kulit, selaput
lendir saluran nafas atas, usus dan vagina.

3. Port of exit (Pintu keluar) adalah jalan dari mana agen infeksi
meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi: saluran pernafasan,
saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrana
mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport
agen infeksi  dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa
cara penularan yaitu:
a. Kontak (contact transmission)
1) Direct/Langsung:   kontak badan ke badan transfer kuman
penyebab secara fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan
pasien.
2) Indirect/Tidak langsung: kontak melalui objek (benda/alat)
perantara: jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci.
b. Droplet: partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak
sebar pendek, tidak bertahan lama di udara, paling banyak pada
mukosa bibir, hidung, mulut.
c. Airborne: partikel kecil ukuran <  5 μm, bertahan lama di udara,
jarak penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium
tuberculosis, virus campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
d. Melalui Vehikulum: Bahan yang dapat berperan dalam
mempertahankan kehidupan kuman penyebab sampai masuk
(tertelan atau terokulasi) pada pejamu yang rentan. Contoh: air,
darah, tinja, makanan.
e. Melalui Vektor: Serangga atau binatang lain yang dapat menularkan
kuman penyebab  cara menggigit pejamu yang rentan atau
menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan.
Contoh: nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat.
5. Port of entry (Pintu masuk) adalah tempat dimana agen infeksi
memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui:  saluran
pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput
lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).
6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah  orang yang tidak memiliki daya
tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah
infeksi atau penyakit. Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi,
status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau
pembedahan. Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah
jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup,
pekerjaan dan herediter. Anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun
adalah yang paling rentan terinfeksi nosokomial. Oleh sebab itu anak-
anak dilarang membesuk orang yang sedang dirawat inap di rumah sakit.
Anak-anak usia ini daya tahan tubuhnya masih rendah dan belum
sempurna.

PENCEGAHAN TERJADINYA INFEKSI NOSOKOMIAL


Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang
terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk:
1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan pasien kamar tersendiri
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan
membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat diperlukan
terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara,
contohnya tuberkulosis, dan MRSA, yang mengakibatkan
kontaminasi berat. MRSA dan Staph lain bisa menyebabkan infeksi
dengan memasuki tubuh lewat kulit terbuka atau arus darah. Orang
yang mempunyai masalah kesehatan seperti kencing manis atau
sistem ketahanan buruk atau yang kulitnya terbuka karena luka,
baru dioperasi atau penyakit kulit, lebih cenderung terkena infeksi
Staph. MRSA bisa menyebabkan infeksi kulit seperti bisul, infeksi
di bawah kulit, serta infeksi yang lebih parah pada tulang, darah,
paru-paru dan bagian tubuh lainnya. Sedangkan penularan yang
melibatkan virus, contohnya HIV. Biasanya, pasien yang
mempunyai resistensi rendah eperti leukimia dan pengguna obat
immunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar dari infeksi.
Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan
kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat penting. Ruang isolasi
ini harus selalu tertutup dengan ventilasi udara selalu menuju
keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang isolasi,
tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi
kapasitas, beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa
selama mereka menderita penyakit yang sama (Suwarni, 2001).

b. Gaun, menggunakan dan lepaskan gaun sebelum meninggalkan


ruangan. Baju khusus (gaun) juga harus dipakai untuk melindungi
kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk
mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses, serta
melindungi pasien dari mikroorganisme yang menempel pada
tubuh pengunjung yang berasal dari luar rumah sakit.             

c. Batasi kontak saat memindahkan pasien.

d. Mencuci tangan
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah
penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi
nosokomial. Kepatuhan terhadap kebersihan tangan merupakan
pilar pengendalian infeksi. Teknik yang digunakan adalah teknik
cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai antiseptik, dan air mengalir
atau handrub berbasis alkohol.

Kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk mencegah


transmisi penyebab infeksi (orang ke orang;objek ke orang).
Banyak penelitian menunjukkan bahwa cuci tangan menunjang
penurunan insiden MRSA. Waktu mencuci tangan:
 Segera setelah tiba di rumah sakit
 Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien
 Sebelum dan sesudah kontak  pasien atau benda yang
terkontaminasi cairan tubuh pasien
 Diantara kontak pasien satu dengan yang lain
 Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
 Sesudah ke kamar kecil
 Sesudah kontak  darah atau cairan tubuh lainnya
 Bila tangan kotor
 Sebelum meninggalkan rumah sakit
 Segera setelah melepaskan sarung tangan
 Segera setelah membersihkan sekresi hidung
 Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi makanan

Cara mencuci tangan 6 langkah:

 Buka semua perhiasan, basuh tangan dengan air, tuangkan


sabun atau cairan antiseptik ke telapak tangan, lalu gosok
dengan cara memutar berlawanan dengan arah jarum jam.

 Gosok punggung tangan kiri dan sela-sela jari tangan kiri


dengan tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya.

 Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

 Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling


digosokkan.

 Gosok ibu jari tangan kiri dengan gerakan memutar dalam


genggaman tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya.

 Gosokkan ujung-ujung kuku tangan kanan pada telapak tangan


kiri dengan cara memutar. Dan lakukan sebaliknya. Bilas
tangan denga air mengalir. Keringkan dengan tisu sekaali
pakai, gunakan tisu bekas untuk menutup keran.
2. Kewaspadaan transmisi udara
a. Menggunakan Masker
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan
melalui udara. Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi
saluran nafas, mereka harus menggunakan masker saat keluar dari
kamar penderita. Begitu juga dengan pengunjung, pengunjung
disarankan menggunakan masker sebagai cara untuk mencegah
terhadap infeksi atau penularan selama di rumah sakit.

b. Etika Batuk
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan
cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju.
jadi bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang
lain
Etika batuk:
 Bila merasa akan batuk atau bersin, segeralah
berpaling/menjauh sedikit dari orang-orang disekitar
 Kemudian tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan
tissue/sapu tangan atau lengan dalam baju
 Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat
sampah;
 Cucilah tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau
gel pembersih tangan; dan
 Bila perlu gunakan masker.

Anda mungkin juga menyukai