Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN IDIOPATIK TROMBOSITOPENI PURPURA (ITP)
DI RUANG HEMATO ONKOLOGI RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 29 Mei – 3 Juni 2017

Oleh:
Resiarisanti, S.Kep
NIM. I630913310030

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Resiarisanti, S.Kep

NIM : 1630913310030

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Idiopatik


Trombositopenia Purpura (ITP) Di Ruang Hemato Onkologi
RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 29 Mei 2017

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Windy Yuliana Budianto, S.Kep., Ns Ayu Susanti, S.Kep., Ns


NIK. 1990 2014 1 152 NIP 19800930 200312 2 005
DEFINISI: ETILOGI:
Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP) adalah suatugangguan Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, namun
autoimun yang ditandai dengan trombositopenia yang menetap (angka kemungkinan akibat hipersplenisme, infeksi virus, intoksikasi
\ trombosit darah perifer kurang dari 150.000/mL), ITP adalah suatu keadaan makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis (radiasi,
perdarahan berupa petekie atau ekimosis di kulit / selaput lendir dan panas), kekurangan faktor pematangan (misalnya malnutrisi),
berbagai jaringan dengan penurunan jumlah trombosit karena sebab yang koagulasi intravascular diseminata (KID), dan autoimun
tidak diketahui.

MANIFESTASI KLINIS: PEMERIKSAAN:


1. Masa prodormal, keletihan, demam dan nyeri abdomen. a. Pada pemeriksaan darah lengkap. Hb sedikit berkurang,
2. Bintik-bintik merah pada kulit (terutama di daerah kaki)/petechiae eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome
3. Memar atau daerah kebiruan pada kulit atau membran mukosa (seperti di mycrosyter, Lekosit meninggi pada fase perdarahan,
bawah mulut) disebabkan pendarahan di bawah kulit. Memar tipe ini disebut jumlah trombosit rendah dan bentuknya
dengan purpura. Pendarahan yang lebih sering dapat membentuk massa tiga- abnormal,Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada
dimensi yang disebut hematoma. anak.
4. Hidung mengeluarkan darah atau pendarahan pada gusi. Pendarahan pada otak b. Pemeriksaan darah tepi.
jarang terjadi, dan gejala pendarahan pada otak dapat menunjukkan tingkat c. Aspirasi sumsum tulang
keparahan penyakit.
5. Menoragia.
6. Anemia terjadi jika banyak darah yang hilang karena perdarahan. PENATALAKSANAAN:
7. Hematuria. 1. ITP Akut
8. Melena. a. Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
b. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah
trombosit belum naik, maka berikan kortikosteroid.
KLASIFIKASI:
c. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka
1. Akut.: Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak., Timbulnya penyakit
berikan immunoglobulin per IV.
mendadak, riwayat infeksi sering mengalami perdarahan berulang., Jumlah
d. Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi
trombosit kembali normal dalam 6 bulan setelah diagnosis (remisi spontan),
trombosit.
Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya.
2. ITP Menahun
2. Kronik: Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnosis, a. Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan.
Awitan tersembunyi dan berbahaya., Jumlah trombosit tetap di bawah normal b. Imunosupressan
selama penyakit, Bentuk ini terutama pada orang dewasa. c. Azatioprin, Siklofosfamid
d. Splenektomi.
Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN ITP

Pengkajian Diagnosa Keperawatan


1. Anamnesa
a. Identitasdiri : nama, umur, jenis kelamin 1. Nyeri
b. Keluhan : demam 2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
2. Riwayat penyakit Tubuh
a. Sekarang :lemah, pucat, dan BB turun 3. Intoleransi Aktivitas
b. Keluarga :-
4. Gangguan Perfusi Jaringan
c. Pengkajian Fisik : konjungtiva anemis,
kulit terdapat ptechie, memar 5. Kerusakan Integritas Kulit
3. Pengkajian dengan pendekatan 11 fungsional Gordon

Diagnosa NOC NIC


1. Pain level Pain management
1. Pasien melaporkan bagaimana rasa nyerinya dan 1. Pengkajian nyeri secara komprehensif dengan PQRST (penyebab,
bagaiman frekuensinya. bagaimana rasanya, daerah mana nyeri terasa, skala nyeri yang dirasa,
2. Ekspresi wajah akibat nyeri (tenang dan rileks). kapan nyeri timbul)
Pain control 2. Observasi reaksi non-verbal (ekspresi wajah)
1. Menggunakan teknik non-farmakologis (biofeedback, 3. Tingkatkan istirahat
relaksasi, terapi music, massage, kompres panas/dingin) 4. Gunakan teknik non-farmakologis
Comfort status: physical Enviromental management comfort
1. Klien dapat mengontrol gejala. 1. Kurangi hal-hal yang dapat mengganggu kenyamanan pasien.
2. Klien merasa rileks.
2. Nutritional status Nutrition management
1. Pemasukan nutrisi 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
2. Pemasukan makanaan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3. pemasukan cairan
4. Hidrasi 2. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
Nutritional Status: food and Fluid Intake mencegah konstipasi.
1. Pemasukan makanan secara oral 3. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
2. Pemasukan cairan secara oral 4. Monitor adanya penurunan BB.
5. Monitor lingkungan selama makan.
6. Monitor turgor kulit.
7. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
8. Monitor intake nuntrisi.
9. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi.
10. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan
seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat
dipertahankan.
11. Anjurkan banyak minum.

Nutrition monitori
1. BB dalam interval yang jelas
2. Monitor BB yang hilang
3. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

3. Energy Conservation Energy Management


1. Adaptasi gaya hidup untuk meningkatkan level energy 1. Instruksikan pada pasien untuk mencatat tanda-tanda dan gejala
2. Menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat kelelahan
2. Ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas untuk mencegah kelelahan
3. Jelaskan pada pasien hubungan kelelahan dengan proses penyakit
4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan intake
makanan tinggi energi
4. Tissue Perfussion Seizure Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 30 menit 1. Pertahankan jalan nafas
klien menunjukkan keefektifan perfusi jaringan serebral dengan 2. Berikan oksigen jika diperlukan
kriteria hasil: 3. Monitor status neurologis
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal 4. Kolaborasi pemberian medikasi anti epilepsi
2. Kesadaran meningkat 5. Monitor TTV
6. Pertahankan akses infus
5. Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes Pressure Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
pasien tidak kerusakan integritas kulit, dengan kriteria hasil: 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
1. Suhu kulit 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
2. Tekstur kulit 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
3. Lesi pada kulit 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
4. Eritema 6. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
5. Elastisitas 7. Monitor status nutrisi pasien
6. Kelembaban 8. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
9. Observasi luka : karakteristik, warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
tanda - tanda infeksi lokal, formasi traktus
10. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
11. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
12. Berikan obat secara oral yang sesuai.

Skin Surveillance
1. Inspeksi kulit dari kemerahan, panas, bengkak atau kekeringan
2. Obsevasi ektremitas untuk warna, panas, pembengkakan, nadi, edema dan
ulcer
3. Monitor warna kulit dan temperatur
4. Monitor kulit dari gesekan dan goresan
5. Monitor kulit untuk kekeringan dan kelembaban
6. Meminta keluarga untuk melaporkan tentang adanya tanda kerusakan kulit
jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

NANDA International. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification 2012 – 2014.


Jakarta: EGC.
Moorhead, S., et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). 4th ed. Mosbie
Elsevier: USA.
Bulechek, G.M., et al. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). 5th ed. Mosbie
Elsevier: USA.
Mansjoer, Arif. dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Auskulapius
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta:
EGC.
Tambayong, Jan. 2000. Patofiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai