Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ACQUIRED


PROTHROMBIN COMPLEX DEFICIENCY (APCD)
DI RUANG PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 19-24 Maret 2018

Oleh :
Noorjanah, S. Kep
NIM. 1730913320029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
20
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Noorjanah, S. Kep

NIM : 1730913320029

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Acquired


Prothrombin Complex Deficiency (Apcd)
Di Ruang Pediatric Intensive Care Unit RSUD Ulin
Banjarmasin

Banjarmasin, Maret 2018

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Eka Santi, S. Kep., Ns., M. Kep. Lukmanul Hakim, S.Kep., Ns,M.Kep


NIP. 197080615 200812 2 001 NIP. 19760116 199603 1 002
THALASEMIA

PENGERTIAN ETIOLOGI
Thalasemia berasal dari kata Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta,
yunani thalassa dan memiliki yang diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan
makna “laut”, digunakan pada oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk menderita
sejumlah kelainan darah bawaan penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang
yang ditandai defisiensi pada tuanya. Jika hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang
kecepatan produksi rantai globin tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak menunjukkan
yang spesifik dalam Hb. gejala-gejala dari penyakit ini.

KLASIFIKASI
1. Thalasemia Minor
Pada Thalasemia β minor, terdapat sebuah gen globin β yang normal dan sebuah gen
abnormal. Elektroforesis hemoglobin (Hb) normal, tetapi hemoglobin A2 (hemoglobin radimeter
yang tidak diketahui fungsinya) meningkat dari 2% menjadi 4-6%. Pada Thalasemia α minor,
elektroforesis Hb dan kadar HbA2 normal. Dianosis ditegakkan dengan menyingkirkan Thalasemia β
minor dan defisiensi besi. Kedua keadaan minor ini mengalami anemia ringan (Hb 10.0-12.0 g/dL dan
MCV = 65-70 fL). Pasangan dari orang-orang dengan Thalasemia minor harus diperiksa. Karena kerier
minor pada kedua pasangan dapat menghasilkan keturunan dengan Thalasemia mayor.
2. Thalasemia Mayor
Thalasemia mayor adalah penyakit yang mengancam jiwa. Thalasemia mayor β disebabkan oleh
mutasi titik (kadang-kadang delesi) pada kedua gen globin β, menyebabkan terjadinya anemia
simtomatik pada usia 6-12 bulan, seiring dengan turunnya kadar hemoglobin fetal. Thalasemia α
mayor hydrops fetalis) sering kali berakhir dengan kematian intauterin dan disebabkan oleh delesi
keempat gen globin α. Kadang-kadang, diagnosis ditegakkan lebih awal, jika transfusi darah
intrauterin dapat menyelamatkan hidup. Transfusi seumur hidup penting seperti pada Thalasemia
β.
3. Thalasemia Intermedia
Tingkat keparahan dari Thalasemia berada diantara Thalasemia minor dan Thalasemia mayor.
Beberapa kelainan genetik yang berada mendasari keadaan ini. Yang paling sering adalah
Thalasemia β homozigot di mana satu atau kedua gen masih memproduksi sejumlah kecil HbA.
Delesi pada tiga dari empat gen globin α (penyakit HbH) menyebabkan gambaran serupa,
dengan anemia yang agak berat sekitar 7-9 s/dL dan splenomegali. Secara definisi, penderita
Thalasemia intermedia tidak tergantung kepada transfusi. Splenektomi dapat dilakukan untuk
mengurangi anemia.
MANIFESTASI KLINIS
Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip,
tetapi beratnya bervariasi.Sebagian besar
penderita mengalami anemia yang ringan. Pada
bentuk yang lebih berat, misalnya
betathalasemia mayor, bisa terjadi sakit kuning
(jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok),
batu empedu dan pembesaran limpa. Sumsum
tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan
penebalan dan pembesaran tulang, terutama
tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang
menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak
yang menderita thalasemia akan tumbuh lebih
lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat
dibandingkan anak lainnya yang normal.
MANIFESTASI KLINIS
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Tranfusi darah yang berulang
ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat tinggi, sehingga di timbun
dalam berbagai jarigan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung dan lain-lain. Hal ini menyebabkan
gangguan fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Limpa yang besar mudah ruptur akibat trauma
ringan. Kadang kadang thalasemia disertai tanda hiperspleenisme seperti leukopenia dan
trompositopenia. Kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung. Hepatitis pasca
transfusi biasa dijumpai, apalagi bila darah transfusi telah diperiksa terlebih dahulu terhadap
HBsAg. Hemosiderosis mengakibatkan sirosis hepatis, diabetes melitus dan jantung. Pigmentasi
kulit meningkat apabila ada hemosiderosis, karena peningkatan deposisi melanin.

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Transfusi darah rutin 1. Riwayat keluarga dan klinis
2. Splenektomi 2. Hb, MCV, MCH, hitung eritrosit, apus
3. Transplantasi sel induk hemopoietik merupakan darah;
satu-satunya pilihan kuratif (hanya 3. Tes solubilitas untuk HbS;
direkomendasikan untuk anak yang memiliki donor 4. Elektroforesis Hb: kadar HbS dan
saudara yang sesuai). HbA2
4. Risiko kerusakan organ akibat kelebihan beban
zat besi setelah transfusi rutin dapat diminimalkan
dengan pemberian jangka panjang obat kelasi,
seperti desferioksamin, yang berikatan dengan zat
besi dan memungkinkan zat besi diekskresikan
kedalam urine
Asuhan Keperawatan Pada Pasien “Thalasemia”

Pengkajian 3. Melaporkan bahwa nyeri berkurang Risiko Infeksi 6. Pertahankan teknik isolasi
1. Identitas klien dengan menggunakan manajemen NOC: Immune Status, Knowledge: 7. Inspeksi kulit dan membrane mukosa
2. Riwayat kesehatan nyeri Infection Control, Risk Control terhadap kemerahan, panas, drainase
a. Keluhan Utama 4. Menyatakan rasa nyaman setelah Setelah dilakukan tindakan keperawatan 8. Inspeksi kondisi luka
b. Riwayat penyakit sekarang nyeri berkurang selama (3x60 menit) kriteria hasil klien 9. Dorong masukan cairan
c. Riwayat kesehatan dimasa lalu NIC: akan: 10. Dorong masukan nutrisi yang cukup
d. Riwayat penyakit keluarga Pain Management 1. Klien bebas dari tanda dan gejala 11. Dorong istirahat
3. Pola persepsi 1. Lakukan pengkajian nyeri secara infeksi 12. Instruksikan pasien untuk minum
4. Pola Nutrisi komptehensif 2. Menunjukkan kemampuan untuk antibiotic sesuai resep
5. Pola Eliminasi 2. Observasi reaksi nonverbal dari mencegah timbulnya infeksi 13. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
6. Pola tidur dan aktivitas ketidaknyamanan 3. Jumlah leukosit dalam batas normal dan gejala infeksi
7. Pola Kognitif & Persepsi 3. Evaluasi pengalaman nyeri masa 4. Menunjukkan perilaku hidup sehat 14. Laporkan kecurigaan infeksi
8. Pola mekanisme Koping & Stress lampau NIC:
9. Pola Seksual 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri Infection Control
10. Pola Hubungan Peran 5. Ajarkan teknik non farmakologi 1. Intruksikan pengunjung untuk Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
11. Pola Keyakinan dan nilai 6. Kolaborasikan dengan dokter jika mencuci tangan saat berkunjung kebutuhan tubuh
ada keluhan dan tindakan nyeri dan setelah berkunjung pasien NOC : Nutritional status food and fluid,
Diagnosa Keperawatan Analgesic administration 2. Gunakan sabun antimikrobial untuk weight control
1. Nyeri Akut 1. Tentukan lokasi, karakteristik, cuci tangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. Risiko Infeksi kualitas dan derajat nyeri sebelum 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah selama (3x24 jam) ketidakseimbangan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari pemberian obat. tindakan keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh klien
kebutuhan tubuh 2. Cek instruksi dokter tentang jenis 4. Pertahankan lingkungan aseptik teratasi dengan kriteri hasil :
4. Risiko keterlambatan perkembangan obat, dosis dan frekuensi selama pemasangan alat 1. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
5. Intoleransi aktivitas 3. Cek riwayat alergi 5. Ganti letak IV perifer dan line nutrisi
4. Tentukan pilihan analgesik central dan dressing sesuai dengan 2. Tidak ada tanda malnutrisi
tergantung tipe dan beratnya nyeri petunjuk umum 3. Tidak terjadi penurunan berat badan
5. Pilih rute pemberian pengobatan 6. Gunakan kateter intermitten untuk NIC :
nyeri menurunkan infeksi kandung Nutritional Monitoring
6. Monitor vital sign sebelum dan kencing 1 Monitor adanya penurunan berat
Nyeri Akut sesudah pemberian analgesik 7. Berikan terapi antibiotic jika perlu badan
NOC: Pain level, pain control, comfort level pertama 8. Tingkatkan intake nutrisi 2 Monitor lingkungan selama makan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7. Berikan analgesik tepat waktu Infection Protection 3 Monitor turgor kulit
(1x60 menit) nyeri klien akan berkurang dengan 8. Evaluasi efektifitas analgesik, 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 4 Monitor mual dan muntsh
kriteria hasil klien akan: tanda dan gejala sistemik dan lokal 5 Monitor kulit kering dan perubahan
1. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, 2. Monitor hitung granulosit, WBC pigmentasi,
frekuensi, dan hal yang memperberat 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi 6 Monitor pucatt, kemerahan, dan
nyeri) 4. Batasi pengunjung kekeringan jaringan konjungtiva
2. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 5. Pertahankan teknik asepsis pada 7 Monitor kekeringan, rambut kusam,
nyeri, mampu menggunakan teknik pasien yang berisiko dan mudah patah
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
1 Monitor kadar albumin, total 4. Buat hubungan terapeutik dan
protein Hb, dan Ht supportif dengan orang tua
2 Catat adanya edema, 5. Sediakan kepada orang tua secara
hiperemik, hipertonik papilla akurat, tentang informasi actual
lidah dan cavitas oral terhadap kondisi anak, pengobatan
Nutrition Management dan kebutuhanny.
1. Kaji adanya alergi makanan 6. Bantu orang tua untuk mengenali
2. Kolaborasi dengan ahli gizi perkembangan anaknya
untuk menentukan jumlah 7. Ajarkan kepada orang tua tentang
kalori dan nutrisi yang penanda perkembangan normal
dibuthkan pasien 8. Demonstrasikan aktifitas yang
3. Berikan informasi tentang menunjang perkembangan
kebutuhan nutrisi 9. Ajarkan tentang perilaku yang
4. Berikan makanan yang terpilih sesuaidengan usia anak
(sudah dikonsultasikan dengan 10. Ajarkan tentang mainan dan benda-
ahli gizi) benda yang sesuai dengan usia anak
5. Monitor jumlah nutrisi dan 11. Diskusikan hal-hal terkait kerjasma
kandungan kalori orang tua dan anak
6. Berikan informasi tentang 12. Kaji faktor penyebab gangguan
kebutuhan nutrisi perkembangan anak
7. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan Intoleran aktivtas
NOC : Activity Tolerance
Risiko pertumbuhan tidak Setelah dilakukan tindakan
proporsional, Risiko keperawatan selama 3 x 24 jam intoleran
keterlambatan perkembangan aktivitas pasien teratasi, dengan kriteria hasil:
NOC: Growth, Nutritional status, 1. Oxygen saturation with activity
Nutrient intake, appetite 2. Pulse rate with activity
NIC: 3. Respirtory rate with activity
Developmental care 4. Systolic blood pressure with activity
1. Bangun hubungan saling 5. Diastolic blood pressure with activity
percaya dengan anak 6. Ease of performing activities of daily
2. Buat interaksi 1:1 dengan living (ADL)
anak NIC :
3. Identifikasi kebutuhan Activity therapy
khusu anak dan adaptasi 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi
yang dibutuhakan aktivitas yang mampu dilakukan
2. Bantu klien untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psiologi dan sosial
3. Monitor respon fisik, emosi, social, dan
spiritual
4. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
PATHWAY THALASEMIA

Penyebab primer: Penyebab sekunder:

- Sintetis Hb A menurun - Defisiensi asam folat


- Eritropoisis tidak efektif - Hemodelusi
- Destruksi eritrosit - Destruksi eritrosit oleh s.
intramedular retikuloendotelial

Mutasi DNA

Produksi rantai alfa dan beta Hb berkurang

Kelainan pada eritrosit

Pengikatan O2 berkurang

Kompensator pada rantai α

Rantai β produksi terus menerus

Hb defectif

Ketidakseimbangan polipeptida

Eritrosit tidak stabil MK: Resiko Infeksi

Hemolisis Anemia Transfusi


berat darah berulang
Suplay O2 menurun
Hemosiderosis

Ketidakseimbangan Penumpukan
suplay O2 dan Besi
kebutuhan

Hipoksia
Dyspneu Endokrin Jantung Hepar Limpa

Penggunaan otot
Tumbang Gagal Hepatomegali Splenomegali
bantu napas
terganggu Jantung

Kelelahan
MK: Resiko
MK:
keterlambatan
Nyeri
MK: Intoleransi perkembangan
akut
aktivitas

Malas makan

Intake nutrisi
kurang

MK:
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC


Sullivan, Amanda. 2009. Panduan Pemeriksaan Antenatal. Jakarta : EGC
Mitcheel, Kumar dkk. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta : EGC
Suryanah. 1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC
Insley, Jack. 2003. Vade-mecum Pediatri. Jakarta : EGC
Pudjilestari, Indrijati. 2003. Merawat Balita Sampai Lima Tahun. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
Muscari, Mary E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai