1. Ayusetya
2. Djati Aji
3. Dwi Ariyani
4. Isna Dewi
5. Julianus
6. Maety Airiska
7. Ni Nyoman Yeni
8. Puspita Ayu
9. Sri Gristine
10.Suhadi
11.Ubaidah
Stikes Yatsi Non Regular Semester II Th.2019
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Miastenia gravis adalah penyakit yang menyerang hubungan antara sistem saraf
(nervus) dan sistem otot (muskulus). Penyakit miastenis gravis ditandai dengan
kelemahan dan kelelahan pada beberapa atau seluruh otot, di mana kelemahan
tersebut diperburuk dengan aktivitas terus menerus atau berulang-ulang.
B. ETIOLOGI
Etiologi myasthenia gravis (MG) atau miastenia gravis adalah reaksi autoimun
yang umumnya bersifat idiopatik. MG adalah penyakit autoimun yang paling
dimengerti dibandingkan penyakit autoimun lainnya. Meskipun demikian, faktor
dan mekanisme autoimun yang menyebabkan MG masih belum diketahui dengan
pasti.
Tumor ekstra timus: penyakit Hodgkin, kanker paru tipe small cell
Hipertiroidisme
Antirematik Penicillamine
Antikolinergik Triheksilfenidil
Antiaritmia Quinidine, Prokainamid, Propafenone, Bretilium
Antihipertensi Beta-bloker, Penghambat sawar kalsium
C. FAKTOR RISIKO
Penyakit timus
Etnis Asia
Sekitar 10%-20% bayi dari ibu dengan MG juga berisiko mengalami MG neonatus
dan mengalami distress pernapasan.[2,3,10,11].
D. PATOFISIOLOGI
E. .MANIFESTASI KLINIK
F. KLASIFIKASI
Menurut Myasthenia Gravis Foundation of America (MGFA), Miastenia gravis
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
G. PEMERIKASAAN PENUNJANG.
Diagnosis Miastenia gravis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang khas, tes antikolinesterase, EMG, serologi untuk
antibodi AchR dan CT-Scan atau MRI toraks untuk melihat adanya timoma.
Anamnesis
Adanya kelemahan/ kelumpuhan otot yang berulang setelah aktivitas dan
membaik setelah istirahat. Tersering menyerang otot-otot mata (dengan
manifestasi: diplopi atau ptosis), dapat disertai kelumpuhan anggota
badan (terutama triceps dan ekstensor jari-jari), kelemahan/kelumpuhan
otot-otot yang dipersarafi oleh nervi cranialis, dpat pula mengenai otot
pernafasan yang menyebabkan penderita bisa sesak.
3.Elektrodiagnostik
Pemeriksaan elektrodiagnostik dapat memperlihatkan defek pada transmisi
neuro muscular melalui 2 teknik :
Gambaran Radiologi
Chest x-ray (foto roentgen thorak)
H.PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN
1. Acetilkolinesterase inhibitor
Dapat diberikan piridostigmin bromida (mestinon) 30-120
mg/3-4 jam/oral. Dosis parenteral 3-6 mg/4-6 jam/ iv tiap hari akan
membantu pasien untuk mengunyah, menelan, dan beberapa
aktivitas sehari-hari. Pada malam hari, dapat diberikan mestinon
long-acting 180 mg. Apabila diperlukan, neostigmin bromida
(prostigmine ): 7,5-45 mg/2-6 jam/oral. Dosis parenteral : 0,5-1
mg/4 jam/iv atau im. Neostigmin dapat menginaktifkan atau
menghancurkan kolinesterase sehingga asetilkolin tidak segera
dihancurkan. Akibatnya aktifitas otot dapat dipulihkan mendekati
normal, sedikitnya 80-90% dari kekuatan dan daya tahan semula.
Pemberian antikolinesterase akan sangat bermanfaat pada
Miastenia gravis golongan IIA dan IIB. Efek samping pemberian
antikolinesterase disebabkan oleh stimulasi parasimpatis, termasuk
konstriksi pupil, kolik, diare, salivasi berkebihan, berkeringat,
lakrimasi, dan sekresi bronkial berlebihan. Efek samping gastro
intestinal (efek samping muskarinik) berupa kram atau diare dapat
Diatasi dengan pemberian propantelin bromida atau atropin
2. Kortikosteroid
Dapat diberikan prednison dimulai dengan dosis rawal 10-20
g, dinaikkan bertahap (5-10 mg/minggu) 1x sehari selang sehari,
maksimal 120 mg/6 jam/oral, kemudian diturunkan sampai dosis
minimal efektif. Efek sampingnya dapat berupa: peningkatan berat
badan, hiperglikemia, osteopenia, ulkus gaster dan duodenum, katarak. 2,
3. Azatioprin
PENATALAKSANAAN LAINNYA
I.DIAGNOSIS BANDING
Beberapa diagnosis banding untuk menegakkan diagnosis Miastenia
gravis, antara lain :
J..KOMPLIKASI
1. Gagal nafas
2. Disfagia
3. Krisis miastenik
4. Krisis cholinergic
5. Komplikasi sekunder dari terapi obat. Penggunaan steroid yang lama :
a. Osteoporosis, katarak, hiperglikemi
b. Gastritis, penyakit peptic ulcer
c. Pneumocystis carinii
K.PROGNOSIS
Pada Miastenia gravis Ocular, dimana kelemahan pada mata
menetap lebih dari 2 tahun, hanya 10-20% yang berkembang menjadi
Miastenia gravis generalisata. Penanganan dengan steroid dan
imusupresi masi kontroversial. Pada Miastenia gravis generalisata,
membaik dengan pemberian imunosupresi, timektomi, dan pemberian
obat yang dianjurkan. Grob melaporkan angka kematian 7 %, membaik
50 % dan tidak ada perubahan 30 %
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN MYASTENIA
GRAVIS
A. Pengkajian
1. Identitas klien yang meliputi nama,alamat,umur,jenis kelamin,dannstatus
2. Keluhan utama : kelemahan otot
3. Riwayat kesehatan : diagnosa miastenia gravis didasarkan pada riwayat dan
presentasi klinis. Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan
kekuatan parsial setelah istirahat sangatlah menunjukkan miastenia gravis,
pasien mungkin mengeluh kelemahan setelah melakukan pekerjaan fisik
yang sederhana. Riwayat adanya jatuhnya kelopak mata pada pandangan
atas dapat menjadi signifikan, juga bukti tentang kelemahan otot.
4. Pemeriksaan fisik :
a. B1(breathing): dispnea,resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan akut,
kelemahan otot diafragma
b. B2(bleeding) : hipotensi / hipertensi .takikardi / bradikardi
c. B3(brain) : kelemahan otot ekstraokular yang menyebabkan palsi
okular,jatuhnya mata atau dipoblia
d. B4(bladder) : menurunkan fungsi kandung kemih,retensi urine,hilangnya
sensasi saat berkemih
e. B5(bowel) : kesulitan mengunyah-menelan,disfagia, dan peristaltik
usus turun, hipersalivasi,hipersekresi
f. B6(bone) : gangguan aktifitas / mobilitas fisik,kelemahan otot yang
berlebih
B. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
2. Gangguan menelan
3. Gangguan komunikasi verbal
C. Intervensi keperwatan
N Diagnosa Recana keperawatan
Tujuan dan intervensi
o keperawatan/
kriteria hasil
masalah kolaborasi
1 Pola nafas tidak Setelah Manajemen jalan nafas
Tindakan:
efektif(D.0005) dilakukan
Observasi:
Ketegori:fisiologis
tindakan Monitor pola nafas
Sub kategori: respirasi
Berhubungan dengan: keperawatan Monitor bunyi nafas tambahan
lip Edukasi :
cuping hidun
Pernafasan jelaskan tjuan dan prosedur
5
cuping hidung pemantuan
Tekanan inspirasi Informasikan hasil pemantauan ,jika
menurun perlu.
Tekanan ekspirasi
menurun.
Ventilasi semenit
menurun.
Kondisi klinis
terkait : myasthenia
gravis