ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GULLAINE BARRE SYNDROM(GBS)
DI RUANG ICU LT 2 GBPT RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Disusun Oleh:
Novia Faizzatur Rohmah
NIM. P27820820039
A. Definisi
B. Etiologi
C. Manifestasi Klinis
Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah criteria dari National
Institute of Neurological and Communicative Disorder and Stroke
(NINCDS), yaitu:
1. Gejala pertama yang muncul adalah kesemutan pada kaki atau tangan,
terkadang disertai dengan rasa nyeri yang berawal di bagian tungkai
atau punggung (menjalar ke atas), hiporefleksi, dan
2. Kelemahan tubuh (bersifat simetris) yang ditandai dengan kesulitan
berjalan
3. Kelemahan dapat menyerang otot-otot pernapasan yang dapat berakibat
fatal
4. Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal
dalam 4 minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3
minggu, dan 90% dalam 4 minggu.
5. Mengalami gangguan penglihatan akibat lemahnya otot-otot sekitar
mata, kesulitan menelan, bicara dan mengunyah, sensasi seperti
tertusuk jarum pada tangan dan hati, dan rasa nyeri yang cenderung
memburuk pada malam hari.
6. Gangguan detak jantung (aritmia dan takikardia) dan tekanan darah
7. gangguan pencernaan
D. Patofisiologi
E. Pathway
Selaput mielin hilang akibat dari respon alergi, respon autoimun, hipoksemia, toksik
kimia, dan insufisiensi vaskular
Proses demielinasi
Kondisi saltatori tidak terjadi dan tidak ada transmisi impuls saraf
Gangguan fungsi saraf kranial: Gangguan saraf perifer dan neuromuskular Disfungsi otonom
III, IV, V, VI, VII, IX, dan X
Paralisis pada okular, wajah Parastesia (kesemutan kebas) Paralis lengkap, otot Kurang bereaksinya sistem saraf
F.
dan otot orofaring, kesulitan dan kelemahan otot kaki, pernafasan terkena, simpatis dan parasimpatis,
berbicara, mengunyah, dan yang berkembang ke mengakibatkan perubahan sensori
G. menelan. ekstrimitas atas, batang insufisiensi pernafasan.
tubuh, dan otot wajah
H.
Gangguan pemenuhan nutrisi Kelemahan fisik umum, Risiko tinggi gagal Gangguan frekuensi jantung dan
dan cairan paralisis otot wajah pernafasan (ARDS), ritme, perubahan tekanan darah
I. penurunan kemampuan (hipertensi transien, hipotensi
batuk, peningkatan ortostatik)
sekresimukus
Deficit nutrisi
J. Penurunan tonus otot seluruh
tubuh, perubahan estetika
Penurunan curah jantung ke otak
wajah
Gangguan mobilitas fisik dan jantung
K.
L.
Gangguan pertukaran gas Kematian
Pneumonia
M.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan neurologis ditemukan adanya kelemahan otot
yang bersifat difus dan paralisis. Refleks tendon akan menurun atau
bahkan menghilang. Batuk yang lemah dan aspirasi mengindikasikan
adanya kelemahan pada otot-otot intercostal. Tanda rangsang meningeal
seperti perasat kernig dan kaku kuduk mungkin ditemukan. Refleks
patologis seperti refleks Babinsky tidak ditemukan.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Gambaran laboratorium yang menonjol adalah peninggian kadar
protein dalam cairan otak (> 0,5 mg%) tanpa diikuti oleh peninggian
jumlah sel dalam cairan otak, hal ini disebut disosiasi sito-albuminik.
Peninggian kadar protein dalam cairan otak ini dimulai pada minggu 1-2
dari onset penyakit dan mencapai puncaknya setelah 3-6 minggu. Jumlah
sel mononuklear < 10 sel/mm3. Walaupun demikian pada sebagian kecil
penderita tidak ditemukan peninggian kadar protein dalam cairan otak.
Imunoglobulin serum bisa meningkat. Bisa timbul hiponatremia pada
beberapa penderita yang disebabkan oleh SIADH (Sindroma
Inapproriate Antidiuretik Hormone).
e. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan MRI akan memberikan hasil yang bermakna jika
dilakukan kira-kira pada hari ke-13 setelah timbulnya gejala. MRI akan
memperlihatkan gambaran cauda equina yang bertambah besar. Hal ini
dapat terlihat pada 95% kasus SGB.
3) Plasmaparesis
Pertukaran plasma (plasma exchange) yang menyebabkan reduksi
antibiotik ke dalam sirkulasi sementara, dapat digunakan pada
serangan berat dan dapat membatasi keadaan yang memburuk pada
pasien demielinasi. Bermanfaat bila dikerjakan dalam waktu 3
minggu pertama dari onset penyakit. Jumlah plasma yang
dikeluarkan per exchange adalah 40-50 ml/kg. Dalam waktu 7-14
hari dilakukan tiga sampai lima kali exchange. Plasmaparesis atau
plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan faktor
autoantibodi yang beredar. Albumin : dipakai pada plasmaferesis,
karena Plasma pasien harus diganti dengan suatu substitusi plasma.
3) Pengobatan imunosupresan:
a) Imunoglobulin IV
Beberapa peneliti pada tahun 1988 melaporkan pemberian
immunoglobulin atau gamaglobulin pada penderita GBS yang
parah ternyata dapat mempercepat penyembuhannya seperti halnya
plasmapharesis. Gamaglobulin (Veinoglobulin) diberikan
perintravena dosis tinggi. Pengobatan dengan gamma globulin
intervena lebih menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena
efek samping/komplikasi lebih ringan tetapi harganya mahal. Dosis
maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan
dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.
imunoglobulin intravena (IVIG 7s) : dipakai untuk memperbaiki
aspek klinis dan imunologis dari GBS dan Dosis dewasa adalah 0,4
g/kg/hari selama 5 hari (total 2 g selama 5 hari) dan bila perlu
diulang setelah 4 minggu. Kontraindikasi IVIg : adalah
hipersensitivitas terhadap regimen ini dan defisiensi IgA, antibodi
anti IgE/ IgG. Tidak ada interaksi dng obat ini dan sebaiknya tidak
diberikan pd kehamilan.
b) Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah 6
merkaptopurin (6-MP).
H. Komplikasi
1. Paralisis menetap
2. Gagal nafas
3. Pneumonia
4. Aritmia Jantung
5. Kontraktur atau cacat sendi
6. Aspirasi
7. Kelumpuhan otot pernafasan.
8. Dekubitus
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan Sesuai Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) terdiri dari 4 bagian yaitu observasi, terapeutik, Edukasi, dan
kolaboratif.
E. Evaluasi Keperawatan
Tujuan dari evaluasi keperawatan adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak untuk melakukan
pengkajian ulang sehingga perawat dapat mengambil keutusan.
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan
yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan
dalam mencapai tujuan)
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan).
Evaluasi keperawatan disusun menggunakan format SOAP yaitu:
S: ungkapan perasaan/keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan
O: keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawata menggunakan
pengamatan yang objektif.
A: analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif
P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis
DAFTAR PUSTAKA
Pengkajian Keperawatan
Tanggal masuk Rumah Sakit : 14Februari 2020pukul 22.00 WIB (IGD)
15 Februari 2020 pukul 24.00 WIB (HCU A)
16 Februari 2020(ICU GBPT)
Tanggal pengkajian : 27 Februari 2020 pukul 09.00 WIB
I. Identitas penderita
Nama : ny. M
Nomor Register : 12.80.xx.xx
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Katholik
Pekerjaan : Perawat
Pendidikan : SMA
Alamat : Kupang-NTT
Diagnosa : GBS Type miller fisher +ESBL
Alasan utama MRS : Pasien rujukan dari RSU Prof yohannes
kupang. Pasien datang dengan penurunan
kesadaran, dengan diagnosa tumor otak
dan suspek multicranial nerve palsy.
Upaya yang telah dilakukan :Pasien dibawa ke RSU Prof yohannes
kupang kemudian di rujuk ke RSUD Dr.
Soetomo untuk diberikan tindakan lebih
lanjut.
Terapi/ operasi yang pernah dilakukan: November tahun 2019 (operasi SC)
5. Genogram
35
tahu
nn
Keterangan :
X : Meninggal : Garis pernikahan
: Klien : Garis keturunan
: Laki-laki ----- : Tinggal serumah
: Perempuan
P: 11,0 – 14,7
2. PH 7,457 7,35-7,45
3. PCO2 30,7 mmHg 35-45
4. PO2 88,4 mmHg 80-100
5. HCO3- 21,9 mmol/l 22,0-26,0
6. TCO2 22,8 mmol/l 23-30
7. SO2 96,9 % 97-100
8. AaDo2 93,8 mmHg 0,00-0,00
9. HCT 26 % L: 41,3– 52,1
P: 35,2 – 46,7
10. Clorida 106 mmol/l 97-107
11. Kalium 3,40 mmol/l 3,5 – 5,1
12. Natrium 140 mmol/l 136 – 145
- Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 29 Februari 2020
No Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan
1. RBC 3,23 10&6/uL 3,69-5,46
2. RDW 12,9 % 12,2-14,8
3. MPV 9,3 fL 9,2-12,0
4. MCHC 35,2 g/dL 29,7-33,1
5. MCH 28,5 pg 27,1-32,4
6. MCV 80,8 fL 86,7-102-3
7. WBC 0,3 10&3/uL 3,37-10,0
8. HB 9,2 g/dl L: 13,3– 16,6
P: 11,0 – 14,7
9. HCT 26,1 % L: 41,3– 52,1
P: 35,2 – 46,7
10. PLT 417 10^3/uL 150-450
11. GDA 193 Mg/dL Dewasa:
Normal: <100
DM:>= 126
12. Natrium 120 mmol/l 136-145
13. kalium 3,7 mmol/l 3,5-5,1
14. klorida 98,0 mmol/l 98-107
15. Kalsium 8,9 Mg/dL 8,5- 10,1
16. SGOT 101,0 U/L L: 0-50 P: 0-35
17. SGPT 575,0 U/L L: 0-50 P: 0-35
ANALISA DATA
Pengelompokan data Penyebab Masalah Keperawatan
DS : - GBS Bersihan jalan napas tidak
efektif
DO :
klien tampak tidak mampu batuk
terdapat sputum berlebih berwarna Paralis lengkap, otot
kekuningan kental. pernafasan terkena,
Terdengar suara napas tambahan mengakibatkan insufisiensi
Ronchi pernafasan
Klien terpasang tracheostomy
Frekuensi pernapasan 24 x/menit
Terpasang ETT
DO :
DO :
DO :
- Pasien bedrest
- Penurunan refleks muntah dan
batuk Paralisis pada okular, wajah
- Gangguan menelan dan otot orofaring,
- Terpasang NGT kesulitan berbicara,
- Terpasang tracheostomy mengunyah, dan menelan.
Risiko Aspirasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
8) Melakukan hiperoksigenasi
DX1 08.19 WIB sebelum penghisapan
R/ : SpO2 : 100 % dan klien
kooperatif
Jum’at,28/02/20
DX3 08.00 WIB
20) Memonitor tingkat
kesadaran,batuk,muntah dan
kemampuan menelan
R/ : GCS 4X6, pasien batuk
apabila di suction, pasien
terpasang tracheostomy
Tanggal Tanda
Diagnosis
dan jam Catatan Perkembangan Tangan/
Keperawatan
Paraf
Kamis, Bersihan jalan S:-
27/02/20 napas tidak efektif
b.d benda asing O:
Pukul dalam jalan napas Klien terpasang
tracheostomy
14.00 WIB
Produksi sputum cukup
membaik
Klien tidak sianosis
Klien tidak gelisah
Frekusensi napas klien
cukup membaik RR: 23
x/menit
Pola napas klien cukup
membaik
Mode: CPAP, MV: 5,5,
TV: 258, Total Rate: 23,
PEEP: 5, FiO2/O2: 30%,
SpO2: 99%
A : masalah bersihan jalan
napas tidak efektif teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Kamis, Gangguan S:-
27/02/20
mobilitas fisik b.d O :
Pukul penurunan Pergerakan ekstremitas
14.00 WIB kekuatan otot d.d sedang
Kekuatan otot klien
Kekuatan otot 4 4
klien menurun
4 4
4 4
Skala nyeri pada klien 0
4 4 Kaku sendi pada klien
sedang
Kelemahan fisik klien
sedang
A : masalah gangguan
mobilitas fisik belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Kamis, Risiko Aspirasi S:-
27/02/20 b.d penurunan
refleks batuk dan O:
Pukul muntah. Tingkat kesadaran
meningkat, GCS: 4X6
14.00 WIB
Klien terpasng
tracheostomy
Kelemahan otot klien
sedang
Akumulasi sekret cukup
menurun
Frekuensi napas klien
cukup membaik RR:
23x/menit.
A : masalah resiko aspirasi
belum terjadi
P : intervensi dipertahankan
Jum’at, Bersihan jalan S:-
28/02/20 napas tidak efektif
b.d benda asing O:
Pukul 14.00 dalam jalan napas Klien terpasang
WIB tracheostomy
Produksi sputum cukup
membaik
Klien tidak sianosis
Klien tidak gelisah
Frekusensi napas klien
cukup membaik RR: 25
x/menit
Pola napas klien cukup
membaik
Hasil: Mode: CPAP, MV:
5,5, TV: 359, Total Rate:
25, PEEP: 5, FiO2/O2:
30%, SpO2: 100%
A : masalah Bersihan jalan
napas tidak efektif teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
manajemen jalan napas
Jum’at, Gangguan S:-
28/02/20 mobilitas fisik b.d
Pukul 14.00 penurunan O:
WIB kekuatan otot
Pergerakan ekstremitas
sedang
Skala nyeri pada klien 0
Kaku sendi pada klien
sedang
Kelemahan fisik klien
cukup meningkat
Klien mampu
mengangkat tangan dan
kaki walaupun belum
maksimal
A : masalah Gangguan
mobilitas fisik teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Jum’at, Risiko Aspirasi S:-
28/02/20 b.d penurunan
refleks batuk dan O:
Pukul 14.00 muntah. Tingkat kesadaran
WIB meningkat, GCS: 4X6
Klien terpasng
tracheostomy
Kelemahan otot klien
sedang
Akumulasi sekret cukup
menurun
Frekuensi napas klien
cukup membaik RR:
25x/menit.
A : masalah Risiko Aspirasi
belum terjadi
P : intervensi dipertahankan
Sabtu, Bersihan jalan S : -
29/02/20 napas tidak efektif
b.d benda asing O :
Pukul dalam jalan napas Klien terpasang
tracheostomy
14.00 WIB
Produksi sputum cukup
membaik
Klien tidak sianosis
Klien tidak gelisah
Frekusensi napas klien
cukup membaik RR: 20
x/menit SPO2100%
Pola napas klien cukup
membaik
Mode: CPAP, MV: 7,0,
TV: 342, Total Rate: 20,
PEEP: 5, FiO2/O2: 30%,
SpO2: 100%
A : masalah Bersihan jalan
napas tidak efektif teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
A. Pembahasan Pengkajian
Pada tahap pembahasan pengkajian ini penulis membandingkan antara
teori pengkajian menurut Doengoes (2002) dengan data hasil pengkajian pada
Ny.M dengan Guillain Barre Syndrome (GBS). Untuk memperoleh data
tersebut, penulis melakukan pengkajian kepada klien, keluarga, melakukan
pemeriksaan fisik observasi serta dari mempelajari satus klien.Didapatkan
klien dengan diagnose Guillain Barre Syndrome (GBS) dengan identitas Ny.M
usia 35 tahun MRS pada tanggal 14 Februari 2020 pukul 22.00 WIB (IGD).
Klien masuk melalui IGD RSUD Dr.Soetomo pada tanggal 14 Februari 2020
pukul 22.00 WIB, dengan penurunan kesadaran, dengan diagnosa tumor otak
dan suspek multicranial nerve palsy.Tanggal 15 Februari 2020 pukul 24.00
WIB pasien di pindah ke ruangan HCU A.Tanggal 16 Februari 2020pukul
21.00 WIB pindah ICU GBPT dengan diagnosa GBS tipe miller fisher + gagal
nafas. TD: 141/97 mmHg, N: 86 x/menit, RR: 34 x/menit, SpO2: 85-90 %
(NRM 10 Lpm), T: 36,5OC, GCS: 325, terpasang infuse dan dower kateter.
Tanggal 28 Februari 2020 pukul 09.00 WIB , GCS: 4X6, Terpasang ETT
dan napas dibantu dengan ventilator, sudah dilakukan suction pada jam 08.00
dan 11.00 WIB (setiap 3 jam sekali atau sesuai kebutuhan pasien), pasien tidak
kejang, konjungtiva anemis, anemia ( HB 8,8 g/dl), TD:110/64 mmHg, N:96
x/menit, T: 36,4 OC, RR: 24 x/menit, SpO2: 98 %.
B. Diagnosa Keperawatan
Dalam penyusunan diagnosa keperawatan penulis mengacu pada
rumusan diagnosa SDKI 2017. penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan
yang muncul pada klien Ny.M dengan diagnosa utama yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam
jalan napas ditandai dengan sputum berlebih
Menurut SDKI 2017, bersihan jalan napas tidak efektif adalah
ketidakmampuan secret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan
jalan napas tetap paten. Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian
tanda dan gejala pada Ny.M yaitu klien tidak mampu batuk dan terdapat
sputum berlebh dikarenakan adanya benda asing dalam jalan napas
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d Kekuatan otot
klien menurun
Menurut SDKI 2017,gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan
dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.
Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian tanda dan gejala pada
Ny.M yaitu klien mengalami penurunan kekuatan otot dan sendi kaku
3. Risiko Aspirasi dibuktikan dengan penurunan refleks batuk atau muntah
Menurut SDKI 2017,resiko aspirasi beresiko mengalami masuknya
sekresi ke gastrointestinal,sekresi orofaring,benda cair atau padat ke dalam
saluran trakeobronkhial akibat disfungsi mekanisme protektif saluran
napas. Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian tanda dan gejala
pada Ny.M yaitu klien mengalami penurunan refleks batuk atau muntah
C. Intervensi Keperawatan
Dalam kegiatan tahap perencanaan ini adalah penentuan prioritas
masalah. Penetuan prioritas dilakukan karena tidak semua masalah dapat
diatasi dalam waktu yang bersamaan. Perencanaan pada masing-masing
diagnosa untuk tujuan disesuaikan dengan teori yang ada, dan lebih banyak
melihat dari kondisi klien, keadaan tempat/ruangan dan sumberdaya dari tim
kesehatan. Pada penentuan kriteria waktu, penulis juga menetapkan
berdasarkan kondisi klien, ruangan sehingga penulis berharap tujuan yang
sudah disusun dan telah ditetapkan dapat tercapai. Adapaun pembahasan
perencanaan kepada klien Ny.M dengan GBS, sesuai prioritas diagnosa
keperawatan sebagai berikut :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam
jalan napas ditandai dengan sputum berlebih
Tujuan utama setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan
jalan napas meningkat, dengan kriteria hasil batuk efektif meningkat, produksi
sputum menurun, ronchi menurun, dispnea menurun, frekuensi napas
membaik. (SLKI 2019,L.01001)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d Kekuatan otot
klien menurun
Tujuan utama setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan mobilitas
fsik meningkat, dengan kriteria hasil pergerakan ekstremitas
meningkat,kekuatan otot meningkat,kaku sendi menurun,kelemahan fisik
menurun. (SLKI 2019,L.05042)
3. Risiko Aspirasi dibuktikan dengan penurunan refleks batuk atau muntah
Tujuan utama setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
aspirasi menurun, dengan kriteria hasil tingkat kesadaran
meningkat,kemampuan menelan meningkat,kebersihan mulut
meningkat,kelemahan otot menurun. (SLKI 2019,L.01006)
D. Implementasi Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan ini, pada dasarnya disesuaikan dengan susunan
perencanaan, dengan maksud agar semua kebutuhan klien dapat terpenuhi
secara optimal. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini, penulis
melibatkan klien, keluarga, dan tim kesehatan lain sehingga dapat bekerja sama
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Dalam pelaksanaan penulis
juga melakukan tindakan secara mandiri, melakukan kolaborasi dengan dokter,
dan tim kesehatan lainya. Dalam hal hubungan baik antara klien, keluarga, dan
tim kesehatan lain mempermudah untuk penyembuhan klien. Adapun
pembahasan pelaksanaan dari diagnosa utama yang telah tersusun adalah
sebagai berikut :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
napas ditandai dengan akumulasi sekret berlebih
Implementasi yang diberikan kepada klien sesuai dengan SIKI 2019
pada Intervensi keperawatan yaitu monitor pola napas, monitor bunyi
napas tambahan terdengar suara ronchi, monitor sputum berwarna putih
kental dan banyak, pertahankan kepatenan jalan napas, posisikan semi
fowler atau fowler, melakukan fisioterapi dada, melakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik, melakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan. Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
merupakan hal yang tepat dilakukan pada klien yang mengalami jalan
napas tidak efektif.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d Kekuatan otot
klien menurun
E. Evaluasi Keperawatan
Pada evaluasi penulis mengukur tindakan yang telah dilaksanakan dalam
memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi disesuaikan dengan kriteria penilaian
yang telah ditetapkan dan waktu yang telah ditentukan pada tujuan
keperawatan. Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya. Adapun evaluasi hasil dari diagnosa
keperawatan utama adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d benda asing dalam jalan napas d.d
sputum berlebih
Evaluasi terakhir di lakukan pada tanggal 29 Februari 2020 pukul 14.00,
dengan klien masih terpasang tracheostomy dan alat bantu napas dibantu
dengan ventilator, produksi sputum cukup membaik,klien tidak
sianosis,klien tidak gelisah,frekusensi napas klien cukup membaik rr: 20
x/menit spo2100%,pola napas klien cukup membaik. RR 26x/menit, masih
terdengar suara ronchi pada lapang paru
2. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d Kekuatan otot
klien menurun
Evaluasi terakhir di lakukan pada tanggal 29 Februari 2020 pukul 14.00,
dengan klien pergerakan ekstremitas sedang,skala nyeri pada klien 0,kaku
sendi pada klien sedang,kelemahan fisik klien cukup meningkat,klien
mampu mengangkat tangan dan kaki walaupun belum maksimal,klien
tampak melakukan latihan menggerakkan sendi.
3. Risiko Aspirasi dibuktikan dengan penurunan refleks batuk atau muntah
Evaluasi terakhir di lakukan pada tanggal 29 Februari 2020 pukul 14.00,
dengan tingkat klien kesadaran meningkat, gcs: 4x6,klien terpasng
tracheostomy,kelemahan otot klien cukup membaik,akumulasi sekret
cukup menurun,frekuensi napas klien cukup membaik rr: 20x/menit.
F. Dokumentasi
Penulis melaksanakan asuhan keperawatan dengan meggunakan pendekatan
proses keperawatan pada klien Ny.M dalam studi kasus ini penulis telah
mendokumentasikan secara lengkap mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, pelaksanaan, dan evaluasi.