Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH

UTAMA GAGAL JANTUNG KONGESTIF PADA PASIEN NY.Y DENGAN DIAGNOSA


MEDIS CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI ALAMANDA RSUD Prof. Dr. MA
RGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Stase Keperawatan Me
dikal Bedah

DISUSUN OLEH

NAMA : NURAINI RISKITA

NIM : 202303070

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG


TAHUN 2023

FORMAT PENGKAJIAN TINJAUAN KASUS

LEMBAR PENGESAHAN

Judul laporan

Telah disahkan

Hari : ……………………….

Tanggal : ………………………..

Pembimbing Lahan Mahasiswa

(Nuraini Riskita)
(Wawan Setiawan S.Kep.Ners )

Pembimbing Akademik
(Irmawan Andri. M. Kep)
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Pengertian

Jantung memiliki sebutan lain yaitu kardio, maka kita sering mendengar istilah kardio
vaskuler. Kardiovaskuler adalah sistem pompa darah dan saluran-salurannya (sampai
ukuran mikro). Sistem ini membawa makanan serta oksigen dalam darah keseluruh tu
buh (Russel, 2019).
Menurut Nurkhalis and Adista, (2020) gagal jantung merupakan keadaan dimana jant
ung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai ke j
aringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (forward failure) atau kemam
puan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi (back
ward failure) atau dapat pula keduanya.
Gagal jantung adalah suatu kondisi di mana terdapat kegagalan jantung memompa dar
ah yang sesuai dengan kebutuhan jaringan (Lumi, Joseph, and Polii, 2021).
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kondisi dimana jantung tidak dapat mem
ompa darah ke seluruh tubuh sesuai dengan kebutuhan jaringan untuk memenuhi kebu
tuhan metabolisme tubuh.
Pola napas tidak efektif suatu keadaan dimana inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat (PPNI, 2016).
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-h
ari (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
B. Etiologi
Menurut Lumi, Joseph, and Polii, (2021) gagal jantung disebabkan oleh 4
faktor, diantaranya :
1. Faktor penyebab terjadinya gagal jantung yang sering terjadi pada pasien gagal
jantung diantaranya seperti cedera iskemik, hipertensi, sindrom metabolik
(diabetes mellitus, obesitas, hiperlipidemia).
2. Faktor kedua yaitu genetik. berasal dari mutasi autosom dominan atau kelompok
keluarga dengan frekuensi alel yang jarang
3. Faktor yang ketiga yaitu mekanik yang disebabkan karena disfungsi katup yang
biasanya menyebabkan tekanan berlebih di ventrikel kiri pada lansia yaitu
stenosis aorta
4. Serta faktor yang ke empat yaitu imunitas yang mencakup autoimun dan infeksi
baik virus ataupun bakteri.
C. Batasan Karakteristik
Gejala dan Tanda Mayor Pola Napas Tidak Efektif

Subjektif Objektif
1. Dipsnea 1. Penggunaan otot bantu pernapasan
2. Ortopnea 2. Fase ekspirasi memanjang
3. Pola napas abnormal
4. Pernapasan cuping hidung
5. Diameter thoraks anterior- posterior

Gejala dan Tanda Mayor Intoleransi Aktivitas

Subjektif Objektif
1. Mengeluh lelah 1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari
2. Dipsnea saat atau setelah beraktivita kondisi istirahat
s
2. Tekanan darah berubah >20% dari kondis
3. Merasa tidak nyaman setelah berakt
i istirahat
ivitas
4. Merasa lemah
3. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat
atau setelah melakukan aktivitas

4. Gambaran EKG menunjukan iskemia

5. Sianosi

D. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan


Gagal jantung kronis disebabkan interaksi yang kompleks antara faktor yang mempen
garuhi kontraktiitas yaitu :
a. Preload yaitu derajat regangan miokardium terdapat sebelum kontraksi
b. Afterload yaitu resistensi ejeksi darah dari ventrikel kiri
c. Respon kompensasi neurohormonal dan hemodinamika selanjutnya dari penuruna
n output jantung. Penurunan afterload mempercepat kontraktilitas jantung. Tekana
n yang tinggi atau peningkatan afterload mengurangi kontraktilitas dan menyebab
kan beban kerja jantung yang lebih tinggi. Output jantung di tentukan oleh volume
curah jantung dikali dengan denyut jantung, volume curah jantung ditentukan oleh
preload, kontraktilitas dan afterload. Peningkatan preload dapat meregangkan serat
miokardium dan meningkatkan kekuatan kontraktilitas. Namun peregangan yang b
erlebihan menyebabkan penurunan kontraktilitas.
Peningkatan kontraktilitas meningkatkan volume curah jantung. Namun jika berlebiha
n maka kebituhan oksigen menyebabkan penurunan kontraktilitas. Peningkatan afterlo
ad dapat mengurangi volume curah jantung. Denyut jantung yang dipengaruhi oleh sis
tem
saraf otonom dapat meningkatkan output jantung sehingga denyut jantung berlebihan
( > 160 deyut/menit ) dimana durasi distolik memendak, serta mengurangi pengisian v
entrikel dan volume curah jantung.
Sejumlah mekanisme kompensasi untuk mengurangi output jantug teraktivasi. Pada a
walnya, sistem saraf simpatis akan terstimulasi yang menyebabkan peningkatan denyu
t jantung, kontraksi jantung, vasokontraksi, dan sekresi hormon antidiuretik. Kontraks
i vena dan hormon antidiuretik meningkatkan preload. Mekanisme ini membantu men
gembalikan output jantung hingga melebihi batas, kemudian kebutuhan oksigen miok
ard dan preload yang berlebihan menyebabkan penurunan kontraktilitas dan dekompe
nsasi.
Penurunan output janung dengan penurunan perfusi jantung berikutnya juga mengakti
vasi sistem renin – angiotensin – aldoteron, yang menyebabkan vasokonstriksi
dan retensi cairan. Kondisi ini meningkatkan preload dan output jantung hingga prelo
ad berlebihan dan terjadi dekompensasi (Asikin, 2018).
E. Masalah Keperawatan Lain Yang Muncul
1. Hipervolemia
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), hipervolemia adalah peningkatan vo
lume cairan intravaskuler, intertisial, dan intraseluler.
2. Gangguan Pertukaran gas
Munurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), gangguan pertukaran gas adalah kel
ebihan atau kekurangan oksigenasi atau eleminasi karbondioksida pada membran
alveolus.
F. Intervensi Keperawatan

No Dx INTERVENSI
Kep
Tujuan & Kriteria Hasi Intervensi Rasionalisasi
l
1. Setelah Pemantauan respirasi Pemantauan respirasi
dilakukan
(SIKI, (SIKI,
intervensi
1.01014, hal 247) 1.01014, hal 247):
selama 3x24
jam, maka pola napas Observasi Observasi
membaik dengan kriteria 1. Monitor frekuensi, iram 1. Kecepatan dalam bernapas
hasil (SLKI, hal 95): a, menunjukkan adanya upaya
1. Dispnea menurun kedalaman dan upaya napa tubuh untuk memenuhi
2.Penggunaan otot bantu s kebutuhan oksigen
napas menurun 2. Monitor pola napas (sepe 2. Mengetahui permasalahan
3.Pernapasan cuping hidu rti jalan napas yang dialami
ng menurun bradipnea, takipnea, dan keefektifan pola napas
4. Ortopnea menurun hiperventilasi, kussmaul) klien untuk memenuhi
5.Frekuensi napas memb
3. Monitor tanda-tanda vita kebutuhan oksigen tubuh
aik 3. Untuk mengetahui keadaan
l
6. Kedalaman napas mem umum pasien
Terapeutik
baik Terapeutik
4. Posisikan semi fowler at
au 4. Memudahkan pasien dala

fowler m

5. Berikan oksigen, jika per bernapas


lu 5. Memaksimalkan

6. Atur interval pemantaua pernapasan pasien dengan


n meningkatkan masukan

respirasi sesuai kondisi pasi oksigen


en 6. Agar mengetahui
perubahan kondisi pasien 44
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian dan mencegah perburukan
bronkodilator, ekspektoran, kondisi
mukolitik, jika perlu Kolaborasi
7. Membantu pasien dengan
cara mengencerkan dahak ya
ng sulit keluar
2. Setelah dilakukan interv Manajemen Energi I.051 Manajemen Energi I.05178
ensi selama 3x24 jam, ma 78 (SIKI. I.05178) (SIKI. I.05178)
ka toleransi aktivitas me Obsevasi Obsevasi
mbaik (L.05047) dengan 1. Untuk memantau kondisi
1. Monitor kelelahan f
kriteria hasil : pasien
isik dan emosional
1. Frekuensi nadi … 2. Untuk mengetahui salah sa
2. Monitor lokasi dan
2. Saturasi Oksigen … tu factor penyebab kelelahan
ketidaknyamanan se
3. Kemudahan dalam 3. Untuk mengurangi sesak n
lama melakukan akt
melakukan aktivitas apas dan juga keleahannya.
ifitas
sehari-hari cukup m 4. Untuk melatih kekuatan ot
enurun menjadi seda ot pasien secara bertahap
Terapeutik
ng 5. Untuk melatih kekuatan ot
4. Keluhan lelas dari m 3. Sediakan lingkunga ot dan memperlancar pernafa
eningkat menjadi se n yang nyaman dan san
dang rendah stimulus (mi 6. Untuk melatih kekuatan ot
5. Perasaan lemah dari cahaya, suara,kunju ot pasien secara bertahap
cukup meningkat m ngan)
enjadi sedang 4. Lakukan latihan ren
6. Tekanan darah dari tang gerak pasif
cukup memburuk m 5. Fasilitasi duduk dite
enjadi cukup menin mpat tidur, jika tida
gkat k dapat berpindah at
au berjalan

Edukasi

6. Anjurkan tirah barin


g
7. Anjurkan melakuka
n aktivitas secara be
rtahap
BAB II

TINJAUAN KASUS

Tanggal Masuk : 25 Desember 2023

Tanggal Pengkajian : 25 Desember 2023

Ruang : Alamanda

Pengkaji : Nuraini Riskita

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : TanjurManis rt03/rw02
Diagnosa Medis : CHF
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 25 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : TanjurManis rt03/rw02
Hubungan dengan Pasien : Anak
2. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan dirinya mengalami sesak napas yang sangat berat
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien nampak sesak napas dan terus menerus berusaha mengatur napasnya
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah mengidap gagal jantung dari 10 tahun yang l
alu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa orangtuanya dulu memiliki riwayat diabetes

4. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar Virginia Henderson


a. Pola Oksigenasi
Pasien nampak kesulitan dengan normal tanpa bantuan oksigen

b. Pola Nutrisi
Pasien mengatakan makan dengan normal sehari 3x

c. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan setiap hari BAB 1X, dan BAK normal dengan warna urine sedikit
kekuningan

d. Pola Aktivitas
Pasien mengatakan jika banyak beraktivitas dirinya mudah merasa lelah, dan terkadan
g sesak napasnya kambuh

e. Pola Istirahat dan Tidur


Pasien mengatakan dirinya beristirahat 5-8 jam setiap harinya

f. Pola Mempertahankan Suhu


Pasien mengatakan saat dingin dirinya memakai jaket sedangkan pada cuaca biasa ata
u panas pasien menggunakan kaos maupun daster

g. Pola Berpakaian
Pasien mengatakan dapat berpakaian secara mandiri dan berganti pakaian sehari 2x
h. Pola Personal Hygiene
Pasien mengtakan selalu mandi 2x sehari dan dilakukan secara mandiri

i. Pola Komunikasi
Pasien mengatakan sering bercengkrama dengan keluarga ataupun tetangga sekitar

j. Pola Aman & Nyaman


Pasien mengatakan paling merasa aman dan Nyman disaat berada dilingkungan keluar
ga

k. Pola Spiritual
Pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu dan juga mengikuti kegitan pengajian diling
kungan

l. Pola Rekreasi
Pasien mengatakan dirinya sering bermain dengan cucu, dan saat hari libur sering bep
ergian Bersama keluarga

m. Pola Belajar
Pasien mengatakan sering mendapatkan informasi atau wawasan dari tele[hone

5. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran : CM
c. Tanda-tanda Vital
TD : 183/90
N : 84
RR : 20
S : 36
SPO2 : 86
6. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
a. Kepala : Simetris, tidak ada luka atau jejas
b. Wajah : Sedikit pucat
c. Mata : Tidak anemis
d. Hidung : Bersih
e. Mulut : Pucat
f. Telinga : Bentuk Simetris
g. Leher : Simetris
h. Dada
Paru-paru
I : Normal, tidak ada lesi maupun jejas

P : Tidak ada kelainan

P : Sonor

A : Tidak ada suara tambahan

Jantung
I : Tidak terdapat asites

P : Tidak ada kelainan

P : Reguler

A : BJ 1 > BJ II

i. Abdomen
I : Tidak ada jejas
A : Tidak ada nyeri tekan
P : Tympani
P : Bisisng usus 20x/menit, bunyi peristaltic normal, vaskuler

j. Kulit
Bersih, sedikit pucat
k. Genetalia
Bersih

7. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium dan Diagnostik

NO Jenis pemeriksaan Nilai Normal Hasil


1. Hemoglobin (13.2 – 17.3) 15.20
2. Hematokrit: (40.0 – 52.0) 45.20
3. Eritrosit: (4.40 – 5.00) 5.51 H
4. Trombosit: (150 – 400) 222.00
5. PCT: (1.09-1.82) 0.196 L
6. Leukosit: (3.80 – 10.60) 9.38
7. Neutrofil%: (50 – 70) 71.90 H
8. Limfosit%: (25.00 – 40.00) 19.00 L
9. GDS (74-106) 242 H
10. Kreatinin (0.6-1.5) 1.19
11. Natrium (135 – 147) 133.9 L
12. Kalium (95-105) 101.7

8. Terapi Medis

NO Jenis obat Dosis Indikasi


1. Furosemide 3x1 Untuk menurunkan tekanan darah tinggi, da
n mencegah stroke, serangan jantung, serta g
angguan ginjal.
2. Ramipril 1x5mg untuk menangani tekanan darah tinggi (hiper
tensi) dan gagal jantung.
3. Spironolactone 1x25mg untuk membuang natrium dan cairan berlebi
h melalui urine.
4. Ranitidine 2x1 untuk mengobati ulkus duodenum aktif, ulku
s gaster benigna aktif, refluks esofagitis, penc
egahan relaps ulkus peptikum, hipersekresi p
atologis seperti sindroma zollinger-ellison.
5. Glimepirid 1x1mg untuk menurunkan kadar gula darah pada pe
nderita diabetes tipe 2
6. Metformin 2x500 mg mengontrol dan menurunkan kadar gula dara
h pada penderita diabetes tipe 2.
B. MASALAH KEPERAWATAN
2. Analisa Data

NO DATA FOKUS PATHWAY ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Pola napas tidak efekti Hambatan upa Pola nafas tidak
Pasien mengatakan mer f ya efektif
napas (kelema (SDKI, D.0005)
asa han
sesak sejak 1 minggu ya Mendesak diafragma
otot nafas)
ng lalu dan memberat s
(Splenomega) (Hepati
ejak tadi malam
mega)

DO: (Lien) (Hepa)


- Pasien nempak sesak,
seperti ngos-ngosan Bendungan Vena Siste
TTV : mik
- RR: 32-40 x/menit
Bendungan Atrium
- SpO2: 98%
- TD: 183/90 Tekanan Diastole
- N: 97x/menit
Gagal Pompa ke Ventri
kel

2. DS: Intoleransi Aktivitas Ketidak seim Intoleransi Aktivit


Pasien mengatakan bad bangan antara as
an terasa lemas dan mu Fatigue suplai dan keb
dah utuhan oksige
lelah n
DO: Asidosis metabolic
- Pasien tirah baring saa
t Metabolisme
berada di rumah sakit
TTV :
Suplay darah
- RR: 32-40 x/menit
- SpO2: 98%
Forward failure
- TD: 183/90
- N: 97x/menit

Gagal pompa ke ventri


kel

2.Prioritas Masalah

b. Pola Napas Tidak Efektif b.d Hambatan Upaya Napas


c. Intoleransi Aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx INTERVENSI
Kep
Tujuan & Kriteria Hasi Intervensi Rasionalisasi
l
1. Setelah Pemantauan respirasi Pemantauan respirasi
dilakukan
(SIKI, (SIKI,
intervensi
1.01014, hal 247) 1.01014, hal 247):
selama 3x24
jam, maka pola napas Observasi Observasi
membaik dengan kriteria 1. Monitor frekuensi, iram 1. Kecepatan dalam bernapas
hasil (SLKI, hal 95): a, menunjukkan adanya upaya
1. Dispnea menurun kedalaman dan upaya napa tubuh untuk memenuhi
2.Penggunaan otot bantu s kebutuhan oksigen
napas menurun 2. Monitor pola napas (sepe 2. Mengetahui permasalahan
3.Pernapasan cuping hidu rti jalan napas yang dialami
ng menurun bradipnea, takipnea, dan keefektifan pola napas
4. Ortopnea menurun hiperventilasi, kussmaul) klien untuk memenuhi
5.Frekuensi napas memb
3. Monitor tanda-tanda vita kebutuhan oksigen tubuh
aik 3. Untuk mengetahui keadaan
l
6. Kedalaman napas mem umum pasien
Terapeutik
baik Terapeutik
4. Posisikan semi fowler at 4. Memudahkan pasien dala
au m
fowler bernapas
5. Berikan oksigen, jika per 5. Memaksimalkan
lu pernapasan pasien dengan
6. Atur interval pemantaua meningkatkan masukan
n oksigen
respirasi sesuai kondisi pasi 6. Agar mengetahui
en perubahan kondisi pasien 44
Kolaborasi dan mencegah perburukan

7. Kolaborasi pemberian kondisi

bronkodilator, ekspektoran, Kolaborasi


7. Membantu pasien dengan
mukolitik, jika perlu
cara mengencerkan dahak ya
ng sulit keluar
2. Setelah dilakukan interv Manajemen Energi I.051 Manajemen Energi I.05178
ensi selama 3x24 jam, ma 78 (SIKI. I.05178) (SIKI. I.05178)
ka toleransi aktivitas me
Obsevasi Obsevasi
mbaik (L.05047) dengan
kriteria hasil :
1. Monitor kelelahan fis 1. Untuk memantau kondisi
1. Frekuensi nadi …
ik dan emosional pasien
2. Saturasi Oksigen …
2. Monitor lokasi dan k
3. Kemudahan dalam 2. Untuk mengetahui salah sa
etidaknyamanan selama
melakukan aktivitas tu factor penyebab kelelahan
melakukan aktifitas
sehari-hari cukup m
3. Untuk mengurangi sesak n
enurun menjadi seda Terapeutik
apas dan juga keleahannya.
ng
3. Sediakan lingkungan
4. Keluhan lelas dari m
4. Untuk melatih kekuatan ot
yang nyaman dan renda
eningkat menjadi se
ot pasien secara bertahap
h stimulus (mi cahaya,
dang
suara,kunjungan)
5. Perasaan lemah dari 5. Untuk melatih kekuatan ot
4. Lakukan latihan rent
cukup meningkat m ot dan memperlancar pernafa
ang gerak pasif
enjadi sedang
6. Tekanan darah dari 5. Fasilitasi duduk dite
san
cukup memburuk m mpat tidur, jika tidak da
enjadi cukup menin pat berpindah atau berja
6. Untuk melatih kekuatan ot
gkat lan
ot pasien secara bertahap

Edukasi

6. Anjurkan tirah baring


7. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertaha
p

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Waktu No.Dx ke Implementasi Respon Paraf


p
Senin, 25 Dese 1. - Mengkaji keluhan pasien: - Pasien napmpak Nuraini
mber 2023 pasien mengatakan sulit bernapas Riskita

merasa sesak nafas seperti ngos- - Pasien bersedia


ngos an dipasangkan alat bantu
napas oksigen
- Mengobservasi keadaan umum
dan TTV:

Nadi: 97x/menit

RR: 32-40x/menit,

TD: 183/90 mmHg,

SpO2: 96%

- Memasang O2 dengan benar


26 Desember 1. Memastikan O2 terpasang - Pasien merasa sesak Nuraini
2023 napas berkurang saat Riskita
dengan benar dan dipasang oksigen

- Memonitor aliran O2 (nasal - Pasien mengatakan


kanul 4 lpm) dengan posisi yang
dianjurkan dapat
- Memonitor pola nafas, monitor
mengurangi sesak
saturasi oksigen
napasnya

- Memberikan posisi semi fowler

27 Desember 1. - Mengajarkan tarik napas Pasien mengatakan Nuraini


2023 dalam: pasien mampu mengatur dengan tarik napas Riskita
napas dalam dapat sedikit
membantu
mengkontrol pola
napasnya dan juga rasa
cemasnya.
25 Desember 2. - Monitor kelelahan fisik dan e - Pasien mengatakan Nuraini
2023 mosional lelah dan kesulitan Riskita
berbicara karena sesak
- Monitor lokasi dan ketidaknya
napas
manan selama melakukan aktifit
as. - Pasien mengatakan
untuk berjalan masih
merasa lemas dan
mudah lelah
26 Desember 2. - Sediakan lingkungan yang nya - Pasien mengatakan Nuraini
2023 man dan rendah stimulus (mi cah lebih nyaman dengan Riskita
aya, suara,kunjungan) kondisi ruangan yang
- Lakukan latihan rentang gerak sunyi
pasif
- Pasien bersedia
- Fasilitasi duduk ditempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau b untuk diajarkan latihan
erjalan gerak pasif seperti
menggerakan bagian
tangan dan kakinya
guna melatih otot
ekeswtermitas atas dan
bawah

- Pasien mengatakan
sesekali duduk
dikarenakan cukup
mengurangi sesak
napasnya
27 Desember 2. - Anjurkan tirah baring - Pasien mengatakn Nuraini
2023 bersedia melakukan Riskita
- Anjurkan melakukan aktivitas s
tirah baring karena
ecara bertahap
nyaman dan cukup
membantu mengurangi
rasa sesak napasnya

- Pasien bersedia
melakukan aktivitas
bertahap seperti
beranjak dari tempat
tidur

5. EVALUASI KEPERAWATAN

Hr/Tgl No Dx K Evaluasi(SOAP) Paraf


ep
25 Desember 2 1. S: Nuraini
023 Pasien mengatakan sudah tidak Riskita
sesak napas
O:
- RR: 18 x/menit dengan nasal
4lpm
- SpO2: 98%
- Ronchi +/+ minimal
- Retraksi dada + (minimal)
- TD: 120/78
- N: 100x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

25 Desember 2 2. Nuraini
023 Riskita

25 Desember 2. - Monitor kelelahan fisik dan em - Pasien mengatakan Nuraini


2023 osional lelah dan kesulitan Riskita
berbicara karena sesak
- Monitor lokasi dan ketidaknya
napas
manan selama melakukan aktifita
s. - Pasien mengatakan
untuk berjalan masih
merasa lemas dan
mudah lelah
26 Desember 2. - Sediakan lingkungan yang nya - Pasien mengatakan Nuraini
2023 man dan rendah stimulus (mi cah lebih nyaman dengan Riskita
aya, suara,kunjungan) kondisi ruangan yang
sunyi
- Lakukan latihan rentang gerak
pasif - Pasien bersedia untuk
diajarkan latihan gerak
- Fasilitasi duduk ditempat tidur,
pasif seperti
jika tidak dapat berpindah atau b
menggerakan bagian
erjalan tangan dan kakinya
guna melatih otot
ekeswtermitas atas dan
bawah

- Pasien mengatakan
sesekali duduk
dikarenakan cukup
mengurangi sesak
napasnya
27 Desember 2. - Anjurkan tirah baring - Pasien mengatakn Nuraini
2023 bersedia melakukan Riskita
- Anjurkan melakukan aktivitas s
tirah baring karena
ecara bertahap
nyaman dan cukup
membantu mengurangi
rasa sesak napasnya

- Pasien bersedia
melakukan aktivitas
bertahap seperti
beranjak dari tempat
tidur

EVALUASI

25 Desember 2 2. S: Nuraini
023 Riskita
Pasien mengatakan sudah tidak sesak dan dapat melakuk
an sedikit aktivitas, seperti berjalan kekamar mandi secar
a mandiri

O:

Pasien nampak dapat beranjak dari tempat tidur dan juga


melakukan olah raga kecil seperti peregangan tangan dan
a kaki

A:

Masalah teratasi sebagian

P:

Intervensi di hentikan.

PEMBAHASAN

Paseien mengeluh dadanya sesak sejak 1 minggu yang lalu, dan memberat sejat tadi malam,
namun pada saat duduk dan berisitirahat sesak pasien membaik, sehingga diagnosa utama
yang paling mendekati dengan kasus ini yaitu pola napas tidak efektif, dikarenakan adanya
inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi secara adekuat (PPNI, 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan De
wasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

Aryantiningsih, D. S., & Silaen, J. B. (2018). Hypertension in the community of the Harapan
Raya Puskesmas Pekanbaru. J Ipteks Terap, 12(1), 64-77.

PPNI, T. P. S. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1. Dpp Ppni.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai