Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GAGAL NAFAS &

KEDARURATAN SISTEM PERNAPASAN

NAMA KELOMPOK :

1. KARISMA INDAH PERMATA HATI 1914401085


2. NABILA ZAHRA 1914401101
3. EZRA HERDANI 1914401084
4. SIMSON WINDU SASONGKO 1914401096
5. ANINDYA IDA APRIANDHINI 1914401091
A. ARDS
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon
dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi
difusi atau perfusi
ARDS

ARDS (jugadisebutsyokparu) akibat cedera paru dimana sebelumnya paru sehat, sindrom ini
mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000 pasien tiap tahun, dengan laju mortalitas
65% untuk semua pasien yang mengalami ARDS. Faktor resiko menonjol adalah sepsis.
Kondisi pencetus lain termasuk trauma mayor, KID, tranfusi darah, aspirasi tenggelam,
inhalasi asap atau kimia, gangguan metabolic toksik, pankreatitis, eklamsia, dan
kelebihandosisobat
ETIOLOGI

1) Depresi Sistem saraf pusat


2) Kelainan neurologis primer
3) Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
4) Trauma
5) Penyakit akut paru

patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana
Gagal nafasmasing masing
ada dua macam yaitumempunyai pengertian
gagal nafas akut dan yang
gagal nafas kronik berbeda.
dimana masing Gagal nafas
masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang
akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang paruny anormal
timbul pada pasien yang paruny anormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
secara
penyakit struktural maupun
timbul. Sedangkan fungsional
gagal nafas kronik adalahsebelum awitan
terjadi pada pasien penyakit
dengan penyakit timbul.
Sedangkan gagal
paru kronik seperti nafas
bronkitis kronik
kronik, emfisemaadalah terjadi
dan penyakit pada(penyakit
paru hitam pasienpenambang
dengan penyakit
batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk
paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
secara bertahap
(penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap
MANIFESTASI KLINIS

1)Peningkatan jumlah pernapasan


2)Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
3)Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
4)Penurunan kesadaran mental
5) Takikardi, takipnea
6)Terdapat retraksi interkosta
7)Sianosis
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing
masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang
8)Hipoksemia
timbul pada pasien yang paruny anormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
9)Auskultasi paru
penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik
10)Auskultasi seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang
jantung
batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk
11)Pernapasan yang cepatsertadangkaldandispnea dengan kesulitan bernafas
secara bertahap
12) Peningkatan frekuensi ventilasi
13) Retraksi intercostal dan suprasternal
14) Gelisah
15) Disfungsi motorik
16) Asidosis respiratorik
17) Asidosis metabolik
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

• Pemeriksaan fungsi ventilasi


• Pemeriksaan status oksigen
• Pemeriksaan status asam-basa
• Arteri gas darah (AGD)
• Oksimetri nadi
• Pemantauan CO2
• Hitung darah lengkap
• Sinar-X
• EKG
• Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah
• Pemeriksaan Rontgent Dada
• Tes Fungsi paru
PENATALAKSANAAN MEDIS

 Terapi Oksigen
 Ventilasi Mekanik
 Positif End Expiratory Breathing (PEEB)
 Memastikan volume cairan yang adekuat
 Terapi Farmakologi
 Pemeliharaan Jalan Napas
 Pencegahan Infeksi
 Dukungan nutrisi
ASUHAN KEPERAWATAN ARDS
ASUHAN KEPERAWATAN ARDS

1. Pengkajian
a) Identitas
b) Keluhan utama
c) Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit saat ini
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
2. Pengkajian Primer
3. Pemeriksaan fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN ARDS

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan


hilangnya fungsi jalan napas, peningkatan sekret pulmonal,
peningkatan resistensi jalan napas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi
alveoli, penumpukan cairan di alveoli, hilangnya surfaktan pada
permukaan alveolus
3. Nyeri berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO.
TUJUAN INTERVENSI
DX
I Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan 1. Monitor fungsi pernapasan, Frekuensi, irama, kedalaman, bunyi dan
bersihan jalan napas meningkat, dengan kriteris penggunaan otot tambahan.
hasil : 2. Berikan Posisi semi Fowler
a. Frekuensi nafas membaik 3. Berikan terapi O2
b. Batuk efektif meningkat 4. Lakukan suction
c. Produksi sputum menurun 5. Berikan fisioterapi dada
 
 

2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan 1. Kaji status pernapasan , catat peningkatan respirasi dan perubahan pola
pertukaran gas meningkat , dengan kriteris hasil : napas .
a. Dispnea menurun 2. Kaji adanya sianosis dan Observasi kecenderungan hipoksia dan
b. Bunyi nafas tambahan menurun hiperkapnia
c. FCO2, PO2, dan pH arteri membaik 3. Berikan istirahat yang cukup dan nyaman
4. Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
5. Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik,
bronchodilator dan ekspektorant
(LANJUTAN) INTERVENSI
KEPERAWATAN
NO.
TUJUAN INTERVENSI
DX
3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan a. Observasi karakteristik nyeri. Misalnya: tajam, konstan, ditusuk.
tingkat nyeri meningkat , dengan kriteris hasil : Selidiki perubahan karakter /lokasi/intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun b. Pantau TTV.
  c. Berikan tindakan nyaman. Misalnya: pijatan punggung, perubahan
posisi, musik tenang, relaksasi/latihan nafas.
d. Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
e. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama
episode batukikasi
f. Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi

4. Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat  laporan  dispnea,
toleransi aktivitas meningkat , dengan kriteris peningkatan kelemahan atau kelelahan.
hasil : 2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase
a. Dispnea menurun akut sesuai indikasi. 
b. Keluhan lelah menurun 3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatandan
. perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat.
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
PNEUMOTORAX

Pneumotoraks adalah adanya udara atau gas dalam rongga pleura, yaitu, di
ruang potensial antara pleura viseral dan parietal paru. Hasilnya adalah
kolapsnya paru-paru pada sisi yang terkena. Udara bisa masuk ruang
intrapleural melalui hubungan dari dinding dada (yaitu trauma) atau
melalui parenkim paru-paru di pleura visceral.
ETIOLOGI
o Pneumotoraks primer: terjadi tanpa disertai penyakit paru yang
mendasarinya.
o Pneumotoraks sekunder: merupakan komplikasi dari penyakit paru yang
mendahuluinya.
o Pneumotoraks traumatik: terjadi akibat cedera traumatik pada
dada.Traumanya bisa bersifat menembus (luka,tusuk,peluru atau tumpul
(benturan pada kecelakaan bermotor).
PATOFISIOLOGI

Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative daripada tekanan


intrabronkhial, sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks
dan udara dari luar yang tekanannya nol akan masuk ke bronchus sehingga
sampe ke alveoli.Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada
sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi dari tekanan dialveolus
ataupun di bronchus sehingga udara ditekan keluar melalui bronchus.
MANIFESTASI KLINIK

Pasien mengeluh awitan mendadak nyeri pada pluritik akut


yang terlokalisasi pada paru yang sehat.
Nyeri dada pluritik biasanya disertai sesak nafas
Gerakan dinding dada mungkin tidak sama karena sisi yang
sakit tidak mengembang seperti sisi yang sehat.
Suara nafas jatuh dan tidak ada
Perkusi dada menghasilkan suara hipersonan
Takikardi sering terjadi menyertai tipe
pneumotoraks(Nurarif,amin 2016)
PENATALAKSANAAN

1) Farmakologi
2) Terapi oksigen
3) Drainase sederhana untuk aspirasi udara pleura menggunakan kateter
4) Penempatan pipa kecil yang dipasang satu jalur pada katup helmic
5) Obat simptomatis
6) Pemeriksaan radiologi
HEMOTHORAX

Hemathorax adalah adanya darah dalam rongga pleura.Sumber mungkin


darah dinding dada,parenkim paru –paru, jantung atau pembuluh darah
besar.kondisi diasanya merupakan konsekuensi dari trauma tumpul atau
tajam.Ini juga mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit.
(Puponegoro,1995).

ETIOLOGI
Traumatik
Non Traumatik
MANIFESTASI KLINIS

Beberapa tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan gangguan Hemathorax, yaitu:
1. Tachypne
2. Dyspnea
3. Cyanosis
4. Tachycardia
5. Hipotensi
6. Anemia
7. Nyeri di dada
8. Kelelahan
9. Gelisah dan cemas
10. Gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical)
11. Penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena
12. Dul ness pada perkusi
13. Adanya krepitasi saat palpasi
14. Berkeringat
PATOFISIOLOGI

Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler, kolaps terjadi


pendarahan akibat pecahnya arteri dan kapiler-kapiler kecil , sehingga
tekanan perifer pembuluh darah paru meningkat, dan aliran darah
menurun yang mengakibakan kadar Hb dalam darah menurun, anemia,
syok hipovalemik, sesak napas, tahipnea, sianosis, tachikardia.

DERAJAT PENDARAHAN HEMOTHORAX


 Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)
 Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)
 Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)
 Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
KOMPLIKASI HEMOTHORAX

A. Kehilangan darah
B. Kegagalan pernapasan
C. Syok
D. Kematian
E. Fibrosis atau parut dari membran pleura

PENATALAKSANAAN
F. Hemothorak kecil
G. Hemothorak sedang
H. Hemothorak besar
EFUSI PLEURA

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain

Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti
pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig
(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,
virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura,
karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma
3. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi
Patofisiologi

Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi
seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini
dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik,
tekanan koloid dan daya tarik elastis.

Manifestasi Klinis
1.Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus)
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada)


2) Ultrasonografi
3) Torakosentesis / pungsi pleura
4) Cairan pleural
5) Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
Penatalaksanaan Medis

1) Tujuan pengobatan
2) Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan
3) penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa
hari atau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri
4) Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin
5) Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI
PLEURA

1. Pengkajian
a) Pengkajian Primer (Primery Survey) :
 Air way
• Ada atau tidak penumpukan secret
• Refleks batuk menurun
• Refleks menelan menurun
• Wheezing
• Edema tracheal/faringeal
 Breathing
• Sesak nafas
• RR > 20 x/menit
• Menggunakan otot bantu pernafasan
• Retraksi dinding dada asimitris
• Irama nafas tidak teratur,
• Pernafasan cepat dan dangkal
 Circulation
• Nadi cepat
• TD meningkat atau hipotensi
• Distritmia
 Disability
• Kesadaran GCS
• Pupil
• Mual / muntah
• Gelisah
• Nyeri dada
2. Pengkajian Sekunder (Secondary Survey) :
a) Aktifitas/istirahat
Gejala : Dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi,
DVJ.
c. Integritas ego
Tanda : Ketakutan, gelisah.
d. Makanan / cairan
Adanya pemasangan infus intravena.
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas
dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi.
F. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma.
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi
interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat),
Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi
cairan.
Observasi dan palpasi dada : Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila
trauma, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,
berkeringat, krepitasi subkutan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru


(akumulasi udara/cairan) yang ditandai dengan : Dispneu, takipneu, perubahan
kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan
dada dan sianosis.
2) Nyeri Akut berhubungan dengan faktor-faktor biologis (trauma jaringan) yang
ditandai dengan : Nyeri tekan pada dada, penggunaan otot aksesori, wajah
tampak meringis dan batuk.
3) Resiko tinggi trauma/henti napas berhubungan dengan proses system drainase
dada (WSD) yang ditandai dengan : Takipneu, gangguan pengembangan dada
dan sianosis

Intervensi Keperawatan

4) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru


(akumulasi udara/cairan).
Tucumán : Pola nafas efektif membaik
Kriteria hasil :
Frekuensi dan kedalaman napas membaik
Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia.
Intervensi :
Kaji tanda-tanda vital klien
Kaji pola napas klien, frekuensi irama napas, kedalaman upaya pernapasan, dan bunyi napas
tambahan.
Berikan penjelasan pada klien tentang penyebab sesak.
Auskultasi bunyi napas.
Catat pengembangan dada dan posisi trakea.
Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur.
Catat karakter/jumlah drainase selang dada.
Berikan oksigen melalui kanul/masker.
2. Nyeri akut berhubungan dengan faktor-faktor biologis (trauma jaringan).
Tujuan : Tingkat nyeri menurun
Kriteria hasil :
-Keluhan nyeri menurun
-Gelisah menurun
Intervensi :
1. Kaji tanda-tanda vital klien
2. Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri
3. Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi.
4. Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi
5. Jelaskan pada pasien penyebab timbulnya rasa sakit/nyeri.
6. Berikan analgetik sesuai indikasi
3. Resiko tinggi trauma/henti napas berhubungan dengan proses system
drainase dada (WSD).
Tujuan : Tidak terjadi trauma atau henti napas
Kriteria hasil :
- Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi
- Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik
Intervensi :
 Kaji dengan klien tujuan/fungsi unit drainase, catat gambaran
keamanan.
 Amankan unit drainase pada tempat tidur dengan area lalu lintas rendah
 Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti ulang
kasa penutup steril sesuai kebutuhan.
 Anjurkan klien menghindari berbaring/menarik selang
 Observasi tanda distress pernapasan bila kateter toraks lepas/tercabut.
Thoraksintesis

Thoracentesis adalah tindakan yang dilakukan pada pasien yang menderita


efusi pleura, suatu penyakit yang ditandai dengan penimbunan cairan di
rongga pleura.

Tujuan
• Mengurangi rasa sesak nafas
• Mengeluarkan udara dari rongga pleura
• Mengurangi rasa sakit
 
Indikasi Pasien dengan tension pneumatorax
 
Prosedur Thoraksintesis
1) Persiapan Pasien
2) Peralatan
3) Posisi Pasien
4) Prosedural
Pneumonectomi

Pneumonektomi adalah prosedur pengangkatan salah satu paru-paru karena kanker,


trauma atau kondisi lainnya. Pnemonektomi berfungsi untuk mengurangi
penyebaran kanker dengan mengangkat salah satu paru-paru yang sudah rusak.

Jenis Pneumonektomi
 Pneumonektomi Standar
 Pneumonektomi Ekstrapleural

Persiapan Pneumonektomi
Tes yang dilakukan pasien meliputi
 Rontgen dada
 Ct scan
 Pemindaian positron emission tomography (PET),
 Elektrokardiogram (EKG)
 Tes fungsi paru
 Pemindaian ventilasi-perfusi
 Tes darah

Prosedur Pneumonektomi
Rangkaian prosedur pneumonektomi adalah sebagai berikut:
1. Perawat akan memasang infus dan memantau tekanan darah, detak jantung, dan kadar oksigen
selama operasi.
2. Selanjutnya, dokter akan memberikan anestesi umum, sehingga pasien akan tertidur dan tidak
merasakan apapun selama operasi.
3. Sebuah tabung endotrakeal akan ditempatkan melalui mulut pasien ke paru-paru yang sehat
untuk memungkinkan ventilator bekerja untuk pasien selama operasi.
4. Kemudian, dokter membuat sayatan panjang yang mengikuti lekuk tulang rusuk, di sepanjang
sisi tubuh pasien.
5. Dokter akan merentangkan tulang rusuk dan mungkin mengangkat sebagian tulang rusuk agar
dapat mengakses paru-paru pasien.
6. Setelah paru-paru dapat diakses, dokter akan mengempiskan paru-paru
yang terkena kanker. Arteri dan vena utama yang berjalan ke paru-paru
akan diikat, dan bronkus yang menuju ke paru-paru akan diikat serta
dijahit. Kemudian, dokter akan mengangkat paru-paru.
7. Setelah paru-paru diangkat, dokter bedah akan memeriksa dengan cermat
untuk memastikan semua perdarahan terkontrol dan menutup sayatan
dengan jahitan.
8. Dokter akan meninggalkan saluran pembuangan sementara di ruang
antara dua selaput yang mengelilingi paru-paru.
9. Jika pasien mengalami pneumonektomi ekstrapleural, ahli bedah akan
mengangkat paru-paru yang sakit. Dokter juga akan dengan hati-hati
mengeluarkan pleura dari dinding dada. Bagian perikardium dan diafragma
akan dipotong di sisi yang terkena kanker. Dua bagian tersebut akan diganti
dengan tambalan Gore-Tex, bahan sintetis yang aman.
Setelah selesai melakukan prosedur, pasien akan dipindahkan ke ruang
ICU. Pada masa-masa awal proses pemulihan, pernapasan pasien akan
dibantu dengan ventilator.

Risiko Pneumonektomi

Risiko umum pembedahan, meliputi:


1) Reaksi anestesi, seperti reaksi alergi dan masalah pernapasan
2) Pendarahan
3) Pembekuan darah
4) Infeksi
TERIMAKASIH
YAA..

Anda mungkin juga menyukai