NAMA KELOMPOK :
ARDS (jugadisebutsyokparu) akibat cedera paru dimana sebelumnya paru sehat, sindrom ini
mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000 pasien tiap tahun, dengan laju mortalitas
65% untuk semua pasien yang mengalami ARDS. Faktor resiko menonjol adalah sepsis.
Kondisi pencetus lain termasuk trauma mayor, KID, tranfusi darah, aspirasi tenggelam,
inhalasi asap atau kimia, gangguan metabolic toksik, pankreatitis, eklamsia, dan
kelebihandosisobat
ETIOLOGI
patofisiologi
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana
Gagal nafasmasing masing
ada dua macam yaitumempunyai pengertian
gagal nafas akut dan yang
gagal nafas kronik berbeda.
dimana masing Gagal nafas
masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang
akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang paruny anormal
timbul pada pasien yang paruny anormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
secara
penyakit struktural maupun
timbul. Sedangkan fungsional
gagal nafas kronik adalahsebelum awitan
terjadi pada pasien penyakit
dengan penyakit timbul.
Sedangkan gagal
paru kronik seperti nafas
bronkitis kronik
kronik, emfisemaadalah terjadi
dan penyakit pada(penyakit
paru hitam pasienpenambang
dengan penyakit
batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk
paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
secara bertahap
(penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap
MANIFESTASI KLINIS
Terapi Oksigen
Ventilasi Mekanik
Positif End Expiratory Breathing (PEEB)
Memastikan volume cairan yang adekuat
Terapi Farmakologi
Pemeliharaan Jalan Napas
Pencegahan Infeksi
Dukungan nutrisi
ASUHAN KEPERAWATAN ARDS
ASUHAN KEPERAWATAN ARDS
1. Pengkajian
a) Identitas
b) Keluhan utama
c) Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit saat ini
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
2. Pengkajian Primer
3. Pemeriksaan fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN ARDS
NO.
TUJUAN INTERVENSI
DX
I Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan 1. Monitor fungsi pernapasan, Frekuensi, irama, kedalaman, bunyi dan
bersihan jalan napas meningkat, dengan kriteris penggunaan otot tambahan.
hasil : 2. Berikan Posisi semi Fowler
a. Frekuensi nafas membaik 3. Berikan terapi O2
b. Batuk efektif meningkat 4. Lakukan suction
c. Produksi sputum menurun 5. Berikan fisioterapi dada
2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan 1. Kaji status pernapasan , catat peningkatan respirasi dan perubahan pola
pertukaran gas meningkat , dengan kriteris hasil : napas .
a. Dispnea menurun 2. Kaji adanya sianosis dan Observasi kecenderungan hipoksia dan
b. Bunyi nafas tambahan menurun hiperkapnia
c. FCO2, PO2, dan pH arteri membaik 3. Berikan istirahat yang cukup dan nyaman
4. Berikan humidifier oksigen dengan masker CPAP jika ada indikasi
5. Berikan obat-obat jika ada indikasi seperti steroids, antibiotik,
bronchodilator dan ekspektorant
(LANJUTAN) INTERVENSI
KEPERAWATAN
NO.
TUJUAN INTERVENSI
DX
3. Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan a. Observasi karakteristik nyeri. Misalnya: tajam, konstan, ditusuk.
tingkat nyeri meningkat , dengan kriteris hasil : Selidiki perubahan karakter /lokasi/intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun b. Pantau TTV.
c. Berikan tindakan nyaman. Misalnya: pijatan punggung, perubahan
posisi, musik tenang, relaksasi/latihan nafas.
d. Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
e. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama
episode batukikasi
f. Kolaborasi dalam pemberian analgesik sesuai indikasi
4. Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan 1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea,
toleransi aktivitas meningkat , dengan kriteris peningkatan kelemahan atau kelelahan.
hasil : 2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase
a. Dispnea menurun akut sesuai indikasi.
b. Keluhan lelah menurun 3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatandan
. perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat
4. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat.
5. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
PNEUMOTORAX
Pneumotoraks adalah adanya udara atau gas dalam rongga pleura, yaitu, di
ruang potensial antara pleura viseral dan parietal paru. Hasilnya adalah
kolapsnya paru-paru pada sisi yang terkena. Udara bisa masuk ruang
intrapleural melalui hubungan dari dinding dada (yaitu trauma) atau
melalui parenkim paru-paru di pleura visceral.
ETIOLOGI
o Pneumotoraks primer: terjadi tanpa disertai penyakit paru yang
mendasarinya.
o Pneumotoraks sekunder: merupakan komplikasi dari penyakit paru yang
mendahuluinya.
o Pneumotoraks traumatik: terjadi akibat cedera traumatik pada
dada.Traumanya bisa bersifat menembus (luka,tusuk,peluru atau tumpul
(benturan pada kecelakaan bermotor).
PATOFISIOLOGI
1) Farmakologi
2) Terapi oksigen
3) Drainase sederhana untuk aspirasi udara pleura menggunakan kateter
4) Penempatan pipa kecil yang dipasang satu jalur pada katup helmic
5) Obat simptomatis
6) Pemeriksaan radiologi
HEMOTHORAX
ETIOLOGI
Traumatik
Non Traumatik
MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan gangguan Hemathorax, yaitu:
1. Tachypne
2. Dyspnea
3. Cyanosis
4. Tachycardia
5. Hipotensi
6. Anemia
7. Nyeri di dada
8. Kelelahan
9. Gelisah dan cemas
10. Gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical)
11. Penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena
12. Dul ness pada perkusi
13. Adanya krepitasi saat palpasi
14. Berkeringat
PATOFISIOLOGI
A. Kehilangan darah
B. Kegagalan pernapasan
C. Syok
D. Kematian
E. Fibrosis atau parut dari membran pleura
PENATALAKSANAAN
F. Hemothorak kecil
G. Hemothorak sedang
H. Hemothorak besar
EFUSI PLEURA
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain
Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti
pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig
(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,
virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura,
karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma
3. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi
Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi
seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini
dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik,
tekanan koloid dan daya tarik elastis.
Manifestasi Klinis
1.Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus)
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
Pemeriksaan Diagnostik
1) Tujuan pengobatan
2) Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan
3) penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa
hari atau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri
4) Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin
5) Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI
PLEURA
1. Pengkajian
a) Pengkajian Primer (Primery Survey) :
Air way
• Ada atau tidak penumpukan secret
• Refleks batuk menurun
• Refleks menelan menurun
• Wheezing
• Edema tracheal/faringeal
Breathing
• Sesak nafas
• RR > 20 x/menit
• Menggunakan otot bantu pernafasan
• Retraksi dinding dada asimitris
• Irama nafas tidak teratur,
• Pernafasan cepat dan dangkal
Circulation
• Nadi cepat
• TD meningkat atau hipotensi
• Distritmia
Disability
• Kesadaran GCS
• Pupil
• Mual / muntah
• Gelisah
• Nyeri dada
2. Pengkajian Sekunder (Secondary Survey) :
a) Aktifitas/istirahat
Gejala : Dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi,
DVJ.
c. Integritas ego
Tanda : Ketakutan, gelisah.
d. Makanan / cairan
Adanya pemasangan infus intravena.
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas
dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi.
F. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma.
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi
interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat),
Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi
cairan.
Observasi dan palpasi dada : Gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila
trauma, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,
berkeringat, krepitasi subkutan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan
Tujuan
• Mengurangi rasa sesak nafas
• Mengeluarkan udara dari rongga pleura
• Mengurangi rasa sakit
Indikasi Pasien dengan tension pneumatorax
Prosedur Thoraksintesis
1) Persiapan Pasien
2) Peralatan
3) Posisi Pasien
4) Prosedural
Pneumonectomi
Jenis Pneumonektomi
Pneumonektomi Standar
Pneumonektomi Ekstrapleural
Persiapan Pneumonektomi
Tes yang dilakukan pasien meliputi
Rontgen dada
Ct scan
Pemindaian positron emission tomography (PET),
Elektrokardiogram (EKG)
Tes fungsi paru
Pemindaian ventilasi-perfusi
Tes darah
Prosedur Pneumonektomi
Rangkaian prosedur pneumonektomi adalah sebagai berikut:
1. Perawat akan memasang infus dan memantau tekanan darah, detak jantung, dan kadar oksigen
selama operasi.
2. Selanjutnya, dokter akan memberikan anestesi umum, sehingga pasien akan tertidur dan tidak
merasakan apapun selama operasi.
3. Sebuah tabung endotrakeal akan ditempatkan melalui mulut pasien ke paru-paru yang sehat
untuk memungkinkan ventilator bekerja untuk pasien selama operasi.
4. Kemudian, dokter membuat sayatan panjang yang mengikuti lekuk tulang rusuk, di sepanjang
sisi tubuh pasien.
5. Dokter akan merentangkan tulang rusuk dan mungkin mengangkat sebagian tulang rusuk agar
dapat mengakses paru-paru pasien.
6. Setelah paru-paru dapat diakses, dokter akan mengempiskan paru-paru
yang terkena kanker. Arteri dan vena utama yang berjalan ke paru-paru
akan diikat, dan bronkus yang menuju ke paru-paru akan diikat serta
dijahit. Kemudian, dokter akan mengangkat paru-paru.
7. Setelah paru-paru diangkat, dokter bedah akan memeriksa dengan cermat
untuk memastikan semua perdarahan terkontrol dan menutup sayatan
dengan jahitan.
8. Dokter akan meninggalkan saluran pembuangan sementara di ruang
antara dua selaput yang mengelilingi paru-paru.
9. Jika pasien mengalami pneumonektomi ekstrapleural, ahli bedah akan
mengangkat paru-paru yang sakit. Dokter juga akan dengan hati-hati
mengeluarkan pleura dari dinding dada. Bagian perikardium dan diafragma
akan dipotong di sisi yang terkena kanker. Dua bagian tersebut akan diganti
dengan tambalan Gore-Tex, bahan sintetis yang aman.
Setelah selesai melakukan prosedur, pasien akan dipindahkan ke ruang
ICU. Pada masa-masa awal proses pemulihan, pernapasan pasien akan
dibantu dengan ventilator.
Risiko Pneumonektomi