PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang jumlah dan variasi penduduknya besar. Seiring
dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan
yang cukup baik, maka akan makin tinggi pula angka harapan hidup penduduknya. Biro
Pusat Statistik menggambarkan bahwa hingga tahun 2010 jumlah lansia sekitar 19 juta jiwa
atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk dan diprediksikan meningkat pada tahun 2020
menjadi sebesar 11,34%.
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu kelainan dengan ciri-ciri
adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible (Lyndon Saputra, 2010).
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan bertambahnya usia. Dalam usia yang lebih
lanjut, kekuatan otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas. Berkurangnya
fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya system respirasi seperti fungsi ventilasi
paru.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian, etiologi, komplikasi dan manifestasi klinis Penyakit
Paru Obstruksi Kronis?
2. Bagaimana pengertian, tipe, masalah Kesehatan dan factor yang
mempengaruhi Kesehatan Lansia?
3. Bagaimana Askep teori pasien PPOK?
4. Bagaimana Asuhan Keperawan pada pasien Lansia dengan PPOK?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian, etiologi, komplikasi dan manifestasis klinis Penyakit
PPOK
2. Mengetahui tentang Lanjut Usia
3. Mengetahui Askep teori pasien PPOK
4. Mengetahui dan mampu membuat Askep pasien Lansia dengan PPOK
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
3
4. Manifestasi Klinis
a. Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
1) Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup
berat dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
2) Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
3) Dispenea pada aktivitas fisik ringan
4) Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
5) Hipoksemia intermiten atau kontinu
6) Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
7) Deformitas toraks
b. Penatalaksanaan medis mencakup :
1) Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas.
2) Mencegah dan mengobati infeksi.
3) Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru.
4) Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi
pernapasan yang adekuat.
5) Dukungan psikologis
6) Edukasi dan rehabilitasi klien.
5
Intervensi dan rasional pada penyakit ini didasarkan pada konsep Nursing Interventien
Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC).
6
dalam terapi oksigen.
3 Ketidakseimbangan Status nutrisi; intake a. Manajemen cairan Meningkatkan
nutrisi: cairan dan makanan gas b.Monitoring cairan kenyamanan flora normal
Kurang dari kebutuhan dengan skala......(1-5) c. Status diet mulut, sehingga akan
tubuh yang setelah diberikan d.Manajemen meningkatkan perasaan
berhubungan dengan : perawatan selama…. gangguan makan nafsu makan.
Dispea, fatique Hari dengan kriteria; e. Manajemen nutrisi
Efek samping Asupan makanan f. Kolaborasi dengan Meningkatkan intake
pengobatan adekuat dengan ahli gizi untuk makanan dan nutrisi klien
Produksi sputum skala.. (1-5) memberikan terapi terutama kadar protein
Anoreksia, Intake cairan per oral nutrisi tinggi akan meningkatkan
nausea/vomiting. adekuat, dengan skala g.Konseling nutrisi mekanisme tubuh dalam
Ditandai dengan (1-5) h.Kontroling nutrisi proses penyembuhan.
Penurunan berat Intake cairan adekuat dilakukan untuk
badan dengan skala… (1-5) memenuhi diet Menentukan kebutuhan
Kehilangan masa pasien. nutrisi yang tepat bagi
otot, tonus otot jelek Status nutrisi intake i. Terapi menelan klien.
Dilaporkan adanya nutrien gas dengan j. Monitoring tanda Mengontrol keefektifan
perubahan sensasi skala … (1-5) setelah vital tindakan terutama dengan
rasa diberikan perawatan k.Bantuan untuk kadar protein darah.
selama… peningkatan BB
Tidak bernafsu
Intake kalori l. Manajemen berat Meningkatkan komposisi
untuk makan, tidak
adekuat,dengan badan tubuh akan kebutuhan
tertarik makan
skala.. (1-5) vitamin dan nafsu makan
Intake protein, klien.
karbohidrat, dan
lemak adekuat,
dengan skala (1-5)
4 Intoleransi aktifitas b.d Berpartisipasi dalam Kolaborasi dengan Mengurangi stres dan
ketidakseimbagan aktivitas fisik tanpa tenaga rehabilitasi stimulasi yang berlebihan,
antara suplai dan disertai peningkatan medik meningkatkan istirahat
kebutuhan oksigen. darah, nadi dan RR. Bantu klien untuk
Mampu melakukan mengidentifikasi Klien mungkin merasa
aktivitas sehari-hari aktivitas yang nyaman dalam kepala
(ADLs) secara mampu dilakukan. dalam keadaan evalasi,
mandiri. Bantu utuk memilih tidur di kursi atau istiirahat
TTV normal. aktivitas yang pada meja dengan bantuan
Energi psikomotor. sesuai dengan bantal
Level kelemahan. kemampuan fisik,
7
Mampu berpindah: sosial dan Meminimalkan kelelahan
dengan atau psikologi. dan menolong
menggunakan alat. Bantu utuk menyeimbangkan suplai
Status kardiopulmoari idetifikasi dan oksigen dan kebutuhan.
adekuat. dapatkan sumber
Sirkulasi status baik. yang diperlukan
Status respirasi: Bantu klien untuk
pertukara gas da mendapatkan alat
vetilasi adekuat. bantuan aktivitas
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
Bantu klien
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon
fisik,emosi, sosial
dan spiritual.
5 Risiko tinggi Tidak muncul tanda Monitor vital sign, Selama peride ini,
penyebaran infeksi tanda infeksi terutama pada potensial berkembang
yang b.d penyakit sekunder. proses terapi. menjadi komplikasi
kronis . Klien dapat Demonstrasikan yang lebih
mendemonstrasikan teknik mencuci fatal( hipotensi /
kegiatan untuk yang benar. shock ).
menghindarkan Ubah posisi dan Sangat efektif untuk
infeksi. berikan pulmonari mengurangi penyebaran
toilet yang baik. infeksi .
Batasi pengunjung Meningkatkan
atas indikasi. ekspektorasi,
Lakukan isolasi membersihkan dari
sesuai dengan infeksi.
kebutuhan Mengurangi paparan
individual. dengan organisme
Anjurkan untuk patogen lain.
istirahat secara Isolasi mungkin dapat
adekuat sebanding mencegah penyebaran
dengan aktifitas, atau memproteksi klien
tingkatkan intake dari proses infeksi
nutrisi secara lainya.
adekuat. Memvasilitasi proses
pengembuhan dan
8
meningkatkan
pertahanan tubuh alami.
D. Asuhan Keperawatan pada klien PPOK
Study kasus
Tn.M, 80 thn, datang ke IGD dengan keluhan lemas, pusing, sesak napas dan batuk.
Riwayat penyakit sekrang: 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak keluar semua.
Sesak napas bila berjalan dan menaiki tangga. 2 hari terakhir, pasien mengeluh demam,
batuk, pilek, pusing, lemas dan tidak nafsu makan serta sesak napas. Berdasarkan anamnesia
dan pemeriksaan spirometri dan foto thoraks, diagnose yang di tegakkan klinis/ dokter adalah
PPOK st III.
Oksigen, setelah stabil, terapi yang di berikan adalah: codein 10 mg po 3x1 dan seretide MDI
tiap 6 jam tanda-tanda vital saat pasien MRS: suhu 38,5 oC, TD 140/90 mmHg, Nadi
100/menit,RR 35x/menit
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama = Tn. M, Umur = 80 th
b. Riwaya penyakit sekarang
Keluhan utama = lemas, tidak nafsu makan, pusing, sesak nafas, batuk
Riwayat penyakit sekarang = 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak
keluar semua, sesak nafas bila jalan dan menaiki tangga
c. Riwayat penyakit dahulu
2 hari terakhir pasien mengeluh demam, batuk pilek, pusing ,sesak nafas
d. Pemeriksaan fisik
TTV : T= 38,5 °C, P= 100 x/mnt, RR= 35 x/mnt, BP= 140/90 mmHg
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan spirometri dan foto thorax (+) PPOK ST III
f. Terapi yang di dapat
Oksigen, setelah stabil, terapi yang diberikan codein 10 mg po 3x1 dan seretide MDI
tiap 6 jam
9
2. Diagnosa
10
3. Intervensi dan implementasi
1. Bersihan jalan napas tidak Posisikan pasien untuk Memberikan posisi fowler atau semi
efektif b.d peningkatan memaksimalkan ventilasi. fowler
produksi sputum Monitor respirasi dan status Menghitung respirasi setiap 3 jam
O2. sekali
Kriteria hasil : Kolaborasi dalam pemberian Memberikan obat ipratropium
Secara verbal tidak ada pengobatan atas indikasi. bromida dg dosis 20mcg 2 hirup 3-4
keluhan sesak bronkodilator kali per hari.
tidak ada batuk dan Demonstrasikan atau bantu Mengajarkan klien menahan dada
jumlah sputum normal klien melakukan latihan napas dan batuk efektif dalam posisi tegak
jumlah pernafasan dalam dalam. lurus.
batas normal sesuai usia
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Periksa alergi pasien Mengetahui alergi /kesukaan pasien
kurang dari kebutuhan tubuh Pastikan makanan kesukaan Catat &laporkan asupan nutrisi
pasien teratasi dengan Monitor catatan asupan nutrisi Sesuaikan diet dengan kebutuhan
kriteria hasil: dan kalori Informasikan dan ajarkan diet yang
Tentukan kemampuan pasien benar dan sehat
untuk mendapatkan kebutuhan Ajarkan cara memenuhi kebutuhan
nutrisinya nutrisi
Izinkan diet sebagai gaya Ajarkan mengelola rasa mual dan
hidup pasien, sesuai kebutuhan tidak nafsu makan klien
Anjurkan asupan nutrisi sesuai Berikan makan porsi kecil tapi
kebutuhan ssering
Berikan informasi yang sesuai
tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana mendapatkannya
Berikan pasien makanan
TKTP sesuai kebutuhan
Timbang BB secara berkala
Berikan makanan pengganti
bila diperlukan
3. Ketidak efektifan pola napas Posisikan pasien untuk Memberikan posisi fowler atau semi
b.d hiperventilasi. memaksimalkan ventilasi. fowler
Identifikasi pasien perlunya Menghitung frekuensi nafas.
Kriteria hasil : pemasangan alat nafas buatan. Memberikan terapi oksigenasi
Mampu batuk efektif. Monitor respirasi dan status O2. dengan menggunakan nasal kanul.
Mampu bernafas dengan Ajarkan cara batuk efektif Mengajarkan cara batuk yang efektif
mudah. Bantu bersihkan jalan nafas Menganjurkan pasien untuk minum
Frekuensi pernafasan Anjurkan minum banyak untuk agar mengencerkan dahak
dalam rentang normal. mengencerkan dahak
TTV dalam rentang
normal.
4. Hipertermia b.d penyakit. Kompres pasien pada lipat Memberikan kompres dengan
Kriteria hasil: paha dan aksila handuk di bagian lipat paha dan
Suhu tubuh rentang normal Monitor suhu sesering aksila
Nadi dan RR dalam mungkin. Menghitung suhu setiap 2 jam sekali
rentang normal Monitor tekanan darah, nadi Menghitung tekanan darah, nadi dan
11
Tidak ada pusing dan RR RR setiap 2 jam sekali.
Kolaborasi pemberian Memberikan cairan intravena sesuai
cairan intravena. anjuran dokter.
5. Intoleransi aktivitas b.d. Kolaborasi dengan tenaga Memberikan terapi
ketidakseimbangan antara rehabilitasi medik dalam Oksigen dengan kecepatan aliran
suplay dan kebutuhan merencanakan progam 1 atau 2 ltr/mnt.
oksigen terapi yang tepat. Melakukan komunikasi terapeutik.
Kriteria hasil: Bantu pasien untuk Menghitung tanda tanda vital 3 jam
Mampu mealkukan mengembangkan motivasi sekali.
aktivitas sehari-hari secara diri dan penguatan. Menjelaskan perlunya
mandiri Monitor perubahan tanda tanda keseimbangan aktivitas dan
Tanda-tanda vital normal vital. istirahat.
Sirkulasi status baik Memberikan edukasi untuk
Status respirasi : pertukaran memenuhi kebutuhan
gas dan ventilasi adekuat secara mandiri.
6. Resiko tinggi penyebaran Ajarkan keluarga dan pasien Menjelaskan kepada keluarga pasien
infeksi b.d Penyakit kronis. tanda dan gejala infeksi. tanda dan gejala infeksi
Monitor tanda dan gejala Memberikan edukasi kepada pasien
Kriteria hasil : infeksi sistemik dan lokal berseta keluarga tentang penyakit
Klien bebas dari tanda dan Kolaborasi dengan dokter infeksi.
gejala infeksi. pemberian obat anti memberikan antibiotik.
Tidak munculnya tanda- mikroba. menghitung TTV setiap 3 jam
tanda infeksi sekunder. sekali.
Klien dapat
mendemonstrasikan
kegiatan untuk
menghindarkan infeksi.
4. Evaluasi
12
dihentikan
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asuhan keperawatan pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) atau
Chronic Obstruktif Pulmonary Disease (COPD) pada Usia Lanjut (Lansia) harus
dilakukan secara komperehensif, cermat dan teliti serta memperhatikan unsur
psikologi, budaya dan sebagainya.
2. Diagnosa yang utama pada penderita PPOK yaitu Bersihan jalan napas tidak
efektif b.d peningkatan produksi sputum
3. Pencapaian hasil atau evaluasi tidak dapat dilakukan secara singkat namun berkala
dan terutama memotivasi klien untuk mandiri dan dapat mempertahankan
kesehatannya setelah keluar dari rumah sakit.
B. Saran
1. Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik
terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama PPOK.
2. Perawat harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan
penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien
terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan penceganhanya.
3. Perawat harus mengikutsertakan klien dan keluarga dalam pembuatan dan
pelaksanaan asuhan keperawatan klien tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kuwalak, Jennifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC
Somantri,Irwan.2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan saluran
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Anies.2015.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
Herdman,T. Heather.2012.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC
Huda Nurarif,Amin dan Hardi kusuma.2015.Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/copd.pdf
15