Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang jumlah dan variasi penduduknya besar. Seiring
dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan
yang cukup baik, maka akan makin tinggi pula angka harapan hidup penduduknya. Biro
Pusat Statistik menggambarkan bahwa hingga tahun 2010 jumlah lansia sekitar 19 juta jiwa
atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk dan diprediksikan meningkat pada tahun 2020
menjadi sebesar 11,34%.

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstruktive Pulmonary


Disease (COPD) merupakan penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
Beberapa penyakit yang lazim terjadi adalah emfisema, bronkitis kronis, asma. Udara harus
dapat masuk dan keluar dari paru-paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika aliran udara
ke arah luar paru-paru terhambat, udara akan terperangkap didalam paru-paru. Hal ini akan
mempersulit paru-paru untuk mendapatkan oksigen yang cukup bagi bagian tubuh lainnya.

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu kelainan dengan ciri-ciri
adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible (Lyndon Saputra, 2010).
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan bertambahnya usia. Dalam usia yang lebih
lanjut, kekuatan otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas. Berkurangnya
fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya system respirasi seperti fungsi ventilasi
paru.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin membahas bagaimana Asuhan


Keperawatan Pada Lansia (Gerontik) yang memiliki Penyakit Paru Obstruksi Menahun
(PPOK).

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian, etiologi, komplikasi dan manifestasi klinis Penyakit
Paru Obstruksi Kronis?
2. Bagaimana pengertian, tipe, masalah Kesehatan dan factor yang
mempengaruhi Kesehatan Lansia?
3. Bagaimana Askep teori pasien PPOK?
4. Bagaimana Asuhan Keperawan pada pasien Lansia dengan PPOK?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian, etiologi, komplikasi dan manifestasis klinis Penyakit
PPOK
2. Mengetahui tentang Lanjut Usia
3. Mengetahui Askep teori pasien PPOK
4. Mengetahui dan mampu membuat Askep pasien Lansia dengan PPOK

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)


1. Pengertian

Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) atau Chronic Obstruktif Pulmonary Disease


(COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan
yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis kronis, dan emfisema paru-paru.
Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic Airflow Limitation (CAL) dan Chronic
Obstructive Lung Disease (COLD).

2. Etiologi

Etiologi penyakit ini yang sering ditemukan meliputi: Kebiasaan merokok

a. Penyakit ISPA yang sering kambuh atau kronik


b. Polusi udara
3. Komplikasi
a. Hipoksemia : penurunan nilai Pa02 < 55 mmHg, dan nilai saturasi oksigen < 85%.
b. Asidosis Respiratori : terjadinya peningkatan nilai PaCO2(hiperkapnea).
c. Infeksi Respirator : peningkatan produksi mukus dan rangsangan otot polos
bronkial serta edema mukosa
d. Gagal Jantung : khususnya kor pulmonal (gagal jantung kanan)
e. Kardiak Disritmia : Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat
atau asidosis respirator
f. Status Asmatikus : Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma
bronkial dan sangat mengancam kehidupan.

3
4. Manifestasi Klinis
a. Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
1) Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup
berat dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
2) Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
3) Dispenea pada aktivitas fisik ringan
4) Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
5) Hipoksemia intermiten atau kontinu
6) Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
7) Deformitas toraks
b. Penatalaksanaan medis mencakup :
1) Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas.
2) Mencegah dan mengobati infeksi.
3) Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru.
4) Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi
pernapasan yang adekuat.
5) Dukungan psikologis
6) Edukasi dan rehabilitasi klien.

B. Lansia (Lanjut Usia)


1. Pengertian
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang
dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
2. Klasifikasi
Lansia terdiri dari :
a. Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia Resiko Tinggi : lansia (60 tahun atau lebih) dengan masalah kesehatan
d. Lansia Potensial : Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
e. Lansia tidak Potensial : lansia yang sudah tidak bekerja
4
3. Masalah pada Lansia
a. Penurunan fisik : mata, telinga, pernafasan, saraf dll
b. Penyakit yang di derita seperti DM, osteoporosis, alzeimer, dsb
c. Masalah psikologi seperti cemas, depresi, gangguan tidur dsb
4. Factor-faktor yang mempengaruhi
a. Social
b. Budaya
c. Ekonomi
d. Spiritual

C. Asuhan Keperawatan Teori pada pasien PPOK


1. Pengkajian
a. Biodata
Penyakit PPOK dapat menyerang segala usia tetapi lebih berat bila di jumpai
pada usia lansia.
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama : dispnea, batuk,dan mengi
 Riwayat kesehatan dahulu : adanya faktor predisposisi, riwyat alergi dll
 Riwayat kesehatan keluarga : riwayat penyakit keturunan
c. Pengkajian diagnostic COPD
d. Pemeriksaan fisik
 Objektif
1) Batuk produktif/nonproduktif dengan sputum yang sulit di keluarkan
2) Respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing)
3) Bernapas dengan menggunakan otot-otot napas tambahan.
4) Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus.
5) Fase ekspirasi memanjang diseratai wheezing( di apeks dan hilus )
6) Penurunan berat badan secara bermakna.
 Subjektif : Klien merasa sukar bernapas,sesak dan anoreksia
 Psikososial :
a) Cemas, takut, dan mudah tersinggung.
b) Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnnya

5
Intervensi dan rasional pada penyakit ini didasarkan pada konsep Nursing Interventien
Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC).

Diagnosis Keperawatan Perencanaan


No (NANDA)
. Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Bersihan jalan nafas Status respirasi: a. Manajemen jalan Adanya perubahan fungsi
tidak efektif kepatenan jalan nafas napas. respirasi dan penggunaan
berhubungan dengan dengan skala (1-5) b. Penurunan otot tambahan menandakan
 Bronkospasme. setelah diberikan kecemasan kondisi penyakit yang
 Peningkatan perawatan selama… c. Aspiration masih harus mendapatkan
produksi secret hari, dengan kriteria: precautions. penanganan penuh.
(secret yang  Tidak ada demam d. Fisioterapi dada.
bertahan, kental)  Tidak ada cemas e. Latih batuk Ketidakmampuan
 Menurunya  RR normal efektif mengeluarkan mukus
energi/fatigue  Irama nafas normal f. Terapi oksigen. menjadikan timbulnya
Ditandai dengan:  Pergerakan sputum g. Pemberian posisi. kongesti berlebih pada
 Klien mengeluh keluar dari jalan h. Monitoring saluran pernapasan .
sulit bernafas. nafas respirasi.
 Perubahan  Bebas dari suara i. Monitoring tanda Posisi semi/ high fowler
kedalaman/jumlah nafas tambahan. vital. memberikan kesempatan
napas, paru-paru berkembang
penggunaan otot secara maksimal akibat
bantu pernafasan. diafragma turun ke bawah.
 Suara nafas Batuk efektif
abnormal seperti mempermudah
wheezing, ronchi, ekspektorasi mukus.
dan cracles.
 Batuk Klien dalam kondisi sesak
(presisten)dengan/ cenderung untuk bernapas
tanpa produksi melalui mulut yang pada
sputum. akhirnya jika tidak
ditindaklanjuti akan
mengakibatkan stomatis.
2. Gangguan pertukaran Status respirasi a. Manajemen asam Kelemahan, iritable,
gas yang berhubungan pertukaran gas dengan basa tubuh bingung dan somnolen
dengan: skala….(1-5) setelah b. Manajemen jalan dapat merefleksikan
 Kurangnya suplai diberikan perawatan napas adanya
oksigen (obstruksi selama… hari dengan c. Latihan batuk hipoksemia/penurunan
jalan napas oleh kriteria : efektif oksigenasi serebral.
secret,  Status mental dalam d. Tingkatkan
bronkospasme, air batas normal aktivitas Mencegah kelelahan dan
trapping);  Bernapas dengan e. Terapi oksigen mengurangi konsumsi
 Destruksi alveoli mudah f. Monitoring oksigen untuk
Ditandai dengan  Tidak ada sinosis respirasi memfasilitasi resolusi
 Dyspnea  Pao paco dalam g. Monitoring tanda infeksi.
 Confusion,lemah; batas normal vital
 Tidak mampu  Saturnasi O dalam Pemberian terapi oksigen
mengeluarkan rentang normal untuk memelihara PaO2 di
secret; atas 60 mmHg, oksigen
 Nilai ABGs yang diberikan sesuai
abnormal (hipoksia dengan toleransi dari klien.
dan hiperkapnea)
 Perubahan TTV Untuk mengikuti kemajuan
proses penyakit dan
 Menurunya toleransi
memfasilitasi perubahan
terhadap aktivitas

6
dalam terapi oksigen.
3 Ketidakseimbangan Status nutrisi; intake a. Manajemen cairan Meningkatkan
nutrisi: cairan dan makanan gas b.Monitoring cairan kenyamanan flora normal
Kurang dari kebutuhan dengan skala......(1-5) c. Status diet mulut, sehingga akan
tubuh yang setelah diberikan d.Manajemen meningkatkan perasaan
berhubungan dengan : perawatan selama…. gangguan makan nafsu makan.
 Dispea, fatique Hari dengan kriteria; e. Manajemen nutrisi
 Efek samping  Asupan makanan f. Kolaborasi dengan Meningkatkan intake
pengobatan adekuat dengan ahli gizi untuk makanan dan nutrisi klien
 Produksi sputum skala.. (1-5) memberikan terapi terutama kadar protein
 Anoreksia,  Intake cairan per oral nutrisi tinggi akan meningkatkan
nausea/vomiting. adekuat, dengan skala g.Konseling nutrisi mekanisme tubuh dalam
Ditandai dengan (1-5) h.Kontroling nutrisi proses penyembuhan.
 Penurunan berat  Intake cairan adekuat dilakukan untuk
badan dengan skala… (1-5) memenuhi diet Menentukan kebutuhan
 Kehilangan masa pasien. nutrisi yang tepat bagi
otot, tonus otot jelek Status nutrisi intake i. Terapi menelan klien.
 Dilaporkan adanya nutrien gas dengan j. Monitoring tanda Mengontrol keefektifan
perubahan sensasi skala … (1-5) setelah vital tindakan terutama dengan
rasa diberikan perawatan k.Bantuan untuk kadar protein darah.
selama… peningkatan BB
 Tidak bernafsu
 Intake kalori l. Manajemen berat Meningkatkan komposisi
untuk makan, tidak
adekuat,dengan badan tubuh akan kebutuhan
tertarik makan
skala.. (1-5) vitamin dan nafsu makan
 Intake protein, klien.
karbohidrat, dan
lemak adekuat,
dengan skala (1-5)

Control berat badan


dengan skala … (1-5)
setelah diberikan
perawatan selama …
hari dengan kriteria:
 Mampu memelihara
intake kalori secara
optimal (1-5)
(menunjukkan)
 Mampu memelihara
keseimbangan cairan
(1-5) (menunjukkan)
 Mampu mengontrol
asupan makanan
secara adekuat (1-5)
(menunjukkan)

4 Intoleransi aktifitas b.d  Berpartisipasi dalam Kolaborasi dengan Mengurangi stres dan
ketidakseimbagan aktivitas fisik tanpa tenaga rehabilitasi stimulasi yang berlebihan,
antara suplai dan disertai peningkatan medik meningkatkan istirahat
kebutuhan oksigen. darah, nadi dan RR. Bantu klien untuk
 Mampu melakukan mengidentifikasi Klien mungkin merasa
aktivitas sehari-hari aktivitas yang nyaman dalam kepala
(ADLs) secara mampu dilakukan. dalam keadaan evalasi,
mandiri. Bantu utuk memilih tidur di kursi atau istiirahat
 TTV normal. aktivitas yang pada meja dengan bantuan
 Energi psikomotor. sesuai dengan bantal
 Level kelemahan. kemampuan fisik,

7
 Mampu berpindah: sosial dan Meminimalkan kelelahan
dengan atau psikologi. dan menolong
menggunakan alat. Bantu utuk menyeimbangkan suplai
 Status kardiopulmoari idetifikasi dan oksigen dan kebutuhan.
adekuat. dapatkan sumber
 Sirkulasi status baik. yang diperlukan
Status respirasi: Bantu klien untuk
pertukara gas da mendapatkan alat
vetilasi adekuat. bantuan aktivitas
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
Bantu klien
membuat jadwal
latihan diwaktu
luang
Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon
fisik,emosi, sosial
dan spiritual.
5 Risiko tinggi  Tidak muncul tanda  Monitor vital sign,  Selama peride ini,
penyebaran infeksi tanda infeksi terutama pada potensial berkembang
yang b.d penyakit sekunder. proses terapi. menjadi komplikasi
kronis .  Klien dapat  Demonstrasikan yang lebih
mendemonstrasikan teknik mencuci fatal( hipotensi /
kegiatan untuk yang benar. shock ).
menghindarkan  Ubah posisi dan  Sangat efektif untuk
infeksi. berikan pulmonari mengurangi penyebaran
toilet yang baik. infeksi .
 Batasi pengunjung  Meningkatkan
atas indikasi. ekspektorasi,
 Lakukan isolasi membersihkan dari
sesuai dengan infeksi.
kebutuhan  Mengurangi paparan
individual. dengan organisme
 Anjurkan untuk patogen lain.
istirahat secara  Isolasi mungkin dapat
adekuat sebanding mencegah penyebaran
dengan aktifitas, atau memproteksi klien
tingkatkan intake dari proses infeksi
nutrisi secara lainya.
adekuat. Memvasilitasi proses
pengembuhan dan

8
meningkatkan
pertahanan tubuh alami.
D. Asuhan Keperawatan pada klien PPOK

Study kasus

Tn.M, 80 thn, datang ke IGD dengan keluhan lemas, pusing, sesak napas dan batuk.
Riwayat penyakit sekrang: 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak keluar semua.
Sesak napas bila berjalan dan menaiki tangga. 2 hari terakhir, pasien mengeluh demam,
batuk, pilek, pusing, lemas dan tidak nafsu makan serta sesak napas. Berdasarkan anamnesia
dan pemeriksaan spirometri dan foto thoraks, diagnose yang di tegakkan klinis/ dokter adalah
PPOK st III.

Terapi yang diberikan:

Oksigen, setelah stabil, terapi yang di berikan adalah: codein 10 mg po 3x1 dan seretide MDI
tiap 6 jam tanda-tanda vital saat pasien MRS: suhu 38,5 oC, TD 140/90 mmHg, Nadi
100/menit,RR 35x/menit

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama = Tn. M, Umur = 80 th
b. Riwaya penyakit sekarang
Keluhan utama = lemas, tidak nafsu makan, pusing, sesak nafas, batuk
Riwayat penyakit sekarang = 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak
keluar semua, sesak nafas bila jalan dan menaiki tangga
c. Riwayat penyakit dahulu
2 hari terakhir pasien mengeluh demam, batuk pilek, pusing ,sesak nafas
d. Pemeriksaan fisik
TTV : T= 38,5 °C, P= 100 x/mnt, RR= 35 x/mnt, BP= 140/90 mmHg
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan spirometri dan foto thorax (+) PPOK ST III
f. Terapi yang di dapat
Oksigen, setelah stabil, terapi yang diberikan codein 10 mg po 3x1 dan seretide MDI
tiap 6 jam

9
2. Diagnosa

No Data Etiologi Problem


1. Ds : Klien mengatakan pusing, sesak Peningkatan produksi Bersihan jalan napas
nafas, batuk. sputum. tidak efektif.
Do: 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-
sampai dahak keluar semua, RR
35 x/menit.
2. Ds : Klien mengatakan lemas dan tidak Pemasukan nutrisi Ketidakseimbangan
nafsu makan yang tidak adekuat nutrisi kurang dari
DD: penurunan BB kebutuhan tubuh
Membrane mukosa pucat

3. Ds : 2 hari terakhir pasien mengeluh Penyakit kronis Resiko tinggi


demam, batuk, pilek, pusing, dan sesak penyebaran infeksi
nafas.
Do : pemeriksaan spirometri dan foto
thorax diagnosa PPOK St III suhu :
38,5 °C, TD : 140/ 90 mmHg,
nadi : 100 x/menit
4. Ds : pasien mengeluh demam Penyakit Hipertemia
Do : suhu 38,50C , RR 25 x/menit ,
nadi 100 x/menit, TD 140/ 90 mmHg

5. Ds : sesak nafas bila menaiki tangga. Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas


Do : Nadi 100x/m, RR 25x/m, antara suplai dan
kebutuhan oksigen
6. Ds : 2 hari terakhir pasien mengeluh Hiperventilasi Ketidakefektifan pola
sesak nafas. nafas
Do : Nadi 100x/m, RR 25x/m,

Berdasarkan analisa data tersebut, dapat disimpulkan diagnosa keperawatan diantaranya:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat
3. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
4. Hipertermia b.d penyakit
5. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
6. Resiko tinggi penyebaran inferksi b.d penyakit kronis.

10
3. Intervensi dan implementasi

No Diagnosa Intervensi Implementasi

1. Bersihan jalan napas tidak  Posisikan pasien untuk  Memberikan posisi fowler atau semi
efektif b.d peningkatan memaksimalkan ventilasi. fowler
produksi sputum  Monitor respirasi dan status  Menghitung respirasi setiap 3 jam
O2. sekali
Kriteria hasil :  Kolaborasi dalam pemberian  Memberikan obat ipratropium
 Secara verbal tidak ada pengobatan atas indikasi. bromida dg dosis 20mcg 2 hirup 3-4
keluhan sesak bronkodilator kali per hari.
 tidak ada batuk dan  Demonstrasikan atau bantu  Mengajarkan klien menahan dada
jumlah sputum normal klien melakukan latihan napas dan batuk efektif dalam posisi tegak
jumlah pernafasan dalam dalam. lurus.
batas normal sesuai usia 
2. Ketidakseimbangan nutrisi:  Periksa alergi pasien  Mengetahui alergi /kesukaan pasien
kurang dari kebutuhan tubuh  Pastikan makanan kesukaan  Catat &laporkan asupan nutrisi
pasien teratasi dengan  Monitor catatan asupan nutrisi  Sesuaikan diet dengan kebutuhan
kriteria hasil: dan kalori  Informasikan dan ajarkan diet yang
 Tentukan kemampuan pasien benar dan sehat
untuk mendapatkan kebutuhan  Ajarkan cara memenuhi kebutuhan
nutrisinya nutrisi
 Izinkan diet sebagai gaya  Ajarkan mengelola rasa mual dan
hidup pasien, sesuai kebutuhan tidak nafsu makan klien
 Anjurkan asupan nutrisi sesuai  Berikan makan porsi kecil tapi
kebutuhan ssering
 Berikan informasi yang sesuai
tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana mendapatkannya
 Berikan pasien makanan
TKTP sesuai kebutuhan
 Timbang BB secara berkala
 Berikan makanan pengganti
bila diperlukan

3. Ketidak efektifan pola napas  Posisikan pasien untuk  Memberikan posisi fowler atau semi
b.d hiperventilasi. memaksimalkan ventilasi. fowler
 Identifikasi pasien perlunya  Menghitung frekuensi nafas.
Kriteria hasil : pemasangan alat nafas buatan.  Memberikan terapi oksigenasi
 Mampu batuk efektif.  Monitor respirasi dan status O2. dengan menggunakan nasal kanul.
 Mampu bernafas dengan  Ajarkan cara batuk efektif  Mengajarkan cara batuk yang efektif
mudah.  Bantu bersihkan jalan nafas  Menganjurkan pasien untuk minum
 Frekuensi pernafasan  Anjurkan minum banyak untuk agar mengencerkan dahak
dalam rentang normal. mengencerkan dahak
 TTV dalam rentang
normal.

4. Hipertermia b.d penyakit.  Kompres pasien pada lipat  Memberikan kompres dengan
Kriteria hasil: paha dan aksila handuk di bagian lipat paha dan
 Suhu tubuh rentang normal  Monitor suhu sesering aksila
 Nadi dan RR dalam mungkin.  Menghitung suhu setiap 2 jam sekali
rentang normal  Monitor tekanan darah, nadi  Menghitung tekanan darah, nadi dan

11
 Tidak ada pusing dan RR RR setiap 2 jam sekali.
 Kolaborasi pemberian  Memberikan cairan intravena sesuai
cairan intravena. anjuran dokter.
5. Intoleransi aktivitas b.d.  Kolaborasi dengan tenaga Memberikan terapi
ketidakseimbangan antara rehabilitasi medik dalam Oksigen dengan kecepatan aliran
suplay dan kebutuhan merencanakan progam 1 atau 2 ltr/mnt.
oksigen terapi yang tepat. Melakukan komunikasi terapeutik.
Kriteria hasil:  Bantu pasien untuk Menghitung tanda tanda vital 3 jam
 Mampu mealkukan mengembangkan motivasi sekali.
aktivitas sehari-hari secara diri dan penguatan. Menjelaskan perlunya
mandiri  Monitor perubahan tanda tanda keseimbangan aktivitas dan
 Tanda-tanda vital normal vital. istirahat.
 Sirkulasi status baik  Memberikan edukasi untuk
 Status respirasi : pertukaran memenuhi kebutuhan
gas dan ventilasi adekuat secara mandiri.
6. Resiko tinggi penyebaran Ajarkan keluarga dan pasien Menjelaskan kepada keluarga pasien
infeksi b.d Penyakit kronis. tanda dan gejala infeksi. tanda dan gejala infeksi
Monitor tanda dan gejala Memberikan edukasi kepada pasien
Kriteria hasil : infeksi sistemik dan lokal berseta keluarga tentang penyakit
 Klien bebas dari tanda dan Kolaborasi dengan dokter infeksi.
gejala infeksi. pemberian obat anti memberikan antibiotik.
 Tidak munculnya tanda- mikroba. menghitung TTV setiap 3 jam
tanda infeksi sekunder. sekali.
 Klien dapat
mendemonstrasikan
kegiatan untuk
menghindarkan infeksi.

4. Evaluasi

Dx Keperawatan Tgl/jam Tindakan TTD Catatan TTD


Perawat perkembangan Perawat
Bersihan jalan napas 29 /10/  Memberikan posisi S : klien mengatakan
tidak efektif b.d 2019 fowler atau semi batuk secara efektif
peningkatan produksi fowler O: RR 18x/menit
sputum  Melakukan suction A: masalah teratasi
 Menghitung respirasi P: intervensi
setiap 3 jam sekali dihentikan
Ketidakseimbangan 29/10/  Mencatat alergi dan S: klien mengatakan
nutrisi: kurang dari 2019 kesukaan pasien sudah nafsu makan
kebutuhan tubuh pasien  Memberikan porsi O: makan 3/4 porsi
kecil tapi sering A: masalah teratasi
 P. intervensi
dihentikan
Ketidak efektifan pola 29 oktober Memberikan posisi S : klien mengatakan
napas b.d hiperventilasi. 2019 fowler atau semi mampu batuk efektif
fowler dan bernafas dengan
Menghitung frekuensi mudah.
nafas. O:
Memberikan terapi RR 19x/mnt.
ogsigenasi dengan N : 80x/ mnt
menggunakan nasal TD : 110/90
kanul. S : 37,5 C
A : masalah teratasi
P: itervensi

12
dihentikan

Hipertermi b.d penyakit 29 oktober  Memberikan kompres S:klien mengatakan


2019 dengan handuk di demam menurun
bagian lipat paha dan O: hasil suhu 37oC ,
aksila RR 20x/menit, TD
 Menghitung suhu setiap 120/90 mmHg
2 jam sekali A: masalah teratasi
 Menghitung tekanan P : intervensi
darah, nadi dan RR dihentikan
setiap 2 jam sekali

Intoleransi aktivitas b.d. 29 oktober Memberikan terapi S : klien mampu


ketidakseimbangan 2019 Oksigen dengan melakukan aktivitas
antara suplay dan kecepatan aliran 1 secara mandiri
kebutuhan oksigen atau 2 ltr/mnt. O:
Melakukan RR 19x/mnt.
komunikasi N : 80x/ mnt
terapeutik. TD : 110/90
Menghitung tanda S : 37,5 C
tanda vital 3 jam A : masalah teratasi
sekali. P : intervensi
Menjelaskan perlunya dihentikan
keseimbangan
aktivitas dan
istirahat.

Resiko tinggi 29 oktober  Menjelaskan S: klien mengatakan


penyebaran infeksi b.d 2019 kepada keluarga tidak demam,pusing,
Penyakit kronis pasien tanda dan batuk., sesak napas,
gejala infeksi pilek.
 Memberikan
edukasi kepada O : suhu 37ºC
pasien berseta TD 120/80mmHg
keluarga tentang A: masalah teratasi
penyakit infeksi P : Intervensi
dihentikan

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Asuhan keperawatan pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik(PPOK) atau
Chronic Obstruktif Pulmonary Disease (COPD) pada Usia Lanjut (Lansia) harus
dilakukan secara komperehensif, cermat dan teliti serta memperhatikan unsur
psikologi, budaya dan sebagainya.
2. Diagnosa yang utama pada penderita PPOK yaitu Bersihan jalan napas tidak
efektif b.d peningkatan produksi sputum
3. Pencapaian hasil atau evaluasi tidak dapat dilakukan secara singkat namun berkala
dan terutama memotivasi klien untuk mandiri dan dapat mempertahankan
kesehatannya setelah keluar dari rumah sakit.

B. Saran
1. Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik
terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama PPOK.
2. Perawat harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan
penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien
terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan penceganhanya.
3. Perawat harus mengikutsertakan klien dan keluarga dalam pembuatan dan
pelaksanaan asuhan keperawatan klien tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kuwalak, Jennifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC
Somantri,Irwan.2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan saluran
pernapasan.Jakarta:Salemba Medika
Anies.2015.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
Herdman,T. Heather.2012.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC
Huda Nurarif,Amin dan Hardi kusuma.2015.Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction
http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/copd.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai