Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONCHIAL

Disusun Oleh :
Andi Cahyono
82021040238

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONCHIAL

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Asma Bronchial adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan napas

dikarakteristikkan dengan hipersensitivitas, produksi mucus dan edema mukosa.

Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma bronchial yang meliputi batuk,

nyeri dada, mengi dan dipsnea (Suddarth, 2017).

Asma Bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernapasan akibat

penyempitan saluran napas yang sifatnya reversible (penyempitan dapat hilan dengan

sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernapasan diantara dua interval

asimtomatik (Djojodibroto, 2017).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial

adalah penyakit saluran pernapasan yang terjadi karena adanya penyempitan saluran

napas yang mengakibatkan sesak dimana fase inspirasi lebih pendek daripada fase

ekspirasi dan diikuti dengan bunyi mengi (wheezing).

2. Etiologi
Menurut Global Initiative for Asthma tahun 2016, faktor resiko penyebab
asma bronchial di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Faktor genetik
1) Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya.
2) Hipereaktivitas bronkus
Saluran nafas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun iritan.
3) Jenis kelamin\
Anak laki-laki sangat beresiko terkena asma bronchial sebelum usia 14 tahun,
prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding anak
perempuan
4) Ras/etnik
5) Obesitas
6) Obesitas atau peningkatan/body mass index (BMI), merupakan faktor resiko
asma.
b. Faktor lingkungan
1) Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa, serpihan
kulit binatang seperti anjing, kucing, dan lain sebagainya).
2) Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
c. Faktor lain
1) Alergen dari makanan.
2) Alergen obat-obatan tertentu
3) Exercise-induced asthma

3. Tanda Gejala
Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronchial adalah batuk dispnea
dan mengi. Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang menyertai di antaranya
sebagai berikut (Mubarak 2016 :198) :
a. Takipnea dan Orthopnea
b. Gelisah
c. Nyeri abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan
d. Kelelahan
e. Tidak toleran terhadap aktivitas seperti makan berjalan bahkan berbicara
f. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat
g. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang di banding inspirasi
h. Gerakan-gerakan retensi karbondioksida, seperti berkeringat,takikardi dan
pelebaran tekanan nadi
i. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang
secara spontan

4. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos

bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum

adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di

udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan

cara sebagai berikut :

seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk

membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan

antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen

spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast

yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan

brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka

antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan

antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini

akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat

anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor

kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua

faktor- faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding

bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen

bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga

menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama

ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam

paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena

bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya

adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat


terutama selama ekspirasi.

Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi

dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini

menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu

paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran

mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan

barrel chest (Nurarif, 2015)


5. Pathway
6. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada penderita asma bronchial
diantaranya (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015) :
a. Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler), positif
jika peningkatan VEP / KVP > 20%.
b. Sputum
Eosinofil meningkat.
c. RO dada
Yaitu patologis paru/komplikasi asma.
d. AGD
Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia
(PCO2 turun) kemudian pada fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (PCO2
naik).
e. Uji alergi kulit, IgE.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji kepatenan jalan nafas, observasi adanya lidah jatuh, adanya benda
asing pada jalan nafas (bekas muntahan, darah dan sekret yang tertahan), adanya
edema pada mulut, faring, laring, disfagia, suara stridor, gurgling atau
wheezing yang mendadak adanya masalah pada jalan nafas.
2) Breathing
Kaji keefektifan pola nafas, Respiratory Rate, upnormalitas pernafasan,
pola nafas, bunyi nafas tambahan, penggunaan otot bantu nafas, adanya nafas
cuping hidung, saturasi oksigen.
3) Circulation
Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refil, akral,
suhu tubuh, warna kulit, kelembaban kulit, perdarahan eksternal jika ada.
4) Disability
Berisi pengkajian kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale) dan
reaksi pupil.
5) Exposure
Berisi pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau kelainan
lain. Kondisi lingkungan yang ada disekitar klien.
2. Sekunder
Fokus pengkajian keperawatan adalah head to toe, Hal-hal perlu dikaji pada
pasien asma meliputi (Musliha, 2010)
1) Riwayat kesehatan yang lalu :
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
Apakan ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa.
1) Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat atau faktor
lingkungan mungkin terdapat alergi debu, bulu binatang ataupun juga
makanan
2) Kaji riwayat pekerjaan pasien. Apakah setiap hari berhubungan dengan
zat allegen, jika berhubungan sarankan pada penderita untuk memproteksi
dirinya misalnya dengan menggunakan masker.
2) Pernafasan
1) Dipnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
2) Nafas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
3) Menggunakan obat alat bantu pernafasan, misalnya : meninggikan bahu,
melebarkan hidung atau posisi penderita misalnya dengan posisi semi
fowler.
4) Kaji suara nafas apakah ada bunyi nafas mengi (wheezing).
5) Adanya batuk berulang.
3) Hubungan sosial
1) Keterbatasan mobilitas fisik.
2) Susah bicara atau bicara terbata-bata.
3) Adanya ketergantungan pada orang lain.
4) Aktivitas
1) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas.
2) Adanya penurunan melakukan aktivitas sehari-hari.
3) Tidur dalam posisi duduk tinggi modifikasi dengan semi fowler.
5) Sirkulasi
1) Adanya peningkatan tekanan darah.
2) Adanya peningkatan frekuensi jantung.
3) Warna kulit atau membran mukosa normal atau sianosis.
4) Kemerahan atau keringetan.
6) Asupan nutrisi
1) Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernafasan.
2) Penurunan berat badan karena anoreksia.

3. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan kegawatdaruratan yang dapat muncul pada pasien
dengan Asma Bronchial dalam buku SDKI adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(kelemahan otot bantu napas).
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan
membrane alveolus-kapiler

d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan


peningkatan tekanan darah.
e. Risiko cedera yang ditandai dengan faktor risiko internal hipoksia
jaringan (PPNI T. P., 2016).

4. Intervensi
Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Bersihan Jalan Nafas Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Tindakan
Definisi : keperawatan selama 1x6 Observasi :
Ketidakmampuan untuk jam diharapkan pasien 1. Monitor pola
membersihkan sekresi atau mampu membersihkan secret napas (frek,
obstruksi dari saluran atau obstruksi jalan kedalaman, dan usaha
pernafasan untuk napas untuk napas)
mempertahankan kebersihan mempertahankan kepatenan 2. Monitor bunyi napas
jalan nafas. jalan napas. tambahan (gurgling,
Penyebab : Dengan kriteria hasil : mengi, wheezing, ronkhi
Fisiologis - Batuk efektif kering)
- Spasme jalan napas meningkat 3. Monitor jumlah sputum
- Hipersekresi jalan - Produksi sputum Terapeutik :
5. Pertahankan kepatenan
napas menurun
jalan napas dengan head
- Disfungsi - Mengi menurun
tilt dan chin lift (jaw
neuromuskuler - Wheezing menurun
- Benda asing - Dispnea menurun thrust jika dicurigai

dalam jalan napas - Ortopnea menurun trauma servikal)

- Sekresi yang - Sianosis menurun 6. Posisikan semi fowler

tertahan - Gelisah menurun atau fowler

- Hiperplasia dinding jalan 7. Berikan minum


- Frekuensi napas
napas hangat
membaik
- Proses infeksi 8. Lakukan fisioterapi
- Pola napas membaik dada, jika perlu
- Respon alergi
- Efek agen 9. Lakukan penghisapan

farmakologis (anastesi) lendir kurang dari 15

Situasional detik

- Merokok aktif 10. Berikan oksigen, jika

- Merokok pasif perlu

- Terpajan polutan Edukasi :

Gejala dan Tanda Mayor 11. Ajarkan teknik batuk

Subjektif Tidak efektif

tersedia Objektif Kolaborasi :

- Batuk tidak efektif 12. Kolabaorasi pemberian

- Tidak mampu batuk bronkodilator,

- Sputum berlebih ekspektoran, mukolitik,

- Mengi, wheezing, jika perlu

- ronkhi kering
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
- Dispnea
- Sulit bicara
- Ortopnea
Objektif
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi napas
menurun
- Frekuensi napas berubah
- Pola napas
- Berubah
Pola Nafas tidak efektif Pola Napas Pemberian Obat Inhalasi
Definisi : Inspirasi atau Setelah dilakukan Tindakan
ekspirasi yang tidak tindakan keperawatan Observasi :
memberkan ventilasi yang selama 1x6 jam 1. Identifikasi kemungkinan
adekuat diharapkan ekspirasi/inspirasi alergi, interaksi dan
Penyebab dapat memberikan kontraindikasi obat
- Depresi pusat ventilasi yang 2. Verifikasi order obat
pernapasan adekuat. sesuai indikasi
- Hambatan upaya napas Dengan Kriteria Hasil : 3. Periksa tanggal
(mis. Nyeri saat ernapas, - Ventilasi semenit kadaluwarsa obat
kelemahan otot meningkat 4. Monitor tanda vital
pernapasan) - Tekanan ekspirasi dan hasil
- Deformitas dinding meningkat laboratorium sebelum
dada - Tekanan inspirasi pemberian obat, jika
- Deformitas tulang meningkat perlu
dada - Dyspnea menurun 5. Monitor efek
- Gangguan - Penggunaan otot bantu terapeutik obat
neuromuskular napas Terapeutik :
- Gangguan neurologis menurun 6. Lakukan prinsip enam
(EEG positif, cedera - Ortopnea menurun benar
kepala, gangguan kejang) - Pernapasan pursed lip (pasien, obat,
- Imaturitas menurun waktu, dosis, rute
neurologis - Pernapasan cuping hidung dan
- Penurunan energi menurun dokumentasi)
- Obesitas - Frekuensi napas
membaik
- Posisi tubuh yang 7. Kocok inhaler selama
- Kedalaman napas
menghambat ekspansi 2-3 detik sebelum
membaik
paru digunakan
- Ekskursi dada
- Sindrom hipoventilasi 8. Lepaskan penutup
membaik
- Kerusakan inervasi inhaler dan pegang
diafragma(saraf C5 terbalik
keatas) 9. Posisikan di dalam
- Cedera medula spinalis mulut mengarah
- Efek agen ke tenggorokan dengan
farmakologis bibir ditutup rapat.
- Kecemasan Edukasi :
11. Anjurkan bernapas
Gejala dan Tanda Mayor
lambat dan dalam selama
Subjektif
penggunaan nebulizer
Dispsnea
Objektif 12. Anjurkan menahan napas

- Penggunaan otot bantu selama 10 detik

napas 13. Anjurkan ekspirasi

- Fase ekspirasi lambat melalui hidung

memanjang atau bibir

- Pola napas mengkerut

abnormal (takipnea, 14. Ajarkan pasien dan

bradipnea, hiperventilasi, keluarga tentang cara

kussmaul, dan cheyne- pemberian obat

stokes) 15. Jelaskan jenis obat,

Gejala dan Tanda Minor alasan pemberian,

Subjektif tindakan

Ortopnea yang diharapkan

Objektif dan efek samping obat

- Pernapasan pursed
lip
- Pernapasan cuping
hidung
- Diameter thorax anterior
posterio meningkat
- Ventilasi semenit menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan
ekspirasi
menurun
- Tekanan insprasi menurun
- Ekskursi dada berubah
Gangguan Pertukaran gas Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Definisi : Kelebihan atau Setelah dilakukan Tindakan
kekurangan dalam oksigenasi tindakan keperawatan Observasi :
dan atau pengeluaran selama 1x6 jam 1. Monitor
karbondioksida di dalam diharapkan oksigen atau frekuensi, irama,
membran kapiler alveoli eliminasi karbondioksida pada kedalaman dan upaya
Penyebab : membrane alveolus kapiler napas
- Ketidakseimban gan dalam batas 2. Monitor pola napas
ventilasi- perfusi normal (bradipnea, takipnea,
- Perubahan membrane Dengan Kriteria Hasil : hiperventilasi, kusmaul
alveolus-kapiler - Tingkat kesadaran cheyne- Stokes, biot dan
Gejala dan Tanda Mayor meingkat ataksik.
Subjektif - Dyspnea menurun 3. Monitor
Dispnea - Bunyi napas kemampuan batuk
Objektif tambahan menurun efektif
- PCO2 - Pusing menurun 4. Monitor adanya sputum
meningkat/men urun - Penglihatan kabur 5. Monitor adanya
sumbatan jalan napas
- PO2 menurun menurun
6. Palpasi
- Takikardia - Diaforesis
kesimetrisan ekspansi paru
- pH arteri menurun
7. Monitor saturasi oksigen
meningkat/men urun - Gelisah
8. Monitor nilai AGD
- Bunyi napas menurun
9. Monitor hasil x- ray
tambahan - Napas cuping
thoraks
Gejala dan Tanda Minor hidung menurun
Terapeutik :
Subjektif - PCO2 membaik
10. Atur interval
- Pusing - PO2 membaik
- Penglihatan Kabur - Takikardia pemantauan respirasi
Objektif membaik sesuai kondisi pasien.
- Sianosis - pH arteri membaik 11. Dokumentasikan hasil
- Diaphoresis - Sianosis menurun pemantauan
- Gelisah - Pola napas Edukasi :
- Napas cuping hidung membaik 12. Jelaskan tujuan dan
- Pola napas - Warna kulit prosedur pemantauan
abnormal (cepat/lambat, membaik 13. Informasikan hasil
regular/ireguler, pemantauan, jika
dalam/dangkal) perlu.
- Pucat kebiruan
- Kesadaran menurun
Perfusi perifer tidak Perfusi Perifer Pemantauan Tanda
Efektif Vital
Setelah dilakukan
Defisini : Tindakan Observasi :
tindkan keperawatan
Penurunan sirkulasi darah 1. Monitor tekanan darah
selama 1x6 jam
pada level kapiler 2. Monitor nadi
diharapkan keadekuatan
yang dapat mengganggu (frekuensi, kekuatan
aliran darah
metabolisme tubuh. Penyebab dan irama).
pembuluh darah distal
: 3. Monitor
untuk
- Hiperglikemia pernapasan (kedalaman
mempertahankan
- Penurunan dan frekuensi).
jaringan.
konsentrasi 4. Monitor suhu tubuh.
Dengan Kriteria Hasil :
hemoglobin Terapeutik :
 Denyut nadi perifer
- Peningkatan tekanan 5. Dokumentasikan hasil
meningkat
darah pemantauan.
 Warna kulit pucat
- Keurangan volume Edukasi :
menurun
cairan 6. Jelaskan tujuan dan
 Pengisian kapiler
- Penuruna aliran arteri prosedur tindakan
membaik
atau vena 7. Informasikan hasil
 Akral membaik
- Kurang terpapar pemantauan, jika
 Turgor kulit
informasi tentang perlu
membaik
faktor pemberat
 Tekanan darah
- Kurang terpapar
informasi tentang sistolik membaik
proses penyakit  Tekanan darah
- Kurang aktivitas fisik diastolic membaik
Gejala dan tanda
mayor :
Subjektif : tidak
tersedia
Objektif :
- Pengisian kapiler >3
detik
- Nadi perifer tidak
teraba
- Akral dingin
- Warna kulit pucat
- Turgor kulit
menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
- Parastesia
- Nyeri ekstremitas
(klaudikasi
intemitten)
C. DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Kebutuhan dasar Manusia (Oksigenasi).
Tangerang : Graha Ilmu.
KEMENKES, R. (2018). Asma penting diwaspadai (never too early never too late).
Naga. 2012. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta : Diva Press
Suprajitno. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed). Jakarta:Dewan Pengurus pusat
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai