bronkitis
Disusun Oleh:
Aywa paris
17.073.073.01
SAMARINDA
2021
Defenisi
Bronkitis pada anak berbeda dengan bronkitis yang terdapat pada orang dewasa. Pada anak
bronkitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran napas lain, namun ia dapat juga merupakan
penyakit tersendiri. Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi
bronkus. Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratrik
dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan merupakan
penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkus ikut memegang peran
(Ngastiyah, 2005). Penyakit bronkitis akut merupakan infeksi respiratorik akut bagian bawah (IRA-B)
yang sering terjadi pada bayi. Sekitar 20 % anak pernah mengalami satu episode IRA-B dengan mengi
pada tahun pertama. Angka kejadian rawat inap IRA-B tiap tahun berkisar 3000 sampai 50.000 –
80.000 bayi (Langley, 2003), kematian sekitar 2 per-100.000 bayi (Holman, 2003). Bronkitis akut
bersifat musiman, pada umumnya terjadi pada usia kurang dari 2 tahun dengan puncak kejadian pada
usia 6 bulan pertama (Wohl, 2006). Menurut World Health Organization (WHO) bronkitis kronis
merupakan jenis penyakit yang dekat dengan chronic obstructive pulmonary disease ataupun penyakit
paru obstruktif kronik. Saat ini, penyakit bronkitis diserita oleh sekitar 64 juta orang di dunia.
Penggunaan tembakau, merokok, virus, bakteri, parasit, dan jamur, polusi udara dalam ruangan/luar
ruangan dan debu serta bahan kimia adalah faktor resiko utama. Angka kejadian bronkitis di Indonesia
sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, bronkitis merupakan salah satu bagian dari
penyakit paru obstruktif kronik yang terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema/gabungan dari
keduanya (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus
atau bakteri. Pneumonia adalah salah satu infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli).
Etiologi
Menurut Marni (2014), penyakit ini bisa disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus yang sering
menyebabkan penyakit Respiratorik Syncytial Virus. Penyebab lain yang sering terjadi pada bronkhitis
ini adalah asap rokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif, atau sering menghirup udara yang
mengandung zat iritan.
Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronkitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa braonkus dan
peningkatan sejumlah sel goblet disetrai dengan infiltrasi sel radang dab ini mengakibatkan gejala khas
yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya
mempengaruhi bronkholus yang kecilkecil sedemikian rupa sampai bronkhiolus tersebut rusak dan
dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah rokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada
daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlmbat aktivitassilia dan pagositosis, sehingga timbunan
mucus meningkat sedangkan mekanisme pertahannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi
akibat displasia. Sel-sel penghasil mukus di bronchus. Selain itu, silia yang melapisi bronchus
mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel
penghasil mukus dan sel-sel- silia ini mengganggu system eskalatormukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas (Wahid & suprapto,
2013).
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada bronkitis akut: Menrut Amin & Hardhi (2015)
1) Batuk
2) Terdengar ronki
4) Wheezing
6) Demam
7) Produksi sputum
1) Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab
2) Sering mengalami infeksi saluran nafas (seperti misalnya pilek atau flu) yang diberengi dengan
batuk
4) Demam tinggi
Penatalaksanaan
1) Tindakan suportif
Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :
a) Menghindari rokok.
b) Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
c) Mengontrol suhu dan kelembapan lingkungan.
d) Nutrisi yang baik.
e) Hidrasi yang adekuat.
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronkitis yang dapat di jumpai pada pasien, antara lain
1) Bronkitis kronik
2) Pneumonia dengan atau tanpa atelektajsis, bronkitis sering mengalami infeksi berulang
biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering trjadi pada
mereka drainase sputumnya kurang baik
3) Pleuritis
4) Efusi pleura atau empisema
5) Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus.
Sering menjadi penyebab kematian
6) Haemaptoe terjadi karena pecahnya pembuluh darah cabang vena (arteri pulmonaris). Cabang
arteri (arteri bronkhialis) atau anastomosis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan
tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
7) Sinusitis merypakan bagian dari komplikasi brincitis pada saluran nafas
8) Kor pulmonal kronik pada lasus ini bila terjadi anastomosis cabang-cabang arteri vena dan
vena pulmunalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio- venous shunt, terjadi gangguan
oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
9) Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi paling akhir pada bronkitis yang berat dan luas
10) Amyloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan
jarang terjadi pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati
dan limpa serta proreinurea.
Diagnosa keperawatan
Menurut standar diagnosis keperawatan indonesi defenisi dan indicator (tim pokja SDKI DPP
PPNI, 2016) Diagnosa yang lazim terjadi pada klien yang mengalami bronkitis adalah :
3. Keluarga dapat
memberikan informasi
kembali bagi keluarga
dirumah dalam penanganan
penyakit dirumah
Ketidakefektifan Goal : pasien akan 1. Kaji status pernapasan
bersihan jalan napas meningkatkan bersihan jalan sekurangnya setiap 4 jam atau
b.d adanya obstruksi napas selama dalam menurut standar yang ditetapkan.
trakeabronkial atau perawatan. R/untuk mendeteksi tanda awal
sekresi bahaya.
Objektif : dalam jangka waktu
3 x 24 jam 2. Gunakan posisi semifowler dan
sanggah lengan pasien. R/untuk
pasien akan menunjukan membantu bernapas dan ekspansi
bersihan jalan napas efektif dada serta ventilasi lapang paru
dengan kriteria hasil : basilar.
Daftar pustaka