GAGAL NAFAS
OLEH :
M. ARIF TRI HAPSORO I4061172002
JEFRY ALFARIZY I4061172071
PEMBIMBING :
dr. Ranti Waluyan
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Sesak napas merupakan gejala yang sering muncul dan ditemukan pada
kasus gawat darurat. Pada tahun 2007, United States National Hospital
Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan bahwa sesak napas atau yang
disebut juga dyspnea merupakan bagian dari sepuluh besar datangnya pasien ke
Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan total sekitar 3,2% pada tahun tersebut.
Sedangkan perkiraan terbaru dari survey yang dilakukan pada tahun 2013,
didapatkan bahwa kasus sesak napas mencapai 3,0% kasus yang muncul di IGD.
Sumber lainnya menyatakan bahwa, perkiraan prevalensi sesak napas sebagai
keluhan utama berada pada rentang 2,7% sampai 9% bergantung pada sistem
pengukuran yang digunakan beserta populasinya.1-3
Sesak napas merupakan kumpulan gejala, bukan merupakan suatu tanda
disebabkan pasien merasakan keluhan tersebut secara subjektif. Sesak napas akan
bervariasi pada setiap indivdiu bahkan jika terpapar atau dipicu oleh stimulus atau
dasar patologi yang sama. Perbedaan yang dialami pada setiap orang tersebut
dapat berhubungan dengan interaksi dari banyak faktor meliputi fisiologis,
patologis, sosial dan lingkungan yang menginduksi respons fisiologis dan
kebiasaan yang berbeda. Adanya sesak napas yang merupakan prediktor dari
mortalitas, biasanya melampaui kadar fisiologis dalam memprediksi keadaan
klinis pasien. Ketidaknyamanan pernapasan dapat muncul dari manifestasi klinis
dengan ruang lingkup yang luas, namun bisa juga merupakan manifestasi dari
daya tahan kardiovaskular yang buruk dalam hal peningkatan populasi sedenter.
Sesak napas sebagai salah satu alasan utama pasien datang ke IGD membutuhkan
diagnsosis cepat dan perencanaan tatalaksana berdasarkan informasi klinis yang
tepat. Diagnosa serta manajemen yang cepat dan akurat merupakan hal penting
yang dapat menyelamatkan pasien yang datang dengan sesak bahkan dengan
gagal napas.4-6
Gagal napas akut atau yang dikenal dengan Acute Respiratory Failure
(ARF) merupakan kondisi perburukan pada pasien yang merupakan akibat dari
terganggunya fungsi dari pompa otot respirasi ataupun disfungsi dari paru. Gagal
napas merupakan hal yang menantang karena memiliki kumpulan gejala
heterogen berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di rumah
sakit, sehingga membutuhkan keputusan yang tepat dalam memberikan
penanganan kegawatdaruratan.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sesak napas atau yang dikenal dengan dyspnea merupakan
pengalaman ‘subjektif’ dari ketidaknnyamanan saat bernapas yang terdiri
dari sesnsasi kualitiatif yang berbeda dan bervariasi dalam intensitasnya
serta dapat bersifat akut maupun kronik. Sensasi yang berbeda tersebut juga
sering dilaporkan pasien sebagai peningkatan kerja atau usaha dalam
bernapas, dada yang terasa terik, atau lapar udara (air hunger) yang berarti
perasaan tidak cukup udara saat melakukan inspirasi. Air hunger
berhubungan dengan stimulasi kemoreseptor yang mana sensasi dari ‘rasa
tidak nyaman saat bernapas’ merupakan perintah dari pusat pengaturan
respirasi utama meskipun perbedaan antar sensasi dari deskripsi verbal
masih belum jelas. Berikut deskripsi dari air hunger yang sering dikeluhkan
oleh pasien.6,8
2.3 Etiologi
b. Pneumonia
c. Edema pulmoner
d. Asma
e. Pneumothorak
f. Emboli paru
h. Pneumokoniosis
k. Bronkiekstasi
n. Kiposkoliosis
o. Obesitas
6. Penyebab umum gagal napas tipe II (hiperkapni)13
a. Emfisema dan bronkitis kronis (PPOK)
b. Asma yang berat
c. Overdosis obat
d. Keracunan
e. Miastenia gravis
f. Polineuropati
g. Kelainan otot primer
h. Porphiria
i. Kordotomi servikal
j. Trauma kepala dan servikal
k. Hipoventilasi alveolar primer
l. Sindrom hipoventilasi pada obesitas
m. Edema pulmoner
n. Sindrom distres pernapasan akut
o. Miksedema
p. Tetanus
Gagal napas dapat disebabkan oleh kelainan intrapulmoner maupun
ekstrapulmoner. Kelainan intrapulmoner meliputi kelainan pada saluran napas
bawah, sirkulasi pulmoner, jaringan interstitial dan daerah kapiler alveolar.
Sedangkan ekstrapulmoner berupa kelainan pada pusat napas, neuromuskular,
pleura maupun saluran napas atas.13
Gambar 11. Kriteria diagnosis primary survey negatif pada pasien yang
memerlukan perawatan rumah sakit11
b. Objective
Tanda Vital
2.5 Tatalaksana
Jika tidak memungkinkan untuk mempertahankan jalur napas, dan apabila
kondisi pasien menurun secara cepat, atau pasien menunjukkan tanda kegagalan
napas yang signifikan (ditandai dengan kegagalan mempertahankan SpO 2 dengan
konsentrasi oksigen tinggi).11
Dasar pengobatan gagal napas dibagi menjadi pengobatan nonspesifik dan
yang spesifik. Umumnya diperlukan kombinasi keduanya. Pengobatan
nonspesifik adalah tindakan secara langsung ditujukan untuk memperbaiki
pertukaran gas paru, sedangkan pengobatan spesifik ditujukan untuk mengatasi
penyebabnya. 15
Gambar 16. Nilai oksimetri dan pilihan alat suplementasi yang diberikan. 16
Berikut ini macam macam ke unrungan dan kerugian penggunaan alat
pemberian oksigen. 16
a. Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,
bekerja dengan memberikan oksigen pada frekuensi aliran kurang dari
volume inspirasi pasien, sisa volume ditarik dari udara ruangan. Karena
oksigen ini bercampur dengan udara ruangan, maka FiO2 aktual yang
diberikan pada pasien tidak diketahui, menghasilkan FiO2 yang bervariasi
tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Alat
oksigen aliran rendah cocok untuk pasien stabil dengan pola nafas, frekuensi
dan volume ventilasi normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml
dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit. 16
1) Low Flow Low Concentration
a) Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan
oksigen secara kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan
konsentrasi 24% - 44%. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi
insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai naso faring.
Persentase oksigen yang mencapai paru-paru beragam sesuai
kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama jika mukosa nasal
membengkak16
Keuntungannnya yaitu pemberian oksigen stabil, klien bebas
bergerak, makan dan berbicara, dan membersihkan mulut, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap. Dapat
digunakan dalam jangka waktu yang lama.16
Kerugiannya yaitu tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen
yang lebih dari 44%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari
pada kanula nasal, nyeri saat kateter melewati nasofaring, dan mukosa
nasal akan mengalami trauma, fiksasi kateter akan memberi tekanan
pada nostril, maka kateter harus diganti tiap 8 jam dan diinsersi
kedalam nostril lain, dapat terjadi distensi lambung, terjadi iritasi
selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat
menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta
kateter mudah tersumbat dan tertekuk. 16
b) Kanul Nasal/ Kanul Binasal/ Nasal Prong
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan
oksigen kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi
oksigen sama dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %. Persentase O2
pasti tergantung ventilasi per menit pasien. Pada pemberian oksigen
dengan nasal kanula jalan nafas harus paten, dapat digunakan pada
pasien dengan pernafasan mulut. 16
Keuntungan nasal kanul yaitu pemberian oksigen stabil dengan
volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya mudah
dibandingkan kateter nasal, murah, disposibel, klien bebas makan,
minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa
nyaman. Dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut, bila
pasien bernapas melalui mulut, menyebabkan udara masuk pada
waktu inhalasi dan akan mempunyai efek venturi pada bagian
belakang faring sehingga menyebabkan oksigen yang diberikan
melalui kanula hidung terhirup melalui hidung. 16
Kerugian nasal kanul antara lain tidak dapat memberikan
konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila
klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul
hanya 1/1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi
nasal. Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan,
sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter tidak akan
menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan oksigen dan
menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Dapat
menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat
pemasangan yang terlalu ketat. 16
2) Low Flow High Concentration
a) Sungkup Muka Sederhana
Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang.
Merupakan alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau
selang seling. Aliran 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 –
60%. Masker ini kontra indikasi pada pasien dengan retensi
karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Aliran O2 tidak
boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari
masker. 16
Keuntungan sungkup muka sederhana yaitu konsentrasi oksigen
yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang
besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. 16
Kerugian sungkup muka sederhana yaitu tidak dapat
memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. Menyekap, tidak
memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila
pasien mntah. Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan
kulit dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang
dapat disesuaikan tersedia untuk menjamin keamanan dan
kenyamanan. 16
b) Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu
35 – 60% dengan aliran 6 – 15 liter/mnt , serta dapat meningkatkan
nilai PaCO2. Udara ekspirasi sebagian tercampur dengan udara
inspirasi, sesuai dengan aliran O2, kantong akan terisi saat ekspirasi
dan hampir menguncup waktu inspirasi. Sebelum dipasang ke pasien
isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong
dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Memasang
kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat
untuk mencegah iritasi kulit. 16
Keuntungan sungkup muka kantong rebreathing yaitu
onsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir. Kerugian sungkup muka kantong
rebreathing yaitu tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah,
kantong oksigen bisa terlipat atau terputar atau mengempes, apabila
ini terjadi dan aliran yang rendah dapat menyebabkan pasien akan
menghirup sejumlah besar karbondioksida. Pasien tidak
memungkinkan makan minum atau batuk dan menyekap, bisa terjadi
aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel pengikat. 16
c) Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang
tinggi mencapai 90 % dengan aliran 6 – 15 liter/mnt. Pada prinsipnya
udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi, udara
ekspirasi dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui satu atau lebih
katup, sehingga dalam kantong konsentrasi oksigen menjadi tinggi.
Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara
menutup lubang antara kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian
kantong reservoir. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan
sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit. Kantong tidak
akan pernah kempes dengan total. Perawat harus menjaga agar semua
diafragma karet harus pada tempatnya. 12
Keuntungan sungkup muka kantong non rebreathing yaitu
konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak
mengeringkan selaput lendir. Kerugian sungkup muka kantong non
rebreathing yaitu tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah.
Kantong oksigen bisa terlipat atau terputar, menyekap, perlu segel
pengikat, dan tidak memungkinkan makan, minum atau batuk, bisa
terjadi aspirasi bila pasien muntah terutama pada pasien tidak sadar
dan anak-anak. 16
b. Sistem aliran tinggi
Memberikan aliran dengan frekuensi cukup tinggi untuk
memberikan 2 atau 3 kali volume inspirasi pasien. Alat ini cocok untuk
pasien dengan pola nafas pendek dan pasien dengan PPOK yang
mengalami hipoksia karena ventilator. Suatu teknik pemberian oksigen
dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan,
sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen
yang lebih tepat dan teratur. 16
1) Sungkup Muka Dengan Venturi / Masker
Venturi (High Flow Low Concentration).
Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan
untuk konsentrasi yang tepat melalui cara non invasif. Masker dibuat
sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran udara ruangan
bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan. Masker
venturi menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak udara seperti
vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi dengan pengayaan
oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff
perforasi, membawa gas tersebut bersama karbondioksida yang
dihembuskan. Metode ini memungkinkan konsentrasi oksigen yang
konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan
kecepatan pernafasan.Diberikan pada pasien hyperkarbia kronik
( CO2 yang tinggi ) seperti PPOK yang terutama tergantung pada
kendali hipoksia untuk bernafas, dan pada pasien hypoksemia sedang
sampai berat. 16
FiO2 estimation pada venturi mask merk Hudson berdasarkan
warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % ) antara lain:
a) Biru : 2 : 24
b) Putih : 4 : 28
c) Orange : 6 : 31
d) Kuning : 8 : 35
e) Merah : 10 : 40
f) Hijau : 15 : 60
Adapun berikut keuntungan venturi mask:16
a) Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai
dengan petunjuk pada alat.
b) FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur
dengan O2 analiser.
c) Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol.
d) Tidak terjadi penumpukan CO2.
Adapun berikut kerugian dari venturi mask16
a) Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen mengalir
kedalam mata.
b) Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus
dilepaskan bila pasien makan, minum, atau minum obat.
c) Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga
tidak mengganggu konsentrasi O2.
2) Bag and Mask / resuscitator manual16
Digunakan pada pasien :
a) Cardiac arrest
b) Respiratory failure
c) Sebelum, selama dan sesudah suction Gas flows 12 – 15 liter,
selama resusitasi buatan, hiperinflasi / bagging, kantong resusitasi
dengan reservoir harus digunakan untuk memberikan konsentrasi
oksigen 74 % - 100 %. Dianjurkan selang yang bengkok tidak
digunakan sebagai reservoir untuk kantong ventilasi. Kantong 2.5
liter dengan kecepatan 15 liter/menit telah ditunjukkan untuk
pemberian oksigen yang konsisten dengan konsentrasi 95 % - 100
%. Penggunaan kantong reservoar 2.5 liter juga memberikan
jaminan visual bahwa aliran oksigen utuh dan kantong menerima
oksigen tambahan. Pengetahuan tentang kantong dan
keterampilan penggunaan adalah vital :
d) Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT ).
e) Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi
f) Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak.
Hal – hal yang harus diperhatikan antara lain:
a) Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan
baik dan apakah terjadi distensi abdomen.
b) Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan
komplain paru.Risiko terjadinya peningkatan sekresi,
pneumothorak, hemothorak, atau spasme bronkus yang
memburuk.
Syarat – syarat resusitator manual16 :
a) Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada
kondisi akut.
b) Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan
observasi terhadap muntah / darah yang dapat mengakibatkan
aspirasi.
c) Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut.
d) Pembersihan dan pendauran ketahanan kantong.
Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal
ini dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50%
terus-menerus selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat
terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H 2O2
melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak
alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida
dan atelektasis. 16
Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan,
namun juga pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman.
Apabila O2 80-100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau
lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres
substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan
selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru. 16
Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi
dengan O2, selanjutnya mengalami gangguan menahun yang ditandai
dengan kista dan pemadatan jaringan paru (displasia
bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti
prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringan
vaskuler opak pada mata yang dapat mengakibatkan kelainan
penglihatan berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi
berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot,
bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan
terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan
peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah. Oksigen bukan zat
pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena
itu klein dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari :
Merokok, membuka alat listrik dalam area sumber oksigen,
menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”. 16