Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN:


MENINGITIS, VERTIGO,
CERVICAL SYNDROME
KELOMPOK 4 (A 2018 1)
01
MENINGITI
S
Definisi Meningitis
Meningitis adalah radang dari selaput otak
yaitu lapisan aracnoid dan piameter yang
disebabkan oleh bakteri dan virus (Judha &
Rahil, 2012). Meningitis ditandai adanya gejala
spesifik dari sistem saraf pusat yaitu gangguan
kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial, &
defisit neurologi (Widagdo, 2011)
Manifestasi Klinis

Pada Bayi Pada Orang


& Anak
Demam tinggi, Mual dan
Dewasa
muntah, Sakit kepala, Demam, Sakit kepala hebat,
Kejang, Leher kaku, Nafsu Leher kaku, Muntah, Takut
makan dan minum cahaya (fotofobia), Kejang,
berkurang, Gangguan Gangguan kesadaran berupa
kesadaran berupa apati, letargi sampai koma dan
letargi, bahkan koma. Dan Kadang dijumpai infeksi
Biasanya diawali dari saluran pernapasan bagian
gangguan saluran atas (misalnya, pilek, sakit
pernafasan bagian atas. tenggorokan).
Pemeriksaan Diagnostik

01 Tes Darah
Tes ini bertujuan
mendeteksi ada tidaknya
03 Pengambilan sampel cairan
serebrospinal
Untuk pemeriksaan yang lebih akurat,
bakteri dalam darah. sampel cairan serebrospinal dalam
tulang belakang akan di ambil dengan
prosedur funsi lumbal.

02 Pemindaian
CT scan atau MRI di
kepala bisa di anjurkan
04 Tes DNA atau antibodi
Mendeteksi kehadiran virus di cairan
serebrospinal dengan metode tes DNA
untuk mendeteksi atau antibodi juga bisa dilakukan guna
pembekakan atau mengetahui jenis virus yang
inflamasi. menyebabkan meningitis.
WOC
Asuhan Keperawatan
Meningitis
Pengkajian Keperawatan
● Identitas
● Riwayat kesehatan
● Pemeriksaan Fisik
● Pola Kehidupan Sehari-hari
Diagnosa Keperawatan yang
Muncul
● Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
berhubungan dengan hambatan aliran
darah ke otak.
● Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan peumpukan secret
pada saluran nafas.
● Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan peningkatan kerja otot pernafasan.
Intervensi Keperawatan
Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan hambatan aliran darah ke otak

● NOC
Setelah dilakukan tindakan Kepewatan diharapkan
tingkat resiko ketidakefektifan perfusijaringan
otak berkurang dengan Perfusi jaringan serebral
Indikator:
1. Tidak ada deviasi dari kisaran normal tekanan
intrakranial
2. Tidak ada saki kepala
3. Tidak ada keadaan pingsan
4. Tidak ada refleks saraf terganggu
Lanjut..
• NIC
Edema serebra
1. Monitor adanya kebingungan, keluhan pusing, pingsan
2. Monitor status neurologi dengan ketat dan bandingan dengan nilai normal
3. Monitor TTV
4. Monitor TIK dan CPP
5. Monitor status pernafasan: frekuensi, irama kedalaman pernafasan PaO2, PCO2, pH
6. Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus
7. Berikan anti kejang, sesuai kebutuhan
8. Hindari fleksi leher
9. Latihan roam pasif
10. Monitor intake dan out put.

Monitor tekanan intra kranial (TIK)


11. Monitor tekanan darah ke otak
12. Monitor pasien TIK dan reaksi perawatan serta neurologis serta rangsangan lingkungan
13. Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
14. Periksa pasien ada tidak adanya gejala kaku kuduk
15. Berikan antibiotic
16. Letakkan kepala dan posisi pasien dalam posis netral, hindari fleksi pinggang yang berlebihan
17. Berikan ruang perawatan agar menimalkan elifasi TIK
18. Monitor CO2 dan pertahankan palemeter yang di tentukan
Lanjut..
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peumpukan secret pada saluran nafas
● NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
ketidaefektifan bersihan jalan nafas Kriteria hasil
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafasyang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal).
Lanjut..
• NIC
Airway suction 1. Airway management
1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning 2. Buka jalan nafas gunakan teknik chin lift atau
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah jaw thrust bila perlu
suctioning 3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang 4. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
suctioning jalan nafas buatan
4. Minta klien nafas dalam sebelum suctioning 5. Pasang mayo bila perlu
dilakukan 6. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk 7. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
memfasilitasi suction nasotrakeal 8. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas
6. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tambahan
tindakan 9. Lakukan suction pada mayo
7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam 10.Berikan bronkodilator bila perlu
setelah kateter di keluarkan dari nastrokeal 11.Berikan pelembab udara kasa basah NaCl
8. Monitor status oksigenasi pasien lembab
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan 12.Atur intake untuk cairan Mengoptimalkan
suction keseimbangan
10.Hentikan suction dan berikan oksigen apabila 13.Monitor respirasi dan status O2
apsien menunjukkan bradikardi, peningkatan
Lanjut..
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
peningkatan kerja otot pernafasan
● NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan
ketidakefektifan pola nafas Kriteria hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips).
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal) Tanda – tanda vital dalam batas normal
Lanjut..
• NIC
Airway suction 1. Airway management
1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning 2. Buka jalan nafas gunakan teknik chin lift atau
2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah jaw thrust bila perlu
suctioning 3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang 4. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
suctioning jalan nafas buatan
4. Minta klien nafas dalam sebelum suctioning 5. Pasang mayo bila perlu
dilakukan 6. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk 7. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
memfasilitasi suction nasotrakeal 8. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas
6. Gunakan alat yang steril setiap melakukan tambahan
tindakan 9. Lakukan suction pada mayo
7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam 10.Berikan bronkodilator bila perlu
setelah kateter di keluarkan dari nastrokeal 11.Berikan pelembab udara kasa basah NaCl
8. Monitor status oksigenasi pasien lembab
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan 12.Atur intake untuk cairan Mengoptimalkan
suction keseimbangan
10.Hentikan suction dan berikan oksigen apabila 13.Monitor respirasi dan status O2
apsien menunjukkan bradikardi, peningkatan
02
VERTIGO
Definisi Vertigo
Vertigo merupakan sensasi berputar dan
bergeraknya penglihatan baik secara
subjektif maupun objektif ,vertigo dengan
perasaan subjektif terjadi bila seseorang
mengalami bahwa dirinya merasa
bergerak, sedangkan vertigo dengan
perasaan objektif bila orang tersebut
merasa bahwa di sekitar orang tersebut
bergerak.
Manifestasi Klinis
Menurut Bhattacharyya et al., 2008

Gejala-gejala klinis dari BPPV adalah pusing, ketidakseimbangan,


sulit untuk berkonsentrasi, dan mual. Kegiatan yang dapat
menyebabkan timbulnya gejala dapat berbeda-beda pada tiap
individu, tetapi gejala dapat dikurangi dengan 18 perubahan posisi
kepala mengikuti arah gravitasi. Gejala dapat timbul dikarenakan
perubahan posisi kepala seperti saat melihat keatas, berguling, atau
pun saat bangkit dari tempat tidur.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan
laboratorium rutin Neurofisiologi
atas darah dan Elektroensefalografi EEG),
urin, dan Elektromomigrafi
pemeriksaan lain EMG),Brainstem Auditory
sesuai indikasi Evoked Potential (BAEP)

Foto rontgen
tengkorak, leher, Pencitraan CT-scan,
stenvers (pada arteriografi, magnetic
neurinoma akustik) resonance imaging (MRI)
WOC
Lanjut..
Asuhan Keperawatan
Vertigo
Pengkajian Keperawatan
Anamnesis
● Minta penderita melukiskan keluhanya dengan kata-
katanya sendiri apa yang ia maksudkan dengan pusing
tersebut.
● Anamnesis khusus mengenai vertigo.
● Anamnesis umum yaitu anamnesis untuk menilai bentuk
kepribadian, keluhan-keluhan lain seperti gangguan
penglihatan, disatria, gangguan pergerakan.
● Anamnesis intoksikasi atau pemakaian obat-obatan.
Lanjut..

Pemeriksaan fisik

● Mencari adanya strabismus


● Mencari adanya nystagmus
● Pemeriksaan dengan rangsangan perubahan posisi
kepala dan tubuh
● Manuver hellpike
● Tes nystagmus optokinetic
● Pemeriksaan dengan E.N.G (Eloktronistagmografi)
● Pemeriksaan pendengaran
● Pemeriksan keseimbangan
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut b/d agen cidera biologis.

Defisit pengetahuan tentang penyakit


pengobatan dan perawatan b/d kurangnya
informasi.

Resiko jatuh b/d ganguan keseimbangan


Intervensi Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

Tujuan diberikan tindakan keperawatan yaitu dengan kriteria hasil :


1) Mampu mengontrol nyeri
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
3) Mampu mengenali nyeri.
4) Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi keperawatan adalah dengan :


5) Observasi nyeri secara komprehensif
6) Observasi reaksi non verbal
7) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
8) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
9) Evaluasi adanya nyeri, monitor tanda-tanda vital.
Lanjut..
Defisit pengetahuan tentang penyakit pengobatan dan
perawatan b/d kurangnya informasi

Tujuan diberikan tindakan keperawatan yaitu dengan kriteria


hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat atau tim kesehatan.
Lanjut..
Intervensi keperawatan yaitu :
1) Kaji tingkat pengetahuan klian dan keluarga
2) Berikan pengetahuan tentang proses penyakit yang spesifik
3) Jelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit.
4) Koreksi adanya kesalahan informasi dan sediakan waktu
untuk bertanya pada klien
5) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin dapat
mencegah komplikasi dimasa yang akan datang
6) Diskusikan pilihan-pilihan terapi pe-ngobatan dan perawatan
7) Jelaskan alasan rasional dari terapi pengobatan yang
direkomendasikan.
Lanjut..
Resiko jatuh b/d ganguan keseimbangan
Tujuan diberikan tindakan keperawatan yaitu dengan
kriteria hasil :
1) Pada pasien keseimbangan kemampuan untuk
mempertahankan ekuilibrium, gerakan pasien
terkoordinasi,
2) Pemberian asuhan untuk meminimalkan faktor resiko
yang dapat memicu jatuh dilingkungan pasien, tidak ada
kejadian jatuh.
Lanjut..
Resiko jatuh b/d ganguan keseimbangan

Intervensi Keperawatan :
1) Mengidentifikasi defisit kognitif atau fisik pasien yang dapat meningkatkan
potensi jatuh dalam tempat tidur pasien
2) Mengidentifikasi perilaku dan factor yang mempengaruhi resiko jatuh
3) Mengidentifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk
jatuh
4) Kaji tingkat gait, keseimbangan dan kelelahan dengan ambulasi
5) Instruksikan pasien agar memanggil asisten ketika melakukan pergerakan
penyakit yang diderita
6) Anjurkan pasien untuk bedrest pada fase akut
7) Jelaskan pada pasien tentang terapi rehabilitatif pada pasien vertigo
8) Melakukan Relaksasi nafas dalam
9) Memonitor keadaan pasien setiap 3 jam sekali
10) Memberikan terapi sesuai advis Dokter.
03
CERVICAL
SYNDROME
Definisi Cervical Syndrome
Nyeri leher (Cervical syndrome) adalah nyeri yang dihasilkan
dari interaksi yang kompleks antara otot dan ligamen serta
faktor yang berhubungan dengan postur, kebiasaan tidur, posisi
kerja, stress, kelelahan otot kronis, adaptasi postural dari nyeri
primer lain (Shoulder, sendi temporo mandibular,
craniocervikal), atau perubahan degeneratif dari discus
cervikalis dan sendinya dan nyeri leher ini mengganggu aktivitas
seseorang.

Menurut Finkelstein, (2012) nyeri leher adalah nyeri pada ujung


saraf yang terletak di berbagai ligament dan otot leher, serta
discus intervertebral dan lapisan 25 luar diskus (annulus
fibrosus).
Manifestasi Klinis

1 2 3 4
Nyeri leher Mati rasa, Kekakuan, Kelemahan
yang rasa tebal, ketegangan otot
menjalar ke kesemutan sering ekstremitas
lengan yang disebut atas sesuai
bawah dan menjalar sebagai distribusi
tangan. sesuai penyebab saraf
distribusi nyeri leher.
saraf.
Pemeriksaan Diagnostik

CT Scan dan MRI Tes Elektrofisiologi


CT scan menyediakan informasi yang Tes elektrofisiologi termasuk
baik pada struktur tulang, tetapi ada konduksi saraf dan
keterbatasan berkaitan dengan jaringan elektromiografi (EMG). Ini
lunak. MRI adalah pemeriksaan pilihan, berguna ketika ada kecurigaan
menunjukkan perubahan morfologi cacat saraf tetapi mereka tidak
yang terjadi di diskus intervertebralis, memberikan informasi khusus
saraf tulang belakang, akar saraf dan mengenai nyeri
jaringan lunak sekitarnya.
WOC
Asuhan Keperawatan
Cervical Syndrome
Pengkajian
• Identitas klien
• Riwayat penyakit sekarang
• Riwayat kesehatan dahulu
• Riwayatv kesehatan keluarga
• Masalah penggunaan obat-obatan adiktif dan alcohol
• Pengkajian psikososiospiritual
• Pemeriksaan fisik
Diagnosa Keperawatan

● Ketidakefektifan pola nafas b.d kerusakan tulang punggung, disfungsi


neurovaskular, kerusakan sistem muskuloskeletal.
● Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d ketidakmampuan untuk
membersihkan secret yang menumpuk.
● Nyeri akut b.d agen cedera fisik (desakan fragmen cedera pada jaringan
lunak) ditandai dengan klien tampak meringis, laporan secara verbal
terasa nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri.
● Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan vaskularisasi ditandai
dengan oedema ekstremitas, sianosis, perubahan temperatur kulit.
Intervensi Keperawatan
Ketidakefektifan pola nafas b.d kerusakan tulang punggung,
disfungsi neurovaskular, kerusakan sistem muskuloskeletal.
● NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x 24 jam,
klien mampu menunjukkan perilaku pola nafas efektif,
dengan kriteria hasil :

Respiratory status : ventilation


Respiratory status : airway patency
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea.
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten
3. Mempu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan nafas
Lanjut..
• NIC

Airway management :
a.Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
c. Keluarkan secret dengan batuk dan suctioning
d. Kuskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas
tambahan
e. Berikan bronkodilator bila perlu
f.Atur intake dan output untuk mengoptimalkan
keseimbangan
Lanjut..
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d ketidakmampuan
untuk membersihkan secret yang menumpuk.

● NOC
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x 24 jam,
klien mampu menunjukkan perilaku pola nafas efektif,
dengan kriteria hasil :

Respiratory status : ventilation


Respiratory status : airway patency
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea.
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten
3. Mempu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan nafas
Lanjut..
• NIC
Airway management :
a.Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
c. Keluarkan secret dengan batuk dan suctioning
d. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas
tambahan
e. Berikan bronkodilator bila perlu
f.Atur intake dan output untuk mengoptimalkan
keseimbangan
Lanjut..
Nyeri akut b.d agen cedera fisik (desakan fragmen cedera pada jaringan
lunak) ditandai dengan klien tampak meringis, laporan secara verbal terasa
nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri

● NOC Pain Level


Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Pasien tidak melaporkan adanya nyeri
selama ...x... jam, diharapkan nyeri dapat 2. Ekspresi wajah terhadap nyeri
berkurang, dengan kriteria hasil: 3. Diaphoresis
Pain Control 4. RR dalam batas normal (16-20
1.Pasien mengenali onset nyeri kali/menit)
2. Pasien dapat mendeskripsikan faktor 5. Nadi dalam batas normal (60-100
penyebab kali/menit)
3. Pasien Menerapkan teknik manajemen 6. Tekanan darah dalam batas normal
nyeri non farmakologis (120/80 mmHg)
4. Pasien menggunakan analgesik sesuai
rekomendasi
Lanjut..
• NIC
Pain management :
1.Kaji karakteristik nyeri meliputi
lokasi, waktu, frekuensi, kualitas, 5.Eliminasi faktor-faktor pencetus
faktor nyeri
pencetus, dan intensitas nyeri 6.Ajarkan teknik nonfarmakologi
2.Kaji faktor-faktor yang dapat (misalnya relaksasi, guided
memperburuk nyeri pasien imagery,
3.Monitor status TTV sebelum dan terapi musik, dan distraksi) yang
sesudah pemberian analgesik dapat
4.Memastikan pasien mendapat digunakan saat nyeri timbul
terapi 7.Berikan dukungan selama
analgesik yang tepat pengobatan nyeri berlangsung
Lanjut..
Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan vaskularisasi
ditandai dengan oedema ekstremitas, sianosis, perubahan
temperatur kulit

● NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... jam,
diharapkan perfusi jaringan perifer kembali efektif, dengan
kriteria hasil :

Tissue Perfussion : Peripheral


1. Tidak ada nekrosis pada jari-jari
2. CRT dalam batas normal (kurang dari 3 detik)
3. Akral hangat
4. Tidak ada sianosis pada kuku kaki ataupun tangan
Lanjut..
• NIC

Haemodynamic regulation :
1.Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit/membran
mukosa
2.Kaji untuk respon verbal melambat, mudah teransang agitasi,
gangguan memori, bingung
3.Pantau pucat, sianosis, kulit dingin/lembab
4.Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung
mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi
5.pantau pemeriksaan diagnostik laboratorium misal EKG, elektrolit,
GDA (Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2) dan pemberian oksigen
Thanks you!

Anda mungkin juga menyukai