Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN KASUS MENINGITIS

Disusun oleh :
Ade Esarani
Nurmiyati
Yunikah
Yuli fitria Subastianan
Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak dan medula
spinalis(Muttaqin, 2008). Meningitis dapat menyerang semua kelompok umur,
meskipun pada kenyataannya kelompok umur yang paling rawan terkena penyakit ini
adalah anak- anak usia balita dan orang tua (Andareto, 2015). Insidens 90 % dari
semua kasus meningitis bakterial terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun,
insiden puncak terdapat pada rentang usia 6 sampai 12 bulan. Rentang usia dengan
angka morbiditas tertinggi adalah dari lahir sampai 4 tahun(Betz & Sowden, 2009).
KLASIFIKASI MENINGITIS MENURUT
MUTTAQIN 2018 :
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis
virus.Meningitis ini biasanya di sebabkan berbagai
jenis penyakit yang di sebabkan virus seperti
gondongan, herpes simpleks dan herpes zoster.

Meningitis Purulenta Meningitis sepsis merupakan


meningitis yang di sebabkan oleh organisme bakteri

Meningitis tuberculosa di sebabkan oleh basilus


tuberkel.Menurut Rich & McCoredck, Meningitis
tuberkulosa terjadi akibat komplikasi penyebaran
tuberkulosis primer, biasanya dari paru.
meningitis
Penyebabmeningitis
Bakteri

Virus

Faktor maternal
Penyebab

Faktor immnologi

Anak dengan kelainan


system syaraf pusat
PATOFISIOLOGI MENINGITIS
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis
yang dapat menyebabkan obstruksi, selanjutnya terjadi hidrosefalus dan
peningkatan tekanan intra kranial. Efek patologi dari peradangan tersebut
adalah hiperemi pada meningen, edema dan eksudasi yang menyebabkan
peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel darah merah pada
blood brain barrier. Masuknya organisme dapat melalui trauma, penetrasi
prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf
pusat. Otorrhea atau rhinorhea akibat fraktur dasar tengkorak dapat
menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara
Cerebral spinal fluid (CSF) dan dunia luar.Masuknya
mikroorganisme kesusunan saraf pusat melalui ruang sub
arachnoid dan menimbulkan respon peradangan pada via,
arachnoid, CSF dan ventrikel, dari reaksi radang muncul
eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema
dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan
obstruksi pada CSF dan menimbulkan Hidrosefalus.
MANIFESTASI KLINIS

ANAK DAN REMAJA


● Demam
● Menggigil
● sakit kepala
● Muntah
● kejang ( sering merupakan tanda – tanda awal )
● Agitasi
MANIFESTASI KLINIS
Bayi dan anak kecil
● Demam
● Muntah
● Sering kejang
● Fontanel menonjol
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan


meningitis adalah :
1. gangguan kesadaran
2. resiko terjadi komplikasi
3.gangguan rasa aman dan nyaman serta kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai penyakit .
KONSEP ASKEP PADA PASIEN MENINGITIS

Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat kesehatan
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang
1. Identitas Pasien
nama, tempat tanggal lahir/ umur, jenis kelamin, berat badan lahir, apakah bayi lahir cukip
bulan atau tidak, serta identitas orangtua
2. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit saat ini
- Riwayat penyakit dahulu
- Pengkajian dan pertumbuhan perkembangan anak
3. Pemeriksaan fisik
- Tingkat kesadaran
- Tanda – tanda vital
- Kepala
- Mata
- Hidung
- Mulut
- Telinga
- Dada
- Kulit
- Ekstremitas
- Genetalia
- Pemeriksaan syaraf Cranial
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut
• Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari 100/mm3
(normal : < 6/µL).
• Pewarnaan gram CSS
b) Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit dan
trombosit, protombin dan tromboplastin
Parsial
• Pemeriksaan glukosa darah. (Glukosa darah normal < 200 gr/dl
c) Pemeriksaan cairan dan elektrolit
Kadar elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi, natrium serum (Na+ ) naik, kalium
serum (K+ )turun. (Na+ normal : 136- 145mmol/L, K+ normal : 3,5-5,1 mmol/L).
d) Pemeriksaan kultur
• Kultur darah berguna untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
• Kultur urien/urinalisis, untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
• Kultur nasofaring, untuk mengidentifikasi organisme penyebab.
e) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan rontgenografi jarang diperlukan dalam mendiagnosis meningitis namun
pemeriksaan tersebut bisa berguna dalam mengenali faktor resiko. CT scan dilakukan untuk
menentukan adanya edema serebri atau penyakit saraf lainya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d
proses inflamasi, edema pada otak.
• Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme, proses inflamasi.
• Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan akumulasi sekret, penurunan kesadaran
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Resiko ketidakefektifan perfusi a. Status sirkulasi Terapi oksigen


jaringan serebral 1) Tekanan darah sistol 1. Periksa mulut, hidung, dan sekret
Faktor resiko 2) Tekanan darah diastol trakea
a. Gangguan 3) Tekanan nadi 2. Pertahankan jalan napas yang
serebrovaskuler 4) PaO2 (tekanan parsial oksigen paten
b. penyakit neurologis. dalam darah arteri) 3. Atur peralatan oksigenasi
5) PaCO2 (tekanan parial 4. Monitor aliran oksigen
karbondioksida dalam darah arteri 5. Pertahankan posisi pasien
6) Saturasi oksigen 6. Observasi tanda-tanda
7) Urine output Hipoventilasi
8) Capillary refill. 7. Monitor adanya kecemasan
b. Status neurologi pasien terhadap oksigenasi.
1) Kesadaran Manajemen edema serebral 1.
2) Fungsi sensorik dan motorik Monitor adanya kebingungan,
kranial perubahan pikiran, keluhan pusing,
3) Tekanan intrakranial pingsan
4) Ukuran pupil 2. Monitor tanda-tanda vital
5) Pola istirahat-tidur 3. Monitor karakteristik cairan
6) Orientasi kognitif serebrospinal : warna, kejernihan
dan konsentrasi
4) Ukuran pupil 4. Monitor status pernapasan: frekuensi, irama,
5) Pola istirahat-tidur kedalaman pernapasan, PaO2,PaCO2, pH,
6) Orientasi kognitif Bicarbonat
7) Aktivitas kejang 5. Catat perubahan pasien dalam berespon
8) Sakit kepala terhadap stimulus
6. Berikan anti kejang sesuai kebutuhan
7. Batasi cairan
8. Dorong keluarga/orang yang penting untuk
bicara pada pasien
9. Posisikan tinggi kepala 30o atau lebih.
Monitoring peningkatan intrakranial
1. Monitor tekanan perfusi serebral
2. Monitor jumlah, nilai dan karakteristik
pengeluaran cairan serebrispinal (CSF)
3. Monitor intake dan output

4. Monitor suhu dan jumlah leukosit


5. Periksa pasien terkait ada tidaknya gejala
kaku kuduk
6. Berikan antibiotic
no Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
2 Hipertermia Termoregulasi Kriteria hasil : Perawatan demam
berhubungan 1) Merasa merinding saat dingin 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya
dengan 2) Berkeringat saat panas 2. Monitor warna kulit dan suhu
a. Peningkatan laju 3) Tingkat pernapasan 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari
metabolisme 4) Melaporkan kenyamanan suhu perubahan kehilangan cairan yang tak di
b. Penyakit 5) Perubahan warna kulit rasakan
c. Sepsis 6) Sakit kepala 4. Beri obat atau cairan IV
5. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian
ringan
6. Dorong konsumsi cairan
7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan
aktivitas jika di perlukan
8. Berikan oksigen yang sesuai 9. Tingkatkan
sirkulasi udara 10. Mandikan pasien
dengan spon hangat dengan hati-hati.
Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam
sesuai dengan kebutuhan
2. Monitot dan laporkan adanya tanda dan
gejala hipotermia dan hipertermia
3. tingkatka intake cairan dan
nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan antipiretik
sesuai kebutuhan.
Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa yang di
perlukan, dan kelola menurut
resep dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas cara
pemberian obat yang sesuai.
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan nafas
2. Balikkan badan pasien ke
satu sisi
3. Longgarkan pakaian
4. Tetap disisi pasien selama
kejang
5. Catat lama kejang
6. Monitor tingkat obatobatan
anti epilepsi dengan benar
no Diagnosa Keperawatan NOC NIC
3 Ketidakefektifan pola nafas a. Status penrnapasan : ventilasi Kriteria Terapi oksigen
berhubungan dengan hasil 1. Bersihkan mulut, hidung dan sekret
a. Cedera medula spinalis b. 1) Frekuensi pernapasan trakea dengan tepat 2. Pertahankan
Gangguan neurologis c. 2) Irama pernapasan kepatenan jalan nafas
Nyeri 3) Kedalaman pernapasan 4) 3. Berikan oksigen tambahan seperti yang
Penggunaan otot bantu nafas diperintahkan
5) Suara nafas tambahan 4. Monitor aliran oksigen
6) Retraksi dinding dada 5. Periksa perangkat pemberian oksigen
7) Dispnea saat istirahat secara berkala untuk memastikan bahwa
8) Atelektasis. kosentrasi yang telah di tentukan sedang di
b. Status pernapasan : kepatenan jalan berikan
nafas Kriteria Hasil : 6. Pastikan penggantian masker
1) frekuensi pernapasan oksigen/kanul nasal setiap kali perangkat
2) pernapasan cuping hidung diganti
3) mendesah 7. Pantau adanya tandatanda keracunan
oksigen dan kejadian atelektasis.
Monitor neurologi
1. Pantau ukuran pupil, bentuk
kesimetrisan dan reaktivitas
2. Monitor tingkat kesadaran 3. Monitor
GCS
3. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
4. Monitor aliran oksigen
5. Periksa perangkat pemberian oksigen secara berkala
untuk memastikan bahwa kosentrasi yang telah di
tentukan sedang di berikan
6. Pastikan penggantian masker oksigen/kanul nasal
setiap kali perangkat diganti
7. Pantau adanya tandatanda keracunan oksigen dan
kejadian atelektasis.
Monitor neurologi
1. Pantau ukuran pupil, bentuk kesimetrisan dan
reaktivitas
2. Monitor tingkat kesadaran 3. Monitor GCS
4. Monitor status pernapasan.
Monitor tanda-tanda vital
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor kualitas nadi
4. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola pernapasan abnormal
7. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit.
8. Identifikasi dari penyebab perubahan vital sign.

Anda mungkin juga menyukai