MENINGOENSEFALITIS
Disusun oleh :
YESSI ROSIYANA
0433131440117078
2. Etologi
a. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan virus.
Macam-macam Encephalitis virus menurut Robin :
1. Infeksi virus yang bersifat epidermik :
a). Golongan enterovirus = Poliomyelitis, virus coxsackie, virus ECHO.
b).Golongan virus ARBO = Western equire encephalitis, St. louis encephalitis,
Eastern e quire encephalitis, Japanese B. encephalitis, Murray valley
encephalitis.
2. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek, herpes zoster,
limfogranuloma, mumps, limphotic, choriomeningitis dan jenis lain yang
dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
3. Encephalitis pasca infeksio, pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella,
pasca vaksinia, pasca mononucleosis, infeksious dan jenis-jenis yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.
4. Reaksin toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.
5. Keracunan : arsenik, CO.
3. Patofisologi
Peningkatan TIK
G3 Cairan dan
Kejang Elektrolit Peningkatan Suhu
Tubuh
1. Demam.
3. Pusing.
4. Muntah.
5. Nyeri tenggorokan.
6. Malaise.
7. Nyeri ekstrimitas.
8. Pucat.
9. Halusinasi.
11. Kejang.
12. Gelisah.
13. Iritable.
5. Komplikasi
Dapat terjadi :
- Akut :
Edema
otak.
SIADH.
Status konvulsi.
- Kronik :
Cerebral
palsy.
Epilepsy.
Gangguan visus dan pendengaran.
6. Pemeriksaan Penunjang
7. Penatalaksanaan
1). Pengobatan penyebab :
Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis :
Adenosine arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari.
2). Pengobatan suportif.
Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik
yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh. Pengobatan tersebut
antara lain :
ABC (Airway breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik-baiknya.
B. Masalah keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
9) Pantau pembacaan oksimeter nadi.
10) Pantau pemeriksaan lab sesuai indikasi, PH serum, GDA, dan HT.
11) Berikan O2 hangat dan lembab, berikan vertilasi bantuan sesuai
indikasi.
12) Lakukan suction.
13) Hindari pelaksanaan suction yang terlalu sering.
Observasi dan kaji respon bayi terhadap terapi oksigen
4. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan diare, muntah dan
perpindahan cairan dari interstitial ke vaskuler.
1. Pantau intake dan out put.
2. Timbang berat badan setiap hari.
3. Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen urea darah, urine dan serum, osmolalitas,
kreatinin, Ht dan Hb.
4.Kaji suhu tubuh, kelembaban pada rongga oral, volume dan konsentrasi urine.
5.Berikan : bentuk-bentuk cairan yang menarik, wadah yang tidak biasa (cangkir
berwarna, sedotan) dan sebuah permainan atau aktivitas (suruh anak minum jika tiba
giliran anak).
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
dan metabolisme meningkat.
a) Kaji BB dalam hubungannya dengan usia gestasi dan ukuran. Dokumentasikan
pada grafik pertumbuhan. Timbang BB setiap hari.
b) Pertahankan lingkungna termonetral, termasuk penggunaan incubator sesuai
indikasi. Pantau suhu pemanas bayi dan lingkungan dengan sering.
c) Lakukan pemberian makan awal dan sering serta lanjutkan sesuai toleransi.
d) Kaji toleransi terhadap makanan. Perhatikan warna feses, konsistensi dan
frekwensi, adanya penurunan subtansi, lingkar abdomen, muntah dan residu
lambung.
e) Pantau masukan dan haluaran. Hitung konsumsi kalori dan elektrolit setiap hari.
f) Kaji tingkat dehidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, BJ urine, kondisi
membran mukosa dan fluktuasi BB.
g) Pantau kadar Dextrosix segera setelah kelahiran dan secara rutin sampai
glukosa serum distabilkan.
h) Kaji tanda-tanda hipoglikemia.
Kolaborasi
i) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
j) Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi : kalsium glukonat 10%.
k) Buat akses intravaskuler sesuai indikasi.
l) Berikan nutrisi parenteral.
m) Diskusikan komplikasi jangka panjang dari malnutrisi pada bayi SGA dan
kegemukan pada bayi LGA, diskusikan pentingnya protein selam pertumbuhan
otak
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC. Jakarta.
IDAI dan PP IDAI UKK Pulmonologi. 2000. Tatalaksana Mutakhir Penyakit Respiratorik
Pada Anak; Dalam Temu Ahli Respirologi Anak-Anak. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak; Volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.