1. Pengertian
Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam sistem
saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia. (Liau, 2001).
Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain, disebut tumor otak metastase. (Huff,
2009).
Neoplasma sistem saraf pusat (SSP) mencakup neoplasma yang berasal dari
dalam otak, medulla spinalis, atau meningen, serta tumor metastatik yang berasal
dari tempat lain. Neoplasma SSP primer sedikit berbeda dengan neoplasma yang
timbul di tempat lain, dalam artian bahwa bahkan lesi yang secara hitologis jinak,
dapat menyebabkan kematian karena penekanan terhadap struktur vital. Selain itu,
berbeda dengan neoplasma yang timbul di luar SSP, bahkan tumor otak primer
yang secara histologis ganas jarang menyebar kebagian tubuh lain (Kumar et al.,
2007).
Pada kasus kanker, terdapat sekumpulan sel normal atau abnormal yang
tumbuh tak terkontrol membentuk massa atau tumor. Pada saat tumor otak terjadi,
pertumbuhan sel yang tidak diperlukan secara berlebihan menimbulkan
penekanan dan kerusakan pada sel-sel lain di otak dan mengganggu fungsi otak
bagian tersebut. Tumor tersebut akan menekan jaringan otak sekitar dan
menimbulkan tekanan oleh karena tekanan berlawanan oleh tulang tengkorak, dan
jaringan otak yang sehat, serta area sekitar saraf. Sebagai hasilnya, tumor akan
merusak jaringan otak (Cook & Freedman, 2012)
2. Etiologi
Sebenarnya, penyebab tumor otak masih belum diketahui tetapi masih ada faktor-
faktor yang perlu ditinjau yaitu:
1. Herediter
Sindrom herediter seperti von Recklinghausens Disease, tuberous
sclerosis, retinoblastoma, multiple endocrine neoplasma bisa meningkatkan resiko
tumor otak. Gen yang terlibat bisa dibahagikan pada dua kelas iaitu tumor
suppressor genes dan oncogens. Selain itu, sindroma seperti Turcot dapat
menimbulkan kecenderungan genetik untuk glioma tetapi hanya 2%. ( Mehta,
2011)
2. Radiasi
Radiasi jenis ionizing radiation bisa menyebabkan tumor otak jenis
neuroepithelial tumors, meningiomas dan nerve sheath tumors. Selain itu, paparan
therhadap sinar X juga dapat meningkatkan risiko tumor otak.( Keating, 2001)
3. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti nitrosamides dan
nitrosoureas yang bisa menyebabkan tumor system saraf pusat ( Petrovich, et al.,
2003., Mardjono, 2000)
3. Virus
Infeksi virus juga dipercayai bisa menyebabkan tumor otak. Contohnya,
virus Epseien-barr. (Kauffman, 2007)
4. Gaya Hidup
Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang
diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan peningkatan
risiko tumor otak. Di samping itu, risiko tumor otak menurun ketika individu
makan lebih banyak buah dan sayuran. (Stark-Vance, et al., 2011)
3. Klasifikasi
Tumor otak intrakranial dapat diklasifikasikan menjadi tumor otak
benigna dan maligna. Tumor otak benigna umumnya ektra-aksial, yaitu tumbuh
dari meningen, saraf kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi
ekstrinsik pada substansi otak. Meskipun dinyatakan benigna secara histologis,
tumor ini dapat mengancam nyawa karena efek yang ditimbulkan. Tumor maligna
sendiri umumnya terjadi intra-aksial yaitu berasal dari parenkim otak. Tumor
maligna dibagi menjadi tumor maligna primer yang umumnya berasal dari sel glia
dan tumor otak maligna sekunder yang merupakan metastasis dari tumor maligna
di bagian tubuh lain (Ginsberg, 2011).
Pada pasien tumor otak yang berusia tua dengan atrofi otak, kejadian
edema otak jarang menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial, mungkin
dikarenakan ruang intrakranial yang berlebihan. Hal ini dapat menjelaskan tidak
adanya papiledema pada pasien berusia tua. Muntah lebih sering
terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan dewasa dan biasanya berhubungan
dengan lesi di daerah infratentorial (Kaal & Vecht, 2004).
4. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada tumor otak
disebabkan oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan
kenaikanTIK.
1. Gangguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan
infiltrasi atau invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan jaringan
neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh
paling cepat (misalnya glioblastama multiforme). Perubahan suplai darah akibat
tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan
otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai
kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan
perubahan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan
suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis
fokal.
2. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor : bertambahnya massa
dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa
karena ia mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan
tengkorak yang kaku. Tumor ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak
sekitarnya. Mekanismenya belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga
disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyeparan cairan tumor.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema
yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah-otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intrakranial dan kenaikan TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub
araknoid menimbulkan hidrosepalus. Peningkatan TIK akan membahayakan
jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang akan telah dibicarakan
sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau
berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila
TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi antara lain : bekerja menurunkan
volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra
sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus menekan
mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada herniasi
cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan terjadi dengan
cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain
terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia progesif, hipertensi
sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernafasan.
5. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala.
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada
penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus
menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada
pagi hari dan lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan
TIK seperti membungkuk, batuk, mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit
berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah.
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata.
Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan
TIK diserta pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadoi tanpa didahului nausea
dan dapat proyektif.
3. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla
nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada
kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis
tumor otak oleh karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan
edema meskipun TIK tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema
mungkin terjadi beberapa gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik
buta dan amaurusis fugun (perasaan berkurangnya penglihatan).
4. Gejala fokal.
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi, tetapi
ini lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
a. Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan
gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut Kejang
Jacksonian.
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia
humunimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang,
pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan
jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata
berirama tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan
status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering
menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan
bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik gejala pada
tumor otak :
1) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf cranial-8)
2) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf cranial-5)
3) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
4) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik.
f. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes
insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu. Tumor intrakranial dapat
menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi bicara dan
gangguan gaya berjalan.
Secara umum pasien tumor otak bisa memiliki gejala seperti perubahan
perilaku contohnya, pasien mungkin mudah lelah atau kurang konsentrasi. Selain
itu, gejala hipertensi intracranial seperti sakit kepala, mual, vertigo. Serangan
epilepsi juga sering dijumpai pada pasien tumor otak. (Rohkamm, 2004)
1. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian seperti depresi.
Menimbulkan masalah psychiatric.
Bila jaras motorik ditekan oleh tumor hemiparese kontra lateral, kejang fokal
dapat timbul. Gejala kejang biasanya ditemukan pada stadium lanjut
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia.
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.
2. Lobus temporal
Dapat menimbulkan gejala hemianopsia.
Gejala neuropsychiatric seperti amnesia, hypergraphia dan Dj vu juga dapat
timbul.
Lesi pada lopus yang dominan bisa menyebabkan aphasia.
3. Lobus parietalis
Akan menimbulkan gangguan sensori dan motor yang kontralateral.
Gejala homonymous hemianopia juga bisa timbul.
Bila ada lesi pada lobus yang dominant gejala disfasia.
Lesi yang tidak dominan bisa menimbulkan geographic agnosia dan dressing
apraxia.
4. Lobus oksipital
Menimbulkan homonymous hemianopia yang kontralateral
Gangguan penglihatan yang berkembang menjadi object agnosia.
7. Tumor di cerebelum
Didapati gangguan berjalan dan gejala tekanan intrakranial yang tinggi seperti
mual, muntah dan nyeri kepala. Hal ini juga disebabkan oleh odem yang
terbentuk.
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar ke leher dan spasme dari
otot-otot servikal (Schiff, 2008., Youmans,1990).
7. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, komplikasi yang dapat terjadi
adalah:
1. Peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium yang terbatas. Biasanya
menimbulkan gejala-gejala neurologis seperti perdarahan dan infeksi. Penggunaan
steroid oral akan menurunkan oedema serebral dan mungkin dapat mengontrol
gejalatersebut.
2. Adanya lesi yang mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian otak
tersebut
3. Pengobatan kemoterapi mungkin memberikan kontribusi pada oedema serebral
sementara yang mungkin memerlukan peningkatan pemberian steroid atau obat
anti konvulsan. Gejala yang dialami pasien secara langsung diakibatkan dengan
lokasi tumor otak.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan neuroradiologis yang dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya kelainan intra kranial, adalah dengan:
1. Rontgen foto (X-ray) kepala; lebih banyak sebagai screening test, jika ada
tanda-tanda peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat indikasi perlunya
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Angiografi; suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam
pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran darah
(vaskularisasi) otak
3. Computerized Tomography (CT-Scan kepala) dapat memberikan informasi
tentang lokasi tumor tetapi MRI telah menjadi pilihan untuk kebanyakan karena
gambaran jaringan lunak yang lebih jelas (Schober, 2010)
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI), bisa membuat diagosa yang lebih dini
dan akurat serta lebih defititif. Gambar otak tersebut dihasilkan ketika medan
magnet berinteraksi dengan jaringan pasien itu ( Satyanegara, 2010., Freedman,
2009).
9. Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth 1987 :
1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan
diagnosis definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari semua
tumor menimbulkan defisit neurologis yang berat.
2. Terapi radiasi
a.Radioterapi, untuk mengatasi daerak eksisi dimana lesi metastatic tumor
telah diangkat.
b.Kemoterapi, untuk mengatasi kalignasi tumor otak.
Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat ini
mampu melewati sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan ini pasien
harus menghindari makanan yang tinggi tiramin (misalnya anggur, yogurt, keju,
hati ayam, pisang) dan alcohol, karena pokorbazine menghambat dan melemahkan
aktivitas inhibitor monoamine oksidase (MAO). Prokabazine dikaitkan dengan
mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat pertama kali atau saat
pengobatan sedang dilakukan.
3. Imunoterapi
a. Dengan menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan secara
khusus untuk menyerang dan menghancurkan sel tumor otal.
b. Interleukin-2 digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari
kanker primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu
dibuktikan.
4. Pengobatan penyelidikan
a. BCNU digabungkan dalam bentuk tablet tipis yang mematikan secra
biologis untuk ditempatkan pada daerah tumor selama pembedahan kraniotomi.
b. Penempatan kateter arteri dekat dengan tumor. Beri infus manitol untuk
perusakan dari barier darah atau otak.
c. Transplantasi sumsum tulang juga sedang digunakan dalan uji klinis
untuk penatalaksanaan astrosiloma.
Penatalaksanaan keperawatan:
Seringkali pasien tumor otak yang dirawat di rumah sakit datang sudah
dalam keadaan payah, sangat dispnea, pernapasan cuping hidung, sianosis, dan
gelisah. Masalah yang perlu diperhatikan ialah:
a. Menjaga kelancaran pernafasan.
b. Kebutuhan istirahat.
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan.
d. Mengontrol suhu tubuh.
e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman.
f. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
WOC TUMOR OTAK
B. Konsep Dasar Keperawatan
1) Anamnesis
Usia (kebanyakan terjadi pada usia lansia).
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta bantuan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak (paralisis), penurunan penglihatan,
tidak dapat berkomunikasi, dan adanya kejang.
3) Riwayat penyakit saat ini
Tanda dan gejala dari tumor otak seringkali tidak spesifik. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar selain gejala
kelemahan anggota gerak atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dalam hal perubahan
didalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma.
4) Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat hipertensi, riwayat stroke atau tumor sebelumnya, diabetes
mellitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral
yang lama, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat antihipertensi,
antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok,
penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung
pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk
mengkaji lebih lanjut dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus
atau riwayat stroke dari generasi terdahulu.
6) Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6) dengan
fokus pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-
keluhan dari klien.
a) Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran. Pasien mengalami
inkoordinasi, hilang keseimbangan. Suara bicara kadang mengalami
gangguan, yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara, dan tanda-tanda
vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.
b) B1 (breathing)
Inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Auskultasi didapatkan bunyi napas tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan
tingkat kesadaran koma.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis pada pengkajian
inspeksi pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil
premitus seimbang kiri dan kanan. Auskultasi tidak didapatka bunyi napas
tambahan.
c) B2 (blood)
Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan adanya peningkatan
tekanan darah dan perubahan frekuensi jantung. TD biasanya terjadi
peningkatan dan bisa terdapat adanya hipertensi masif TD > 200 mmHg.
d) B3 (Brain)
Tumor otak menyebabkan berbagai defisit neurologis bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
Pengkajian B3 merupakan pemerikasaan terfokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
e) B4 (bladder)
Klien mungkin mengalami inkontenensia urine sementara kerena konfusi,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan
untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
f) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual, dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan
dengan peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltic usus. Adanya inkontinensia alvi
yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
g) B6 (Bone)
Adanya inkoordinasi dan kehilangan keseimbangan. Tumor otak
mengakibatkan kehilangan kontrol volunteer terhadap gerakan motorik.
Karena neuron motor atas melintas, gangguan control motor volunteer
pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron
motor atas pada sisi yang berlawananaro otak
7) Pemeriksaan sistem neurologis
a Tingkat Kesadaran
(1) Kualitatif adalah fungsi mental keseluruhan dan derajat kewasapadaan.
- CM sadar akan diri dan punya orientasi penuh
- APATIS tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk
- LATARGIE tingkat kesadaran yang tampak lesu dan mengantuk
- DELIRIUM penurunan kesadaran disertai pe abnormal
aktifitas psikomotor gaduh gelisah
- SAMNOLEN keadaan pasien yang selalu mau tidur
dirangsang bangun lalu tidur kembali
- KOMA kesadaran yang hilang sama sekali
5. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
tahanan pembuluh darah dan infark serebral
2) Pola nafas tidak efektif b.d medulla oblongata tertekan
3) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial (TIK)
4) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial (TIK)
5) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori,
penurunan penglihatan
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan
7) Resiko cedera berhubungan dengan kejang yang dialami klien
6. Rencana tindakan keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
.
1 Resiko ketidakefektifan NOC: NIC:
Tissue Perfusion: Cerebral (NOC: 543b) Neurologic Monitoring
perfusi jaringan cerebral
Circulation Status (NOC: 138b) a. Monitor ukuran pupil, bentuk, kesimetrisan, dan
berhubungan dengan
Neurological Status (NOC: 376b) reaktifitasnya
Tahanan pembuluh b. Monitor level kesadaran
Cardiac Pump Effectiveness (NOC: 115b)
c. Monitor level orientasi
darah; infark (NANDA:
d. Monitor Glasgow Coma Scale
236) Setelah dilakukan asuhan e. Monitor tanda vital: suhu, tekanan darah, nadi, dan
DAFTAR PUSTAKA
Baticaca, F. B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 1. Edisi 8. Jakarta: EGC.