Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Dahulu, selama berabad-abad, campak ( rubeola, morbili ), merupakan penyakit


menular masa kanak-kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak umum lagi di
Negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan antara Negara maju
dan Negara lain yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi dan anak sangat
mencolok. UNICEF memperkirakan lebih dari 1 juta kematian setahun disebabkan oleh
campak dan komplikasinya pada anak di Negara berkembang di seluruh dunia.
Menurut data SKRT ( 2012 ) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000.
angka tersebut jauh lebih rendah disbanding tahun 2015 sebelum program imunisasi
campak dimulai, yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1-15 tahun. Imunisasi merupakan
salah satu upaya terbaik untuk menurunkan insiden campak. Sebagai dampak program
imunisasi tersebut insiden campak cenderung turun pada ssemua umur. Pada bayi ( < 1
tahun ) dan anak umur 1-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada
golongan umur 5-14 tahun relative landai.
Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu
penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan
akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi, penyakit
campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya adalah manusia.
Makalah ini akan membahas lebih jauh penyakit campak, manifestasi klinis dan
pemeriksaan penunjang, komplikasi penyakit campak, serta asuhan keperawatan dari
penyakit campak itu sendiri.

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kasus
Morbili?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa
medis campak.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak.
b. Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak.
c. Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien campak.
d. Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang telah dibuat
pada pasien campak.
e. Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini adalah
1. Menambah wawasan bagi pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
2. Dapat digunakan sebagai bahan tambahan materi perkuliahan
3. Dapat diterapkan dalam dunia keperawatan profesional
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi fisiologi


1. Anatomi kulit.
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 %
berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan
kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan,
telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.

a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan
dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.

2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.

4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,


dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,
usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.

Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).

b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True
Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :

1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.


Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan
elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia
lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang
menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak
keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Gambar 1 : penampang kulit.

2. Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis.
Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla
dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat
pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis

3. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier
infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang
raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi
dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan
melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur
kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur
meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi
temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang
dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.

2.2 Definisi
a. Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c ata lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
b. Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( ilmu
kesehatan anak 2:624 )
c. Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles ) adalah suatu infeksi virus
yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (
peradangan selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam kulit.
2.3 Etiologi
Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus.
Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan pemamah biak peste des
petiis adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat keterkaitan imunologi yang
jelas dengan campak, memberikesan adanya suatu jalur evolusi bersama lebih awal
dalam hal kemunculannya pada pejamu yang spesifik ( anjing, ternak, kambing,
manusia ).

Add caption
Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks protein
yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah pleomorfik,
dengan diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural telah ditemukan dan
fungsinya terlibat dalam beberapa sifat khas virus yang telah diketahui ( table 2-1 ).
Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam jangka waktu lama pada temperature
rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam berbagai cara, baik dibiakan sel primer
maupun dibarisan yang stabil; sel yang berasal dari manusia dan monyet paling dapat
dipercaya untuk isolasi virus permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi, virus mudah
berbiak dalam biakan jaringan spesies lain.
Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau
hewan percobaan. Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik, memfiksasi
komplemen dengan antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan hemolisis oleh
virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang bermakna pada strain campak
selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan dengan sangat jarang terjadinya
serangan kedua pada penyakit ini.
Table 2-1. protein virus
campak

L Protein interna ( Large )


P Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.
NP Nucleoprotein yang melindungi RNA virus.
F Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
H Hemaglutinasi dan adsorbs.
M Protein matriks membrane interna.

2.4 Patologi
Reaksi seluler terutama monositik, hyperplasia limfoid yang tersebar luas di
adenoid, tonsil, timus, limpa, plak peyer, apendiks dan nodus limfatikus sangat khas, di
dalam focus yang sedang aktif ini ditemukan sel besar dengan nucleus multiple. Sel
yang mengandung inklusi juga ditemukan di trakea, bronkus dan bronkiolus. Dengan
dikenainya lapisan mukosa saluran pernapasan ini, maka epitel yang terkena rontok
kedalam saluran bersama dengan makrofag, lender dan debris sel. Eksudat mononuclear
peribronkus meluas keberbagai derajat dengan pola intertisial dan terlihat makrofag di
dinding alveolus.
Jika terjadi ensefalomielitis setelah campak, terjadi serangan dimielinasi
perivaskuler yang menonjol terutama di substantia alba juga dilapisan korteks lebih
dalam. Bedungan perivaskuler sel microglia, limfosit dan sel plasma jelas terlihat
disekitar vena kecil, yang sel endotelnya membengkak.

2.5 Patofisiolo
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak.
Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret
nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek
perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat
bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat
lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder
yang memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus
Sejak saat itu ( kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan
keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius
dan jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan
darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6
hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ),
perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine,
tempat virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan
munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang
ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam. Perbaikan gejala
klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian
karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi
barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia
sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan imunisasi
campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya. Kekebalan
ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh karena itu,
jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang berusia dibwah 5 bulan ) yang
menderita campak. Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi kebal
seumur hidupnya.

2.6 Manifestasi klinis


Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium,
yaitu :
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu:
1. Stadium Kataral ( Prodormal)
Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza

Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat
bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam
waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Kadang terlehat bercak koplik
c. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
d. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
e. Splenomegali
f. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut Black Measles yaitu morbili yang disertai pendarahan
pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi). Suhu
menurun sampai normal kecuali ada komplikasi.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya.
Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi
hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang
tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik
dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap), bronkopneumonia
( dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).
2.8 Komplikasi
Otitis Media Akut
Laringitis
Bronkipneumonia
Mastoiditis
Encephalitis
Gastroenteritis
Gangguan Gizi
2.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien
yang tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi
virus campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo.
Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan
batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang
lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan untuk
mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang
kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua
daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah
memperlihatkan penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan
laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus
respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak
100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan
segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari
berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1
sampai 4 minggu kemudian.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular.
Selain itu sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan
gizinya buruk sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama
bronkopneumonia. Pasien campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di
rumah sakit karena memerlukan perawatan yang yang memadai (
kadang perlu infuse atau oksigen ). Masalah yang perlu diperhatikan ialah
kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko
terjadinya komplikasi.
a. Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak
sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum.
Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak.
Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim
akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya
komplikasi.
b. Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan
infeksi virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah
campaknya keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap
berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan
antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk mencegah
terjadinya kejang.
c. Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan,
pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga
tidak tahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan akan
berlangsung lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat
rewel, pada waktu malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem
telah keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman
dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki
dengan bedak salisil 1% atau lainnya ( atas resep dokter ). Selama masih
demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering dibedaki saja.
d. Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini
dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi
negative. Ini menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang
kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko
terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang
baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik
lainya.

3.1 Pencegahan
a. Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah gambaran
klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang rentan harus segera
diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah campak. Bila telah berlangsung lebih dari
6 hari, maka IG tidak dapat diandalkan untuk mencegah maupun memodifikasi
penyakit. Pasien dengan campak yang dimodifikasi globulin memperlihatkan
gambaran klinis yang beragam dengan masa tunas memanjang dan berbagai keluhan
dan tanda penyakit campak, tetapi mereka tetap sebagai sumber penular potensial
pada individu yang berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat kekebalan alaminya
sementara, imunisasi pasif harus diikuti oleh iminisasi aktif dalam 3 bulan setelah
itu. Karena dosis besar immunoglobulin saat ini sering deberikan untuk pencegahan
atau pengobatan sejumlah gangguan ( misal infeksi HIV, penyakit Kawasaki,
trombositopenia imun, hepatitis B dan profilaksis varisela ) interval yang lebih
panjang dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini bervariasi dari 3 sampai 11
bulan bergantung pada produk dan jumlah globulin yang diberikan.
b. Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular dan
tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin yang
dilemahkan menimbilkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada 5 sampai
15% anak memberikan sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas atau ketidakmampuan.
Eksantem yang dimodifikasi dengan berbagai bentuk bisa terjadi setelah serangan
demam pada kurang dari 5% pasien yang divaksinasi. Observaasi terus menerus
pada anak yang mendapat vaksin hidup 20 sampai 25 tahun yang lalu
memperlihatkan antibody menetap dan efek protektif yang lebih baik dibandingkan
dengan yang menderita campak secara alami.
1. Vaksin
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu :
a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan ( tipe
Edmonston B ).
b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan ( virus campak
yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam
aluminium ).
2. Dosis dan cara pemakaian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan
adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. untuk vaksin hidup, pemberian
dengan 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.
Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan
secra intramuscular. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai
macam cara. Salah satu indicator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah
penurunan angka kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan program
imunisasi.
3.Reaksi KIPI
Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi
ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi
dengan valsin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi campak
telah menurun dengan digunakanya vaksin campak yang dilemahkan. Gejala KIPI
berupa demam yan lebih dari 39,50c yang terjadi pada 5-15% kasus, demam
mulaidijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari.
Berbeda dengan infeksi alami demam tidak tinggi, walaupun demikian
peningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam.
Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan
modified measles akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh
imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit alami. Reaksi KIPI berat jika
ditemukan gangguan fungsi system saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati
pasca diimunisasi.

4. Imunisasi Ulangan
Penelitian di jogyakarta, Ambon, dan Palu oleh Badan Lingkes Depkes
& Kesos mengenai kadar IgG pada 200 anak sekolah per provinsi pada
tahun 1998, menunjukkan status antibody campak hanya mencapai 71,9%
sehingga pada umur 6-11 tahun jumlah anak yang rentan pada infeksi
campak cukup tinggi yaitu 26-32,6%. Atas dasar penelitian tersebut ulangan
imunisasi campak diberikan pada usia masuk sekolah ( umur 6-7 tahun )
melalui program BIAS.
Imunisasi ulang dianjurkan juga dalam situasi tertentu, misalnya :
a. Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti
bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik ( tampak peningkatan
insiden kegagalan vaksinasi ). Pada anak-anak yang memperoleh imunisasi
ketika berumur 12-14 bulan tidak disarankan mengulangi imunisasinya
tetapi hal ini bukan merupakan kontra indikasi.
b. Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka anak
SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunisasi ulang.
c. Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya sudah
dimatikan ( vaksin inaktif ).
d. Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin.
e. Seseorang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya.

5. Kontra Indikasi
Kontra indikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang
menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosupresif,
hamil, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan
immunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah.
WOC Morbili
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Mediaction. Yogyakarta.

Anonim. 2013. Asuhan Keperawatan pada Anak Morbili. http://www.scribd.


com/doc /22319650/asuhan-keperawatan-anak-morbili. Diakses tanggal 20 Mei 2017

Ester, Monica(ed.). 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan

Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Windawati, Valerina. 2012. Asuhan Keperawatan Atrium Septal Defect.


https://www.academia.edu/10969164/Askep_ASD_Atrium_Septa_
Defect_ pada_anak. Diakses tanggal 20 Mei 2017.

Yuritarahmi. 2012. Asuhan Keperawatan pada Anak Campak. https://yurita-


rahmi.wordpress.com/2012/12/03/asuhan-keperawatan-pada-anakcampak/.
Diakses tanggal 20 Mei 2017.

Anda mungkin juga menyukai