OLEH :
NOVITASARI
2012.C.04a.0384
OLEH :
NIKO
2012.C.04a.0319
Yang Menyatakan,
Novitasari
LEMBAR PERSETUJUAN
Asuhan keperawatan ini disusun oleh saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Novitasari
NIM : 2012.C.04a.0384
Program : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis Efusi
Fleura ec CKD Stadium V On HD + Anemia + HHD Di Ruangan
IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Diagnosa Medis Efusi Fleura
ec CKD Stadium V On HD + Anemia + HHD Di Ruangan IGD RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya ini tepat pada waktunya. Penulisan laporan asuhan
keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. ADM Tangkudung, M.Kes selaku Direktur RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya yang telah menyediakan tempat bagi pelaksanaan praktek
profesi keperawatan.
2. Mariaty Darmawan, MM. Selaku ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya
yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan praktik
profesi keperawatan.
3. Rosaniah S. Kep., Nsselaku preseptor klinik yang telah banyak membantu
kami dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
4. Ns. suryagustina, M. Kep.selaku pembimbing akademik yang telah banyak
membantu kami dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
5. Tn. S yang telah bersedia untuk menjadi klien dan keluarga yang bersedia
memberikan informasi tentang klien dan membantu dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan asuhan
keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu di harapkan kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Atas perhatinnya, penulis
ucapkan terima kasih. Semoga penulisan laporan asuhan keperawatan ini dapat
berguna bagi pembaca khususnya untuk mahasiswa keperawatan.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1.3 Etiologi
Menurut Muttaqin, (2011:166) begitu banyak kondisi klinis yang bisa
menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis. Akan tetapi, apa pun sebabnya,
respons yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi
klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan Gagal Ginjal Kronis adalah:
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (Glomerulus): glomerulonefritis.
2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal: nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal: polcystis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.
b. Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
2) Dyslipidemia.
3) Preeklamsi.
4) Obat-obatan.
5) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar).
2.1.4 Patofisiologi
MenurutSmeltzer (2001:1448) patofisiologi gagal ginjal kronik dimulai
dari fungsi renal menurun, produkan khirmetabolisme protein (yang normal nya
diekskresikan kedalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah,
maka gejala akan semakin berat.
Patogenesis Chronic Kidney Disease disebabkan karena kerusakan pada
nefron yang mengakibatkan penurunan GFR dan nefron yang tersisa menjadi
hipertropi. Hal ini menyebabkan ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Jika GFR terus
menerus turun sampai nol, maka ginjal akan mengkompensasi kehilangan nefron
yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan dalam tubuh dapat meretensi
cairan dan natrium yang mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatik di dalam
tubuh menyebabkan penurunan ekskresi urine dan mengakibatkan edema dan
hipertensi. Dengan menurunnya glomerulo filtrat rate (GFR) mengakibatkan
penurunan klirens kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum. Hal ini
menimbulkan gangguan metabolisme protein dalam usus yang menyebabkan
anoreksia, nausea maupan vomitus yang menimbulkan perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Peningkatan ureum kreatinin sampai ke otak mempengaruhi
fungsi kerja, mengakibatkan gangguan pada saraf, terutama pada neurosensori.
Selain itu Blood Ureum Nitrogen (BUN) biasanya juga meningkat.
Pada penyakit ginjal tahap akhir urin tidak dapat dikonsentrasikan atau
diencerkan secara normal sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan elektrolit.
Natrium dan cairan tertahan meningkatkan resiko gagal jantung kongestif.
Penderita dapat menjadi sesak nafas, akibat ketidakseimbangan suplai oksigen
dengan kebutuhan. Dengan tertahannya natrium dan cairan bisa terjadi edema dan
ascites. Hal ini menimbulkan resiko kelebihan volume cairan dalam tubuh,
sehingga perlu dimonitor balance cairannya. Semakin menurunnya fungsi renal
terjadi asidosis metabolik akibat ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang
berlebihan. Terjadi penurunan produksi eritropoetin yang mengakibatkan
terjadinya anemia. Sehingga pada penderita dapat timbul keluhan adanya
kelemahan dan kulit terlihat pucat menyebabkan tubuh tidak toleran terhadap
aktifitas.
Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal terjadi peningkatan
kadar fosfat serum ureum sehingga terjadi hiperfosfatemia dan uremia akibat
pengeluaran urine terganggu sehingga toksik yang seharusnya diekskresikan
melalui urine tidak dapat keluar sehingga tejadi penumpukan toksisk di bawah
lapisan kulit menyebabkan terjadinya gatal-gatal pada kulit (pruritus). Penurunan
kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid.
Laju penurunan fungsi ginjal dan perkembangan gagal ginjal kronis berkaitan
dengan gangguan yang mendasari, ekskresi protein dalam urin, dan adanya
hipertensi (Brunner dan Suddarth, 2001).
2.1.5 Pathways
Penyakit dari ginjal Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyakit pada saringan (Glomerulus): 1) Penyakit sistemik: diabetes melitus,
glomerulonefritis. hipertensi, kolesterol tinggi.
2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis. 2) Dyslipidemia.
3) Batu ginjal: nefrolitiasis. 3) Preeklamsi.
4) Kista di ginjal: polcystis kidney. 4) Obat-obatan.
5) Trauma langsung pada ginjal. 5) Kehilangan banyak cairan yang
6) Keganasan pada ginjal. mendadak (luka bakar).
7) Sumbatan: batu, tumor,
penyempitan/striktur.
GFR Turun
GGK/CKD
B1 B2 B3 B4 B5 B6 Sindrom Uremia
Retensi Na
Tek. Kapiler naik Sekresi eritropoitin Vol. Intersial Naik Obstruksi Ginjal Sekresi protein terganggu
Perporasi Ospaleimia
Beban Jantung Naik Produksi Hb Turun Suplai O2 Fungsi Ginjal Menurun Gangguan Keseimbangan
jaringan turun Asam Basa Pruritus
Tek. Vena OksigenHemoglobin Turun GFR
pulmonalis Timb. Asam Gangguan
Asam Lambung Naik
Laktat integritas kulit
Suplai O2 Retensi air dan
Kapiler paru naik kasar turun natrium Iritasi Lambung
-Fatigue
-Nyeri sendi
Edema Paru Gangguan Perfusi Kelebihan Mual, muntah
Jaringan Intoleransi Aktivitas Volume Cairan
5
Pola Napas
Gangguan Pemenuhan
Tidak Efektif
Nutrisi
2.1.6 Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer (2001:1450) manifestasi klinis gagal ginjal kronik yaitu:
1) Kardiovaskuler
Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema periorbital,
pembesaran vena leher.
2) Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus, ekimosis, kuku
tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3) Pulmoner
Krekels, sputum kental, napas dangkal, pernapasan kusmaul.
4) Gastrointestinal
Napas berbau amoniak, ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual
dan muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran gastrointestinal.
5) Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan pada
tungkai, rasa panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
6) Muskuloskeletal
Kram otot, kekakuan otot hilang, dan fraktur tulang.
7) Reproduktif
Amenore, dan atrofi testikuler.
2.1.7 Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001:1449), komplikasi gagal ginjal kronik yang
memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan mencakup:
1) Hiperkalemia
Diakibatkan penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan
diet berlebihan.
2) Perikarditis
Efusi perikardial, dan temponade jantung akibat retensi produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi
Disebabkan oleh retensi cairan dan natrium, serta malfungsi sistem renin
angioaldosteron.
4) Anemia
Disebabkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah, dan
pendarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin, dan kehilangan darah
selama hemodialisa.
5) Penyakit Tulang
Hal ini disebabkan oleh retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah,
metabolisme vitamin D, abnormal, dan peningkatan kadar aluminium.
2.2.3 Intervensi
Menurut Smeltzer, (2001:1452-1454) perencanaan keperawatan dari
diagnosa diatas adalah:
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin,
diet berlebih dan retensi cairan serta natrium.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkanpasien
dapatmempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil:
Klien tidak sesak napas, edema ekstrimitas berkurang, produksi urine >600
ml/hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji status cairan: 1. Pengkajian merupakan dasar dan
a. Timbang berat badan harian. data dasar berkelanjutan untuk
b. Keseimbangan masukan dan memantau perubahan dan
haluaran. mengevaluasi intervensi.
c. Turgor kulit dan adanya edema. 2. Pembatasan cairan akan
d. Distensi vena leher. menentukan berat badan ideal,
e. Tekanan darah, denyut dan irama haluaranurin, dan respon
nadi. terhadap alergi.
2. Batasi masukan cairan. 3. Sumber kelebihan cairan yang
3. Identifikasi sumber potensial cairan: tidak diketahui dapat
a. Medikasi dan cairan yang di diidentifikasi.
gunakan. 4. Pemahaman meningkatkan
b. Makanan kerjasama pasien dan keluarga
4. Jelaskan pada pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan.
rasional pembatasan. 5. Kenyamanan pasien
5. Bantu pasien dalam menghadapi meningkatkan kepatuhan
ketidaknyamanan akibat pembatasan terhadap pembatasan diet.
cairan. 6. Hygiene oral mengurangi
6. Tingkatkan dan dorong higiene oral kekeringan mebran mukosa
dengan sering. mulut.
2.2.4 Implementasi
Implementasiadalahtahap pelaksanananterhadap rencanatindakan
keperawatanyang telahditetapkanuntukperawatbersamapasien.Implementasi
dilaksanakansesuaidenganrencana dan
dibutuhkanketrampilaninterpersonal,intelektual,teknikalyang dilakukandengan
cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan
keamananfisik dan psikologis(Ummi Hani,dkk,2006).
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut (Mubaraq, 2006:88).
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium.
Kriteria Evaluasi: Tidak sesak napas, edema ekstremitas berkurang,
produksi urine >600 ml/hari.
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran
mukosa mulut.
Kriteria Evaluasi: Masukan nutrisi dapat terpenuhi dengan baik.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia.
Kriteria Evaluasi: Kulit tidak lecet, kulit lembab, dan kulit pasien tidak
gatal.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialisis.
Kriteria Evaluasi: Pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat
dilakukan sendiri.
5) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, edema paru
Kriteria Evaluasi:Tidak ada dispnea, pernapasan normal dan teratur, tidak
ada retraksi dada dan pengguanaan otot bantu pernapasan.
6) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan
menurun
Kriteria Evaluasi:Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler, warna kulit
tidak pucat/sianosis
DAFTAR PUSTAKA
Paryanti, Yani. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Chronic Kidney
Disease Yang Mengalami Asites Di RuangHemodialisa Rumah Sakit
Umum DaerahDr. Moewardi Surakarta.
Husna, Cut. 2010. Gagal Ginjal Kronis dan Penanganannya: Literatur Review.
FIKkeS. Jurnal Keperawatan.