OLEH :
2017.C.09a.0867
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Nim : 2017.c.09a.0867
Tingkat : IV A
LEMBAR PENGESAHAN
i
Nama : Tri Panji Kusuma
Nim : 2017.c.09a.0867
Tingkat : IV A
PEMBIMBING PRAKTIK
Pembimbing Akademik
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
Asuhan Keperawatan di Ruang GADAR ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya.
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Isna Wiranti, S.Kep.,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan
Keperawatan ini.
4. Pasien dan keluarga, serta semua pihak yang turut ambil bagian dalam
membantu penulis menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan
dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima
kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN..........................................................................................
BAB 5 PENUTUP.....................................................................................................
1.2.2.3. Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang sangat
halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan
endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu; rambut, kuku, dan
tulang rawan. Pembuluh darah rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-
sel jaringan. Oleh karen itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat
makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar sel.
1.2.2.4. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair disebut
plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah
keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon
dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida
warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan
bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme
didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah
seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan
jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Fungsi darah:
a. Sebagai alat pengangkut
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat antiracun.
c. Mengatur panas keselurh tubuh.
d. Adapun proses pembentukan sel dara terdapat tiga tempat yaitu: sumsung
tulang, hepar, dan limpa.
1.3. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah
adalah virus dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup flaviviridae
yang dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3, dengue 4, yang
ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Infeksi dengan salah satu
serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype
bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.
1.4. Patofisiologi
Virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
pertama-tama terjadi veremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati, dan
pembesaran limpa.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan
depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut
akan menyebabkan pendarahan kaena gangguan trombosit dan kelainan
koagulasi dan sampai pada pendarahan kelenjar adrenalin .
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunya volume plasma. Terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathasis hemorahagic renjatan pasti terjadi secara akut.
Adanya kebocoran plasma ke darah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura dan pericardium yang pada otopsi tenyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infuse.
Jika renjatan atau syok, hipovelmik berlangsung lama akan timbul anoreksia
jaringan metabolic dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
WOC DBD
B1 B2 B3 B4 B5 B
Intake adekuat
Efusi plaura
Praksia
Kehilangan
Penekanan Sti
plasma darah
Gangguan pola pada daerah
nafas tidak gaster res
efektif Gangguan
Hipertemia eliminasi
Dehidrasi
Mual
Ny
dan
muntah
Resiko shock
hipovolemik
Gangg
mobilita
Gangguan
pemenuhan
nutrisi
1.5. Klasifikasi
Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitannya
dengan pengelolarhan dan prognosis, (WHO) membagi DBD dalam 4 derajat,
yaiu:
2.2.5.1. derajat 1
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya
manifestasi pendarahan adaalh tes toniquet positif.
2.2.5.2. Derajat 2
Derajat 1 dan disertai pendarahan spontan pada kulit atau pendarahan lain.
2.2.5.3. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah, gelisa, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
2.2.5.4. Derajat 4
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
1.8. Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau emam berdarah jika tidak segera ditangani akan
menimbulkan komplikasi adalah sebagai berikut :
2.2.8.1 Pendarahan
2.2.8.2 Kegagalan sirkulasi
2.2.8.3 Hepatomegali
2.2.8.4 Efusi pleura
1.10. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
d. Pemberian cairan melalui infuse
e. Pemberian obat-obtan; antibiotic, antipiretik
f. Antikonulsi jika terjadi kejang
g. Monitor TTV
h. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
i. Monitor tanda-tanda pendarahan lanjut
j. Periksa HB, HT, dan trombosit setiap hari
2. Pengkajian Primer
1. Airway
Mengkaji ada tidaknya obstruksi jalan nafas atau penumpukan secret pada
pasien.
2. Breathing
Look : ekspansi dada, rr
Listen : auskultasi suara nafas
Feel : ada tidaknya hembusan nafas
3. Circulation
Mengkaji tentang nadi (lemah/kuat), irama jantung, tekanan darah, suhu, rr,
nyeri, crt, akral, membrane mukosa.
4. Disability
Mengkaji tentang penilaian kesadaran melalui GCS. Biasanya pasien
meningitis rata-rata mengalami penurunan kesadaran.
3. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda–
tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
a. B1 (breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan obat bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compas mentis, peningkatan
inspeksi pernapsannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil
premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi
napas tambahan.
b. B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskulardidapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan
darah >200 mmHg.
c. B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian
B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
d. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinesia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandunf kemih karena kerusakan
kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal
hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi
intermiten dengan teknik steril. Inkontinesia urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada pasien akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinesia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
f. B6 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien
stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.
2. Pengkajian tingkat kesadaran
Pada klien lanjut usia tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada
tingkat latergi, stupor, dan semikomantosa.
a. Pengkajian fungsi serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
b. Pengkajian saraf kranial
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
c. Pengkajian sistem motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan / kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
d. Pengkajian refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologi akan muncul kembali di dahului
dengan refleks patologis.
e. Pengkajian sistem sensori
Dapat terjadi hemihipertensi.
Pemantauan cairan :
Observasi
Monitor rekuensi dan
kekuatan nadi
Monitor frekuensi napas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan monitor
waktu pengisian kapiler
Monitor turgor kulit
Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urine
Monitor kadar albumin dan
protein total
Monitor hasil pemeriksaan
urine
Monitor intake dan output
cairan
Identifikasi tanda-tanda
hypovolemia
Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Hipertermi berhubungan Setelah diberikan askep selama 1 Manajeman Hipertermia (I.15506,
dengan proses inflamasi x 7 jam diharapkan pengaturan hal: 181)
ditandai dengan suhu suhu tubuh tetap berada pada Observasi :
tubuh di atas normal, kulit rentang normal. Identifikasi penyebab
terasa hangat (D 0130, hal: Kriteria hasil: hipertermia (mis. Dehidrasi,
284). Menggigil menurun (skor 5) terpapar lingkungan panas,
Kulit merah menurun (skor penggunaan incubator)
5) Monitor suhu tubuh
Kejang menurun (skor 5) Monitor kadar elektrolit
Takikardia menurun (skor 5) Monitor haluaran urine
Bradikardia menurun (skor Monitor komplikasi akibat
5) hipertermia
Takipnea menurun (skor 5) Teraupetik:
Suhu tubuh membaik (skor Sediakan lingkungan yang
5) dingin
Suhu kulit membaik (skor 5) Longgarkan ataua lepaskan
Edema menurun (skor 5) pakaian
Pengisian kapiler membaik Basahi dan kipasi permukaan
(skor 5) tubuh
Tekanan darah membaik Berikan cairan oral
(skor 5) Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin paada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik
atau aspirinBerikan oksigen,
jika perlu
Edukasi:
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
ASUHAN KEPERAWATAN
3.3.3. Circulation
Frekuensi Nadi: 90 x/menit, TD: 110/80 mmHg, denyut nadi teraba lemah ,
akral teraba hangat, CRT ≥2 detik, Suhu: 37,9oC, RR: 22 x/menit, SpO2: 97%.
Masalah Keperawatan : hipertermi
3.3.4. Disability
GCS pasien untuk E: 4, V: 6, M: 5 (dapat menunjukan tempat nyeri), tingkat
kesadaran pasien compos metis dengan jumlah GCS = 15, pupil isokor dan refleks
cahaya positif (+/+).
3.3.5. Exposure
Hasil pemeriksaan didapatkan tidak ada cedera pada tubuh klien
ANALISIS DATA
PEMBAHASAN
Pengkajian
Keluarga klien mengatakan klien mengalami kenaikan suhu badan sejak 4 hari
, kemudian mengalami mual muntah, bibir kering dan pucat, dan dilakukan
pemeriksaan TTV: 110/80mmHg, Nadi: 90x/menit, RR:22x/menit, Suhu: 37,9ºC
dilanjutkan dengan terapi injeksi omeprazole dan pct oral. Menurut teori, yang sering
muncul pada pengkajian klien dengan demam yang berlangsung lama.
Faktor pendukung yang dirasakan penulis dalam hal pengkajian adalah adanya
kerjasama pasien dan keluarga dalam memberikan waktu.
4.4 Penatalaksanaan
4.4 Evaluasi
Evaluasi adalah hal yang memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan, Evaluasi keperawatan yang pertama penulis mendapatkan hasil data
subjektif Pasien mengatakan batuk-batuk berkurang, Data objektif pasien tampak
rileks, pasien tidak batuk, masalah teratasi hentikan intervensi
Evaluasi adalah hal yang memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan,data subjektif pasien mengatakan mulai mengetahui penyakit, Data
objektif pasien dapat menjawab ketika ditanya, masalah teratasi hentikan intervensi
Dari dua diagnosa yang terdapat pada kasus ini, semua masalah teratasi yaitu:
5.1 Kesimpulan
Pengkajian yang didapatkan dari An. I, terdapat kesenjangan antara teori dan
fakta. Tidak semua data yang ada pada teori tidak semuanya muncul di fakta.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An. I tidak semua yang ada pada
teori dapat diangkat, hanya ada 2 (dua) diagnosa yang diangkat dan ada terdapat
kesenjangan antara teori dan fakta. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada
An. I semuanya diambil dan disesuikan dengan teori dari tinjauan pustaka.
Implementasi/Pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah di
rencanakan sebelumnya. Hasil evaluasi yang ditemukan pada kasus dengan
diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi sebagian dikarenakan tindakan
intervensi hanya dilakukan selama 1 hari dan memerlukan intervensi selanjutnya.
Faktor pendukung dalam melakukan asuhan keperawatan pada dengan diagnosa
5.2 Saran
Bagi Institusi Rumah sakit : Hendaknya mutu pelayanan khususnya pelayanan
keperawatan dapat ditingkatkan melalui sumber daya manusia yang profesional,
pengadaan sarana dan prasarana yang menunjang dengan mengirim tenaga kesehatan
untuk dilatih untuk lebih mendalam memahami penyakit DBD serta perawatannya di
Rumah Sakit, dan menyediakan media informasi tentang DBD melalui leaflet dan
sebagainya untuk sebagai bahan bacaan pengunjung rumah Sakit.
Bagi Institusi Pendidikan : Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang
komprehensif, mahasiswa perlu mendapatkan bimbingan yang intensif dan
menyeluruh serta mengadakan penelitian keluarga mengenai perawatan pada anggota
keluarga yang menderita Tuberkulosis sehingga Asuhan Keperawatan dapat diberikan
secara berkesinambungan sampai masalah dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA