Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. I DEMAM BERDARAH DENGUE


(DBD) DI RUANG GAWAT DARURAT RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

OLEH :

Tri Panji Kusuma

2017.C.09a.0867

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan ini disusun oleh :

Nama : Tri Panji Kusuma

Nim : 2017.c.09a.0867

Program study : S-1 Keperawatan

Tingkat : IV A

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan


An. I dengan Diagnosa medis Demam Berdarah
Dengue (DBD)

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai syarat untuk melakukan


praktek praklinik keperawatan (PPK) 4 pada program S-1 keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Ketua Program Studi S1 Keperawtan Pembimbing Klinik

Meilitha Carolina,Ners.M.Kep Yelstria Ulina T, S.Kep,Ners

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan ini disusun oleh :

i
Nama : Tri Panji Kusuma

Nim : 2017.c.09a.0867

Program study : S-1 Keperawatan

Tingkat : IV A

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan


An. I dengan Diagnosa medis Demam Berdarah
Dengue (DBD)

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai syarat untuk melakukan


praktek praklinik keperawatan (PPK) 4 pada program S-1 keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik

Yelstria Ulina T, S.Kep,Ners

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
Asuhan Keperawatan di Ruang GADAR ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya.

Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas


Praktik Praklinik Keperawatan 4 (PPK IV) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
Selain itu, Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
pembaca maupun kami sebagai penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang
materi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan


Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Isna Wiranti, S.Kep.,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian Asuhan
Keperawatan ini.
4. Pasien dan keluarga, serta semua pihak yang turut ambil bagian dalam
membantu penulis menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan
dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima
kasih.

Palangka Raya, 30 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan................................................................................................

Lembar Pengesahan ................................................................................................

Kata Pengantar.........................................................................................................

Daftar Isi...................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................

1.3 Tujuan ................................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................

2.1 Konsep Penyakit.................................................................................................

2.1.1 Definisi .............................................................................................................

2.1.2 Etiologi ............................................................................................................

2.1.3 Manifestasi Klinis............................................................................................

2.1.4 Patofisiologi (WOC)........................................................................................

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................

2.1.6 Penatalaksanaan Medis .................................................................................

2.1.7 Penatalaksanaan Keperawatan .....................................................................

2.1.8 Komplikasi ......................................................................................................

2.2. Manajemen Asuhan Keperawatan..................................................................


2.2.1 Pengkajian Keperawatan...............................................................................

2.2.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................

2.2.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................

2.2.4 Implementasi Keperawatan .........................................................................

2.2.5 Evaluasi Keperawatan ...................................................................................

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................................

3.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................................

3.2 Diagnosa Keperawatan .....................................................................................

3.3 Intervensi Keperawatan ...................................................................................

3.4 Implementasi Keperawatan ............................................................................

3.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................................................

BAB 4 PEMBAHASAN..........................................................................................

4.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................................

4.2 Diagnosa Keperawatan .....................................................................................

4.3 Intervensi Keperawatan ...................................................................................

4.4 Implementasi Keperawatan ............................................................................

4.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................................................

BAB 5 PENUTUP.....................................................................................................

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................


5.2 Saran....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti (infodatin, 2016). Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Menurut data WHO (2014) Penyakit demam berdarah dengue pertama kali
dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya
menyebar keberbagai negara. Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami
wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari
100 negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia
Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi terjadinya kasus DBD. Jumlah
kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta kasus
ditahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan
terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan
DBD berat. Perkembangan kasus DBD di tingkat global semakin meningkat,
seperti dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni dari 980 kasus di
hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus di hampir 60 negara
tahun 2000-2009 (WHO, 2014). Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui
nyamuk terutama aedes aegypti dan aedes albacpicktus yang ditemukan didaerah
tropis dan suptropis diantaranya kepulauan Indonesia hingga bagian Australia (Vyas,
2013). Pada banyak daerah tropis dan sup tropis, penyakit DBD adalah endemik yang
muncul sepanjang tahun, terutama saat musim hujan ketika kondisi optial
untuknyamauk berkembang biak. Biasanya jumlah besar orang akan terinfeksi dalam
waktu yang singkat (wabah) (CDC, 2010). Keempat virus dengue menginfeksi
manusia didaerah Afrika dan Asia Tenggara sejak 100-800 tahun yang lalu. Virus
dengue berkembang pesat pada perang dunia ke-2 dimana penyebaran nyamuk terjadi
secara massal bersama dengan pengiriman barang yang berperan dalam penyebaran
global DBD (CDC, 2010). Sebelum tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami
wabah DBD, namun sekarang DBD menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100
negara, diantaranya adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan
Fasifik Barat. Memiliki angka tertinggi kasus DBD. Jumlah kasusu di Amerika, Asia
Tenggara dan Fasifik Barat telah melewati 1, 2 juta kasus di tahun 2008 dan lebih
dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilapokan terdapat sebanyak 2,35 juta
kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus merupakan DBD berat (WHO, 2014).
Saat ini bukan hanya terjadi peningkatan jumlah kasus DBD, tetapi penyabaran
diluardaerah tropis dan suptropis, contohnya di Eropa, tranmisi lokal pertama kali di
laporkan di Prancis dan Kroasia pada tahun 2010. Pada tahun 2012, terjadi lebih dari
2.000 kasus DBD pada lebih dari 10 negara di Eropa setidaknya 500.000 penderita
DBD memerlukan rawat inap setiap tahunnya dimana proposi penderita
sebagianbesar adalah anak-anak dan 2,5% diantaranya dilaporkan meninggal dunia
(WHO, 2015)
Demam Berdarah Dengua (DBD) masih merupak salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk, jumlah penderita dan luas daerah penyebaranya semakin
bertambah. Di Indonesia, demam berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya
pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya
meninggal dunia, dengan angka kematian (AK) mencapai 41,3%. Sejak saat itu,
penyakit ini menyebar luas keseluruh Indonesia (Kementrian Kesehatan, 2010).
Pada tahun 2015, tercatat terdapat sebanyak 126.675 penderita DBD di 34
provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang diantaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut
lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebanyak 100.347 penderita DBD
dan sebanyak 907 penderita maninggal dunia pada tahun 2014. Hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan iklim dan rendahnya kesadaran untuk menjaga kebersihan
lingkungan. Menurut Soedarto (2012) Indonesia adalah daerah endemis DBD dan
mengalami epidemik sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan
banyaknya genangan air bersih yang menjadi sarang nyamuk, mobilitas
penduduk yang tinggi dan cepatnya trasportasi antar daerah, menyebabkan sering
terjadinya demam berdarah dengue. Indonesia termasuk dalam salah satu Negara
yang endemik demam berdarah dengue karena jumlah penderitanya yang terus
menerus bertambah dan penyebarannya semakin luas (Sungkar dkk, 2010).
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: “Apa Rencana Keperawatan Pada Demam Berdarah Dengue (DBD)”?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap tindakan pencegahan
demam berdarah guna peningkatan kesehatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Masyarakat dapat mengerti apa itu demam berdarah dengue (DBD)
2. Masyarakat dapat mengetahui gejala-gejala demam berdarah dengue
3. Masyarakat dapat mengetahui cara pencegahan demam berdarah
dengue

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang penyakit Demam
berdarah dengue dan dapat meningkatkan pengalaman tentang cara
pengcegahan atau membagi informasi atau membagi pengetahuan
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat diharapkan menjadi literature tambahan bagi
masahasiwa tentang demam berdarag dengue (DBD) dan pengembangan
ilmu pengetahuan dibidang kesehatan. Selain itu juga dapat digunakan
data dasar untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi keperawatan
Hasil penelitian ini hendaknya memberikan informasi yang
bermanfaat bagi petugas kesehatan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
dengan perilaku pencegahan demam berdarah dengue sehingga dapat
menjadi masukan dalam memberikan pendidikan kesehatan, promosi
kesehatan mengenai perilaku hidup sehat. Selain itu diharapkan pelayanan
kesehatan dapat menyebarluaskan informasi kesehatan sebagai upaya
preventif terhadap resiko penyakit demem berdarah dengue.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi Demam Berdarah


Demam berdarah Dengue adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthropadborn Virus) dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides
albipices dan Aedes Aegypti).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang diesebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina), terutama menyerengan anak,
remaja, dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita.
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang teradapat pada anak-
anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang disertai
leucopenia, dengan atau tanpa tanda ruam dan limfadenopati.

1.2. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan penyakit DHF adalah system
sirkulasi. System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan
oksigen dari traktus distivus dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, system
sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolism dari sel- sel
ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi pembuluh darah, dan
darah.
1. Jantung.
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan
susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerjanya
menyerupai otot polos yaitu diluar kemauan kita.
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul
(pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak
runcing yang disebut apeks cordis. Letak jantung didalam rongga dada
sebelah depan, sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diagfragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosa V dan VI
dua jari dibawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba adanya denyut
jantung yang disebut iktus kordis. Ukurannya lebih kurang sebesar
genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
1.2.2.1. Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang
membawa darah keseluru bagian dan alat tubuh. Pembuluh darah arteri yang
paling besar yang keluar dari ventrikel sinistra disebut aorta. Arteri ini
mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan terdiri dari
3 lapisan.
Arteri yang paling besar didalam tubuh yaitu aorta dan arteri pulmonalis,
garis tengahnya kira-kira 1-3 cm. arteri ini mempunyai cabang-cabang
keseluruhan tubuh yang disebut arteriola yang akhirnya akan menjadi
pembuluh darah rambut (kapiler). Arteri mendapat darah dari darah yang
mengalir didalamnya tetapi hanya untuk tunika intima. Sedangkan untuk
lapisan lainnya mendapat darah dari pembuluh darah yang disebut vasa
vasorum.
1.2.2.2. Vena
Vena (pembuluh darah balik) merupakan pembuluh darah yang membawa
darah dari bagian/alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Tentang bentuk
susunan dan juga pernafasan pembuluh darah yang menguasai vena sama
dengan pada arteri. Katup-katup pada vena kebanyakan terdiri dari dua
kelompok yang gunanya untuk mencegah darah agar tidak kembali lagi.
Vena-vena yang ukurannya besar diantaranya vena kava dan vena
pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang tang lebih kecil yang disebut
venolus yang selanjutnya menjadi kapiler.

1.2.2.3. Kapiler
Kapiler (pembuluh darah rambut) merupakan pembuluh darah yang sangat
halus. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan
endotel. Bagian tubuh yang tidak terdapat kapiler yaitu; rambut, kuku, dan
tulang rawan. Pembuluh darah rambut/kapiler pada umumnya meliputi sel-
sel jaringan. Oleh karen itu dindingnya sangat tipis maka plasma dan zat
makanan mudah merembes ke cairan jaringan antar sel.
1.2.2.4. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri dari dua bagian: bagian cair disebut
plasma dan bagian padat disebut sel darah. Warna merah pada darah
keadaannya tidak tetap bergantung pada banyaknya oksigen dan karbon
dioksida didalamnya. Darah yang banyak mengandung karbon dioksida
warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan
bernafas dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme
didalam tubuh. Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah
seanyak kira-kira 1/3 dari berat badan atau kira-kira 4 sampai 5 liter. Keadaan
jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah.
Fungsi darah:
a. Sebagai alat pengangkut
b. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibody/zat-zat antiracun.
c. Mengatur panas keselurh tubuh.
d. Adapun proses pembentukan sel dara terdapat tiga tempat yaitu: sumsung
tulang, hepar, dan limpa.

1.3. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah
adalah virus dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup flaviviridae
yang dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3, dengue 4, yang
ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Infeksi dengan salah satu
serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype
bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.

1.4. Patofisiologi
Virus akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
pertama-tama terjadi veremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-
bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati, dan
pembesaran limpa.
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan
depresi sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut
akan menyebabkan pendarahan kaena gangguan trombosit dan kelainan
koagulasi dan sampai pada pendarahan kelenjar adrenalin .
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunya volume plasma. Terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathasis hemorahagic renjatan pasti terjadi secara akut.
Adanya kebocoran plasma ke darah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum,
pleura dan pericardium yang pada otopsi tenyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infuse.
Jika renjatan atau syok, hipovelmik berlangsung lama akan timbul anoreksia
jaringan metabolic dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
WOC DBD

B1 B2 B3 B4 B5 B

Permeabilitas Peningkatan suhu Pelepa


Penurunan Pelepasan asam
kapiler meningkat tubuh Pembesaran asam
kemampuan arakidorut pada
getah arakid
pembekuan darah hipotalamus
bening pad
hipotal

Intake adekuat
Efusi plaura
Praksia
Kehilangan
Penekanan Sti
plasma darah
Gangguan pola pada daerah
nafas tidak gaster res
efektif Gangguan
Hipertemia eliminasi

Dehidrasi
Mual
Ny
dan
muntah

Resiko shock
hipovolemik

Gangg
mobilita
Gangguan
pemenuhan
nutrisi
1.5. Klasifikasi
Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dan sangat erat kaitannya
dengan pengelolarhan dan prognosis, (WHO) membagi DBD dalam 4 derajat,
yaiu:

2.2.5.1. derajat 1
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya
manifestasi pendarahan adaalh tes toniquet positif.
2.2.5.2. Derajat 2
Derajat 1 dan disertai pendarahan spontan pada kulit atau pendarahan lain.
2.2.5.3. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi ringan yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan
darah rendah, gelisa, sianosis mulut, hidung dan ujung jari.
2.2.5.4. Derajat 4
Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.

1.6. Manifestasi klinik


Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinik, yaitu: demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapai 40 0C atau lebih dan terkadang disertai dengan
kejang, demam, sakit kepala,anoreksia, mual muntah, epigastrik, discomfort,
nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan pendarahan, terutama
pendarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniquet positif. Selain itu,
pendarahan kulit dapat terwujud memar atau juga berupa pendarahan spontan
mulai dari petekie pada ektremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan
pendarahan gusi. Sementara pendarahan gastrointestinal masih lebih jarang
terjadi dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan
atau setelah syok yang tidak dapat teratasi. Pendarahan lain seperti pendarahan
sub konjungtiva terkadang juga ditemukan. Pada masa konvalisen seringkali
ditemukan eritema pada telapak kaki dan hepatomegali. Hepatomegali biasanya
dapat diraba pada permukaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar
dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan seringkali ditemukan tanpa ikters maupun
kegagalan pendarahan.

1.7. Pengobatan dan Pencegahan


Prinsip pencegahan yang tepat dalam pencegahan demam berdarah ialah
sebagai berikut :
2.2.7.1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah
dengan melaksanakan pemberantasan vector pada saat sedikit terdapatnya
kasus DHF
2.2.7.2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vector
pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita
veremia sembuh secara spontan
2.2.7.3. Mengusahakan pemberantasan vector dipusat daerah penyebaran.
2.2.7.4. Mengusahakan pemberantasan vector disemua daerah berpotensi
penularan tinggi.
2.2.7.5. Menggunakan insektisida yang lazim digunakan dalam program
pemberantasan penyakit demam berdarah dengue adalah malathion untuk
membunuh nymuk dewasa dan temophos (abate) untuk membunuh jentik.

1.8. Komplikasi
Dalam penyakit DHF atau emam berdarah jika tidak segera ditangani akan
menimbulkan komplikasi adalah sebagai berikut :
2.2.8.1 Pendarahan
2.2.8.2 Kegagalan sirkulasi
2.2.8.3 Hepatomegali
2.2.8.4 Efusi pleura

1.9. Pemeriksaan penunjang


2.2.9.1. Darah :
a. Trombosit menurun
b. HB meningkat lebih 20%
c. HT meningkat lebih 20%
d. Leukosit menurun pada hari ke-2 dan ke-3
e. Protein dalam darah rendah
f. Ureum PH bisa meningkat
g. NA dan CL rendah
2.2.9.2. Serologi : HI (Hemaglutination Inhibition Test)
a. Rontgen thorax : efusi ureum
b. Uji tes tuoniket (+)

1.10. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
d. Pemberian cairan melalui infuse
e. Pemberian obat-obtan; antibiotic, antipiretik
f. Antikonulsi jika terjadi kejang
g. Monitor TTV
h. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
i. Monitor tanda-tanda pendarahan lanjut
j. Periksa HB, HT, dan trombosit setiap hari

1.11. Manajemen Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi latergi, tidak responsif,
dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat – obat
antib koagulan, aspirin, vasodilator, obat – obat adiktif, kegemukan.
Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien, seperti
pemakaian antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dan generasi terdahulu.
6. Riwayat psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Apakah ada
dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan akan
kecemasan, rasa cemas, rasa tidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra
tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan
konsep diri menunjukkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,
mudah marah, dan tidak kooperatif. Dalam pola penanganan stres, klien
biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan
proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan
kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spritual karena
tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu
sisi tubuh.

2. Pengkajian Primer
1. Airway
Mengkaji ada tidaknya obstruksi jalan nafas atau penumpukan secret pada
pasien.
2. Breathing
Look : ekspansi dada, rr
Listen : auskultasi suara nafas
Feel : ada tidaknya hembusan nafas
3. Circulation
Mengkaji tentang nadi (lemah/kuat), irama jantung, tekanan darah, suhu, rr,
nyeri, crt, akral, membrane mukosa.
4. Disability
Mengkaji tentang penilaian kesadaran melalui GCS. Biasanya pasien
meningitis rata-rata mengalami penurunan kesadaran.

3. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Melangalami penurunan kesadaran, suara bicara : kadang mengalami
gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/ afaksia. Tanda–
tanda vital : TD meningkat, nadi bervariasi.
a. B1 (breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan obat bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compas mentis, peningkatan
inspeksi pernapsannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil
premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi
napas tambahan.
b. B2 (blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskulardidapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan
darah >200 mmHg.
c. B3 (Brain)
Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian
B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
d. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinesia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandunf kemih karena kerusakan
kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal
hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi
intermiten dengan teknik steril. Inkontinesia urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
e. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada pasien akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinesia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
f. B6 (Bone)
Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien
stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.
2. Pengkajian tingkat kesadaran
Pada klien lanjut usia tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada
tingkat latergi, stupor, dan semikomantosa.
a. Pengkajian fungsi serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
b. Pengkajian saraf kranial
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
c. Pengkajian sistem motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan / kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
d. Pengkajian refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang.
Setelah beberapa hari refleks fisiologi akan muncul kembali di dahului
dengan refleks patologis.
e. Pengkajian sistem sensori
Dapat terjadi hemihipertensi.

1.12. Diagnosa keperawatan


1. Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan mual dan muntah ( D.0034, hal 85 )
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh
di atas normal, kulit terasa hangat (D 0130, hal: 284).
1.13. Rencana keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi


1. Risiko hipovolemia Setelah diberikan intervensi Manajemen hypovolemia :
berhubungan dengan selama 1 x 7 jam maka status Observasi :
kehilangan cairan aktif ditandai cairan membaik, dengan kriteria  Periksa tanda dan gejala
dengan mual dan muntah hasil : hypovolemia (mis. Frekuensi
( D.0034, hal 85 )  Kekuatan nadi meningkat nadi meningkat, nadi terba
 Turgor kulit meningkat lemah, tekanan darah
 Ortopnea menurun menurun, tekanan nadi

 Dyspnea menurun menyempit, turgor kulit

 Frekuensi nadi membaik menurun, membrane mukosa


kering, volume urin menurun,
 Tekanan darah membaik
hematocrit meningkat, haus,
 Tekanan nadi membaik
lemah)
 Membrane mukosa membaik
 Monitor intake dan output
 Kadar hb membaik
cairan
 Kadar ht membaik
Terapeutik :
 Intake cairan membaik
 Hitung kebutuhan cairan
 Berikan posisi mified
tredelenburg
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
 Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis (mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberiancairan
IV hipotonis (mis. Glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. Albumin,
plasmanate
 Kolaborasi pemberian
produk darah

Pemantauan cairan :
Observasi
 Monitor rekuensi dan
kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan monitor
waktu pengisian kapiler
 Monitor turgor kulit
 Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urine
 Monitor kadar albumin dan
protein total
 Monitor hasil pemeriksaan
urine
 Monitor intake dan output
cairan
 Identifikasi tanda-tanda
hypovolemia
 Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Hipertermi berhubungan Setelah diberikan askep selama 1 Manajeman Hipertermia (I.15506,
dengan proses inflamasi x 7 jam diharapkan pengaturan hal: 181)
ditandai dengan suhu suhu tubuh tetap berada pada Observasi :
tubuh di atas normal, kulit rentang normal.  Identifikasi penyebab
terasa hangat (D 0130, hal: Kriteria hasil: hipertermia (mis. Dehidrasi,
284).  Menggigil menurun (skor 5) terpapar lingkungan panas,
 Kulit merah menurun (skor penggunaan incubator)
5)  Monitor suhu tubuh
 Kejang menurun (skor 5)  Monitor kadar elektrolit
 Takikardia menurun (skor 5)  Monitor haluaran urine
 Bradikardia menurun (skor  Monitor komplikasi akibat
5) hipertermia
 Takipnea menurun (skor 5) Teraupetik:
 Suhu tubuh membaik (skor  Sediakan lingkungan yang
5) dingin
 Suhu kulit membaik (skor 5)  Longgarkan ataua lepaskan
 Edema menurun (skor 5) pakaian
 Pengisian kapiler membaik  Basahi dan kipasi permukaan
(skor 5) tubuh
 Tekanan darah membaik  Berikan cairan oral
(skor 5)  Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
 Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin paada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antipiretik
atau aspirinBerikan oksigen,
jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
 Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu

2.14. Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.
Pelaksanaan tindakan kepewaratan pada klien DBD dilakukan sesuai dengan
perencanaan keperawatan yang letah ditentukan, dengan tujuan unutk
memenuhi kebutuhan pasien secara optimal.

2.15. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah intelektual untuk melengkapi proses asuhan
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaanya yang berhasil dicapai. Meskipun evaluasi
diletakkan pada akhir asuhan keperawatan, evaluasi merupakan bagian
integral pada setiap tahap asuhan keperawatan .
Setelah data dikumpulkan tentang status keadaan klien maka perawat
membandingkan data dengan outcomes. Tahap selanjutnya adalah membuat
keputusan tentang pencapaian klien outcomes, ada 3 kemungkinan keputusan
tahap ini :
1. Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.
2. Klien masih dalam catatan hasil yang ditentukan
3. Klien tidak dapat mencapai hasil yang ditentukan
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Identitas Pasien


Nama : An. I
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/ Bangsa : Dayak/ Indonesia
Pekerjaan :-
Alamat : Jln. Badak
Tgl MRS : 30 Januari 2021/ 10.00 WIB
No. MR : 1659221
Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue (DBD)

3.2. Prioritas Triase


Triase : Kuning
Keluhan utama : An. I mengalami penaikan suhu badan sejak 4 hari yang
lalu dan terdapat bibir kering, pucat, mual muntah, dan
tidak nafsu makan.

3.3. Data Primer


3.3.1. Airway
Hasil pemeriksaan ditemukan tidak ada sumbatan jalan napas, tidak ada
lendir/dahak dan darah pada jalan nafas, lidah tidak menutupi jalan nafas. Tidak
ditemukan benda asing, sekret serta sisa makanan.
3.3.2. Breathing
Pasien tidak sesak napas, RR = 22x/menit, napas dalam, irama napas teratur,
tidak ada suara napas tambahan, tidak terdapat penggunaan otot bantu napas, tidak
ada batu, tipe pernapasan dada dan perut..

3.3.3. Circulation
Frekuensi Nadi: 90 x/menit, TD: 110/80 mmHg, denyut nadi teraba lemah ,
akral teraba hangat, CRT ≥2 detik, Suhu: 37,9oC, RR: 22 x/menit, SpO2: 97%.
Masalah Keperawatan : hipertermi

3.3.4. Disability
GCS pasien untuk E: 4, V: 6, M: 5 (dapat menunjukan tempat nyeri), tingkat
kesadaran pasien compos metis dengan jumlah GCS = 15, pupil isokor dan refleks
cahaya positif (+/+).
3.3.5. Exposure
Hasil pemeriksaan didapatkan tidak ada cedera pada tubuh klien

3.4. Data Sekunder


3.4.1. Kepala
Kulit kepala tampak bersih, mata tampak simetris, bibir tempak kering dan
pucat, konjungtiva anemis, tidak ditemukan massa pada leher, tidak ada jaringan
parut, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
Masalah keperawatan : Risiko Hipovolemi
3.4.2. Thorax/ jantung
Bentuk dada simetris. Bunyi jantung normal S1-S2 tunggal (lub-dub), tidak ada
suara tambahan, bunyi rongga dada sonor (suara perkusi jaringan yang normal).
3.4.3. Punggung
Tidak terdapat pembengkakan, jejas atau luka pada punggung. Tulang belakang
normal tidak ada kelainan.
3.4.4. Abdomen
Tidak terjadi distensi pada abdomen, tidak terdapat nyeri tekan, bising usus 6
kali/menit.
3.4.5. Genitaurinary
Tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat gatal-gatal, tidak terdapat kelainan
pada organ reproduksi.
3.4.6. Ektremitas
Kemampuan pergerakan sendi ekstremitas atas dan ekstremitas bawah terbatas,
Uji kekuatan otot ektrimitas atas 5|5, ekstremitas bawah 5|5 skala aktivitas .
3.5. Riwayat AMPLE
A : Klien mengatakan tidak ada alergi obat-obatan maupun makanan.
M : Obat yang diminum klien obat amlodipin untuk menuruni tekanan darah
klien
P : Klien memiliki riwayat hipertensi
L : Sebelum kejadian dan masuk rumah sakit pasien tidak mengomsumsi
obat-obatan
E : Klien tiba-tiba pingsan dan mengalami penurunan kesadaran

3.6. Riwayat Penyakit


3.6.1. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang laki-laki An. I umur 3 tahun Alamat Jln. Badak Palangka Raya, dibawa
keluarga ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus pada tanggal 30 januari 2021 jam
10.00 wib. Keluarga mengatakan An. I tidak nafsu makan dan sering mual
muntah dan mengalami peningkatan suhu badan sejak 4 hari yang lalu. Ketika
sampai di RS dilakukan pemeriksaan didapatkan Kesadaran An. I Normal
GCS : E: 4, V: 6, M: 5, total 15. Dari hasil pemeriksaan juga didapatkan TTV :
TD : 110/80 mmHg, Nadi: 90 x/menit, RR: 22x/menit, akral teraba hangat,
CRT ≥ 2 detik
3.6.2. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan tidak ada penyakit terdahulu
3.6.3. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien mnegatakan tidak ada riwayat keturunan

3.7. Terapi Medis


Tanggal 30 januari 2021
No Terapi Indikasi
1. Infus RL 20 tpm Mengembalikan keseimbangan elektrolit
pada dehidrasi, menggantikan cairan tubuh
yang hilang saat mengalami luka, cedera,
atau menjalani operasi yang menyebabkan
kehilangan darah dengan cepat dalam jumlah
yang banyak.

2. Inj. 2x1 ml Obat untuk mengatasi gangguan lambung,


omeprazole seperti penyakit asam lambung dan tukak
lambung obat untuk mengatasi gangguan
lambung, seperti penyakit asam lambung dan
tukak lambung.

3. Paracetamol 3x5 mg Parasetamol atau asetaminofen adalah obat


analgesik dan antipiretik yang populer dan
digunakan untuk meredakan sakit kepala dan
nyeri ringan, serta demam. Obat digunakan
sebagian besar sebagai obat resep untuk
analgesik dan flu.

3.8. Data Penunjang


1) Hasil laboratorium
Tanggal 30 januari 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 52 x 103/uL 4-10x103/uL
RBC 4.54 x 106/uL 3.5-5.5x106/uL
HGB 12.8 gr/dl 11-16 g/dl
PLT 222 x 103/uL 150-400x103/uL

ANALISIS DATA

Data Subjektif dan Data Objektif Kemungkinan Penyebab Masalah


DS : Penurunan kemampuan Risiko Hipovolemi
 Keluarga klien mengatakan klien pembekuan darah
sering mual muntah
DO : Pendarahan ptekie
 Tampak bibir klien kering epitaksis
 Konjungtiva anemis
 TTV : Kehilangan cairan aktif

 TD : 110/80 mmHg, Nadi: 90


x/menit, RR: 22x/menit
DS : Pelepasan asam erakidurot Hipertermi
 Keluarga klien mengatakan klien pada hipotalamus
demam sejak 4 hari yang lalu
DO : Preksia
 Klien tampak sakit sedang
 TTV : Proses inflamasi

 TD: 110/80 mmHg, denyut nadi


teraba lemah , akral teraba hangat,
CRT ≥2 detik, Suhu: 37,9oC, RR: 22
x/menit
PRIORITAS MASALAH

1. Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai


dengan mual dan muntah ( D.0034, hal 85 )
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh
di atas normal, kulit terasa hangat (D 0130, hal: 284)
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan tujuan Intervensi
1. Risiko hipovolemia Setelah diberikan intervensi selama 1 x 7 1. Periksa tanda dan gejala
berhubungan dengan jam maka status cairan membaik, dengan hypovolemia
kehilangan cairan aktif kriteria hasil : 2. Monitor intake dan output
ditandai dengan mual dan  Kekuatan nadi meningkat ( Skor 5 ) cairan
muntah ( D.0034, hal 85 )  Turgor kulit meningkat ( Skor 5 ) 3. Berikan posisi mified

 Ortopnea menurun ( Skor 5 ) tredelenburg

 Dyspnea menurun ( Skor 5 ) 4. Anjurkan memperbanyak


asupan cairan oral
 Frekuensi nadi membaik ( Skor 5 )
5. Kolaborasi pemberian cairan IV
 Tekanan darah membaik ( Skor 5 )
isotonis
 Tekanan nadi membaik ( Skor 5 )
 Membrane mukosa membaik ( Skor
5)
 Kadar hb membaik ( Skor 5 )
 Kadar ht membaik ( Skor 5 )
 Intake cairan membaik ( Skor 5 )

2. Hipertermi berhubungan Setelah diberikan askep selama 1 x 7 jam 1. Identifikasi penyebab


dengan proses inflamasi diharapkan pengaturan suhu tubuh tetap hipertermia
ditandai dengan suhu berada pada rentang normal. 2. Monitor suhu tubuh
tubuh di atas normal, kulit Kriteria hasil: 3. Monitor kadar elektrolit
terasa hangat (D 0130,  Menggigil menurun (skor 5) 4. Monitor haluaran urine
hal: 284)  Kulit merah menurun (skor 5) 5. Monitor komplikasi akibat

 Kejang menurun (skor 5) hipertermia

 Takikardia menurun (skor 5) 6. Berikan cairan oral


7. Kolaborasi pemberian cairan
 Bradikardia menurun (skor 5)
dan elektrolit intravena, jika
 Takipnea menurun (skor 5) perlu
 Suhu tubuh membaik (skor 5)
 Suhu kulit membaik (skor 5)
 Edema menurun (skor 5)
 Pengisian kapiler membaik (skor 5)
 Tekanan darah membaik (skor 5)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal, Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
30 januari 2020 1. Memperiksakan tanda S : Tri Panji Kusuma
pukul 10.00 wib dan gejala Keluarga klien mengatakan
hypovolemia klien tidak lagu mual dan
2. Memonitor intake dan muntah
output cairan O:
3. Memberikan posisi  Klien tampak tenang
mified tredelenburg  Klien tampak sering
4. Menganjurkan minum
memperbanyak  Ttv :
asupan cairan oral  TD: 110/80 mmHg,
5. Berkolaborasi denyut nadi teraba
pemberian cairan IV lemah , akral teraba
isotonis hangat, CRT ≥2 detik,
Suhu: 37,9oC, RR: 22
x/menit
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
1,2,3,4,5
30 januari 2020 1. Mengidentifikasi S:
pukul 10.00 wib penyebab hipertermia Keluarga klien mengatakan
2. Memonitor suhu klien agak membaik
tubuh O:
3. Memonitor kadar  Klien tampak tenang
elektrolit  Suhu tubuh klien
4. Memonitor haluaran menurun
urine  Ttv :
5. Memonitor  TD: 110/80 mmHg,
komplikasi akibat denyut nadi teraba
hipertermia lemah , akral teraba
6. Memberikan cairan hangat, CRT ≥2 detik,
oral Suhu: 36,9oC, RR: 22
7. Berkolaborasi x/menit
pemberian cairan dan A : masalah teratasi
elektrolit intravena, sebagian
jika perlu P : lanjutkan intervensi
1,2,3,4,5
BAB 4

PEMBAHASAN

Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan dengan


mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada (Hidayat, 2014).

Keluarga klien mengatakan klien mengalami kenaikan suhu badan sejak 4 hari
, kemudian mengalami mual muntah, bibir kering dan pucat, dan dilakukan
pemeriksaan TTV: 110/80mmHg, Nadi: 90x/menit, RR:22x/menit, Suhu: 37,9ºC
dilanjutkan dengan terapi injeksi omeprazole dan pct oral. Menurut teori, yang sering
muncul pada pengkajian klien dengan demam yang berlangsung lama.

Faktor pendukung yang dirasakan penulis dalam hal pengkajian adalah adanya
kerjasama pasien dan keluarga dalam memberikan waktu.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang ,


keluarga, atau masyarakat sebagai akikat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang actual atau potensial. Diagnosa keperawatan ini dapat membrikan
dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung gugat perawatan (Hidayat, 2014)

Berdasarkan teori, diagnosa yang muncul adalah:

1) Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan


mual dan muntah ( D.0034, hal 85 )
2) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh di
atas normal, kulit terasa hangat (D 0130, hal: 284).
Sedangkan diagnosa keperawatan pada An. I ditemukan 2 (Dua) diagnosa
keperawatan yaitu:

1) Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan


mual dan muntah ( D.0034, hal 85 )
2) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh di
atas normal, kulit terasa hangat (D 0130, hal: 284).
4.3 Intervensi
Perencanaan adalah suatu perilaku spesifik yang diharapkan dari klien atas
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Yang perlu dipersiapkan atau langkah-
langkah untuk membuat suatu perencanaan adalah yang pertama pengumpulan data,
mengidentifikasi masalah yang dijadikan diagnosa, menetapkan tujuan-tujuan yang
dilakukan, mengidentifikasi hasil dan yang terakhir penulis (Perawat) memilih
perencanaan/intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dan tujuan yang
diinginkan. Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas masalah, pada kasus An. I yang
menjadi prioritas keperawatan adalah Risiko hipovolemia berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif ditandai dengan mual dan muntah, Hipertermi berhubungan
dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh di atas normal, kulit terasa
hangat. Sedangkan menurut Hidayat (2014), Hidayat (2014) ada beberapa kesamaan
yang ditemukan penulis diantaranya, Risiko hipovolemia berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif ditandai dengan mual dan muntah.

Dalam membuat perencanaan penulis menyesuaikan dengan sumber-sumber


referensi yang berhubungan dengan DBD, tetapi tidak semua perencanaan yang ada
diteori diangkat oleh penulis. Ada beberapa perencanaan pada kasus An. I dengan
teori yaitu tidak terdapat kriteria waktu sedangkan pada kasus kriteria waktu selama
1x7 jam, dari masing-masing diagnosa.

Adapun faktor penghambat bagi penulis dalam menentukan intervensi


keperawatan pada An. I adalah masih sulitnya penulis menentukan prioritas dan
diagnosa keperawatan yang telah diatur dalam teori dalam urutan umum yang dapat
diubah sesuai dengan keadaan individual klien, dimana perawat dapat memilih atau
menambahkannya, sehingga agak sulit menentukan situasi klien untuk menarik
intervensi. Sedangkan faktor pendukung bagi penulis dalam menentukan intervensi
keperawatan adalah adanya kerjasama yang baik dengan klien sehingga penulis bisa
menentukan intervensi keperawatan menurut prioritas keperawatan

4.4 Penatalaksanaan

Pada kasus An. I penatalaksanaan asuhan keperawatan dikelola sesuai rencana


keperawatan yang telah yang disusun, berkolaborasi dengan tim rumah sakit dalam
pemberian obat Omeprazole 2x1 hari..

Faktor pendukung dalam penatalaksanaan keperawatan adalah kerjasama pasien,


keluarga dan tim kesehatan lainnya.

4.4 Evaluasi
Evaluasi adalah hal yang memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan, Evaluasi keperawatan yang pertama penulis mendapatkan hasil data
subjektif Pasien mengatakan batuk-batuk berkurang, Data objektif pasien tampak
rileks, pasien tidak batuk, masalah teratasi hentikan intervensi

Evaluasi adalah hal yang memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan,data subjektif pasien mengatakan mulai mengetahui penyakit, Data
objektif pasien dapat menjawab ketika ditanya, masalah teratasi hentikan intervensi

Dari dua diagnosa yang terdapat pada kasus ini, semua masalah teratasi yaitu:

1) Risiko hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan


mual dan muntah ( D.0034, hal 85 )
2) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh di
atas normal, kulit terasa hangat (D 0130, hal: 284)

Sedangkan menurut Nursalam (2011) evaluasi adalah tindakan intelektual untuk


melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya yang sudah berhasil dicapai.
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut.

Faktor pendukung adalah perawat puskesmas dapat bekerja sama sehingga


mudah dalam melaksanakan rencana tindakan. Sedangkan faktor penghambat adalah
klien kurang kooperatif dan keterbatasan penulis dalam menganalisa kondisi, dan
melakukan tindakan keperawatan pada klien lebih dalam lagi.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan
family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
terutama Aedes aegypti (infodatin, 2016). Penyakit DBD dapat muncul sepanjang
tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini
berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI,
2016).

Pengkajian yang didapatkan dari An. I, terdapat kesenjangan antara teori dan
fakta. Tidak semua data yang ada pada teori tidak semuanya muncul di fakta.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus An. I tidak semua yang ada pada
teori dapat diangkat, hanya ada 2 (dua) diagnosa yang diangkat dan ada terdapat
kesenjangan antara teori dan fakta. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada
An. I semuanya diambil dan disesuikan dengan teori dari tinjauan pustaka.
Implementasi/Pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah di
rencanakan sebelumnya. Hasil evaluasi yang ditemukan pada kasus dengan
diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi sebagian dikarenakan tindakan
intervensi hanya dilakukan selama 1 hari dan memerlukan intervensi selanjutnya.
Faktor pendukung dalam melakukan asuhan keperawatan pada dengan diagnosa

5.2 Saran
Bagi Institusi Rumah sakit : Hendaknya mutu pelayanan khususnya pelayanan
keperawatan dapat ditingkatkan melalui sumber daya manusia yang profesional,
pengadaan sarana dan prasarana yang menunjang dengan mengirim tenaga kesehatan
untuk dilatih untuk lebih mendalam memahami penyakit DBD serta perawatannya di
Rumah Sakit, dan menyediakan media informasi tentang DBD melalui leaflet dan
sebagainya untuk sebagai bahan bacaan pengunjung rumah Sakit.
Bagi Institusi Pendidikan : Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang
komprehensif, mahasiswa perlu mendapatkan bimbingan yang intensif dan
menyeluruh serta mengadakan penelitian keluarga mengenai perawatan pada anggota
keluarga yang menderita Tuberkulosis sehingga Asuhan Keperawatan dapat diberikan
secara berkesinambungan sampai masalah dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi,U. F. 2010. DBD di indonesia tahun 1968-2009. Buletin jendela


Epidemiologi,(2):1-13.
http://www.cdc.gov/dengue/epidemiology/index.html.
Diakses pada tanggal : 23 Oktober 2018
CDC, 2010, Epidemiology Dengue Homepage,
http://www.cdc.gov/dengue/epidemiology/index.html. Diakses pada
tanggal : 23 Oktober 2018
Jatin, M.Vyas. 2013. Medine plus.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001374.html. Diakses
pada tanggal : 23 Oktober 2018
Kementrian Kesehatan RI.2010. Demam Berdarah Dengue di indonesia Tahun
1968-2009. Buletin jendela Epidemiologi Agustus 2010, 2: 1-14
Kementerian Kesehatan RI: Jakarta. Diakses pada tanggal : 23 Oktober
2018
Mc Michael, AJ, 2006,Population Health as the Bottom Line of Sustainability,The
European Jounal of Public Health Descember 2006, 16 (6) 579-581;
Diakses pada tanggal : 23 Oktober 2018
WHO. 2014 . Dengue and severe Dengue. From World Health organization:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/. Diakses pada tanggal
: 23 Oktober 2018
https://www.chp.gov.hk/files/pdf/ol_dengue_fever_indonesian_version.pdf
Diakses pada tanggal : 23 Oktober 2018
https://media.neliti.com/media/publications/53411-ID-tempat perkembangbiakan-
nyamuk-aedes-spp.pdf. Diakses pada tanggal : 23 Oktober 2018
http://scholar.unand.ac.id/26674/2/bab%201.pdf. Diakses pada tanggal : 23
Oktober 2018
http://digilib.unila.ac.id/15803/13/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal : 23
Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai